Anda di halaman 1dari 22

1

REFERAT
KELENJAR ADRENAL

Disusun oleh:
Dian Muflikhy Putri, S. Ked
112011101076

Dokter Pembimbing:
dr. Yuli Hermansyah, Sp.PD

Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya


SMF Ilmu Penyakit Dalam di RSUD dr.Soebandi Jember

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1

PENDAHULUAN
Kedua kelenjar adrenal yang masing-masing mempunyai berat kira-kira 4
gram, terletak dikutub superior dari kedua ginjal. Tiap kelenjar terdiri dari dua bagian
yang berbeda, yakni medulla adrenal dan korteks adrenal. Medula adrenal, yang
merupakan 20 persen bagian kelenjar terletak dipusat kelenjar dan secara fungsional
berkaitan dengan system saraf simpatis.
Medula adrenal menghasilkan katekolamin (epinefrin dan norepinefrin)
sebagai respon terhadap saraf simpatis. Selanjutnya hormon-hormon ini akan
menyebabkan efek-efek yang hampir sama

dengan perangsangan langsung pada

saraf-saraf simpatis diseluruh bagian tubuh. Korteks adrenal menghasilkan banyak


hormone steroid dan yang terpenting adalah kortisol (glukokortikoid), aldosteron
(mineralokortikoid) dan androgen adrenal. Hormone ini seluruhnya disintesis dari
kolesterol steroid dan semuanya mempunyai rumus kimia yang sama. Akan tetapi,
perbedaan yang sangat sedikit dalam struktur molekulnya memberikan beberapa
fungsi penting yang berbeda.
Semua hormone yang dihasilkan di kelenjar adrenal ini memulai kerjanya
lewat penggabungannya dengan reseptor intrasel yang spesifik dan kompleks ini akan
berikatan ke region spesifik DNA untuk mengatur ekspresi gen. Peristiwa ini akan
mengakibatkan perubahan laju sintesis sejumlah kecil protein, yang selanjutnya akan
mempengaruhi berbagai proses metabolisme, misalnya glukoneogenesis dan
keseimbangan NA dan K.
Korteks adrenal manusia dewasa berkembang dari sel-sel lapisan luar korteks
adrenal dan berdiferensiasi menjadi tiga buah lapisan atau zona yang berbeda: daerah
subkapsular dinamakan zona glomerulosa dan berkaitan dengan produksi
mineralokortikoid. Berikutnya adalah zona fasikulata yang bersama dengan zona
retikularis menghasilkan kelompok glukokortikoid serta hormone androgen.
Kelenjar adrenal terdiri dari sepasang, berbentuk pyramid, terletak
retroperitoneal dibagian atas atau medial ginjal. Kapsul fibrosa menyelimuti kelenjar
adrenal. Bagian luar atau korteks adalah padat dan merupakan kira-kira 80-90% berat
adrenal normal, menghasilkan steroid. Bagian dalam atau medulla adalah lembut,
menghasilkan kalsitonin. Berat setiap kelenjar adrenal kira-kira 5 gram.

Keabnormalan pada kelenjar adrenal dapat berupa kerusakan pada korteks


maupun medulla kelenjar adrenal, kelainan-kelainan yang terjadi dapat menyebabkan
penurunan maupun peningkatan dari hormone-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
tersebut. Hal tersebut dapat menyebabkan berbagai penyakit sesuai dengan hormone
yang diganggu misalnya hyperplasia adrenal congenital, Addison disease, sindrom
aldosteron, cushing syndrome, syndrome conn,dan lain-lain.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI

Korteks adrenal manusia dewasa berkembang dari sel-sel lapisan luar korteks adrenal
dan berdiferensiasi menjadi tiga buah lapisan atau zona yang berbeda: daerah subkapsular
dinamakan zona glomerulosa dan berkaitan dengan produksi mineralokortikoid. Berikutnya
adalah zona fasikulata yang bersama dengan zona retikularis menghasilkan kelompok
glukokortikoid serta hormone androgen.
Kelenjar adrenal terdiri dari sepasang, berbentuk pyramid, terletak retroperitoneal
dibagian atas atau medial ginjal. Kapsul fibrosa menyelimuti kelenjar adrenal. Bagian luar
atau korteks adalah padat dan merupakan kira-kira 80-90% berat adrenal normal,
menghasilkan steroid. Bagian dalam atau medulla adalah lembut, menghasilkan kalsitonin.
Berat setiap kelenjar adrenal kira-kira 5 gram.
Korteks adrenal dialiri dan menerima suplai arteri utamanya dari cabang arteri
phrenicus inferior, arteri renalis, dan aorta. Arteri-arteri kecil ini membentuk pleksus arteri
dalam kapsul dan kemudian memasuki system sinusoid yang menembus korteks dan medulla,
mengalir kedalam vena sentralis disetiap kelenjar adrenal. Vena adrenalis kanan mengalir
langsung kedalam bagian posterior vena kava, sedangkan vena adrenalis kiri memasuki vena
renalis kiri.
KORTEKS ADRENAL
Sel-sel korteks adrenal dapat mensintesis kolesterol dan juga mengambilnya dari sirkulasi.
Kolesterol diubah menjadi 5-pregnolon yang merupakan bahan dasar semua kortikosteroid.
Banyak steroid telah diisolasi dari korteks adrenal tetapi ada tiga yang paling penting:
-

Kortisol (hidrokortison) disekresi setiap hari, umumnya berasal dari zona fasikulata
(lapisan tengah) dan zona retikularis (lapisan dalam) korteks adrenal.

Dehidroepiandrosteron (DHEA) disekresi oleh lapisan yang sama dan kira-kira


dalam jumlah yang sama dengan kortisol.

Aldosteron disekresi oleh zona glomerulosa (lapisan luar) yang juga memproduksi
beberapa jenis kortikosteroid lain dan sedikit testosterone dan estrogen.

Pelepasan kortikosteroid ke dalam aliran darah berlangsung secara intermiten, menghasilkan


fase lonjakan mendadak dalam plasma dan fase penurunan.

2.2 HISTOLOGI ADRENAL

Kapsula fibrosa menyelimuti kelenjar adrenal. Bagian luar atau korteks adalah padat
dan merupakan kira-kira 80-90% berat adrenal normal, menghasilkan steroid. Bagian dalam
atau medulla adalah lembut, menghasilkan katekolamin. Zona-zona korteks adrenal yang
terpisah mensintesis hormon spesifik, menunjukkan kemampuan enzimatik setiap zona untuk
mentransformasi dan hidrolisis steroid tertentu. Zona luar (glomerulosa) mengandung enzim
untuk biosintesis aldosteron, dan bagian dalam (fasciculata dan retikularis) adalah tempat
biosintesis kortisol dan androgen.

2.3 FISIOLOGI
GLUKOKORTIKOID
Kelebihan glukokortikoid menyebabkan perubahan pada keadaan berikut ini :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Metabolisme protein dan karbohidrat


Distribusi jaringan adipose
Elektrolit
Sistem kekebalan
Sekresi lambung
Fungsi otak
Eritropoeisis
Selain itu, kelebihan hormone ini juga menekan peradangan.
Glukokortikoid mempunyai

efek katabolik dan antianabolik pada protein,

menyebabkan penurunan kemampuan sel-sel pembentuk protein untuk menyintesis protein.


Sebagai akibatnya terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah
dan tulang. Secara kllinis kulit mengalami atrofi dan mudah rusak, luka-luka sembuh dengan
lambat. Ruptur serabut-serabut elastic pada kulit menyebabkan tanda regang berwarna ungu.
Otot-otot juga mengalami atrofi dan menjadi lemah. Penipisan dinding pembuluh darah dan
melemahnya jaringan penyokong perivaskuler menyebabkan mudah timbul luka memar.
Keadaan ini dapat cukup parah sehingga menimbulkan petekie atau ekimosis yang luas pada
lengan atas bila pasien diukur tekanan darahnya. Tulang juga terpengaruh. Matriks protein
tulang menjadi hilang dan menyebabkan keadaan osteoporosis. Keadaan ini mungkin
merupakan komplikasi serius dari kelebihan glukokortikoid karena menyebabkan tulang
menjadi rapuh dan terjadinya fraktur patologis. Osteoporosis paling sering terjadi pada tulang
belakang dan menyebabkan kolaps vertebra dan disertai nyeri punggung dan pengurangan
tinggi badan.

Metabolisme karbohidrat juga dipengaruhi oleh kenaikan kadar glukokortikoid yang


tinggi. Glukokortikoid merangsang glukoneogenesis dan mengganggu kerja insulin pada selsel perifer. Sebagai akibatnya, penderita dapat mengalami hiperglikemia. Pada seorang
dengan kapasitas produksi insukin yang normal, efek glukokortikoid akan dilawan dengan
meningkatkan sekresi insulin, sehingga menormalkan toleransi glukosa. Sebaliknya,
penderita dengan kemampuan sekresi insulin yang menurun tidak mampu menompensasi
keadaan tersebut , dan toleransi glukosa, hiperglikemia puasa, dan manifestasi klinis diabetes
mellitus.
Kadar glukokortikoid yang berlebihan juga memengaruhi distribusi jaringan adipose
yang terkumpul di daerah sentral tubuh dan menyebabkan obesitas, wajah bulan (moon face),
memadatnya fosa supraklavikularis, dan tonjolan servikodorsal (punuk kerbau) obesitas
trunkus dengan ekstremitas atas dan bawah yang kurus akibat atrofi otot memberi penampilan
klasik berupa penampilan cushingoid.
Glukokortikoid mempunyai efek minimal pada kadar elektrolit serum. Akan tetapi,
kalau diberikan atau dihasilkan dalam kadar yang terlalu besar , dapat menyebabkan retensi
natrium dan pembuangan kalium, mengakibatkan edema, hipokalemia, dan alkalosis
metabolik.
Glukokortikoid dapat menghambat respons kekebalan. Ada 2 tipe utama respons
kekebalan yang pertama menyebabkan pembentukan antibody humoral oleh sel-sel plasma
dan limfosit B akibat rangsangan antigen; yang lainnya bergantung pada reaksi-reaksi yang
diperantarai oleh limfosit T yang tersensitisasi. Glukokortikoid mengganggu pembentukan
antibody humoral dan memghambat proliferasi pusat-pusat germinal limpa dan jaringan
limfoid pada respon primer terhadap antigen.gangguan respon imunologik dapat terjadi pada
setiap tingkatan berikut ini : (1). Pemrosesan awal antigen oleh sel-sel system monosit
makrofag, (2) induksi dan proliferasi limfosit immunokompeten serta pelepasan sitokin, (3)
produksi antibody, dan (4) reaksi peradangan. Glukokortikoid juga menekan reaksi
hipersensitivitas lambat. Misalnya, glukokortikoid dapat mengubah tes kulit tuberculosis dari
positif menjadi negative . Selain itu, hambatan terhadap kekebalan seluler yang diperantarai
glukokortikoid mungkin penting dalam menekan penolakan cangkokan.
Aktivitas sekresi lambung ditingkatkan oleh glukokortikoid. Sekresi asam
hidroklorida dan pepsin dapat meningkat pada individu tertentu yang mendapat
glukokortikoid. Juga diduga bahwa factor-faktor protektif mukosa diubah oleh steroid dan
faktor-faktor ini dapat mempermudah pembentukan ulkus.

Perubahan psikologik juga sering dijumpai pada pasien dengan kelebihan


glukokortikoid, yang ditandai oleh ketidakstabilan emosi, euphoria, insomniua dan episode
depresi singkat. Manifestasi neuropsikiatri dari kelebihan glukokortikoid terlihat pada pasienpasien dengan sindrom Cushing spontan dan pada mereka yang mendapat glukokortikoid
dosis farmakologik. Perubahan-perubahan ini akan kembali normal bila kadar kortisol
kembali normal.
Glukokortokoid menyebabkan involusi jaringan limfosi, merangsang pelepasan
neutrofil dan peningkatan eritropoeisis.
Efek farmakologik glukokortikoid yang paling Penting dan bermanfaat secara kllinis
adalah kemampuannya menekan reaksi peradangan. Banyak penelitian in vivo dan in vitro
memperlihatkan bahwa glukokortikoid dapat menghambat hyperemia, ekstravasasi sel,
migrasi sel, dan permeabilitas kapiler. Glukokortikoid juga menghambat pele[asan kinin yang
bersifat vasoaktif dan menekan fagositosis. Glukokortikoid menghambat sintesis histamine
dan menekan reaksi anafilaktik akut yang didasarkan pada hipersensitivitas disebabkan oleh
antibody. Sifat antiinflamasi glukokortikoid telah menempat

kan glukokortikoid dalam

barisan terdepan agen terapeutik yang tersedia untuk pengobatan berbagai gangguan, seperti
penyakit vaskuler kolagen, yaitu penyakit yang sangat memerlukan penekan peradangan.
Akan tetapi, terdapat suatu keadaan klinis ketika penekanan kekebalan dan efek antiinflamasi
glukokortikoid merugikan merugikan penderita. Pada infeksi akut, tubuh mungkin tidak
mampu melindungi diri sebagaimana layaknya seperti bila menerima dosis farmakologik
glukokortikoid.

FISIOLOGI MINERALOKORTIKOID
Mineralokortikoid mempunyai dua kerja penting: regulator utama cairan ekstraseluler
dan metabolisme kalium. Efek ini diperantarai ikatan aldosteron dengan reseptor
glukokortikoid (mineralokortikoid) tipe I di jaringan target. Volume cairan diatur melalui efek
langsung pada collecting tubule, dimana aldosteron menyebabkan penurunan ekskresi
natrium dan peningkatan ekskrtesi kalium. Reabsorbsi ion natrium menyebabkan penurunan
potensial transmembran, peningkatan aliran ion positif, seperti kalium, keluar dari sel
kedalam lumen. Ion natrium yang direabsorbsi diangkut keluar epitel tubulus dikirim

kedalam cairan interstisial ginjal dan dari sana kedalam sirkulasi kapiler ginjal. Air secara
pasif mengikuti pemgangkutan natrium.
-

Efek ginjal dan sirkulasi dari aldosteron


Efek pada reabsorbsi natrium dan sekresi kalium dalam tubulus ginjal.
Aldosteron akan menyebabkan pengangkutan pertukaran natrium dan kalium, yakni
absorbsi natrium bersama-sama dengan ekskresi kalium oleh sel-sel epitel tubulus
terutama dalam tubulus distal dan duktus koligentes. Oleh karena itu, aldosteron
menyebabkan natrium disimpan dalam cairan ekstraseluler sedangkan kalium
diekskresikan kedalam urin.
Bila konsentrasi aldosteron dalam plasma tinggi maka keadaan ini akan mengurangi
jumlah natrium yang hilang kedalam urin sebegitu kecilnya sehingga hanya beberapa
miliekuivalen tiap hari. Pada saat yang sama, kalium yang hilang dalam urin
meningkat berlipat ganda.
Oleh karena itu, hasil akhir efek aldosteron dalam plasma adalah untuk meningkatkan
jumlah total natrium dalam cairan ekstraseluler sementara menurunkan jumlah kalium
ekstraseluler.
Selain itu, aldosteron juga berpengaruh pada volume cairan ekstraseluler dan tekanan
arteri. Peningkatan volume cairan ekstraseluler yang berlangsung selama 1 sampai 2
hari dapat mengarah kepada peningkatan tekanan arteri. Peningkatan arteri kemudian
akan menyebabkan peningkatan eksresi air dan garan yang sangat besar melalui
ginjal, yang merupakan suatu fenomena yang disbut sebagai dieresis tekanan.
Kelebihan aldostteron dapat menyebabkan hipokalemia dan kelemahan otot. Terlalu
sedikit aldosteron menyebabkan hiperkalemia dan keracunan jantung. Selain itu juga,
aldosteron juga mempunyai efek terhadap peningkatan sekresi ion hydrogen tubulus
dengan akibat alkalosis ringan.

Efek aldosteron pada kelenjar keringat, kelenjar liur, dan absorbsi intestinal
Pengaruh aldosteron terhadapo kelenjar keringat dan kelenjar liur hampir mirip
dengan pengaruhnya terhadap tubulus ginjal. Kedua kelenjar ini mengeluarkan sekresi
yang terutama mengandung banyak sekali natrium klorida, tetapi sewaktu melewati
duktus ekskretorius sebagian besar natrium klorida direabsorbsi sedangkan ion kalium
dan ion bikarbonat akan disekresikan. Aldosteron sangat meningkatkan reabsorbsi
natrium klorida dan sekresi kalium oleh duktus tersebut. Efek aldosteron terhadap

kelenjar keringat penting untuk menyimpangaram tubuh dalam lingkungan yang


panas dan efeknya terhadap kelenjar liur adalah menyimpan garam sewaktu liur
hilang secara berlebihan.
Aldosteron juga sangat meningkatkan absorbs natrium oleh usus, terutama didalam
kolon yang mencegah hilangnya natrium didalam tinja. Sebaliknya, bila tidak ada
aldosteron, absorbsi natrium akan menjadi sangat buruk yang menuju pada kegagalan
absorbsi klorida dan anion lain juga air. Natrium kloridadan air yang tidak diabsorbsi
kemudian menyebabkan diare dengan kehilangan garam lebih lanjut darah tubuh.
FISIOLOGI ANDROGEN ADRENAL
Beberapa hormone kelamin pria yang cukup aktif yang disebut androgen adrenal
(yang paling penting adalah dehidroepiandrosteron) secara terus-menerus disekresikan oleh
korteks adrenal terutama selama kehidupan fetus. Selain itu, progesterone dan estrogen yang
merupakan hormone kelamin wanita disekresikan dalam jumlah sangat sedikit.
Biasanya pada manusia normal, androgen adrenal mempunyai efek yang lemah.
Mungkin sebagian perkembangan awal dari organ kelamin pria dihasilkan dari sekresi
androgen adrenal semasa kanak-kanak. Androgen adrenal juga mencetuskan efek yang ringan
pada wanita, bukan hanya pada masa sebelum masa pubertas tetapi juga selama hidup.
Sebagian besar pertumbuhan rambut aksila pada wanita disebabkan oleh kerja dari hormonhormon ini. Beberapa adrenal androgen juga akan diubah menjadi testosterone yang
merupakan hormone

kelamin utama pada pria, didalam jaringan ekstra-adrenal, yang

mungkin mempunyai aktivitas androgenik yang besar.

2.4 KELAINAN KELENJAR ADRENAL


i. Hiperadrenal
a) Sindrom cushing
Merupakan keadaan dimana kadar kortisol plasma berlebihan (hiperkortisolisme),
aldosteron yang berlebihan (aldosteronisme).
Gejala klinis
Cushing melukiskan suatu sindrom yang ditandai dengan obesitas badan, hipertensi,
mudah lelah, amenorrea, hirsutisme, striae abdomen berwarna ungu, edema, glukosuria,
osteoporosis dan tumor basofilik hipofisis.

10

Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, sindrom cushing dibagi menjadi 2 jenis yaitu dependen
ACTH dan independen ACTH

Dependen ACTH
Hiperplasia adrenal
Sekunder terhadap kelebihan produksi ACTH hipofisa
Disfungsi hipotalamik-hipofisa
Mikro dan makroadenoma yang menghasilkan ACTH hipofisa
Sekunder terhadap tumor nonendokrin yang menghasilkan ACTH atau CRH
(karsinoma bronkhogenik, karsinoid thimus, karsinoma pankreas,
adenoma bronkhus)
Independen ACTH
Hiperplasia noduler adrenal
Neoplasia adrenal
Adenoma
Karsinoma
Penyebab eksogen, iatrogenik
Penggunaan glukokortikoid jangka lama
Penggunaan ACTH jangka lama

Independen ACTH
Kira-kira 20-25 % pasien dengan sindrom cushing menderita neoplasma adrenal.
Tumor ini biasanya unilateral dan kira0kira setengahnya adalah ganas. Kadang-kadang
pasien mempunyai gambaran biokimia hipersekresi ACTH hipofisis. Individu ini
biasanya mempunyai mikro atau makronodular kedua kelenjar adrenal mengakibatkan
hiperplasia nodular.
Penyebab terbanyak sindrom cushing adalah iatrogenik pemberian steroid eksogen
denganberbagai alasan. Sementara gambaran klinik mirip dengan yang dijumpai pada
tumor adrenal, pasien-pasien inibiasanya dapat dibedakan berdasarkan riwayat dan
pemeriksaan laboratorium.
Diagnosis

11

Sindrom cushing dapat ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan


fisik. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kadar kortisol yang abnormal dalam plasma
dan urin. Tes-tes spesifik dapat menentukan ada atau tidaknya irama sirkadian normal
pelepasan kortisol dan mekanisme pengaturan umpan balik yang positif. Apabila
hasilnya tidak ada irama sirkadian dan berkurang atau hilangnya kepekaan sistem

12

pengaturan umpan balik merupakan ciri-ciri sindrom cushing.

Penderita sindrom

cushing dengan dependen ACTH memiliki kadar ACTH tinggi sedangkan independen
ACTH memiliki kadar kortisol tinggi namun kadar ACTH yang rendah.
Pemeriksaan
1.
2.
3.
4.
5.

uji penekanan dengan deksametason dosis tinggi (8mg)


uji perangsangan CRH
CTscan
MRI
Pemindaian ini kelenjar adrenal
Pada pasien sindrom cushing ektopik atau penyakit korteks adrenal primer tidak

mampu menekan kadar ACTH dan kortisol pada pemberia deksametason dosis teinggi
dan tidak dapat meningkatkan kadarnya dengan pemberian CRH.
Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan CT scan dan MRI dengan kontras
gadolilium. Apabila hasilnya menunjukkan pembesaran adrenal pada pasien dengan
sindrom cushing dependen ACTH dan massa pada pasien adenoma atau karsinoma.
Uuntuk membedakan penyebabnya itu adenoma atau karsinoma, maka dilakukan
pemindaian ini kelenjar adrenal dengan melibatkan pemberial kolesterol radioaktif
secara intravena.
Patofisiologi Cushing
Akibat aktivitas

hormone yang berlebihan dari korteks adrenal mengakibatkan

peningkatan hormone lainnya, yaitu:


1. Kortisol
Peningkatan kortisol menyebabkan :
Glukoneogenesis meningkat menyebabkan hiperglikemia dimana pada hiperglikemia
menyebabkan keadaan insulin yang tinggi.
Lipolisis asam lemak bebas dihati sehingga terjadi lipolisis. Pada cushing syndrome
terjadi distribusi jaringan lemak yang abnormal yang bersifat sentripental sehingga
menyebabkan penumpukkan lemak di muka (moonface) dan punduk (buffalo hump).
Pemecahan protein atau proteolisis yang menyebabkan pemecahan protein perifer
sehingga terjadinya osteoporosis, pada kulit penurunan serat kolagen jaringan subkutan
menyebabkan jaringan subkutan mudah robek atau pecah ( strie ungu dan kemerahan ),
pada otot terjadi kelemahan otot karena proses pemecahan protein yang menyebabkan
badan lemas,akibat penurunan kolagen juga jaringan ikat sehingga proliferasi dan
pembentukan fibrin terganggu sehingga luka suli sembuh, di pembuluh darah terjadi
penurunan pemecahan protein structural yang mengakibatkan dinding pembuluh darah

13

lemah sehingga mudah lebam dan ekismosis, juga mempengaruhi proses imun yang
menurun sehingga mudah terjadinya infeksi.
2. Aldosteron
Peningkatan aldosteron menyebabkan :
Peningkatan retensi Na+ sehingga terjadi hipernatremia dan peningkatan eksresi K+
yang disebut hipokalemia sehingga terjadi gangguan pada elektrolit.
Sensitisasi sirkulasi terhadap ketokelamin yang menyebabkan meningkatnya
kontraktilitas jantung dab vasokontriksi perifer yang menyebabkan hipertensi.
3. Androgen
Peningkatan androgen menyebabkan :
Merangsang sekresi minyak dari kelenjar sebasea yang menyebabkan timbulnya
jerawat.
Maskulinisasi yang mengakibatkan hirtuism pada wanita.
Umpan balik negative meningkat sehingga GnRH terhambat dan kadar estrogen yang
dihasilkan terganngu yang menyebabkan gangguan menstruasi.

14

ii. Hipoadrenal
a) INSUFISIENSI ADRENAL
Insufisiensi adrenal adalah keadaan dimana kurangnnya produksi glukokort ikoid atau
mineralokortikoid di adrenal, apakah karena kerusakan atau disfungsi dari kortek atau
sekunder akibat kekurangan sekresi ACTH pituitary. Kerusakan pada kortek adrenal
akan menimbulkan IA primer. SedangkanIA sekunder terjadi akibat penyakit pituitary
atau hipotalamus.
Insufisiensi adrenal dapat dikelompokkan menjadi
3 kategori yang besar:
1) Insufisiensi adrenal primer kronis, yang jugadisebut penyaki t Addison sebagai
akibat kerusakan dari korteks adrenal. Penyebab tersering adalah penyakit autoimun
(sekitar 70-80%), tuberculosis (20%), perdarahan adrenal, metastase ke adrenal
danAIDS yang dikaitkan dengan infeksi cytomegalo virus dan terapi ketokonazole.
2) Insufisiensi adrenal sekunder kronis, yang terjadi bi la terjadi kekurangan hormone
adrenokortikotropin (ACTH) yang menstimulasi korteks adrenal. Paling sering karena
terapi glukokortikoid eksogen, tapi dapat juga terjadi akibat hipopituitarism
generalisata (biasanya akibat tumor pituitary atau hipotalamus) atau defisiensi ACTH
(mungkin karena proses autoimun).
3) Krisis adrenal akut akibat dari stress pada pasien dengan IA kronis yang tidak
mendapat pengganti
yang adekuat, juga terjadi pada pasien dengan perdarahan adrenal apopleksi pituitary.
Sindrom insufisiensi korteks adrenal terjadi akibat defisiensi sekresi kortisol dan
aldosteron. Apabila tidak diobati, maka penyakit ini akan menyebabakan kematian.
Penyebab utama insufisiensi adrenal adalah 1. penyakit primer korteks adrenal atau 2.
defisiensi sekresi hormone adrenokortikotropik (ACTH).
Apabila penyebab insufisiensi korteks adrenal adalah suatu proses patologik di
korteks

adrenal,

maka

penyakit

ini

disebutpenyakit

Addison. Penyebab

tersering insufisiensi korteks adrenal primer, penyakit Addison, adalah destruksi


autoimun kelenjar adrenal (>50% kasus); penyebab yang lebih jarang adalah infeksi
(misalnya, tuberkolosis, AIDS), neoplasma metastatik bilateral, perdarahan adrenal
akibat terapi antikoagulan, dan adrenalektomi bilateral.

15

Konsekuensi Metabolik Defisiensi Kortisol, Aldosteron, dan Androgen


Gambaran klinis penyakit Addison terjadi akibat kurangnya kortisol, aldosteron,
ddan androgen. Isufisiensi kortisol menyebabkan berkurangnya glukoneogenesis,
penurunan glikogen hati, dan peningkatan kepekaan jarinagan perifer terhadap
insulin. Konsekuensi lain defisiensi kortisol adalah peningkatan umpan balik negative
dalam sekresi peptide yang berasal dari proopiomelanokortin (POMC),termasuk
ACTH dan melanocyte-stmulating hormone dan . Konsekuensi kilnis adalah
hiperpigmentasi, yang biasanya terjadi di bagian distal ekstremitas di daerah yang
terpajan matahari walaupun juga dapat mengenai daerah yang dalam keadaan normal
tidak terpajan matahari. Daerah-daerah ini mencakup putting payudara, permukaaan
ekstremitas, genitalia, mukosa pipi, lidah, lipatan te;apak tangan, dan buku jari.
Defisiensi

aldosteron bermanifestsi

sebagai

meningkatnya

pengeluarang

natrium dan reabsorpsi kalium di ginjal. Deplesi garam menyebabkan berkurangnya


air dan volume plasma sehinnga menimbulkan hipotensi postural. Pasien dengan
penyakit Addison mungkin memiliki tekanan darah yang normal saat berbaring tetapi
mengalami hipotensi mencolok dan takikardia saat di berdiri beberapa menit.
Hipotensi postural terjadi apabila tekanan sistolik dan diastolik turun lebih dari
20 mmHg saat pasien mengambil posisi tegak. Takikardia postural terjadi apabila
kecepatan nadi meningkat lebih dari 20 denyut per menit (bpm) pada keadaan seperti
di atas.
Penyakit Addison mungkin memiliki tekanan darah 120/80 mmHg saat
berbaring, tetapi tekanan darah tersebut turun menjadi 60/40 mmHg setelah berdiri,
demikian juga, kecepatan nadi dapat meningkat dari 80 menjadi 140 bpm dengan
perubahan tersebut.
Defisiensi androgen dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut ketiak dan
pubis. Efek ini tertutupi pada laki-laki, yang memiliki androgen testis untuk
menimbulkan efek metabolik androgenik. Pada perempuan, insufisiensi adrenal
menyebabkan hilangnya rambut ketiak dan pubis serta berkurangnya rambut di
ekstremitas.
Insufisiensi adrenal sekunder terjadi apabila terdapat defisiensi ACTH atau
CRH. Defisiensi ini, menyebabkan berkurangnya sekresi kartisol dan akhirnya atrofi
korteks adrenal. Sekresi aldosteron kurang dipengaruhidibandingkan dengan sekresi
kartisol karena sekresi aldosteron dikendalikan oleh sistem reninangiotensin.

16

Diagnosis dan Pengobatan


Diagnosa penaykit Addison sudah dapat diperkirakan berdasarkan gambaran
defisiensi kartisol, aldosteron, dan androgen. Apabila gejala timbul terjadi dalam
beberapa minggu atau bulan, maka diagnosisnya adalah insufisiensi adrenal kronik.
Sebaliknya, gejala dapat timbul secara cepat dan mengarah pada diagnosis insufisiensi
adrenal akut atau kritisaddisonian. Penyakit ini dapat terjadi apabila diagnosis dan
pengobatan tertundadan gejala bertambah parah atau saat pasien dengan diagnosis
yang sudah jelas mengalami penyakit akut lain yang tidak dicakup oleh dosisi steroid
untuk stres. Pasien dengan insufisiensi adrenal akut (krisis addisonian) mengalami
muntah, dehidrasi, hipotensi, dan hipoglikemia; keadaan ini adalah suatu kedaruratan
medis.
Kegagalan korteks adrenal akut iatrogenik (sekunder) dapat terjadi apabila
terapi kortikosteroid dosis tinggi jangka-panjang dihentikan secara mendadak. Terapi
kortikosteroid jangka-panjang menyebabkan supresi produksi steroid endogen normal
oleh korteks adrenalyang mengalami atropi ringan. Penghentian mendadak terapi
steroid eksogen menimbulkan kegagalan korteks adrenal akut disertai syok
hipovolemik dan hipotensif, hipoglikemia, dan resiko kematian mendadak. Dosis obat
kortikosteroid harus selalu diturunkan secara bertahap sebelum dihentikan secara total
agar tersedia waktu bagi pemulihan fungsi korteks adrenal.

b) Penyakit Addison
Sinonim
Insufisiensi adrenal, hipofungsi kelenjar adrenocortical, defisiensi adrenocortical
primer.
Insiden
Insufisiensi adrenocortical primer cukup sering terjadi. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan secara global didapatkan hasil bahwa insiden terjadinya penyakit ini adalah
1 dari setiap 100,000 orang populasi di dunia. Penyakit ini dapat menyerang semua
umur dan pada semua kelompok jenis kelamin.

17

Definisi
Kegagalan kelenjar adrenal untuk memproduksi hormone dalam jumlah yang adekuat
sehingga akan mempengaruhi kerja tubuh dalam menekan dan meregulasi tekanan
darah serta mengatur keseimbangan air dan garam.
Etiologi
Penyakit ini dapat disebabkan oleh penyakit tuberculosis, histoplasmosis. Tetapi
penyebab yang tersering adalah kesalahan sistem imun sehingga menyerang organ
fisiologis dalam tubuh, dalam hal ini adalah kelenjar adrenal.
Patofisiologi
Antigen adrenal spesifik yang autoantibodinya meliputi 21-hidroksilase (CYP21A2)
dan enzim pemecah rantai mungkin bertanggung jawab atas serangkaian proses yang
menyebabkan insufisiensi meskipun tidak diketahui apakah antibody ini secara
signifikan dapat menyebabkan insufisiensi kelenjar adrenal. Beberapa antibody
menyebabkan insufisiensi adrenal dengan memblok proses pengikatan ACTH dengan
reseptornya.
Gejalaklinis
Berbagai manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan akibat adanya insufisiensi adrenal
adalah adanya keluhan perasaan tidak nyaman dan kelelahan pada tubuh, kelemahan
otot, nafsu makan menurun sampai tidak ada, mual dan muntah, penurunan berat
badan, nyeri perut, pigmentasi kulit dan mukosa, peningkatan kebutuhan garam,
,hipotensi, sakit kepala, diare.
PemeriksaanPenunjang
Tes skrining terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan menguji respon kortisol
dengan pemaparan 250 mg ACTH secara IV atau IM lalu dinilai setelah 60 menit.
Hasil penilaiannya adalah level kortisol harus lebih dari 18 mg /dl setelah 30-60 menit
pemaparan. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah memeriksa kadar ACTH
plasma atau aldosteron plasma untuk membedakan apakah insufisiensi tersebut primer
atau sekunder.

18

Diagnosis
Dapat ditegakkan dengan menemukan symptom yang tertera diatas, ditunjang dengan
uji respon kortisol dan pemeriksaan kadar ACTH atau aldosteron plasma.
DiagnosisDiferensial
Destruksi kelenjar adrenal, perdarahan kelenjar adrenal.

Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksaan penyakit Addison adalah dengan mengganti kekurangan
kortisol dalam tubuh. Mula-mula dapat diberikan kortison dosis tinggi. Pada terapi
jangka lama dosis yang tepat adalah kira-kira 25 mg pagi hari dan 12,5 mg sore hari
peroral untuk mencapai produksi dan ritme normal. Diperlukan tambahan
mineralokortikoid dan biasanya dipakai fludrokortison 100 mg setiap hari. Mungkin
diperlukan penyesuaian dosis untuk memberikan perasaan sehat, tekanan darah dan
berat badan normal tanpa edema. Perlu juga dilakukan edukasi pada pasien bahwa
penyakitnya ini adalah permanent dan perlu diberikan pengobatan secara
berkesinambungan, dan penambahan dosis pada keadaan stress. Pasien dihimbau
untuk membawa steroid card setiap hari.
Prognosis
Kesehatan dan usia hidup pasien biasanya normal, kecuali bila terjadi krisi adrenal
biasanya prognosanya akan menjadi lebih buruk. Sedangkan pigmentasi bisa menetap.

19

iii. Terapi Hiperadrenal


Hipersekresi Aldosteron
1.

Eksisi bedah

2.

Aldosteron antagonis

a.

Spironolakton

Sediaan dan Dosis


Dalam bentuk tablet 25, 50, dan 100 mg. Dosis efektif sehari-hari 100 mg dalam dosis
tunggal.
Farmakokinetik
Merupakan obat steroid sintetik yang bekerja sebagai antagonis dari
aldosteron. Mula dan lama kerja obat ini ditentukan oleh respon aldosteron dijaringan
target.
Farmakodinamik
Mengikat reseptor mineralokortikoid sitoplasma dan mencegah translokasi
reseptor kompleks terhadap inti di sel target.
Hipersekresi Kortisol
1.

Eksisi bedah

2.

Penghambat sintetis dan antagonis glukokortoid

Mitotan
Diberikan per oral dalam dosis 6-12 g/hari 3-4 kali. Menimbulkan efek toksik

yang cukup berat sehingga memerlukan pengurangan dosis.

Amfenon B
Menghambat hidroksilasi pada posisi 11,17 dan 21. Terlalu toksik untuk

digunakan pada manusia.

Metirapon
Menghambat kerja enzim 11-beta-hidroksilase sehingga reaksi berhenti pada

pembentukan 11-desoksikortisol.
Sediaan tersedia dalam bentuk tablet oral 250 mg.
Pada dosis 250 mg 2x sehari 1 g 4x sehari, dapat mengurangi produksi
kortisol sampai kadar normal pada penderita tumor adrenal, sindrom ACTH ektopik,
dan hiperplasia.

Aminoglutetimid

20

Menghambat konversi kolesterol menjadi pregnolon dan menyebabkan suatu


pengurangan dalam sintesis semua hormon steroid.
Tersedia dalam bentuk tablet oral 250 mg.

Ketokonazol
Menghambat

pemecahan

rantai

kolesterol,

C17,

21

liase,

3-beta-

hidroksisteroid dehidrogenase.
Dosis 200-1200 mg/hari 3x sehari.

iv. Terapi Hipoadrenal


Krisis Adrenal
Diberikan Glukokortikoid pengganti :
(1)

Berikan kortisol (dalam bentuk hidrokortison fosfat atau homosuksinat) , 100

mg IV setiap 6 jam selama 24 jam pertama


(2)
Bila keadaan pasien stabil, dosis dikurangi menjadi 50 mg setiap 6 jam pada
hari kedua
(3)
Turunkan berangsur-angsur sampai sekitar 10 mg 3x sehari pada hari ke-4 dan
ke-5
Terapi Rumatan
(1)

Kortisol 15-20 mg pada pagi hari dan 10 mg pada pukul 4-5 sore (dengan

dosis total biasanya 25-30 mg / hari per oral)


(2)
Glukokortikoid lain seperti kortisol asetat per oral (37,5 mg / hari) yang akan
cepat diabsorpsi dan di konversi menjadi kortisol
(3)
Fludrokortison 0,05-0,2 mg per oral di pagi hari
(4)
follow up untuk mempertahankan BB, TD dan elektrolit yang normal
disertai regresi gambaran klinis
(5)
Mendidik pasien disertai dengan pemberian gelang atau kartu identifikasi
(6)
Meningkatkan dosis kortisol selama terjadi stress

BAB 3
KESIMPULAN
Kedua kelenjar adrenal yang masing-masing mempunyai berat kira-kira 4
gram, terletak dikutub superior dari kedua ginjal. Tiap kelenjar terdiri dari dua bagian
yang berbeda, yakni medulla adrenal dan korteks adrenal. Medula adrenal, yang

21

merupakan 20 persen bagian kelenjar terletak dipusat kelenjar dan secara fungsional
berkaitan dengan system saraf simpatis.
Medula adrenal menghasilkan katekolamin (epinefrin dan norepinefrin)
sebagai respon terhadap saraf simpatis. Selanjutnya hormon-hormon ini akan
menyebabkan efek-efek yang hampir sama

dengan perangsangan langsung pada

saraf-saraf simpatis diseluruh bagian tubuh. Korteks adrenal menghasilkan banyak


hormone steroid dan yang terpenting adalah kortisol (glukokortikoid), aldosteron
(mineralokortikoid) dan androgen adrenal. Hormone ini seluruhnya disintesis dari
kolesterol steroid dan semuanya mempunyai rumus kimia yang sama. Akan tetapi,
perbedaan yang sangat sedikit dalam struktur molekulnya memberikan beberapa
fungsi penting yang berbeda.
Korteks adrenal manusia dewasa berkembang dari sel-sel lapisan luar korteks
adrenal dan berdiferensiasi menjadi tiga buah lapisan atau zona yang berbeda: daerah
subkapsular dinamakan zona glomerulosa dan berkaitan dengan produksi
mineralokortikoid. Berikutnya adalah zona fasikulata yang bersama dengan zona
retikularis menghasilkan kelompok glukokortikoid serta hormone androgen.
Keabnormalan pada kelenjar adrenal dapat berupa kerusakan pada korteks
maupun medulla kelenjar adrenal, kelainan-kelainan yang terjadi dapat menyebabkan
penurunan maupun peningkatan dari hormone-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
tersebut. Hal tersebut dapat menyebabkan berbagai penyakit sesuai dengan hormone
yang diganggu misalnya hyperplasia adrenal congenital, Addison disease, sindrom
aldosteron, cushing syndrome, syndrome conn,dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A.1994.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed 4
Buku 2.Jakarta:EGC
Guyton, Arthur C.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed IX.Jakarta:EGC
Sudoyo Aru W,dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 3 Ed
4.Jakarta:Pusat Penerbitan IPD FKUI

22

Murray Robbert K,dkk.2003.Biokimia Harper Ed 25.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai