Anda di halaman 1dari 21

SEJARAH PEMIKIRAN TOKOH EKONOMI ISLAM

PADA MASA TURKI UTSMANI

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Yang diampu oleh Bapak Fahrurrozi, M.E.I.

Oleh :

Kelompok V

1. Achmad Sugianto As’ad (21383041001)


2. Dhavina Syafa Velisya (21383042006)
3. Aisyatul Isti’anah (21383042065)
4. Ati Yatun Nabila (21383042071)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT


karena berkat limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kita masih diberikan
kesehatan dan kenikmatan sehingga bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan
baik dan lancar.

Sholawat dan salam tak lupa kita panjatkan ke haribaan Baginda Rasul
Muhammad SAW, sang reformer dunia yang telah membawa keadaan manusia
dari alam jahiliah menuju alam yang penuh dengan kenikmatan.

Selanjutnya ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada


ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa mendoakan dan terus memotivasi
kami, dan juga kepada Bapak Fahrurrozi, M.E.I. selaku dosen pengampu mata
kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam yang telah membina dan
membimbing kami, serta teman-temanku yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya, inilah prakata dari kami selaku penulis dengan harapan semoga
dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan kita
semua tentang Sejarah Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Pada Masa Turki
Utsmani. dan apabila terdapat suatu kekurangan pada makalah ini kami
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca yang budiman.
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan serta kekhilafan dari kami baik dari segi
pemikiran ataupun penulisan.

Pamekasan, 18 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1

C. Tujuan .................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3

A. Kontribusi Daulah Turki Utsmani Dalam Bidang Ekonomi ................... 3


B. Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Kinalizade Ali Celebi ....................... 5
C. Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Mustafa Nuri Bey ............................. 9
D. Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Mehmed Akif Ersoy ........................ 11
E. Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Said Nursi Badiuzzaman .................. 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 16


A. Kesimpulan ............................................................................................ 16
B. Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Turki Utsmani telah menorehkan goresan sejarah Islam paling agung


dengan keberhasilannya dalam penaklukan konstantinopel (yang merupakan
ibu kota Imperium Romawi). Sebelumnya bangsa Turki merupakan bagian
masyarakat yang mendapat kepercayaan yang tinggi, puncaknya di masa
pemerintahan al-Mu‟tasim sebagai khalifah Daulah Abbasiyyah pada tahun 28
H/833 M.
Selanjutnya garis keturunan Daulah Utsmani bersambung pada kabilah
Turkmaniyah, yang pada permulaan abad ketujuh Hijriyah atau bertepatan pada
abad ke-13 M. Namun, akibat serangan orang-orang Mongolia dibawah
pimpinan Jengis Khan ke Irak dan wilayah-wilayah Asia kecil, Sulaiman,
kakek dari Utsman melakukan hijrah pada tahun 617 H/1220 M.
Karena itu Ekonomi adalah salah satu elemen penting dalam suatu
peradaban. Posisi Turki Utsmani yang sangat strategis dalam perdagangan luar
negeri meningkatkan pendapatan pemerintah. Sejak ekonomi tidak bisa
dipisahkan dalam suatu pemerintahan, maka ide-ide ekonomi dapat dilacak
dalam sumber-sumber Islam, karena itu penting untuk dikaji dalam
pembahasan bab ini kebijakan ekonomi Turki Utsmani dan pemikiran-
pemikiran ekonomi para tokohnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Kontribusi Daulah Turki Utsmani Dalam Bidang Ekonomi?


2. Bagaimanakah Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Kinalizade Ali Celebi?
3. Bagaimanakah Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Mustafa Nuri Bey?
4. Bagaimanakah Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Mehmed Akif Ersoy?
5. Bagaimanakah Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Said Nursi Badiuzzaman?

C. Tujuan

1. Mengetahui Kontribusi Daulah Turki Utsmani Dalam Bidang Ekonomi


2. Mengetahui Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Kinalizade Ali Celebi
3. Mengetahui Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Mustafa Nuri Bey

1
4. Mengetahui Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Mehmed Akif Ersoy
5. Mengetahui Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Said Nursi Badiuzzaman

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kontribusi Daulah Turki Utsmani Dalam Bidang Ekonomi


Perkembangan ekonomi islam mulai mengalami stagnasi. Hamper tidak
ada hal baru yang berkembang pada periode ini. Pada fase ini, yang menjadi
representasi utama kekuatan dunia Islam adalah khilafah Turki Utsmani,
dengan kontribusi pentingnya adalah wakaf tunai sebagai mesin pertumbuhan
ekonomi selama kurang lebih lima abad. Kemudian, kontribusi lain pada tahap
ini terkait dengan konsep asuransi takaful atau asuransi syari‟ah.

Dalam mengembangkan kehidupan perekonominnya, Daulah Turki


Utsmani melanjutkan kebijakan yang telah diterapkan dinasti Abbasiyah.
Baitul mal tetap difungsikan sebagai kantor perbendaharaan Negara dengan
berbagai sumber pendapatannya berasal dari kharaj jizyah, zakat, fa‟i,
ghanimah dan „usyr. Pada awalnya, seiring dengan luasnya wilayah yang
dikuasai, Daulah Turki Utsmani menggunakan sistem desentralisasi dalam
mengatur pemungutan pajak, namun dalam penerapannya timbul masalah di
kemudian hari. Para pejabat local mulai melakukan berbagai penyimpangan
semisal pemungutan liar, dll. Hal tersebut mendorong pemerintah pusat untuk
mengubah kebijakannya menjadi sentralistik.1

Untuk menunjang aktivitas ekonomi, Daulah Turki Utsmani juga


mencetak mata uang. Nama Sultan dicantumkan pada mata uang yang beredar
sebagai tanda penguasa dimasa itu. Ketika terjadi inflasi, Sultan Murad IV
mengeluarkan kebijakan penambahan nilai mata tukar mata uang emas dan
perak, di samping melakukan efisiensi pengeluaran terhadap gaji pasukan
Jenissari dan keperluan istana.2

Ketidakstabilan politik kerajaan Turki Utsmani pada abad ke-17


memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi negara. Akibat
perang yang tak pernah berhenti, perekonomian merosot, pendapatan
berkurang, sementara belanja sangat besar termasuk biaya perang.

1
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Granada Press, 2007), 62.
2
Fadllan, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Surabaya: Pena Salsabila, 2013), 45.

3
Pada abad tersebut, jumlah penduduk Turki semakin banyak, sementara
pada saat yang sama, kerajaan menghadapi problem intern sebagai dampak
pertumbuhan perdagangan dan ekonomi internasional, mereka lebih maju jika
dibandingkan dengan negara Turki Utsmani.

Di Eropa pada waktu itu telah muncul kapitalisme sebagai akibat dari
munculnya kapitalisme bangsa Eropa yang didominasi mereka dibidang
perdagangan terus menurunnya produksi industry kerajinan masyarakat Turki.
Ekspansi bangsa Eropa di bidang perdagangan dan meningkatnya perputaran
modal diantara mereka, telah memunculkan sejumlah industry baru disektor
industry logam dan tekstil.3

Industri baru itu telah memaksa mereka untuk mencari secara terus-
menerus pasar baru bagi ekspor produksi mereka. Para pengusaha kapitalis
mengembangkan pasar dan industry mereka dengan menciptakan teknik dan
kebutuhan baru dalam upaya bersaing dengan industry tradisional masyarakat
Turki. Para pedagang Eropa membeli bahan mentah dari Turki kemudian
mereka mengolahnya di Eropa. Setelah itu dibawa dan dipasarkan di Turki
dengan diskon tinggidan kualitas lebih bagus. Dengan cara ini, menyebabkan
sector kerajinan Turki banyak yang gulung tikar.

Selanjutnya, nilai mata uang Turki terhadap mata uang asing menurun
drastis, meskipun pemerintah telah berupaya untuk mengendalikan harga,
tingkat inflasi dan nilai tukar mata uangnya. Harga makanan ikut merangsek
naik secara bertahap dan konsekuensinya mempengaruhi jumlah pendapatan
dan gaji para pegawai kerajaan. Situasi perekonomian yang serba sulit ini
memaksa kerajaan untuk mengevaluasi nilai mata uangnya kembali sehingga
mengakibatkan dislokasi baru dan krisis keuangan berkelanjutan hingga
perkembangan sejarah kerajan Turki pada masa berikutnya. 4

Berikut beberapa perkembangan yang terjadi pada masa Khalifah


Utsman, diantaranya sebagai berikut :

3
Ibid,. 46.
4
Dedy Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 250.

4
1. Melakukan usaha perluasan wilayah meliputi Asia kecil, Armenia, Irak
Syiria, Yaman, Hijaz, Yaman, Mesir, Libya, Tunisia, Aljazair, Bulgaria,
Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania.

2. Melakukan interaksi dengan bangsa lain sehingga terjadi proses assimilasi,


dari kebudayaan Persia mereka mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan
tatakrama dalam istana raja-raja.

3. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap dari Binzantium.5

B. Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Kinalizade Ali Celebi

Kınalızâde dilahirkan di Isparta, Anatolia pada tahun 916 H/1511 M.


Ahlâk-i Alâ‟î menjadi salah satu karya monumental milik Kinalizade berisi
tentang akhlak yang memberikan warna Turki Utsmaniah dalam perkembangan
ilmu pengetahuan. I‟lm Tadbir alManzil (Ilmu Pengurusan Rumah
Tangga/ITM) menjadi bagian penting yang dibahas dalam Ahlâk-i Alâ‟î. Ia
adalah putra Qadı (hakim) Emrullah Mehmed (1559) dan cucu dari Abd „al-
Kadir Hamidi.

Ḳınalızāde(1510-1572), merupakan seorang filsuf moral besar abad


keenam belas. Ḳınalızāde adalah murid Çivizāde Muḥiddīn Efendi, dan dia
kemudian menjadi profesor di madrasah Süleymaniyeh.

Selain itu, Ia mengajar di berbagai perguruan tinggi(medreses) di


Edirne, Bursa, Kütahya, dan akhirnya Istanbul, sebelum memulai karier
yudisial.698Tahun 1563, ia dikirim sebagai hakim ke Damaskus, kemudian
keKairo, Bursa, dan Edirne; pada tahun 1570 dia diangkat hakim Istanbul dan
tahun berikutnya Anadolu Kazaskeri,yaitu, kepala hakim militer Anatolia.6

Kınalızade menulis berbagai risalah tentang yurisprudensi, sejarah,


korespondensi, dan hukum suci(Syarī‟at). Karyanya yang paling penting adalah
Ahlâk-i Alâ‟î. Karyanya Ahlâk-i Alâ‟î merupakan proyek penting baginya

5
Abi Suar, Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Awal Turki Utsmani (Padang: Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol, 2020), 56.
6
Abdul Qoyun, Dkk, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Departemen Ekonomi dan
Keuangan Syariah-Bank Indonesia), 431.

5
yang mencakup keseluruhan pandangan etika, menjadi sangat populer di
seluruh dunia seluruh periode Turki Utsmani sampai abad kedelapan belas.

Ahlâk-i Alâ‟î dari Kınalızade dibangun di atas warisan penulis Turki


Utsmani yang menerjemahkan atau mengadaptasi filosofi moral dan politik
dari tradisi filsafat Islam dari al-Fārābī (w. ca. 950), Ibn Sīnā(Avicenna, w.
1037), dan Ibn Rusyd (Averroes,d. 1198).

Dengan demikian, ini menyajikan kombinasi analisis aristotelian


tentang jiwa manusiadengan gagasan Platon tentang kota yang ideal, seperti
yang dielaborasi oleh Naṣīr al-Dīn Ṭūṣī (w. 1274) dan penerusnya Jalāl al-Dīn
Dawwānī (w. 1502). Sehingga dapat dikatakan bahwa kajian „ilmu tadbir al-
manzil(ITM) yang dikembangkan oleh filsuf muslim terus berkembang dalam
lintasan sejarah Islam. ITM merupakan bagian dari filsafat praktis yang
merupakan bagian dari politik dan etika. Ketiganya merupakan inti dari filsafat
yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya karena ekonomi sangat terkait
dengan politik dan etika, begitu juga politik dan etika juga memerlukan
ekonomi dalam pengurusan individu. 7

Ilm tadbīr al-manzil (ITM) adalah sebuah disiplin (ʽilm) yang


digunakan untuk menjaga ketertiban antara anggota rumah tangga dan
mempertahankan rezeki secara layak.701 Orman (1995) mendefinisikan ITM
sebagai pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan suatu
kelompok yang tinggal bersama di rumah yang diperlukan untuk mempelajari
pola kemitraan yang dilakukan antara anggota rumah tangga atau keluarga.
ITM merupakan unit ekonomi terkecil yang penting dalam perekonomian
negara yang menurut Essid (1995), mereka sangat dipengaruhi oleh literatur
Yunani dari ekonomi Bryson. Namun sudah dilakukan islamisasi oleh para
muslim Filsuf seperti Ibnu Sina. Posisi Ibn Sīnā tentang masalah ini cukup
instruktif. Setelah merinci tiga bagian dari “Kebijaksanaan Praktis”, ia
menambahkan: “Prinsip pertama (mabda‟) dari ketiganya didasarkan pada
hukum Ilahi (syariat).

7
Ibid,. 433.

6
Sedangkan Ḳınalızāde mendefinisikan tujuan dari disiplin ini untuk
memberikan pedoman untuk rezeki atas dan kelas yang lebih rendah. ‟Ilm
tadbīr al-manzil merupakan bagian kedua bukunyaAḫlāḳ-ı „Alāī, sedangkan
bagian pertama dan ketiga adalah ʽilm akḫlāq(ilmu etika) dan „ilm tadbīr al-
madina, masing-masing merupakanbagian dari filsafat praktis secara
keseluruhan. Akhlak (etika) bagi para filsuf muslim merupakan dasar dari
ekonomi dan politik. Maka dapat dikatakan bahwa ilmu ekonomi sebelumnya
munculnya ekonomi modern yang diusung oleh Adam Smith merupakan satu
kesatuan disiplin dalam ilmu filsafat.

Dalam Aḫlāḳ-ı „Alāī, mata uang logam yang ideal menurutnya harus
langka, agar tidak semua orang bisa memilikinyadari itu. Karena
kelangkaannya, dengan jumlah yang kecil logam ini seharusnya sama sesuatu
yang bernilai besar. Jadi, ketika seseorang menginginkannya mengubah tempat
tinggalnya tidak perlu membawa semua barang rumahnya, tapi dia cukup
membawa logam ini, dan di mana pun diperlukan, dia dapat menukarnya untuk
makanan dan barang Dengan cara ini dia tidak perlu membawa jumlah yang
banyak.

Ḳınalızāde juga menambahkan tiga hal yang harus dihindari saat


menghasilkan uang, yaitu kekejaman dan penindasan (seperti mengambil
properti orang melalui tipu daya), tersipu dan malu (seperti tampil dan
bermain), dan keburukan dan penyiksaan (seperti menjaga toilet, penyamakan
kulit dan pertumpahan darah).

Profesional (ṣinâ‟at) menurutnya terdiri dari tiga jenis yaitu keahlian


yang terhormat (şerīf), menengah,(mütevassıṭ) dan tercela (ḫasīs). Klasifikasi
keahlian yang pertama menonjolkan aspek akal, yang dibagi menjadi tiga
bagian lagi. Jenis pertama terkait dengan akal murni dan kemurnian jiwa,
seperti cara-caramendapatkan pahala (sevāb) di akhirat dan menghiasi jiwa
yang berkenaan dengan pekerjaan wazir.Jenis kedua terkait dengan kebajikan
dan kesopanan seperti sastra, pengobatan,astrologi, matematika dan hukum. Ini
adalah hasil karya penyair, ulama, birokratdan filsuf.Jenis ketiga terkait dengan

7
kekuatan fisik, keberanian, dan kemampuan menunggang kuda, berkuda
berhubungan dengan militer.

Saat membelanjakan uang, empat hal harus dihindari. Yang pertama


adalah rasa malu karena kesederhanaan. Kesederhanaan dapat didefinisikan
sebagai menghabiskan lebih sedikit dari jumlah konvensional dan dengan
demikian membuat hidup tak tertahankan untuk anggota rumah tangga.

Kategori kedua dari tindakan yang harus dihindari terdiri dari berlebih-
lebihan dan pemborosan,di antaranya ada jenis yang berbeda, menurut
Ḳınalızāde.

Aspek ketiga yang harus dihindari adalah mengeluarkan uang untuk


membuat nama untuk diri sendiriatau untuk menarik pengakuan orang lain.

Keempat adalah: apa pun yang dibelanjakan, baik itu untuk tujuan wajib
seperti pengeluaran untuk kebutuhan anggota keluarga atau untuk tujuan yang
tidak wajib - seperti sedekah kepada orang miskin. Ḳınalızāde menambahkan
satu hal lagi yang penting membelanjakan uang yaitu dengan cara jalan tengah
(iḳtisād). Namun, saat ini pemenuhan kebutuhan lebih dekat dengan
kemewahan daripada lebih dekat dengan kesederhanaan.

Dalam konteks saat ini, ITM Ḳınalızāde telah memberikan fondasi yang
mapan dalam pengembangan konsep pengelolaan kekayaan islami saat ini.
Pemikirannya tentang pengelolaan kekayaan rumah tangga mengarahkan kita
kepada pengelolaan kekayaan yang sistematis dan terencana yang sesuai
dengan ajaran-ajaran Islam. Pendapatan yang diterima dan pengeluarannya
dalam konsumsi pribadi, sosial dan tabungan atau investasi harus benar-benar
sesuai syariat Islam sehingga mendapatkan keberkahan dari Allah Swt. Apa
yang kita dapatkan dan keluarkan dari rezeki yang diberikan Allah Swt. akan
dipertanggung jawabkan di akhirat kelak sebagaimana hadis Rasulullah Saw.
“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb-
Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk
apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang

8
hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia
belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.”8

C. Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Mustafa Nuri Bey

a. Biografi Singkat
Mustafa Nuri Bey lahir pada tahun 1259 H/1844 M yang pada saat
itu ayahnya Beylânh Gürcü Yusuf Pasha menjadi gubernur di Maraş.
Disamping menjalankan pendidikannya, Nuri belajar ilmu Islam dan Prancis
kepada seorang guru secara privat karena di awal tahun 1860-an ia
menjalankan tugas singkat di berbagai kantor, pada zaman itu Nuri
ditugaskan di kantor penerjemahan(Tercüme Odası) yang berfungsi sebagai
sekolah penting bagi banyak intelektual dan negarawan Ottoman terkemuka
dan sarana diplomatik untuk pemerintah.

Pada tahun 1865, Nuri Bey merupakan salah satu dari pendiri
organisasi rahasia oposisi politik yang terkenal yaitu "Aliansi Patriotik".
Daulah Utsmani Muda, yang menyebabkan dia harus diasingkan pada tahun
1867dengan anggota organisasi lainnya. Selanjutnya, Ia telah bekerja di
pemerintahan sejak tahun 1876 karena hubungannya yang dekat dengan
Sultan Abdul Hamid. Nah, ditahun 1882 Nuri Bey menerbitkan buku yang
berjudul Mebahis-iİlm-i Servet(Tema-tema alam ilmu kekayaan). Buku
tersebut adalah buku yang penting, karena merupakan satu-satunya risalah
ekonomi yang tepat yang ditulis oleh anggota terkemuka gerakan Utsmani
Muda yaitu Nuri Bey, seorang intelektual Turki Utsmani pertama yang
berjuang untuk“penemuan tradisi" ekonomi Islam.

Dalam pengantarnya, Nuri Bey menjelaskan dua faktor yang


memotivasi dirinya untuk menulis risalah tersebut. Pertama, pentingnya
ilmu ekonomi untuk “masyarakat yang beradab”. Ia berpendapat bahwa
cakupan ilmu ini berkembang seiring dengan kemajuan peradaban, dan
prinsip-prinsipnya menjadi semakin relevan untuk spektrum hubungan
manusia yang lebih luas, baik material maupun moral. Dengan demikian,
tidak mungkin masyarakat beradab mengabaikan prinsip-prinsipnya. Faktor

8
Ibid,. 436.

9
kedua adalah pengalaman pribadinya. Ia menyatakan bahwa meskipun
pentingnya ilmu ini pertama kali menginspirasinya untuk menulis buku
tentang subjek ini, pengalamannya di Administrasi Bea Cukai Turki
Utsmani mempercepat prosesnya. Setelah ditugaskan ke Administrasi, dia
menyadari bahwa transaksi dan prosedur dalam adat Utsmani sangat jauh
dari apa yang dikatakan oleh prinsip-prinsip ekonomi modern. Dia
menyaksikan sistem yang kacau dan sewenangwenang atau ketiadaan sistem
dalam pengertian modern yang membuat Administrasi Bea Cukai Utsmani
terbuka untuk semua jenis pelecehan dan korupsi.9

b. Nuri Bey dan Ilmu kekayaan (ekonomi)

Nuri Bey memberikan pengertian ilmu kekayaan (science of wealth)


sebagai sains yang merupakan cabang dari ilmu akhlak/moral. Dalam
mendukung pandangannya sendiri, ia mengeklaim bahwa “Ilmu kekayaan”
hanya terkait dengan kekayaan yang diperoleh secara sah halal, bukan
dengan cara “penindasan atau menjilat atau kecurangan atau penipuan”.729
Karena itu ia menolak tesis positivisme yang mengatakan tidak ada ikatan
yang kuat antara moral dan ekonomi. Inilah ekonomi Islam yang
menempatkan moral sebagai satu elemen terpenting yang tidak terpisahkan
dengan ekonomi. Chapra (2009) menegaskan bahwa nilai moral tidak hanya
fokus kepada kehidupan pribadi individu, melainkan juga mencakup semua
aspek kehidupan manusia, seperti sosial, ekonomi, politik dan internasional
dan mempengaruhi kesejahteraan setiap orang.731Sepertinya, ia mencoba
mengembalikan ekonomi kepada asalnya dalam tradisi filsafat praktis islami
yang mencakup akhlak/moral, ekonomi dan politik sebagai satu kesatuan
tidak terpisahkan.10

Perbedaan ekonomi Islam Utsmani dan ekonomi Islam abad kedua


yang menjadi perhatian utamanya tentang bunga, yang mana itu bukan
menjadi perhatian utama Nuri Bey. Misalnya dalam pembahasan distribusi
kekayaan, ia mendefinisikan“bunga”hanya sebagai“laba atas modal”tanpa
mengacu pada laba sebagai kategori terpisah dalam konteks ini. Menurut
9
Ibid,. 437.
10
Ibid,. 439.

10
penjelasannya, pemerintah memungut pajak, buruh menerima upah atau
gaji, pemilik tanah mendapat sewa,dan bagian dari kapitalis dalam distribusi
adalah "bunga". Sehingga, bunga (interest rate) itu tidak selalu haram ketika
digunakannya sesuai syariat Islam. Adapun yang diharamkan menurutnya
bunga yang diambil atas pinjaman sebagai yang dijelaskan dalam beberapa
hadis Rasulullah SAW.

Dalam kasus Turki Utsmani perlu dicatat adalah pertanyaan tentang


bunga dan membangun ekonomi bebas bunga tidak menjadi perhatian utama
bagi ekonom muslim Utsmaniyah lainnya pada zaman itu juga. Selain itu
ekonomi Islam versi Nuri Bey adalah upaya untuk mengasimilasi
pengetahuan ekonomi modern ke dalam pengaturan kelembagaan dan
budaya Islam, yang akan membimbing muslim Utsmani dalam membangun
ekonomi modern.11

D. Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Mehmed Akif Ersoy

a. Biografi Singkat

Mehmed Akif Ersoy lahir di Istanbul 20 Desember 1873 M, ia


merupakan seorang penyair, penulis, akademisi, politisi dan penulis lagu
kebangsaan Turki. Ayahnya Mehmet Efendi Tahir adalah seorang guru di
madrasah Fatih. Ia kemudian belajar di Fatih Rüşdiye (Sekolah Menengah
pertama Utsmani) dan melanjutkan di Mekteb-i Mülkiye (Sekolah Sains
Politik). Menyusul kematian ayahnya dan hilangnya rumah keluarga dalam
kebakaran, ia tidak dapat melanjutkan pendidikan tingginya di divisi
lanjutan Mekteb-i Mülkiye. Sebagai gantinya, dia mendaftar di sekolah
asrama hewan, yang menawarkan uang sekolah gratis, di mana ia lulus pada
tahun 1893 dengan memuaskan.

Pada tahun 1893 ia memulai kariernya sebagai inspektur kedokteran


hewan dan bertugas di Anatolia, Makedonia, dan Hijaz, setelah itu dia
mengajar di Sekolah Pertanian Halkalı pada tahun 1906 dan di Sekolah

11
Ibid,. 441.

11
Mesin Pertanian pada tahun 1907. Pada tahun 1908 M, ia diangkat sebagai
guru besarsastra di Darülfünûn (universitas).12

b. Mehmed Akif Ersoy di ilmu Ekonomi


Ersoy memulai penjelasannya tentang negara yang maju karena etos
kerjanya. Di dunia ini, hanya bangsa-bangsa yang telah membebaskan diri
dari sikap apatis dan terdiri dari warga yang rajin dan banyak akal akan
maju dengan cepat dan meninggalkan negara lain. Oleh karena itu, hanya
dengan merangkul kerja keras dan gaya hidup yang rajin sehingga
masyarakat dapat mencapai tingkat peradaban modern. Beberapa penulis
sosial dan politik berpendapat bahwa agama menghalangi orang
mengadopsi gaya hidup yang produktif, menyebabkan kelambanan dan
kelambanan di antara mereka orang orang. Di sini, saya akan berdebat
sebaliknya. Islam, jauh dari kata penyebab kemalasan di antara para
pengikutnya, mendorong dan bahkan memerintahkan mereka bekerja keras
di dunia ini.

Ersoy mengatakan bahwa dunia adalah tempat perjuangan, di mana


individu yang aktif akan mengalahkan pasif dan akan mendominasinya.
Oleh karena itu, kita harus melakukannya tidak mengabaikan dunia ini.
Sebagai sebuah agama, Islam mengandung banyak aturan dan prinsip yang
memerintahkan umat Islam untuk menjalani kehidupan yang sangat
produktif. Dari sini terlihat pemikirannya bahwa manusia muslim harus
menjadikan dunia sebagai sarana produktif untuk memakmurkan bumi dan
kehidupannya. Kerja adalah sarana yang wajib dilakukan oleh umat Islam di
dunia untuk mencapai tujuan akhirat. 13

Selanjutnya Ersoy merujuk sabda Nabi Muhammad SAW yang


berkata bahwa orang yang bekerja keras untuk mencari nafkah adalah
seperti orang yang berjuang karena Allah Swt (sabilullah). Islam mengutuk
mereka yang menolak bekerja sebagaimana mereka yang menolak agama
mereka. Pendapatnya sejalan dengan sabda Rasulullah Saw., “Apabila
keluarnya dia dalam rangka mencari nafkah untuk anaknya yang masih
12
Ibid,. 441.
13
Ibid,. 442.

12
kecil, itu juga termasuk jihad fi sabilillah. Jika keluarnya dalam rangka
mencari nafkah untuk orangtuanya yang tua, maka itu juga jihad fi
sabilillah. Kalau pun keluarnya dia dalam rangka mencari nafkah untuk diri
sendiri demi menjaga harga diri, maka itu juga termasuk jihad fi sabilillah.
Namun, bila keluarnya dia disertai riya dan hura-hura, maka itu merupakan
usaha di jalan setan.” (HR Thabrani).14

Faktanya, salah satu pilar utama kehidupan seorang muslim adalah


kemakmuran dan kemajuan. Jadi bekerja untuk memenuhi nafkah itu adalah
diperintahkan oleh Islam sebagai bentuk penjagaan jiwa. Beberapa ulama
Islam bahkan menjelaskan bahwa tujuan dari bekerja untuk memenuhi
nafkah diri sendiri, keluarga, kerabat dekat, dan masyarakat yang merujuk
kepada Alquran dan sunah. Ersoy menambahkan bahwa tidak ada keraguan
bahwa jika Nabi Muhammad SAW telah membenci dan menolak kekayaan
materi dan kemakmuran, tidak ada orang kaya yang akan ditemukan di
antara teman-temannya. “Saat ini kebutuhan hidup dan semua manusia tidak
dapat dipenuhi oleh satu orang saja. Semua pekerjaan hanya bisa dilakukan
ketika masyarakat dan bangsa bersatu. Tidak ada pabrik, kereta api, kapal
dan pelabuhan, rumah sakit, Masjid, sekolah dan pasar perdagangan, tidak
ada kelompok penyelamat agama dan negara, alat dan bahan peledak yang
tidak dapat berbuat apa-apa sendiri. Singkatnya, tidak ada yang bisa
mencapai tujuan mereka sendirian. Kehidupan saat ini berjalan sedemikian
rupa, bahkan satu air mata dan keringat orang tidak dapat membuat
perubahan apa pun. Jika hanya ada sekelompok orang yang bekerja
bersama, maka mereka dapat mencapai tujuan mereka. Dari pendapatnya ini
menjelaskan bahwa pentingnya kerja sama dan persatuan dalam ekonomi
dalam suatu negara. Dengan kata lain, pembagian kerja akan menjadi
produktif secara efisien dan efektif ketika dikerjakan bersama-sama untuk
mendukung pembangunan ekonomi negara. 15

14
Ibid,. 443.
15
Ibid,. 444.

13
E. Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam Said Nursi Badiuzzaman

Said Nursi lahir pada tahun 1293 H (1877 M) di desa Nurs, daerah
Bitlis. Ia adalah anak keempat dari tujuh anak dari Mirza dan Nuriye yang
berasal dari suku Kurdi. Saudara kandungnya yaitu Durriyah Hanim, Halima
Hanim, Abdullah, Said, Muhammad, Abdul Majid dan Marjan, Ayahnya
bernama Mirza dan Ibunya Nuriye merupakan pengikut tarekat
Naqsabandiyyah.

Dalam pendidikan, kepintarannya dalam bidang ilmu-ilmu Syarī‟at


terlihat ketika ia dapat merampungkan diplomanya hanya dalam tempo tiga
bulan yang seharusnya ditempuh selama 15 tahun di salah satu madrasah di
Bayezit, sehingga ia berhak mendapat gelar Molla (penghormatan atas seorang
yang terpelajar di bidang agama) dari Syaikh Muhammad Celali. Molla
Fethullah dari Siirt menjulukinya Badiuzzaman (keajaiban zaman) yang
menyerupai kepintarannya Bediuzzaman Hamadani (968-1008) karena
penguasaannya di berbagai bidang keilmuan. Badiuzzaman mengatakan bahwa
rezeki langsung diawasi oleh yang Maha Kuasa dari Kemuliaan dan datang
langsung dari perbendaharaan rahmat-Nya. 16

Ia membagi rezeki menjadi dua yaitu hakiki dan metaforis. Rezeki yang
hakiki, yaitu yang cukup untuk bertahan hidup. Hal ini dijamin oleh Sang
Pemberi Rezeki (al-Razzâq). Selama kecenderungan manusia terhadap
kejahatan itu tidak ada, ia akan menemukan rezeki penting ini dalam keadaan
apa pun tanpa mengorbankan agamanya, atau kehormatannya, atau harga
dirinya. Rezeki hakiki yang dikatakannya ini didapatkan dan dikeluarkannya
harus dengan cara-cara yang baik dan benar oleh syariat Islam.

Rezeki yang metaforis, yaitu karena kesewenang-wenangan, kebutuhan


yang tidak penting menjadi seperti yang penting, dan karena malapetaka
kebiasaan dan tradisi, orang menjadi kecanduan dan tidak dapat
melepaskannya. Rezeki ini diperoleh dengan semata-mata mengorbankan harga
diri seseorang dan menerima keburukan, dan kadang-kadang membungkuk

16
Ibid,. 445.

14
untuk memohon, menjilat, dan bahkan ironisnya sampai mengorbankan agama,
yang merupakan cahaya hidup yang kekal.

Di antara cara-cara yang baik ketika memperoleh rezeki yaitu


mengeluarkannya dengan cara hemat. Lalu ia menambahkan bahwa peran
berhemat adalah untuk menyelamatkan seseorang dari keburukan yang
dampaknya memohon kepada seseorang dan menjatuhkan harga diri. Maka
konsep inti dalam ekonomi Islam yang harus diperhatikan adalah perilaku
konsumsi manusia. Menurutnya jika seseorang hemat dan membatasi
kebutuhannya pada hal yang penting dan mendasar, dampaknya ia akan
menemukan kecukupan makanan untuk hidup dengan cara yang tak terduga.
Dampak negatif orang yang tidak hemat pasti akan dirongrong dan menjadi
miskin dan akibatnya mengemis.17

17
Ibid,. 446.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Daulah Turki Utsmani merupakan Khilafah Islamiyyah yang cukup
lama berkuasa di dunia Islam yang wilayah kekuasaannya meliputi Timur dan
Barat. Posisinya yang sangat sentral sangat menguntungkannya dalam
perekonomiannya terutama dalam perdagangan internasional. Selain
perdagangan, Turki Utsmani juga mengandalkan pertanian dan industrinya
terutama di bidang tekstil. Aktivitas-aktivitas ekonomi Turki Utsmani
berpegang teguh pada ajaran dan tradisi Islam yang banyak melihat kepada
daulah-daulah sebelumnya yang berada di Timur seperti penerapan timar yang
di Timur merupakan iqthâ'.

Wakaf juga menjadi pusat perhatian pemerintah Turki Utsmani dalam


pengembangannya dan menjadi suatu kebiasaan oleh masyarakat Turki pada
masa itu. Wakaf uang merupakan praktik ekonomi Islam pertama kali yang
diinisiasi oleh pemerintah Turki Utsmani. Maka menjadi penting dukungan
pemerintah dalam perkembangan ekonomi Islam.

Pada tahap awal perkembangan ekonomi Islam Turki Utsmani banyak


merujuk kepada filsafat praktis Islam yaitu 'ilm tadbir al-manzil yang di antara
pengembangnya adalah Kinalizae Ali Celebi. 'ilm tadbir al-manzil ini pun
tidak dikembangkan oleh tokoh-tokoh Turki Utsmani modern dengan
melakukan asimilasi ekonomi modern seperti di dalam karyanya Nuri Bey
Mebahis-i İlm-i Servet. Selain itu pengaruh tasawuf yang banyak merujuk
kepada Ibnu Arabi juga banyak digunakan dalam analisis-analisis ekonomi
seperti yang dijelaskan oleh Badiüzzaman dalam karyanya Risalah Nur. Dapat
dikatakan filsafat dan tasawuf selain fikih telah menjadi disiplin ilmu yang
berkembang di Turki Utsmani sampai akhirnya datang ilmu modern ekonomi.

Maka dalam pengembangannya ada proses islamisasi ekonomi yang


terjadi di Turki Utsmani. Kelompok pertama mengembangkan ekonomi Islam
melalui tradisi filsafat Islam dan tasawuf yang dihubungkan dengan konteks

16
keadaan Turki Utsmani pada masa itu. Kelompok kedua melakukan integrasi
pengetahuan Islam dan Barat.

B. Saran

Tentunya terhadap penyusun makalah sudah menyadari jika dalam


penyusunan makalah yang berjudul “Sejarah Pemikiran Tokoh Ekonomi Islam
Daulah Turki Utsmani” masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata
sempurna. Adapun nantinya penyusun akan segera melakukan perbaikan
susunan makalah ini dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan
kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: Granada Press, 2007.

Fadllan. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Surabaya: Pena Salsabila, 2013.

Supriyadi, Dedy. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV Pustaka Setia.

Suar, Abi. Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Awal Turki Utsmani. Padang:
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Imam Bonjol, 2020.

Qoyun, Abdul dkk. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: Departemen


Ekonomi dan Keuangan Syariah-Bank Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai