Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A BLOK 12

Kelompok 5
Adhitya Pratama
Intania Winalda
Nindy Lagundry Putry
Devi Kartikasari
Muhammad Alif Prizarky
Eadiva Putri Prayuri Titalia
Ahmad Reiman
Widya Audisti
M. Rifqi Ulwan Hamidin
Marini Rachma Ghaisani
Neydine Addina Yushandra
Rafika Triasa
Darmawan
Azalia Talitha Zahra
Egi Nabila

(04011381419149)
(04011381419150)
(04011381419151)
(04011381419156)
(04011381419173)
(04011381419176)
(04011381419179)
(04011381419182)
(04011381419183)
(04011381419184)
(04011381419185)
(04011381419186)
(04011381419190)
(04011381419193)
(04011381419195)

Tutor: Drs. Sadakata Sinulingga, Apt, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat menyusun laporan tutorial
blok 12 ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini merupakan tugas akhir dari prosesi tutorial yang telah kami lakukan
selama dua kali secara berkelompok di Fakultas Universitas Sriwijaya tahun 2015. Serta tak
1

lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada Drs. Sadakata Sinulingga, Apt, M.Kes
selaku tutor serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial
ini.
Laporan ini berisi hasil seluruh kegiatan tutorial blok 12 dengan membahas skenario
A. Di sini kami membahas sebuah kasus yang kemudian dipecahkan secara kelompok
berdasarkan sistematikanya mulai dari klarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis,
meninjau ulang dan menyusun keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik
pembelajaran. Dalam dinamika kelompok ini pula ditunjuk moderator serta notulis.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, orang tua, tutor, dan para anggota kelompok yang telah mendukung baik moril
maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui dalam penulisan laporan ini
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan kami di kesempatan mendatang.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Palembang,

November 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................

Kata Pengantar....................................................................................................

ii

Daftar Isi.............................................................................................................. iii


I.

Skenario A Blok 12 Tahun 2015...................................................................

II. Klarifikasi Istilah..........................................................................................

III. Identifikasi Masalah.....................................................................................

IV. Analisis Masalah..........................................................................................

V. Keterkaitan Antar Masalah.............................................................................

24

VI. Learning Issues.............................................................................................

24

VII. Sintesis.....................................................................................................

24

VIII Kerangka Konsep........................................................................................

58

IX. Kesimpulan...................................................................................................

59

Daftar Pustaka.....................................................................................................

60

SKENARIO A BLOK 12 2015


I.

Skenario
Tuan MT, usia 63 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan utama demam, sakit
kepala, dan nyeri menelan sejak 4 hari lalu. Menurut Tuan MT, keluhan ini mulai dirasakan
sejak merawat saudara perempuannya yang mengalami faringitis et causa causa streptococcus
beta hemolyticus grup A. Pasien memiliki riwayat atrial fibrilasi dan saat ini sedang
mengonsumsi digoxin dan warfarin. Tuan MT juga memiliki riwayat alergi dengan
amoksisilin.
Pemeriksaan fisik :
Vital sign
: Tempetatur : 39,1 C, tekanan darah : 120/70 mmHg, HR : 130x/menit
(irregular), RR : 24x/menit
3

Faring-laring : hiperemis, tonsil membesar dan hiperemis


X-ray thorax : normal
Dokter mendiagnosis Tuan MT dengan faringitis et streptococcus beta hemolyticus grup A.
II.
Klarifikasi Istilah
1. Demam : Suatu keadaan saat suhu badan melebihi 37C yang disebabkan oleh
penyakit atau peradangan.
2. Faringitis : Penyakit peradangan yang menyerang tenggorokan atau hulu tenggorokan
yang disebabkan oleh virus atau bakteri.
3. Sterptococcus B hemoliticus grup A : Bakteri yang merupakan agen pencetus yang
menyebabkan terjadinya demam rheumatic akut.
4. Atrial Fibrilasi: Aritmia atrium yang ditandai oleh kontraksi acak dan cepat pada
daerah myocardium atrium menimbulkan laju ventrikel yang tidak teratur sama sekali
dan sering kali cepat.
5. Digoxin : Glikosida kardiotonic dari daun digitalis lanata, biasa digunakan untu
treatment CHF.
6. Warfarin : Antikoagulan comarin sintetik yang diberikan dalam bentuk garam
natrium, digunakan sebagai rodentisida.
7. Alergi : Suatu kondisi tubuh memiliki respon yang berlebihan terhadap suatu zat
misalnya makanan atau obat.
8. Amoksisilin : Turunan semi sintetik amfisilin yang efektif terhadap bakteri gram
positif dan negatif.
9. Hiperemis : Kemerahan pada membrane mukosa.
10. Tonsil : Massa jaringan yang bulat dan kecil khususnya jaringan limfoid umumnya
digunakan tersendiri untuk menunjukkan tonsil palatinum.
11. Sakit kepala : Rasa sakit yang muncul pada daerah sekitar kepala.
III.
Identifikasi Masalah
1. Tuan MT, 63 tahun mengeluh demam, sakit kepala, dan nyeri menelan sejak 4 hari
lalu. ***
2. Tuan MT merawat saudaranya yang mengalami faringitis et causa streptococcus beta
hemolyticus grup A. **
3. Pasien memiliki riwayat atrial fibrilasi dan saat ini sedang mengonsumsi digoxin dan
warfarin. **
4. Tuan MT juga memiliki riwayat alergi dengan amoksisilin. *
5. Pemeriksaan fisik: *
Vital sign
: Tempetatur : 39,1 C, tekanan darah : 120/70 mmHg, HR : 130x/menit
(irregular), RR : 24x/menit
Faring-laring : hiperemis, tonsil membesar dan hiperemis
X-ray thorax : normal
6. Diagnosa Dokter : faringitis et streptococcus beta hemolyticus grup A. *
IV.
Analisis Masalah
1. Tuan MT, 63 tahun mengeluh demam, sakit kepala, dan nyeri menelan sejak 4
hari lalu.
a. Bagaimana etiologi demam?
4

Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi.Demam
akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit.
Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara
lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia,
sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media,
infeksi saluran kemih, dan lain-lain (Graneto, 2010). Infeksi virus yang pada
umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia, influenza, demam
berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N1
(Davis, 2011). Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara
lain coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain (Davis, 2011).
Infeksiparasit yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain
malaria,toksoplasmosis, dan helmintiasis (Jenson & Baltimore, 2007). Demam
akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antaralain faktor
lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh
gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis,
dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma nonhodgkin, leukemia, dll), dan
pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin) (Kaneshiro
& Zieve, 2010). Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat
efek samping dari pemberian imunisasi selama 1-10 hari (Graneto, 2010). Hal
lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah
gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma,
cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya.
b. Bagaimana etiologi sakit kepala?
Nyeri kepala dapat dibagi kepada tiga kelompok berdasarkan onsetnya iaitu nyeri
kepala akut, subakut dan kronik. Nyeri kepala akut ini biasanya disebabkan oleh
subarachnoid haemorrhage, penyakit-penyakit serebrovaskular, meningitis atau
encephalitis dan juga ocular disease. Selain itu, nyeri kepala ini juga bisa timbul
disebabkan kejang, lumbar punksi dan karena hipertensi ensefalopati. Bagi nyeri
kepala subakut, nyerinya biasa timbul karena giant cell arteritis, massa
intrakranial, neuralgia trigeminal, neuralgia glossofaringeal dan hipertensi. Nyeri
kronik timbul karena migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala tipetegang,
cervical spine disease, sinusitis dan dental disease. (Greenberg,2002). Dalam buku
Disease of the Nervous System , dinyatakan bahwa nyeri kepala juga disebabkan
oleh penyakit pada tulang kranium, neuritis dan neuralgia, irritasi meningeal, lesi
di intracranial, trauma dan penurunan tekanan intracranial. Selain itu cough
headache dan psychogenic headache juga dapat menimbulkan nyeri kepala(1969).
Nyeri kepala sering menyertai OSA(Obstructive Sleep Apnea); dibandingkan
dengan gangguan tidur yang lain, sefalgia lebih sering terjadi pada gangguan tidur
OSA(Cermin Dunia kedokteran, 2009).
c. Bagaimana etiologi nyeri menelan?
Banyak sekali penyebab sakit pada saat menelan. Jika mengalami sakit saat
menelan, mungkin itu gejala:
5

Kelenjar getah bening (amandel, kelenjar gondok)


Radang tenggorokan
Pernah menelan pil berukuran besar
Asam lambung naik
Infeksi telinga
Penyebab paling umum untuk kesulitan menelan adalah;
Flu
Batuk kronis
Penyakit asam lambung
Infeksi tenggorokan
Menelan makanan bergerigi dengan tidak benar
Jika infeksi yang menyebabkan rasa sakit saat menelan, Anda mungkin mengalami
gejala lain seperti:
Demam
Menggigil
Sakit kepala
Batuk bisa kering atau produktif
Berkeringat
Amandel meradang merah

1.
2.

3.
4.
5.

6.

d. Bagaimana klasifikasi peradangan tonsil?


Klasifikasi Radang Amandel (Tonsil)
Tonsilitis akut dengan gejala tonsil membengkak dan hiperemis permukaan nya yang
diliputi eksudat (nanah) berwarna putih kekuning- kuningan.
Tonsilitis folikularis dengan gejala tonsil membengkak dan hiperemis dengan
permukaannya berbentuk bercak putih yang mengisi kripti tonsil yang disebut
detritus. Detritus ini terdiri dari leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan, dan
sisa-sisa makanan yang tersangkut.
Tonsilitis lakunaris dengan gejala bercak yang berdekatan, bersatu dan mengisis
lakuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.
Tonsilitis membranosa dengan gejala eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang
membengkak tersebut meluas menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah
diangkat atau di buang dan berwarna putih kekuning- kuningan.
Infiltrat peritonsiler dengan gejala perkembangan lanjut dari tonsiitis akut.
Perkembangan ini sampai ke palatum mole (langit-langit), tonsil menjadi terdorong ke
tengah, rasa nyeri yang sangat hebat , air liur pun tidak bisa di telan. Apabila
dilakukan aspirasi (penyedotan dengan spuit/ suntikan) di tempat pembengkakan di
dekat palatum mole (langit- langit) akan keluar darah.
Abses peritonsil dengan gejala perkembangan lanjut dari infiltrat peritonsili. Dan
gejala klinis sama dengan infiltrat perintonsiler. Apabila dilakukan aspirasi
(penyedotan dengan spuit/ suntikan) di tempat pembengkakan di dekat palatum mole (
langit- langit) akan keluar nanah.
e. Apakah ada hubungan usia Tn.MT dengan gejala yang dialami?

Karena faktor usia Tn. MT yang sudah cukup berumur, yaitu 63 tahun dimana
sistem imunitasnya yang sudah menurun. Kelompok dewasa tua khususnya
berusia di atas 70 tahun cenderung sel perlawanan infeksi yang dihasilkan kurang
cepat bereaksi dan kurang efektif sehingga mudah terserang penyakit.
2. Tuan MT merawat saudaranya yang mengalami faringitis et causa streptococcus
beta hemolyticus grup A.
a. Bagaimana hubungan dari faringitis streptococcus B hemolyticus grup A dengan
gejala yang dialami Tn. MT?
Gejala yang dialami oleh Tn.MT merupakan gejala dari faringitis yang disebabkan
oleh streptococcus beta hemolyticus grup A.
Gejala sakit tenggorokan akibat Streptokokus Group A yang umum ditemukan
adalah nyeri pada tenggorokan, demam , nanah (suatu cairan berwarna kuning
atau hijau yang tersusun atas bakteri yang mati, dan sel darah putih) pada tonsil,
dan kelenjar getah bening yang membengkak. Dapat pula ditemukan gejala lain
seperti sakit kepala,muntah-muntah atau mual,nyeri perut,nyeri otot,ruam pada
tubuh atau mulut dan tenggorokan.
b. Bagaimana pathogenesis faringitis et streptococcus B hemolyticus grup A?
Infeksi streptokokus timbulnya dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor,
antara lain sifat biologik kuman, cara host memberikan respons, dan port dentre
kuman. Penyakit yang ditimbulkan oleh kuman streptokokus dapat dibagi dalam
beberapa kategori:
A. Penyakit yang terjadi karena invasi Streptoccocus beta hemolyticus grup A
Port dentree sangat mempengaruhi gambaran klinik. Pada setiap kasus dapat terjadi
selulitis yang cepat meluas secara difus ke jaringan sekitarnya dan saluran getah
bening, tetapi peradangan setempatnya sendiri hanya terjadi secara ringan. Dari
saluran getah bening infeksinya cepat meluas ke dalam peredaran darah, sehingga
terjadi bakteremia.
Erisipelas
Jika port dentree-nya kulit atau selaput lendir dapat terjadi erisipelas, suatu selulitis
superfisialis dengan batas lesi yang tegas, endamatous, berwarna merah terang dan
sangat nyeri. Penderita nampak sakit berat dengan demam tinggi. Pada pemeriksaan
ditemukan lekositosis, lebih dari 15.000 lekosit. Titer ASO meningkat setelah 7-10
hari. Kuman tidak ditemukan dalam pembuluh darah, tetapi di dalam cairan getah
bening dari pinggir lesi yang sedang meluas, terutama dalam jaringan subkutan.
Pada penyakit ini dapat terjadi bakteremia yamg menyebabkan infeksi metastatik di
lain organ. Dengan pemakaian antibiotika mortalitasnya dapat ditekan, tetapi pada
bayi, orang tua yang debil dan pada penderita yang mendapat pengobatan dengan
kortikosteroid, penyakit ini dapat berkembang demikian cepat sehingga berakibat
fatal.
Penyakit ini cenderung untuk kambuh di tempat yang sama, sehingga terjadi
sumbatan pada saluran getah bening yang bersifat menahun. Kulit setempat tumbuh
secara tidak teratur, sehingga terjadi elephantiasis nostras verrucosa. Jika
lokalisasinya di bibir dapat terjadi macrocheilia, suatu pembengkakan bibir yang
bersifat persiten.
Sepsis puerpuralis
7

Kuman streptokokus masuk ke dalam uterus sehabis persalinan. Septikimia terjadi


karena luka yang terkena infeksi, yaitu berupa endometritis.
Sepsis
Sepsis terjadi karena luka bekas operasi atau karena trauma, terkena infeksi oleh
kuman streptokokus. Ada yang menyebut penyakit ini sebagai surgical scarlet fever.
B. Penyakit yang terjadi karena infeksi lokal Streptococcus beta hemolitikus grup A
Radang tenggorok
Suatu penyakit yang hampir semua orang pernah merasakannya. Disebabkan oleh
streptococcus beta hemolyticus.pada bayi dan anak kecil timbul sebagai nasofaringitis
subakut dengan sekret serosa dan sedikit demam; dan infeksinya cenderung meluas ke
telinga tengah, prosesus mastoideus dan selaput otak. Kelenjar getah bening cervical
biasanya membesar. Penyakitnya dapat berlangsung berminggu-minggu. Pada anakanak yang lebih besar daripada orang dewasa, penyakitnya berlangsung lebih akut
dengan nasofaringitis dan tonsilitis yang hebat, selaput lendir hiperemis dan
membengkak dengan eksudat yang purulen. Kelenjar getah bening cervical membesar
dan nyeri, biasanya disertai demam tinggi. Duapuluh persen dari infeksi ini tidak
menimbulkan gejala (asimptomatik).
Jika kuman dapat membuat dapat membuat toksin eritrogenik, dapat timbul scarlet
fever rash. Pada scarlet fever rash kuman terdapat dalam faring, tetapi toksin
eritrogenik yang dihasilkannya menyebabkan terjadinya kemerah-merahan yang difus.
Eritema mulai timbul di leher, meluas ke tubuh, kemudian menyebar ke ekstremitas.
Secara histopatologik terlihat adanya ekstravasasi lekosit polymorphonuclear dan sel
sel darah merah dari pembuluh darah kecil ke dalam kulit. Zat anti eritrogenik dapat
mencegah rash, tetapi tidak berpengaruh terhadap infeksi kuman streptokokus. Jika
peradangannya hebat, dapat timbul abses peritonsiler atau Ludwigs angina, dengan
pembengkakan masif di dasar mulut dapat menyumbat pernafasan. Dengan reaksi
Schult-Charlton dapat dibuktikan apakah suatu rash terjadi karena toksin eritrogenik
atau bukan.
Infeksi kuman streptokokus pada traktus respiratorius bagian atas biasanya tidak
mengenai paru-paru. Pneumonia karena streptococcus beta hemolyticus biasanya
terjadi setelah infeksi virus, misalnya influenza atau morbili.
Impetigo
Pada impetigo lokalisasi infeksi sangat superfisial, dengan pembentukan
vesicopustulae di bawah stratum korneum. Terutama terdapat pada anak kecil,
penyebaran terjadi per continuitatum. Bagian kulit yang mengelupas diliputi oleh
crusta yang berwarna kuning madu. Penyakit ini sangat menular pada anak-anak dan
biasanya disebabkan oleh streptokokus dan bermacam-macam stefilokokus. Infeksi
kuman streptokokus tipe 49 dan 57 pada kulit sering menyebabkan timbulnya
nephritis post streptococcalis.
C. Endokarditis bakterialis
Endokarditis bakterialis akuta
Penyakit ini timbul pada bakteremia oleh streptococcus beta hemolyticus,
pneumokokus, stefilokokus, ataupun coliform organism negatif gram. Pada pecandu
narkotika, stafilokokus dan kandida merupakan penyebab utama terjadinya
endokarditis. Penyakit ini dapat mengenai katup jantung yang normal maupun yang
telah mengalami deformasi, dan menyebabkan terjadinya endokarditis bakterialis
ulseratif yang akut. Destruksi katup jantung yang terjadi secara cepat maupun ruptura
8

chordae tendinae, seringksli menyebabkan terjadinya kematian dalam waktu beberapa


hari atau beberapa minggu.
Endokarditis bakterialis subakuta
Penyakit ini terutama mengenai katup jantung yang abnormal, lesi rematik, kalsifikasi
ataupun penyakit jantung kontinental. Penyebabnya terutama streptococcus viridans
dan streptococcus faecalis; stafilokokus kadang-kadang dapat menjadi penyebabnya,
tetapi pada hakekatnya setiap mikroorganisme, termasuk fungi dapat menjadi
penyebabnya.
D. Infeksi lainnya
Berbagai macam streptokokus terutama enterokokus, merupakan penyebab infeksi
traktus urinarius. Streptokokus anaerob, normal dapat ditemukan dalam traktus
genitalis wanita, dan dalam mulut dan dalam intestinum. Kuman ini dapat
menimbulkan lesi supuratif, baik sendirian ataupun bersama kuman anaerob lainnya,
biasanya golongan bakteriodes. Infeksi yang demikian dapat terjadi dalam luka,
emdometritis postpartum, sehabis terjadi ruptura dari suatu viscus abdominalis, atau
pada peradangan paru-paru yang kronis. Pus yang timbul biasanya berbau busuk.
E. Penyakit pasca infeksi streptoccocus beta hemolyticus grup A
Setelah suatu infeksi streptokokus grup A, terutama radang tenggorokan, dapat disusul
suatu masa laten selama 2-3 minggu, setelah mana dapat timbul nefritis atau demam
demam rheuma. Adanya masa laten ini menunjukkan bahwa penyakit yang timbul
setelah infeksi streptokokus bukan merupakan akibat langsung dari penyebaran
bakteri, melainkan merupakan reaksi hipersensitif daripada organ yang terkena
terhadap zat anti streptokokus
Jantung rheuma
Demam rheuma atau rheumatic fever merupakan sequelae infeksi streptococcus
hemolyticus yang paling serius, sebab dapat mengakibatkan kerusakan pada otot dan
katup jantung. Patogenesis rheuma belum jelas tetapi ada yang menyatakan bahwa
streptococcus grup A mempunyai struktur glikoprotein yang sama dengan otot dan
katup jantung manusia. Timbulnya demam rheuma biasanya didahului oleh infeksi
streptokokus grup A 2-3 minggu sebelumnya. Infeksinya mungkin hanya ringan tanpa
memberikan gejala. Infeksi streptokokus yang tidak mendapat pengobatan, pada 0,33% dari penderita dapat menyebabkan timbulnya demam rheuma. Kriteria untuk
menegakkan diagnosis jantung rheuma dari Jones yang telah dimodifikasi adalah :
A. Kriteria mayor:
1. Karditis
2. Khorea Sydenham
3. Nodulus subkutan
4. Eritema marginatum
5. Poliartritis migrans
B. Kriteria minor:
1. Demam
2. Poliartralgia
3. Perpanjangan P-R interval pada EKG
4. Meningkatkan laju endap darah dan C-reaktive protein
5. Bukti adanya infeksi streptococcus beta hemolyticus sebelumnya.
6. Riwayat adanya demam rheuma atau lesi katup rematik
Diagnosis jantung rheuma hampir pasti jika ditemukan 2 kriteria mayor atau lebih.
Pada penyakit ini terdapat penebalan dan deformitas katup jantung, dan pembentukan
badan-badan Aschoff dalam miokardium, yang berupa granuloma perivaskuler yang
kecil-kecil yang selanjutnya diganti oleh jaringan parut. Jantung rheuma mempunyai
9

kecenderungan untuk aktif kembali dengan adanya infeksi streptokokus, sedangkan


pada nefritis tidak terdapat sifat seperti ini. Pada serangan pertama dari jantung
rheuma hanya timbul sedikit kerusakan pada jantung, tetapi kerusakan terus
bertambah pada serangan-serangan berikutnya. Jadi yang penting ialah mencegah
terjadinya infeksi streptococcus beta hemolyticus grup A pada penderita yang
bersangkutan, yaitu dengan memberikan penisilin dalam dosis eradikasi. Jika
penderita tidak tahan penisilin dapat diberikan eritromosin. Pengobatan profilaktik
diberikan terus sampai umur 25 tahun atau bahkan seumur hidup.
c. Bakteri apa saja yang termasuk streptococcus B hemolyticus grup A?
Bakteri streptococcus pyogenes.
d. Apakah streptococcus B hemolyticus grup A infeksius? Bagaimana perjalanannya?
(penularan)
Ya, streptococcus B hemolyticus grup A bersifat infeksius. Penyakit faringitis akut
yang disebabkan streptococcus B hemolyticus grup A dapat menular melalui
kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infection) dari orang yang menderita
faringitis (Rusmarjonno dan Efiaty Arsyad Soepardi, 2007).
Seseorang menderita sakit tenggorokan akibat Streptokokus melalui kontak
langsung dan erat dengan seorang yang sakit. Penyakit ini dapat lebih mudah
menyebar apabila berada dalam lingkungan yang padat. Contoh lingkungan yang
padat di antaranya orang-orang di lingkungan militer atau di sekolah. Bakteri SGA
dapat mengering menjadi debu, namun tidak dapat menyebabkan orang menjadi
sakit. Apabila bakteri di lingkungan dipertahankan tetap lembab maka sampai
dengan 15 hari bakteri tersebut dapat menyebabkan seseorang menjadi sakit.
Bakteri yang lembab dapat ditemukan pada benda-benda seperti sikat gigi. Bakteri
ini dapat hidup dalam makanan, namun hal ini sangat jarang terjadi. Orang yang
memakan makanan tersebut dapat menjadi sakit. Dua belas persen anak tanpa
gejala sakit tenggorokan akibat Streptokokus memiliki SGA di tenggorokan
mereka dalam keadaan normal. Seorang yang terkena sakit tenggorokan akibat
Streptokokus akan menunjukkan gejala antara satu hingga tiga hari setelah
berkontak dengan seorang yang sakit.
Faringitis dapat menular melalui udara yaitu melalui percikan saliva dari orang
yang menderita faringitis akut. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh virus dan
bakteri, dipermudah oleh adanya rangsangan seperti asap, uap dan zat kimia.
e. Bagaimana reaksi imun terhadap Streptococcus B hemolyticus grup A?
Terdapat tiga hal yang berperan penting dalam terjadinya demam rematik, yakni
agen penyebab penyakit yaitu Streptokokus -hemolitikus grup A, host (manusia),
dan faktor lingkungan (Raju & Turi, 2012).
Streptokokus akan menyerang sistem pernafasan bagian atas dan melekat pada
jaringan faring. Adanya protein M menyebabkan organisme ini mampu
menghambat fagositosis sehingga bakteri ini dapat bertahan pada faring selama 2
minggu, sampai antibodi spesifik terhadap Streptokokus selesai dibentuk.
Protein M, faktor virulen yang terdapat pada dinding sel Streptokokus , secara
immunologi memiliki kemiripan dengan struktur protein yang terdapat dalam
10

tubuh manusia seperti miokardium (miosin dan tropomiosin), katup jantung


(laminin), sinovial (vimentin), kulit (keratin) juga subtalamus dan nukleus
kaudatus (lysogangliosides) yang terdapat diotak (Joseph, 2010). Adanya
kemiripan pada struktur molekul inilah yang mendasari terjadinya respon
autoimun yang pada demam rematik. Kelainan respon imun ini didasarkan pada
reaktivitas silang antara protein M Streptokokus dengan jaringan manusia yang
akan mengaktivasi sel limfosit B dan T. Sel T yang telah teraktivasi akan
menghasilkan sitokin dan antibodi spesifik yang secara langsung menyerang
protein tubuh manusia yang mirip dengan antigen Streptokokus. Seperti pada
korea Sydenham, ditemukan antibodi pada nukleus kaudatus otak yang lazim
ditemukan terhadap antigen membran sel Streptokokus (Behrman, 1996). Dan
ditemukannya antibodi terhadap katup jantung yang mengalami reaksi silang
dengan N-acetylglucosamine, karbohidrat dari Streptokokus grup A, membuktikan
bahwa antibodi bertanggung jawab terhadap kerusakan katup jantung.
Jadi, dari penjelasan diatas Streptokokus Beta Hemolyticus ini dapat
menyebabkan demam rematik. Demam rematik merupakan penyakit
autoimun yang menyerang multisistem akibat infeksi dari Streptokokus hemolitikus grup A pada faring (faringitis)
3. Pasien memiliki riwayat atrial fibrilasi dan saat ini sedang mengonsumsi digoxin
dan warfarin.
a. Bagaimana pathogenesis atrial fibrilasi?
Sampai saat ini patofisiologi terjadinya FA masih belum sepenuhnya dipahami dan
dipercaya bersifat multifaktorial. Dua konsep yang banyak dianut tentang
mekanisme FA adalah 1) adanya faktor pemicu (trigger); dan 2) faktor-faktor yang
melanggengkan. Pada pasien dengan FA yang sering kambuh tetapi masih dapat
konversi secara spontan, mekanisme utama yang mendasari biasanya karena
adanya faktor pemicu (trigger) FA, sedangkan pada pasien FA yang tidak dapat
konversi secara spontan biasanya didominasi adanya faktor-faktor yang
melanggengkan.
b. Bagaimana mekanisme cara kerja obat digoxin dan warfarin?
Mekanisme Kerja Warfarin
Warfarin adalah anti koagulan oral yang mempengaruhi sintesa vitamin K-yang
berperandalam pembekuan darah- sehingga terjadi deplesi faktor II, VII, IXdan X.
Ia bekerja di hati dengan menghambat karboksilasi vitamin K dari protein
prekursomya. Karena waktu paruh dari masing-masing faktor pembekuan darah
tersebut, maka hila terjadi deplesi faktor Vllwaktu protrombin sudah
memanjang.Tetapi efek anti trombotik baru mencapai puncak setelah terjadi
deplesi keempat faktor tersebut. Jadi efek anti koagulan dari warfarin
membutuhkan waktu beberapa hari karena efeknya terhadap faktor pembekuan
darah yang baru dibentuk bukan terhadap faktor yang sudah ada
11

disirkulasi.Warfarin tidak mempunyai efek langsung terhadap trombus yang sudah


terbentuk,tetapi dapat mencegah perluasan trombus. Warfarin telah terbukti efektif
untuk pencegahan stroke kardioembolik. Karena meningkatnya resiko
pendarahan, penderita yang diberi warfarin harus dimonitor waktu protrombinnya
secara berkala.
Mekanisme Kerja Digoksin :
Hambatan langsung ikatan membrane sodium dan potassium teraktivasi
adenosine triphosphatase (Na+/K+ -ATPase), menyebabkan kenaikan
konsentrasi kalsium intraselular.
Lambatnya peningkatan kalsium kedalam sel selama potensial aksi ; akibat
dari masuknya kalsium kedalam sel saat ini menyebabkan timbulnya plateau
pada potensial aksi.
Efek digoksin bervariatif dan berbeda tergantung dosis dan tipe jaringan jantung
yang terlibat. Atrium dan ventrikel memperlihatkan otomatisitas dan eksitasi
yang dihasilkan dalam bentuk ekstrasistol dan takidisritmia. Kecepatan konduksi
menurun pada miokard dan jaringan nodal, meyebabkan perpanjangan PR
interval dan AV-blok yang disertai dengan pemendekan QT interval. Sebagai
tambahan dari efek ini, efek langsung dari digitalis terhadap repolarisasi sering
terefleksi pada ECG dalam bentuk kekuatan yang berlawanan antara ST segmen
dan T wave langsung terhadap kekuatan QRS. Manifestasi awal yang terlihat
pada ECG sebagai efek dan keracunan digitalis biasanya dimediasi oleh
peningkatan tonus vagal. Awal intoksikasi akut, depresi SA atau fungsi AV node
dapat di atasi dengan Atropin.
Irama ektopik, seperti Nonparoxysmal junctional takikardia, ekstrasistol,
premature kontraksi ventrikel, flutter dan fibrilasiventrikel, flutter dan fibrilasi
atrial dan bidirectional ventrikel takikardi-disebabkan peningkatan otomatisitas,
reentri atau keduanya. Bidirectional ventrikel takikardi adalah karakteristik
khusus dari parahnya toksisitas digitalis dan merupakan hasil dari perubahan
dalam konduksi intraventricular, junctional takikardi dengan aberan konduksi
intraventrikular, atau, jarang, pacemaker ventricular alternative. Dapat juga
terlihat depresi dari atrial pacemaker yang menyebabkan SA beristirahat .
Bentuk lain dari SA blok, AV blok dan sinus exit blok meyebabkan depresi
konduksi normal. Nonparoxysmal atrial takikardi dengan blok dihubungkan
dengan keracunan digitalis. Ketika terjadi depresi pada konduksi dan pacemaker
normal, ektopik pacemaker akan mengambil alih, menghasilkan atrial takikardi
dengan AV blok dan nonparoksismal otomatis AV junctional takikardi. Memang,
AV junctional blok mempunyai beberapa derajat, baik sendiri atau dengan
peningkatan otomatisitas ventrikel, yang merupakan manifestasi yang biasa
ditemukan pada keracunan digitalis dan terjadi pada 30-40% pasien yang
diketahui mengalami keracunan digitalis. Disosiasi AV dapat terjadi karena
supresi pada pacemaker dominan dengan kehilangan pacemaker atau
peningkatan seharusnya pacemaker ventrikel.

c. Bagaimana perhitungan dosis obat digoxin dan warfarin sesuai dengan umur Tn.
MT?
Dosis dioxin ginjal normal: 0,25-0,125 mg
12

Dosis Warfarin
Untuk dosis awal atau induksi, warfarin biasanya diberikan hingga 10 mg per hari
selama dua hari. Untuk dosis berikutnya atau dosis perawatan, biasa diberikan
sebesar 3-9 mg per hari. Dosis yang diberikan pada tiap penderita berbeda-beda
dan didasari kepada hasil tes darah di laboratorium untuk mengukur kemampuan
darah dalam menghambat pembekuan. Tes yang diukur dengan satuan
International Normalised Ratio (INR) ini harus dilakukan secara rutin. Tujuannya
agar dosis yang diberikan tepat, cukup efektif, dan tidak menimbulkan masalah
pendarahan.
d. Bagaimana farmakodinamik obat tersebut?
Warfarin: 99% terikat pada protein plasma terutama albumin. Absorbsinya
berkurang bila ada makanan di saluran cerna
Digoxin: Kurang lebih 25% digoksin terikat dengan protein plasma,
mempunyaivolumedistribusiyangbesar(47liter/kg),dandapatmelewatisawar
darahotaksertaplasenta.
e. Bagaimana farmakokinetik obat tersebut?
Farmakokinetik Warfarin :
Mula kerja biasanya sudah terdeteksi di plasma dalam 1 jam setelah pemberian.
Kadar puncak dalam plasma: 2-8 jam.
Waktu paruh
: 20-60 jam; rata-rata 40 jam.
Bioavailabilitas : hampir sempurna baik secara oral, 1M atau IV.
Metabolisme
: ditransformasi menjadi metabolit inaktif di hati dan ginjal.
Ekskresi
: melalui urine clan feses
Farmakokinetik Digoxin:
Digoksin yang diberikan secara oral diserap secara bervariasi tergantung dari
jenis sediaannya. Kurang lebih 25% digoksin terikat dengan protein plasma,
mempunyaivolumedistribusiyangbesar(47liter/kg),dandapatmelewatisawar
darah otak serta plasenta. Digoksin dieliminasi melalui ginjal, lewat filtrasi
glomerulus dan sekresi tubular. Waktu paruhnya berkisar antara 3648 jam,
sehingga diberika sekali sehari, dan kadar mantap dicapai setelah 1 minggu.
Waktuparuhdigoksinakanmemanjangpadagangguanfungsiginjal.
4. Tuan MT juga memiliki riwayat alergi dengan amoksisilin
a. Apa yang menyebabkan Tn. MT mengalami alergi terhadap Amoksisilin?
Terjadi reaksi alergi didahului oleh adanya sensitisasi. Namun mereka yang belum
pernah diobati dengan penisilin (amoksisilin) dapat juga mengalami reaksi alergi.
Dalam hal ini diduga sensitisasi terjadi akibat pencemaran lingkungan oleh
penisilin (misalnya makanan asal hewan atau jamur).
b. Apa alternative obat atau obat pengganti selain Amoksisilin? (second line,
farmakodinamik, farmakokinetik)
Klasifikasi antibiotik/antibakteri :
a. Golongan Penisilin
Penisilin diklasifikasikan sebagai obat -laktam karena cincin laktam mereka yang
unik. Mereka memiliki ciri-ciri kimiawi, mekanisme kerja, farmakologi, efek klinis, dan
13

karakteristik imunologi yang mirip dengan sefalosporin, monobactam, carbapenem, dan laktamase inhibitor, yang juga merupakan senyawa -laktam. Penisilin dapat terbagi menjadi
beberapa golongan :
Penisilin natural (misalnya, penisilin G) Golongan ini sangat poten terhadap
organisme gram-positif, coccus gram negatif, dan bakteri anaerob penghasil non-laktamase. Namun, mereka memiliki potensi yang rendah terhadap batang gram
negatif.
Penisilin antistafilokokal (misalnya, nafcillin) Penisilin jenis ini resisten terhadap
stafilokokal -laktamase. golongan ini aktif terhadap stafilokokus dan streptokokus
tetapi tidak aktif terhadap enterokokus, bakteri anaerob, dan kokus gram negatif dan
batang gram negatif.
Penisilin dengan spektrum yang diperluas (Ampisilin, amoksisilin, amoksiklav,
bakampililin, pivampisilin.) Obat ini mempertahankan spektrum antibakterial
penisilin dan mengalami peningkatan aktivitas terhadap bakteri gram negatif .
Penisilin antipseudomonas : piperasilin, ureidopenisilin, sulbenisilin, tikarsilin.
b. Golongan Sefalosporin dan Sefamisin
Sefalosporin mirip dengan penisilin secara kimiawi, cara kerja, dan toksisitas. Hanya
saja sefalosporin lebih stabil terhadap banyak beta-laktamase bakteri sehingga memiliki
spektrum yang lebih lebar. Sefalosporin tidak aktif terhadap bakteri enterokokus dan
L.monocytogenes. Sefalosporin terbagi dalam beberapa generasi, yaitu:
Sefalosporin generasi pertama Sefalosporin generasi pertama termasuk di dalamnya
sefadroxil, sefazolin, sefalexin, sefalotin, sefafirin, dan sefradin. Obat - obat ini sangat
aktif terhadap kokus gram positif seperti pnumokokus, streptokokus, dan stafilokokus.
Sefalosporin generasi kedua Anggota dari sefalosporin generasi kedua, antara lain:
sefaklor, sefamandol, sefanisid, sefuroxim, sefprozil, loracarbef, dan seforanid. Secara
umum, obat obat generasi kedua memiliki spektrum antibiotik yang sama dengan
generasi pertama. Hanya saja obat generasi kedua mempunyai spektrum yang
diperluas kepada bakteri gram negatif.
Sefalosporin generasi ketiga Obatobat sefalosporin generasi ketiga adalah
sefeperazone, sefotaxime, seftazidime, seftizoxime, seftriaxone, sefixime, seftibuten,
moxalactam, dll. Obat generasi ketiga memiliki spektrum yang lebih diperluas kepada
bakteri gram negatif dan dapat menembus sawar darah otak.
Sefalosporin generasi keempat Sefepime merupakan contoh dari sefalosporin generasi
keempat dan memiliki spektrum yang luas. Sefepime sangat aktif terhadap haemofilus
dan neisseria dan dapat dengan mudah menembus CSS.
c. Golongan Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan inhibitor yang poten terhadap sintesis protein mikroba.
Kloramfenikol bersifat bakteriostatik dan memiliki spektrum luas dan aktif terhadap masing
masing bakteri gram positif dan negatif baik yang aerob maupun anaerob
d. Golongan Tetrasiklin
Golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama untuk mengobati infeksi dari
M.pneumonia, klamidia, riketsia, dan beberapa infeksi dari spirokaeta. Tetrasiklin juga
digunakan untuk mengobati ulkus peptikum yang disebabkan oleh H.pylori. Tetrasiklin
menembus plasenta dan juga diekskresi melalui ASI dan dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan tulang dan gigi pada anak akibat ikatan tetrasiklin dengan kalsium. Tetrasiklin
diekskresi melalui urin dan cairan empedu.
e. Golongan Makrolida
Yang termasuk golongan makrolida antara lain : azitromisin, Eritromisin,
Klaritromisin, Roksitromisin, Spiramisin. Azitromisin adalah makrolida yang aktivitasnya
14

terhadap bakteri gram positif, sedikit lebih lemah dibanding eritromisin. Waktu paruh relatif
lama
sehingga
memungkinkan
penggunaan
dosis
satu
kali
sehari.
Eritromisin memiliki spektrum antibakteri yang mirip dengan penisilin, sehingga dapat
digunakan sebagai alternatif terhadap pasien yang alergi maupun yang resisten terhadap
penisilin, umunya eritromisin digunakan untuk infeksi saluran nafas. Eritromisin merupakan
bentuk prototipe dari obat golongan makrolida yang disintesis dari S.erythreus juga efektif
terhadap bakteri gram positif terutama pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, dan
korinebakterium. Aktifitas antibakterial eritromisin bersifat bakterisidal dan meningkat pada
pH basa. Klaritromisin merupakan derivat eritromisin, dimana klaritromisin lebih kuat
aktivitasnya dibandingkan eritromisin. Beberapa obat ini dapat memberikan keuntungan yang
lebih, contohnya azithromycin cukup diminum selama empat hingga lima hari, bukan selama
dua minggu berturut-turut. Namun demikian, Makrolida juga memiliki kelemahan, termasuk
efek samping yang jauh lebih tinggi pada lambung. Namun efek samping tersebut biasanya
dianggap sebagai kerugian kecil bila dibandingkan dengan manfaatnya yang besar yaitu
membunuh bakteri streptokokus penyebab radang tenggorokan.
f. Golongan Aminoglikosida
Yang termasuk golongan aminoglikosida, antara lain: streptomisin, neomisin,
kanamisin, tobramisin, sisomisin, netilmisin, dan lain lain. Golongan aminoglikosida pada
umumnya digunakan untuk mengobati infeksi akibat bakteri gram negatif enterik, terutama
pada bakteremia dan sepsis, dalam kombinasi dengan vankomisin atau penisilin untuk
mengobati endokarditis, dan pengobatan tuberculosis.
g. Golongan Sulfonamida dan Trimetoprim
Sulfonamida dan trimetoprim merupakan obat yang mekanisme kerjanya menghambat
sintesis asam folat bakteri yang akhirnya berujung kepada tidak terbentuknya basa purin dan
DNA pada bakteri. Kombinasi dari trimetoprim dan sulfametoxazole merupakan pengobatan
yang sangat efektif terhadap pneumonia akibat P.jiroveci, sigellosis, infeksi salmonela
sistemik, infeksi saluran kemih, prostatitis, dan beberapa infeksi mikobakterium non
tuberkulosis .
h. Golongan Fluorokuinolon
Golongan fluorokuinolon termasuk di dalamnya asam nalidixat, siprofloxasin,
norfloxasin, ofloxasin, levofloxasin, dan lainlain. Golongan fluorokuinolon aktif terhadap
bakteri gram negatif. Golongan fluorokuinolon efektif mengobati infeksi saluran kemih yang
disebabkan oleh pseudomonas. Golongan ini juga aktif mengobati diare yang disebabkan oleh
shigella, salmonella, E.coli, dan Campilobacter.
AZITROMISIN
Zithromax adalah merek obat antibiotik yang beredar luas di masyarakat. Seperti
semua obat yang bermerek, zithromax memiliki bahan aktif didalamnya. Bahan aktif tersebut
adalah azitromisin. Azitromisin juga tersedia dalam sediaan generik. Azitromisin merupakan
antibiotik golongan makrolid yang berfungsi untuk melawan infeksi bakteri. Beberapa
penyakit infeksi yang dapat diobati dengan antibiotic azitromisin, antara lain infeksi saluran
pernafasan atas atau bawah, infeksi kulit, infeksi saluran kemih (uretritis), dan infeksi
kelamin (cervisitis) yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Azitromisin juga
digunakan sebagai salah satu pengobatan pada radang paru-paru (pneumonia). Walaupun
memiliki fungsi yang besar, tidak semua orang dapat menggunakan azitromisisn sebagai
antibiotic. Beberapa kontraindikasi bagi pemakain azitromisin, yaitu riwayat alergi dengan
azitromisin sebelumnya, gangguan hati, dan jaundice (kuning) karena gangguan aliran
empedu. Penggunaan azitromisin pada kehamilan aman, namun untuk wanita menyusui
15

penggunaan harus dengan hati-hati. Azitomisin adalah obat alternatif yang paling efektif
sebagai obat pengganti amoksisilin. Azitromisin tidak menganggu metabolisme CYP450 dan
tidak menganggu metabolisme obat yang lain, dan tidak menimbulkan interaksi obat.
Indikasi zithromax
Kegunaan obat zithromax (Azithromycin ) adalah untuk pengobatan infeksi saluran
nafas atas dan bawah : eksaserbasi bakteri akut bronkitis kronis akibat H. influenzae, M.
catarrhalis, atau S. pneumoniae, Pneumonia karena C. pneumoniae, H. influenzae, M.
pneumoniae, atau S. pneumoniae, dan sinusitis akut karena H. influenzae, M. catarrhalis,
atau S. pneumoniae, otitis media akut yang disebabkan oleh H. influenzae, M. catarrhalis
atau S. pneumoniae, faringitis atau tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes.
zithromax (Azithromycin ) digunakan pula untuk infeksi kulit dan struktur kulit tanpa
komplikasi akibat S. aureus, S. pyogenes, atau S. agalactiae. zithromax (Azithromycin ) juga
berguna untuk penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks : uretritis dan servisitis
karena C. trachomatis atau N. gonorrhoeae, penyakit maag genital (chancroid) pada pria
karena H. ducreyi
Kontra indikasi
Azithromax (Azithromycin) harus dihindari pada pasien
pada zithromax (Azithromycin ) dan antibiotika makrolidum lainnya.

hipersensitifitas

Efek samping
Obat-obatan yang beredar di masyarakat, termasuk azitromisin, memiliki efek
samping bagi para penggunanya. Efek samping merupakan hal yang wajar selama tidak
mengganggu. Bila Anda merasa tidak nyaman dengan efek samping yang muncul, segera
konsultasikan dengan dokter. Beberapa efek samping yang muncul antara lain:

Gangguan saluran pencernaan, seperti diare, mual, muntah, nyeri perut, kembung;

Kram perut;

Rasa tidak nyaman pada kemaluan (terutama pada wanita);

Badan terasa lemas, dan lesu.

16

Dosis
Selain dalam sediaan tablet 500 mg, zithromax tersedia dalam beberapa sediaan, yaitu
tablet 250 mg. Zithromax juga tersedia dalam bentuk sirup (200 mg/5 ml), dan vial 500 mg
(untuk suntikan langsung ke pembuluh darah). Dosis azitromisin berbeda tergantung penyakit
yang akan diobati. Untuk penyakit menular seksual atau penyakit kelamin, penggunaan
azitromisin umumnya sekali minum (single dose) dengan dosis 1 gram. Untuk penyakit lain,
azitromisin diminum sekali sehari selama 3-4 hari dengan dosis 500 mg per hari. Pada anakanak, dosis azitromisin yang tepat adalah 10 mg/kg berat badan/hari. Waktu penggunaan
sama dengan dewasa yaitu 3-4 hari.
Azitromisin Berinteraksi dengan Obat Lain
Azitromisin diuraikan oleh hati. Jadi obat ini dapat berinteraksi dengan obat yang diuraikan
oleh hati, termasuk sebagian besar ARV. Para ilmuwan belum menelitikan semua interaksi
yang mungkin lihat LI 407 untuk informasi lebih lanjut mengenai interaksi. Azitromisin
kemungkinan berinteraksi dengan beberapa obat pengencer darah, obat jantung, obat
antisawan (antikonvulsi), dan antibiotik lain. Pastikan dokter mengetahui semua obat,
suplemen dan jamu yang kita pakai. Dokter mungkin harus memantau kita secara teliti jika
kita memakai azitromisin sekaligus dengan protease inhibitor ritonavir.

PARASETAMOL
Paracetamol adalah jenis obat yang termasuk kelompok analgesik atau pereda rasa
sakit. Obat ini dipakai untuk meredakan rasa sakit ringan hingga menengah. Obat ini juga
bisa dipakai untuk menurunkan demam. Dianjurkan untuk mengonsumsi paracetamol
sebanyak 500 mg hingga 1 gram tiap 4-6 jam sekali. Paracetamol mengurangi rasa sakit
dengan cara mengurangi produksi zat dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Prostaglandin
adalah unsur yang dilepaskan tubuh sebagai reaksi terhadap rasa sakit. Paracetamol
menghalangi produksi prostaglandin, sehingga tubuh menjadi tidak terlalu fokus pada rasa
sakit. Paracetamol juga bekerja dengan memengaruhi bagian otak yang berfungsi
mengendalikan suhu tubuh.
Jenis obat
Golongan
Manfaat
Dikonsumsi oleh
Nama lain
Bentuk obat

Analgesik
Obat bebas
Meredakan rasa sakit dan demam
Dewasa dan anak-anak
Acetaminophen
Tablet, kapsul, obat larut, cairan yang diminum, supositoria, suntik dan infus

Dosis Paracetamol
Usia (tahun)
>16
12-16
10-12
8-10
6-8
4-6
2-4

Takaran (minimal maksimal dosis tiap 4-6 jam) per miligram (mg)
500 1000
480 750
480 500
360-375
240-250
240
180

17

6 24 bulan
120
3 6 bulan
60
2 3 bulan setelah imunisasi 60

Mengonsumsi Paracetamol dengan Benar


Umumnya orang mengonsumsi paracetamol tanpa masalah dan tanpa mengalami efek
samping. Walau demikian, pastikan obat ini cocok untuk gejala-gejala yang Anda alami dan
tidak berlawanan dengan kondisi kesehatan fisik Anda. Minimal konsumsi 500 mg
paracetamol tiap empat hingga enam jam bagi orang dewasa dan sesuaikan dosis yang tepat
bagi anak-anak. Obat ini bisa diminum sebelum atau sesudah makan. Jangan mengonsumsi
paracetamol melebihi dosis yang ditentukan, terlalu banyak mengonsumsi obat ini bisa
merusak organ hati. Apabila melewatkan waktu mengonsumsi paracetamol, jangan minum
dua dosis sekaligus untuk bermaksud menggantikannya. Bagi yang mengalami overdosis,
segera bawa ke IGD dan bawa bungkus paracetamol yang dikonsumsi untuk diperlihatkan ke
dokter.
Efek Samping dan Bahaya Paracetamol

Beberapa efek samping yang mungkin terjadi adalah:

Ruam, pembengkakan, kesulitan bernapas gejala alergi

Tekanan darah rendah atau hipotensi

Trombosit dan sel darah putih menurun

Kerusakan pada hati dan ginjal ketika mengalami overdosis

ERITROMISIN
Obat eritromisin (dan obat-obat lain, yang disebut makrolid) digunakan pada orang
yang mengalami alergi berat terhadap penisilin. Sefalosporin dapat digunakan pada orang
dengan alergi yang lebih ringan.
Farmakokinetik
1. Pemberian Eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung sehingga obat ini
diberikan dalam bentuk tablet salut enterik atau ester. Semua obat ini diabsorpsi
secara adekuat setelah pemberian per-oral.
2. Distribusi Distribusi eritromisin ke seluruh cairan tubuh baik kecuali ke cairan
sebrospinal. Obat ini merupakan satu di antara sedikit antibiotika yang bedifusi ke
dalam cairan prostat da mempunyai sifat akumulasi unit ke dalam makrofag. Obat ini
berkumpul di hati. Adanya inflamasi menyebabkan penetrasinya ke jaringan lebih
baik.
3. Metabolisme Eritromisin dimetabolisme secara ekstensif dan diketahui menghambat
oksidasi sejumlah obat melalui interaksinya dengan sistemsitokrom P-450.
4. Ekskresi Eritromisin terutama dikumpulkan dan diekskresikan dalam bentuk aktif
dalam empedu. Reabsorpsi parsial terjadi melalui sirkulasi enterohepatik.
Farmakodinamik
Eritromisin menekan sintesis protein bakteri. Mula kerja dari preparat oral adalah 1
jam, waktu untuk mencapai puncak adalah 4 jam, dan lama kerjanya adalah 6 jam.
18

Eritromisin memiliki interaksi obat dengan digoxin yaitu meningkatkan kerja dari digoxin,
dimana Tn. MT masih mengonsumsi digoxin sehingga tidak mempan dan tidak bisa dijadikan
sebagai obat pengganti amoksisilin.
Eritromisin dengan Digoksin = Efek digoksin meningkat. Digoksin digunakan untuk
layu jantung dan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tak teratur. Akibatnya :
terjadi efek samping merugikan karena terlalu banyak digoksin. Gejala yang dilaporkan :
mual, kehilangan nafsu makan, aritmia jantung, takhikardia atau bradikardia. . (Eritromisin
menghambat kerja p450 pada digoxin sehingga tidak dapat digunakan sebagai obat alternatif
pengganti amoksisilin).
CEFADROXIL
Cefadroxil adalah obat antibiotik dengan spektrum luas. Cefadroxil bisa dimanfaatkan
untuk mengatasi beberapa jenis bakteri. Cefadroxil bisa digunakan untuk mengobati infeksi
saluran kemih, kulit, pernapasan, atau tenggorokan. Obat ini bisa dikonsumsi oleh orang
dewasa maupun anak-anak. Cefadroxil berfungsi mengobati infeksi akibat bakteri pada
berbagai bagian tubuh. Tapi obat ini tidak bisa menyembuhkan pilek, flu, atau penyakitpenyakit lain yang disebabkan oleh virus. Obat ini bekerja dengan cara menghambat
pembentukan dinding sel bakteri sehingga bakteri tidak dapat bertahan hidup. Cefadroxil
termasuk jenis obat keras yang memerlukan resep dokter. Ada banyak merek obat-obatan
yang mengandung cefadroxil. Selalu ingat untuk memeriksa kandungan dan membaca aturan
pemakaian obat yang tertera pada kemasan.
Jenis obat
Golongan

Manfaat

Dikonsumsi oleh
Bentuk

Antibiotik sefalosporin
Obat resep
Mengatasi infeksi akibat bakteri yang terjadi pada berbagai bagian tubuh seperti:

Sistem pernapasan (misalnya sinusitis, pneumonia dan bronkitis)

THT (telinga, hidung dan tenggorokan)

Ginjal

Sistem saluran kemih

Tulang dan sendi

Kulit dan jaringan lunak

Ginekologi atau sistem reproduksi wanita

Dewasa dan anak-anak


Kapsul

Dosis Cefadroxil
Dosis dan lama cefadroxil diresepkan oleh dokter akan tergantung pada jenis infeksi
yang sedang diobati, tingkat keparahannya dan kondisi kesehatan pasien. Umumnya, 1-2
gram cefadroxil dikonsumsi per hari untuk 5-10 hari. Dosis maksimum adalah 4 gram per 24
jam. Bagi anak-anak, dosis juga akan didasari kepada berat badan anak per kilogram dan
akan ditentukan oleh dokter.
Mengonsumsi Cefadroxil dengan Benar
19

Pastikan untuk membaca petunjuk pada kemasan obat dan mengikuti anjuran dokter
dalam mengonsumsi cefadroxil. Jangan mengubah dosis cefadroxil kecuali disarankan oleh
dokter Anda. Sangat disarankan untuk menghabiskan semua dosis yang sudah diberikan oleh
dokter, walau Anda sudah merasa sehat. Hal ini dilakukan untuk mencegah kembalinya
infeksi. Minumlah cefadroxil dengan air putih. Jangan mengunyah atau membuka kapsul
cefadroxil. Cefadroxil bisa diminum sebelum atau sesudah makan. Untuk memaksimalisasi
keefektifannya, konsumsi cefadroxil tiap hari pada jam yang sama. Pastikan ada jarak waktu
yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Ketika tidak sengaja melewatkan
dosis cefadroxil, segera minum begitu teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu
dekat. Jangan mengganti dosis yang terlewat dengan menggandakan dosis cefadroxil pada
jadwal berikutnya.
Efek Samping dan Bahaya Cefadroxil
Terlepas dari manfaatnya, cefadroxil berpotensi menyebabkan efek samping yang
tidak diinginkan, meski hal ini tidak dialami oleh semua orang. Jelaskan pada dokter jika
Anda mengalami efek samping yang berkepanjangan dan beri tahu obat-obatan lain yang
Anda konsumsi. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi antara lain:

Mengalami diare

Merasa sakit perut atau mengalami gangguan pencernaan

Peradangan pada lidah

Mual dan muntah

c. Apa saja karakteristik obat Amoksisilin? (kandungan, kontraindikasi obat,


golongan obat)
Amoksisilin termasuk dalam golongan antibiotik beta laktamase, yakni antibiotik
yang bekerja dengan cara merusak dinding sel bakteri sehingga bakteri pecah dan mati.
Amoksisilin diindikasikan untuk bakteri gram positif, yaitu bakteri-bakteri yang banyak
ditemukan di kulit, saluran napas, dan saluran kemih.
Golongan Obat
Amoksisilin termasuk antibiotik spektrum luas dalam kelompok penisilin.
Amoksisilin adalah suatu antibiotika yang termasuk kelompok penisilin atau beta laktam.
Selain amoksisilin, yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah ampicillin,
oxacillin, carbenicillin dan piperacillin. Semua penisilin bekerja dengan mekanisme yang
serupa. Zat aktif dalam amoksisilin, beta-laktam, mencegah sintesis dinding sel bakteri
dengan menghambat enzim DD-transpeptidase bakteri. Akibatnya, bakteri tidak dapat
berkembang biak.

20

Dosis pengambilan
Anda dapat mengambil tablet/kapsul/sirup amoksisilin sebelum, selama atau sesudah
makan. Dosis amoksisilin umumnya adalah sebagai berikut:
Dewasa, remaja, dan anak-anak (berat> = 40 kg): 500 mg setiap 12 jam atau 250 mg
setiap 8 jam.
Anak-anak dan bayi> 3 bulan (berat <40 kg): 20 mg / kg / hari, diberikan dalam dosis
sama setiap 8 jam atau 25 mg / kg / hari diberikan dalam dosis sama setiap 12 jam.
Neonatus dan bayi <= 3 bulan: dosis maksimum yang disarankan adalah 30 mg / kg /
hari, diberikan dalam dosis sama setiap 12 jam.
Dosis dapat bervariasi sesuai tingkat keparahan infeksi, ada/tidaknya resistensi
antibiotik, lokasi infeksi, tujuan sebagai pencegahan (profilaksis) atau pengobatan, dll.
Dokter akan menimbang secara rasional berapa dosis yang tepat untuk Anda secara kasus per
kasus.
Kontraindikasi :
1. Jangan minum obat ini jika Anda alergi terhadap penisilin. Pasien yang memiliki
asma, eksim, gatal-gatal, atau demam mungkin berisiko lebih besar untuk reaksi
hipersensitivitas terhadap amoksisilin dan penisilin pada umumnya.
2. Bagi wanita yang sedang mengandung atau sedang menyusui, pastikan untuk
membicarakan dengan dokter sebelum mengonsumsi amoxicillin.
3. Jika Anda menjalani vaksinasi apa pun, pastikan memberi tahu dokter bahwa Anda
sedang mengonsumsi amoxicillin karena amoxicillin dapat berdampak pada
keefektifan vaksin.
4. Jika Anda sedang mengonsumsi pil kontrasepsi dan mengalami muntah-muntah akibat
amoxicillin, gunakan alat pengaman tambahan seperti kondom.
5. Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal dalam mengonsumsi obat ini.
6. Amoxicillin sebaiknya tidak dikonsumsi oleh penderita demam kelenjar karena dapat
menyebabkan ruam.
7. Jika terjadi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
Efek samping
Amoksisilin memiliki beberapa efek samping. Kebanyakan efek samping cukup
ringan, namun meningkat menurut dosis dan lama penggunaan. Kebanyakan reaksi yang
merugikan disebabkan oleh fakta bahwa amoksisilin tidak hanya membunuh bakteri patogen
tetapi juga bakteri baik yang merupakan flora alami usus. Efek samping potensialnya
meliputi mual dan muntah, sakit perut, diare, gangguan pencernaan (dispepsia), dubur gatal
dan reaksi alergi. Efek samping lain adalah gangguan saluran cerna seperti mual, muntah,
sakit perut dan diare. FDA (Badan POM-nya Amerika) memasukkan obat ini ke dalam
kategori B. Ini berarti bahwa keamanan obat ini belum didukung oleh penelitian yang
memadai pada wanita hamil. Penelitian pada hewan tidak menunjukkan adanya
d. Bagaimana reaksi tubuh terhadap amoksisilin?
Amoksisilin kebal terhadap inaktifasi asam lambung. Amoksisilin lebih cepat dan
sempurna diserap daripada ampisilin jika diberikan melalui oral. 1-2 jam
pemberian dosis 250 mg, puncak plasma dapat dibaca dengan konsentrasi sekitar
5 micrograms/mL dengan ketersediaan hingga 8 jam. Penggunaan dosis ganda
dapat menggandakan konsentrasi dalam darah.Keberadaan makanan dalam
lambung tidak mengurangi jumlah amoksisilin yang diserap.
21

Konsentrasi amoksisilin setelah injeksi intramuscular sama dengan dosis oral.


Sekitar 20% terikat pada protein plasma dan memiliki waktu paruh 1-1,5 jam, dan
mungkin lebih lama pada neonatus, orang tua, dan pasien dengan gagal ginjal.
Pada beberapa kasus gagal ginjal, waktu paruh bisa mencapai 7-20 jam.
Amoksisilin secara luas didistribusikan pada konsentrasi yang berbeda-beda
dalam jaringan dan cairan tubuh. Amoksisilin dapat menembus plasenta, dan
dalam jumlah kecil dieksresikan dalam air susu. Sangat sedikit melewati CSF.
Amoksisilin dimetabolisme menjadi asam penisiloat yang dieksresikan melalui
urin. Sekitar 60% dieksresikan dalam bentuk yang sama melalui urin dalam 6 jam.
Konsentrasi dalam urin sekitar 300 micrograms/mL setelah pemberian dosis 250
mg. Probenecid mengurangi eksresi ginjal.Amoksisilin dibuang melalui
haemodialysis, dan konsentrasi yang tinggi pernah dilaporkan berada dalam cairan
empedu dan sejumlah tertentu berada dalam feses.
e. Bagaimana interaksi obat alternative pengganti Amoksisilin dengan obat yang
dikonsumsi Tn. MT?
Eritromisin dengan Digoksin = Efek digoksin meningkat. Digoksin digunakan
untuk layu jantung dan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tak
teratur. Akibatnya : terjadi efek samping merugikan karena terlalu banyak
digoksin. Gejala yang dilaporkan : mual, kehilangan nafsu makan, aritmia jantung,
takhikardia atau bradikardia.
5. Pemeriksaan fisik:
Vital sign
: Tempetatur : 39,1C, tekanan darah : 120/70 mmHg, HR :
130x/menit (irregular), RR : 24x/menit
Faring-laring : hiperemis, tonsil membesar dan hiperemis
X-ray thorax : normal
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?
Temperatur Tuan MT 39,1oC
Temperatur normal dewasa 37oC
Maka temperature Tuan MT tinggi/tidak normal
Tekanan darah Tuan MT 120/70 mmHg
Tekanan darah normal yaitu sistol <120 dan diastole <80
Maka tekanan darah Tuan MT relatif normal
Nadi Tuan MT 130x/menit (ireguler)
Nadi normal dewasa 60-100x/menit
Maka tekanan darah Tuan MT termasuk takikardi
RR Tuan MT 24x/menit
RR normal dewasa 12-20x/menit
Maka RR Tuan MT termasuk takipnea relaitf
b. Apa yang menyebabkan HR Tn. M irregular?
Atrial fibrilasi atau AF, adalah jenis yang paling umum dari aritmia. Aritmia adalah
masalah dengan irama detak jantung. Selama aritmia, jantung dapat berdenyut
lebih cepat, lebih lambat, atau irregular. AF terjadi jika sinyal-sinyal listrik tidak
terorganisasi yang menyebabkan dua atrium untuk berfibrilasi. Istilah fibrilasi
22

berarti kontraksi sangat cepat dan irregular. Pada AF, darah banyak pada atrium dan
tidak terpompa dengan baik ke ventrikel. Sehingga, atrium dan ventrikel tidak
dapat bekerja dengan baik.
c. Diagnosis differential apa yang dicurigai sehingga diperlukan pemeriksaan
penunjang?
Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi
dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi thorax, isi
dan struktur-struktur di dekatnya. Foto thorax menggunakan radiasi terionisasi
dalam bentuk x-ray. Dosis radiasi yang digunakan pada orang dewasa untuk
membentuk radiografi adalah sekitar 0.06 mSv.
Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan
dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax
termasuk paru-paru, jantung dan saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal
jantung kongestif sering terdiagnosis oleh foto thorax. CXR sering digunakan
untuk skrining penyakit paru yang terkait dengan pekerjaan di industri-industri
seperti pertambangan dimana para pekerja terpapar oleh debu.
Secara umum kegunaan Foto thorax/CXR adalah :
untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)
untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax)
untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)
untuk memeriksa keadaan jantung
untuk memeriksa keadaan paru-paru
Pada beberapa kondisi, CXR baik untuk skrining tetapi buruk untuk diagnosis.
Pada saat adanya dugaan kelainan berdasarkan CXR, pemeriksaan imaging thorax
tambahan dapat dilakukan untuk mendiagnosis kondisi secara pasti atau
mendapatkan bukti-bukti yang mengarah pada diagnosis yang diperoleh dari CXR.
d. Apa yang menyebabkan hiperemis?
Hiperemis terjadi karena pelebaran pembuluh darah disekitar faring sebagai respon
terhadap inflamasi akibat infeksi lokal pada faring ataupenyebaran infeksi dari
daerah di sekitarnya. Sering terdapat pada faringitis dengan atau tanpa keterlibatan
tonsil (tonsilofaringitis).
6. Diagnosa Dokter : faringitis et streptococcus beta hemolyticus grup A.
a. Bagaimana tatalaksana terhadap penyakit tersebut? (obat, tatalaksana kausatif atau
tatalaksana simptomatik)
AZITROMISIN
Zithromax adalah merek obat antibiotik yang beredar luas di masyarakat. Seperti
semua obat yang bermerek, zithromax memiliki bahan aktif didalamnya. Bahan aktif tersebut
adalah azitromisin. Azitromisin juga tersedia dalam sediaan generik. Azitromisin merupakan
antibiotik golongan makrolid yang berfungsi untuk melawan infeksi bakteri. Beberapa
penyakit infeksi yang dapat diobati dengan antibiotic azitromisin, antara lain infeksi saluran
pernafasan atas atau bawah, infeksi kulit, infeksi saluran kemih (uretritis), dan infeksi
kelamin (cervisitis) yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Azitromisin juga
digunakan sebagai salah satu pengobatan pada radang paru-paru (pneumonia). Walaupun
memiliki fungsi yang besar, tidak semua orang dapat menggunakan azitromisisn sebagai
23

antibiotic. Beberapa kontraindikasi bagi pemakain azitromisin, yaitu riwayat alergi dengan
azitromisin sebelumnya, gangguan hati, dan jaundice (kuning) karena gangguan aliran
empedu. Penggunaan azitromisin pada kehamilan aman, namun untuk wanita menyusui
penggunaan harus dengan hati-hati. Azitomisin adalah obat alternatif yang paling efektif
sebagai obat pengganti amoksisilin. Azitromisin tidak menganggu metabolisme CYP450 dan
tidak menganggu metabolisme obat yang lain, dan tidak menimbulkan interaksi obat.
Selain dalam sediaan tablet 500 mg, zithromax tersedia dalam beberapa sediaan, yaitu
tablet 250 mg. Zithromax juga tersedia dalam bentuk sirup (200 mg/5 ml), dan vial 500 mg
(untuk suntikan langsung ke pembuluh darah). Dosis azitromisin berbeda tergantung penyakit
yang akan diobati. Untuk penyakit menular seksual atau penyakit kelamin, penggunaan
azitromisin umumnya sekali minum (single dose) dengan dosis 1 gram. Untuk penyakit lain,
azitromisin diminum sekali sehari selama 3-4 hari dengan dosis 500 mg per hari. Pada anakanak, dosis azitromisin yang tepat adalah 10 mg/kg berat badan/hari. Waktu penggunaan
sama dengan dewasa yaitu 3-4 hari.
Azitromisin diuraikan oleh hati. Jadi obat ini dapat berinteraksi dengan obat yang
diuraikan oleh hati, termasuk sebagian besar ARV. Para ilmuwan belum menelitikan semua
interaksi yang mungkin lihat LI 407 untuk informasi lebih lanjut mengenai interaksi.
Azitromisin kemungkinan berinteraksi dengan beberapa obat pengencer darah, obat jantung,
obat antisawan (antikonvulsi), dan antibiotik lain. Pastikan dokter mengetahui semua obat,
suplemen dan jamu yang kita pakai. Dokter mungkin harus memantau kita secara teliti jika
kita memakai azitromisin sekaligus dengan protease inhibitor ritonavir.

PARASETAMOL
Paracetamol adalah jenis obat yang termasuk kelompok analgesik atau pereda rasa
sakit. Obat ini dipakai untuk meredakan rasa sakit ringan hingga menengah. Obat ini juga
bisa dipakai untuk menurunkan demam. Dianjurkan untuk mengonsumsi paracetamol
sebanyak 500 mg hingga 1 gram tiap 4-6 jam sekali. Paracetamol mengurangi rasa sakit
dengan cara mengurangi produksi zat dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Prostaglandin
adalah unsur yang dilepaskan tubuh sebagai reaksi terhadap rasa sakit. Paracetamol
menghalangi produksi prostaglandin, sehingga tubuh menjadi tidak terlalu fokus pada rasa
sakit. Paracetamol juga bekerja dengan memengaruhi bagian otak yang berfungsi
mengendalikan suhu tubuh. Parasetamol meningkatkan kerja aktivitas koagulan (harus
memikirkan interaksi obatnya)
Jenis obat
Golongan
Manfaat
Dikonsumsi oleh
Nama lain
Bentuk obat

Analgesik
Obat bebas
Meredakan rasa sakit dan demam
Dewasa dan anak-anak
Acetaminophen
Tablet, kapsul, obat larut, cairan yang diminum, supositoria, suntik dan infus

Dosis Paracetamol
Usia (tahun)
>16
12-16
10-12

Takaran (minimal maksimal dosis tiap 4-6 jam) per miligram (mg)
500 1000
480 750
480 500

24

8-10
6-8
4-6
2-4
6 24 bulan
3 6 bulan
2 3 bulan setelah imunisasi

360-375
240-250
240
180
120
60
60

Obat nyeri
Obat penghilang rasa nyeri dapat membantu mengurangi nyeri yang disebabkan oleh
sakit tenggorokan akibat Streptokokus Biasanya ini mencakup OAINS atau parasetamol yang
juga dikenal sebagai asetaminofen. Steroid juga bermanfaat, demikian pulalidokain kental.
Aspirin dapat bermanfaat pada dewasa. Tidak baik memberikan aspirin pada anak karena hal
ini akan membuat mereka lebih mungkin mengalami Sindrom Reye.
Obat antibiotik
Penisilin V adalah antibiotik yang paling sering digunakan di Amerika Serikat untuk
sakit tenggorokan akibat Streptokokus. Antibiotik ini banyak digunakan karena aman, bekerja
dengan baik, dan tidak mahal (tidak menghabiskan banyak uang). Amoksisilin biasanya
digunakan di Eropa. Di India, orang lebih berisiko menderita demam reumatik. Karena itu,
suatu obat disuntikkan yang disebut benzatin penisilin G merupakan terapi yang biasa
diberikan. Antibiotik menurunkan rata-rata lama gejala. Rata-rata lama gejala adalah tiga
hingga lima hari. Antibiotik menurunkan hal ini sebanyak sekitar satu hari. Obat-obat ini juga
mengurangi penyebaran penyakit. Obat-obat ini terutama digunakan untuk mencoba
mengurangi komplikasi yang jarang. Ini mencakup demam reumatik, ruam, atau infeksi. Efek
baik antibiotik harus seimbang dengan kemungkinan efek sampingnya. Terapi antibiotik
mungkin tidak perlu diberikan pada seorang dewasa sehat yang mengalami reaksi buruk
terhadap obat. Penggunaan antibiotik pada sakit tenggorokan akibat Streptokokus lebih sering
dibandingkan dengan perkiraan tingkat kejadian penyakit yang diharapkan.
Obat eritromisin (dan obat-obat lain, yang disebutmakrolid) harus digunakan pada orang yang
mengalami alergi berat terhadap penisilin. Sefalosporin dapat digunakan pada orang dengan
alergi yang lebih ringan. Infeksi streptokokus juga dapat menyebabkan
pembengkakan ginjal (glomerulonefritis akut). Antibiotik tidak mengurangi kemungkinan
terjadinya kondisi ini.
Pilihan Pengobatan Untuk Nyeri Menelan
Pilihan pengobatan untuk nyeri menelan semata-mata tergantung pada penyebab rasa
sakit. Dokter mungkin akan meresepkan antibiotik untuk mengobati infeksi tenggorokan,
infeksi amandel, infeksi dalam mulut, atau infeksi kerongkongan. Dokter mungkin juga
memberikan obat kumur untuk mengurangi rasa sakit pada tenggorokan. Sebuah semprot
tenggorokan juga dapat mengobati infeksi dan menghilangkan rasa sakit. Dokter mungkin
meresepkan obat anti-inflamasi untuk mengurangi peradangan esofagus, tenggorokan, atau
amandel. Obat antasida bisa mengurangi pembengkakan esofagus karena asam refluks.
Namun, jika Anda memiliki asam refluks kronis atau penyakit gastroesophageal reflux
(GERD), dokter akan meresepkan obat khusus digunakan untuk memberikan bantuan untuk
refluks asam kronis. Obat antasida sebenarnya untuk penggunaan sementara, bukan untuk
mengobati asam lambung kronis. Jika anda sering mengalami nyeri menelan karena amandel,
dokter mungkin menyerankan untuk melakukan operasi pembedahan amandel.
b. Bagaimana pemberian obat (dosis dan penulisan resep) kepada Tn. MT?
25

Dr. Mawar
S I D : 090/2012
S I P : 215/2015
PRAKTEK :
RUMAH :
JL.Madang no. 25
JL.Sehati no.2
Tlp.365216 Plg
Tlp.812157 Plg
Jam Praktek:
Jam Praktek:
10.00-14.00
15.00-18.00
_______________________________________
Plg, 06-11-2015
R/

Azitromicin mg 500 tab III


S sdd tab 1 a.c
________________________________ M
R/

Paracetamol mg 500 tab IX


S t.d.d. tab 1 p.r.n.
________________________________ M
Pro

: MT (63 th)

Azitromicin: antecoenam (a.c) diberi sebelum makan karena absropsi dari Azitromisin
berlangsung cepat, namun terganggu bila diberikan bersamaan bersama dengan
makanan.

V.

Keterkaitan Antar Masalah


Tn. MT (63 thn)

Saudara
yang
menderita faringitis
ec Streptococcus
hemolitycus grup A

Alergi Amoksisilin

Infeksi
Streptococcus

Faringitis

26

Tatalaksana
Causatif
Antibiotik

Obat Alternatif

Gejala yang dialami

VI.

Learning Issues
1. Streptococcus Beta Hemolyticus Grup A
2. Alternatif Amoksisilin
3. Digoxin
4. Warfarin
5. Atrial Fibrilasi
6. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
7. Gejala-gejala pada kasus
8. Alergi Amoksisiln

VII. Sintesis Masalah


a. STREPTOCOCCUS BETA HEMOLYTICUS GRUP A
Faringitis
Faringitis dan tonsilitis akut merupakan awal keadaan infeksi dari Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA). ISPA merupakan infeksi penyakit yang terjadi di saluran nafas dan
kebanyakan merupakan infeksi virus. Anak-anak usia 5 sampai 15 tahun merupakan usia
yang paling rentan terinfeksi penyakit faringitis. Faringitis dapat disebabkan oleh bakteri dan
virus. Dalam pengobatan faringitis sangat penting untuk memastikan penyebabnya dalam
menentukan pengobatan yang tepat. Antibiotika diberikan pada pasien dengan faringitis yang
disebabkan oleh bakteri (Dipiro, 2008). Penggunaan antibiotika yang kurang tepat dalam
pengobatan faringitis juga dapat menyebabkan terjadinya resistensi (Wierzbanowska, 2009).
Bakteri yang paling sering menyebabkan terjadinya faringitis adalah Streptococcus
group A. Tanda dan gejala dari faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus group A serupa
dengan faringitis yang bukan disebabkan oleh Streptococcus group A (Dipiro, 2008), oleh
sebab itu penting untuk menentukan penyebab terjadinya faringitis terkait dengan penentuan
terapi yang digunakan. Penentuan penyebab faringitis yang paling akurat (gold standard)
yaitu dengan menggunakan kultur apusan tenggorokan. Kelemahan dari metode ini antara
lain biaya yang mahal dan perlu waktu untuk mengetahui hasilnya (1-2 hari) (Aalbers, 2011).
Test laboratorium lain yang dapat digunakan ialah dengan Rapid Antigen Detection Test
(RADT). Hasil dari pemeriksaan dengan RADT dapat dilihat setelah 5-10 menit.
Gejala dan tanda-tanda yang dapat dilihat tergantung pada bakteri penyebab dari
infeksi faring. Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala-gejala seperti.
-

Lemas
Anoreksia
Suhu tubuh meningkat
Sulit menelan
Suara serak
Kaku dan sakit pada otot leher
Faring hiperemis/mukosa faring merah
Tonsil membesar
Pinggir molle agak hiperemis
Kelenjar limfe disudut rahang bawah teraba dan nyeri bila di tekan
27

Leukosit tinggi bila dilakukan pemeriksaan darah

Etiologi Faringitis
Faringitis dapat menular melalui udara yaitu melalui percikan saliva dari orang yang
menderita faringitis akut. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh virus dan bakteri, dipermudah
oleh adanya rangsangan seperti asap, uap dan zat kimia. Biasanya penyakit ini didahului oleh
virus. Virus yang menyebabkan faringitis akut sama seperti virus yang menyebabkan
tonsillitis akut. Bakteri penyebab faringitis akut 25% disebabkan oleh bakteri Streptokokus
beta haemolitikus, pneumokokus, basil influenza, konsumsi makanan yang kurang gizi,
konsumsi alcohol yang berlebihan, gejala predormal dari penyakit scarlet fever, dan
seseorang yang tinggal di lingkungan yang menderita sakit tenggorokan atau demam.
Patofisiologi Steptococcus
Streptokokus adalah kelompok besar dari gram positif, nonmotile, non-spora
membentuk kokus dengan ukuran 0.5-1.2m. Mereka sering tumbuh berpasangan atau rantai
dan negatif untuk oksidase dan katalase. S pyogenes cenderung untuk menjajah saluran
pernapasan bagian atas dan sangat virulen mengatasi sistem pertahanan host. Bentuk yang
paling umum dari penyakit S pyogenes termasuk infeksi pernapasan dan kulit, dengan strain
yang berbeda biasanya bertanggung jawab untuk setiap form.
Dinding sel S pyogenes sangat kompleks dan beragam secara kimia. Komponen
antigenik sel adalah faktor virulensi. Komponen ekstraseluler bertanggung jawab untuk
proses penyakit termasuk invasins dan eksotoksin. Kapsul terluar terdiri dari asam
hyaluronic, yang memiliki struktur kimia menyerupai jaringan ikat host, yang memungkinkan
bakteri untuk tidak ketahuan oleh host sebagai agen penyerang. Dengan demikian, bakteri
lolos fagositosis oleh neutrofil atau makrofag, yang memungkinkan untuk menjajah. Asam
lipoteikoat dan protein M terletak di melintasi membran sel melalui dinding sel dan proyek di
luar kapsul.
Produk ekstrasel dan toxin
Berbagai produk pertumbuhan ekstraseluler dan toksin yang dihasilkan oleh GAS
bertanggung jawab atas kerusakan sel inang dan respon inflamasi.
Hemolysins S pyogenes menguraikan 2 hemolysins berbeda. Protein ini bertanggung jawab
untuk zona hemolisis pada blood agar dan juga penting dalam patogenesis kerusakan jaringan
di host yang terinfeksi. Streptolysin O adalah racun bagi berbagai jenis sel, termasuk
miokardium, dan sangat imunogenik. Penentuan respon antibodi terhadap protein ini
(antistreptolisin O [ASO] titer) sering berguna dalam serodiagnosis dari infeksi baru.
Streptolysin S merupakan faktor virulensi lain yang mampu merusak leukosit
polimorfonuklear dan organel subselular. Namun, berbeda dengan streptolisin O, Streptolysin
S tidak muncul untuk menjadi imunogenik.
Pyrogenic exotoxins
Keluarga eksotoksin pirogenik streptokokus (SPE) termasuk SPE A, B, C, dan F.
Racun ini bertanggung jawab untuk ruam demam scarlet. Efek patogen lain yang disebabkan
oleh zat-zat ini termasuk pirogenitas, sitotoksisitas, dan peningkatan kerentanan terhadap
endotoksin. SPE B adalah prekursor dari protease sistein, penentu lain virulensi.
Grup A streptokokus isolat terkait dengan streptokokus TSS mengodekan SPE tertentu
(yaitu, A, C, F) agar mampu berfungsi sebagai superantigen. Antigen ini menginduksi
marked febrile response, menginduksi proliferasi limfosit T, dan menginduksi sintesis dan
pelepasan beberapa sitokin, termasuk tumor necrosis factor, interleukin-1 beta, dan
interleukin-6. Kegiatan ini dikaitkan dengan kemampuan superantigen untuk mengikat secara
bersamaan ke wilayah V-beta dari reseptor sel T dan kelas II antigen histokompatibilitas
28

utama, proliferasi sel T spesifik antigen-presenting sel mononuklear, mengakibatkan produksi


interleukin-2 luas dan meningkat.
Nucleases
Empat nucleases antigen yang berbeda (A, B, C, D) membantu dalam pencairan nanah dan
membantu untuk menghasilkan substrat untuk pertumbuhan.
Other products
Produk ekstraseluler lainnya termasuk NADase (leukotoxic), hyaluronidase (yang mencerna
jaringan ikat host, asam hialuronat, dan kapsul organisme sendiri), streptokinases
(proteolitik), dan AD streptodornase (aktivitas deoksiribonuklease). Proteinase, amilase, dan
esterase adalah tambahan faktor virulensi streptokokus, meskipun peran protein ini dalam
patogenesis tidak sepenuhnya dipahami.
Morfologi dan Identifikasi
Kuman berbentuk bulat atau bulat telur, kadang menyerupai batang,
tersusun berderet seperti rantai. Panjang rantai bervariasi dan sebagian besar
ditentukan oleh faktor lingkungan. Rantai akan lebih panjang pada media cair
dibanding pada media padat. Pada pertumbuhan tua atau kuman yang mati sifat gram
positifnya akan hilang dan menjadi gram negatif
Streptokokus terdiri dari kokus yang berdiameter 0,5-1 m. Dalam bentuk rantai
yang khas, kokus agak memanjang pada arah sumbu rantai. Streptokokus
patogen jika ditanam dalam perbenihan cair atau padat yang cocok sering membentuk
rantai panjangyang terdiri dari 8 buah kokusatau lebih. Streptokokus yang menimbulkan
infeksi pada manusia adalah positif gram, tetapi varietas tertentu yang diasingkan dari
tinja manusia dan jaringan binatang ada yang negatif gram. Pada perbenihan
yang baru kuman ini positif gram, bila perbenihan telah berumur beberapa hari
dapat berubah menjadi negatif gram. Tidak membentuk spora,kecuali beberapa
strain yang hidupnya saprofitik. Geraknya negatif. Strain yang virulen membuat
selubung yang mengandung hyaluronic acid dan M type specific protein.
Protein M
Streptococcus Ehaemolyticusgrup A, C, dan G mempunyai protein M yang
diidentifikasi lebih dari 80 serotipe. Protein M merupakan faktor virulensi utama kuman
Streptococcus Ehaemolyticus. Gen yang menentukan banyaknya tipe protein M disebut
dengan emm genes. Protein M bersifat tahan panas, resisten terhadap pagositosis, dan
sensitif terhadap tripsin. Protein M terdiri dari 2 rantai dengan struktur sebagai alphahelical
coiled-coil dimer, yang tampak seperti rambut (hairy) pada permukaan sel kuman
streptokokus. Protein M ini bermuara dalam membran sitoplasma, melalui dinding sel, dan
menonjol dari permukaan sel sebagai fibril. Protein M mempunyai fraksi N terminal yang
terdapat di bagian luar dan fraksi terminal C yang terdapat pada dinding membran sel dengan
fraksi yang kaya prolin dan glisin yang melekatkan protein ke dalam dinding sel dan
membran hidrofobik. Protein M dibagi menjadi dua kelas berdasarkan reaktivitas antibodi
terhadap fraksi C. Protein M kelas I mengandung epitop yang terekspose dengan permukaan
yang akan bereaksi dengan antibodi dan merupakan faktor-opasitas negatif, sedangkan
protein M kelas II tidak mengandung epitop dan tidak bereaksi dengan antibodi fraksi anti-C,
serta merupakan faktor opasitas positif.
Kemampuan resistensi Streptokokus grup A terhadap pagositosis oleh leukosit
polimorfonuklear(PMN) tergantung pada protein M permukaan sel. Resistensi terhadap
infeksi Streptokokus grup A adalah hasil dari sekresi antibodi terhadap molekul protein M.
Beberapa strain memproduksi 2 protein M yang berbeda dengan aktivitas antipagositik dan
secara struktural ada kaitan dengan M-like protein.Protein ini dapat berikatan dengan
berbagai protein dalam serum pejamu termasuk plasminogen, fibrinogen, albumin,
29

imunoglobulin G (IgG), IgA, dan proteinase inhibitor D2-makroglobulin, serta beberapa


faktor regulatori dari sistem komplemen seperti faktor H dan C4b-binding protein. Faktor H
mampu mendestabilisasi opsonin C3b jika mengendap pada permukaan bakteri.C4b-binding
proteindapat menghambat pengendapan komplemen permukaan dengan merangsang
degradasi C4b dan C3b.Sifat nefritogenik Streptococcus Ehaemolyticusgrup A ada kaitan
dengan serotipe spesifik protein M, tetapi tidak semua strain serotipe protein M bersifat
nefritogenik. Umumnya protein M pada streptokokus penyebab piodermia dan infeksi
farings adalah protein M serotipe kelas II dengan kemampuan untuk memproduksi
faktor opasitas, tetapi tidak mempunyai reaksi dengan antibodi terhadap fraksi C.Strain
nefritogenik ini mempunyai protein M serotipe 1, 2, 3, 4, 12, 15, 18, 25, 42, 49, 52, 55, 56,
57, 59, 60, dan 61. Terdapat perbedaan galur streptokokus penyebab GNAPS yang didahului
infeksi farings dengan infeksi kulit. Glomerulonefritis akut pasca faringitis biasanya
disebabkan protein M serotipe 1,2, 3, 4, 12, 15, 18, 25, dan 49, sedangkan glomerulonefritis
akut pasca piodermia pada umumnya disebabkan serotipe 2, 49, 52, 55, 57, 59, 60, dan
61.Protein streptokokus yang berikatan dengan pejamu yang mempunyai struktur yang
homolog dengan protein M klasik disebut sebagai M-like protein.

Patogenesis
Infeksi streptokokus timbulnya dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor,
antara lain sifat biologik kuman, cara host memberikan respons, dan cara masuknya kuman
kedalam tubuh. Penyakit yang ditimbulkan oleh kuman streptokokus dapat dibagi dalam
beberapa kategori.

Penyakit yang terjadi karena infasi streptococcus beta hemolyticus grup A


-Erysipelas
-Pepsis puerpuralis
-Sepsis

Penyakit yang terjadi karena infeksi local streptococcus beta hemolitikus grupA
-Radang tenggorokan
-ImpentigoEndokartitis bakterialis
-Endokartitis bakterialis akuta
-Endokartitis bakterialis subakutan

Infeksi lainnya
Berbagai macam streptococcus terutama enterococcus, merupakan penyebabainfeksi

traktus urinalius. Streptococcus anaerop, normal dapat ditemukandalam traktus genitalis


wanita, dalam mulut dan dalam intestinum.K uman inidapat menimbulkan lesi supuratif.
30

Infeksi yang demikian dapat terjadidalamluka, endometritis postpartum, sehabis terjadi


rupture dari suatu viscusabdominalis, atau pada peradangan paru-paru yang kronis.

Penyakit paska infeksi streptococcus beta hemoliticus grup A


-Glomerulusnefritis akut
-Jantung rheuma

1. Penyakit yang terjadi karena invasi


Pada setiap kasus dapat terjadi selulitis yang cepat meluas secara difus ke
jaringan sekitarnya dan saluran getah bening, tetapi peradangan setempatnya sendiri
hanya terjadi secara ringan. Dari saluran getah bening infeksinya cepat meluas ke dalam
peredaran darah, sehingga terjadi bakteremia.
2. Penyakit yang terjadi karena infeksi lokal
a) Radang tenggorok
Disebabkan oleh streptococcus beta hemolyticus. pada bayi dan anak kecil timbul
sebagai nasofaringitis subakut dengan sekret serosa dan sedikit demam dan

infeksinya

cenderung meluas ke telinga tengah, prosesus mastoideus dan selaput otak. Kelenjar
getah bening cervical biasanya membesar. Penyakitnya dapat berlangsung bermingguminggu. Pada anakanak yang lebih besar daripada orang dewasa, penyakitnya berlangsung lebih akut dengan
nasofaringitis dan tonsilitis yang hebat, selaput lendir hiperemis dan membengkak dengan
eksudat yang purulen. Kelenjar getah bening cervicalmembesar dan nyeri, biasanya
disertai

demam

tinggi.

Duapuluh persen dari infeksi ini tidak menimbulkan gejala

(asimptomatik). Jika kuman dapat membuat dapat membuat toksin eritrogenik, dapat
timbul scarlet fever rash. Pada scarlet fever rash kuman terdapat dalam faring, tetapi
toksin eritrogenik yang dihasilkannya menyebabkan terjadinya kemerah-merahan
difus.

Eritema

mulai

timbul

di

leher,

meluas

yang

ke tubuh, kemudian menyebar ke

ekstremitas.
b) Impetigo
Pada impetigo lokalisasi infeksi sangat superfisial, dengan pembentukan vesicopustulae di
bawah stratum korneum. Terutama terdapat pada anak kecil, penyebaran terjadi per
continuitatum. Bagian kulit yang mengelupas diliputi oleh crusta yang berwarna kuning
madu. Penyakit ini sangat menular pada anak-anak dan biasanya disebabkan oleh
Streptococcus dan Staphylococcus. Infeksi kuman streptokokus tipe 49 dan 57 pada kulit
sering menyebabkan timbulnya nephritis post streptococcalis.
Virulensi SBHA tinggi, enzyme dan toksinnya menyebabkan bakteri mampu
menyebar ke seluruh mukosa dan submukosa tonsil dan faring, terutama dinding posterior
31

faring dan fossa tonsilaris. Virulensi dan kemampuan menyebar bakteri SBHA yang tinggi
menyebabkan derajat trauma infeksi pada mukosa dan submukosa tonsil dan faring juga
tinggi. Reaksi inflamasi yang teradi juga cukup kuat dan tanda yang muncul berupa :
2. Vasodilatasi dan neo vaskularisasi terjadi merata pada dinding posterior faring dan
plika tonsilaris
3. Edema jaringan interstitial, prostaglandin yang terbentuk menyebabkan timbulnya
rasa sakit tenggorok yang disebut sore throat
4. SBHGA juga mampu mencapai pembuluh darah dan limfonodi regional sehingga
menimbulkan demam tinggi mendadak
5. Limfadenitis servikalis
Menurut Breese et al, nilai prediksi positif tanda klinis terhadap infeksi streptokokus
grup A yaitu :
1.
2.
3.
4.

Petekhiae dan kemerahan di palatum mole


Mukosa tonsil / faring merah dan edem
Limfadenitis servikalis
Eksudat di tonsil/ faring

Epidemiologi dan pencegahan


Sejumlah kuman streptokokus, misalnya streptococcus viridans dan enterokokus,
merupakan sebagian dari flora normal pada tubuh manusia. Kuman-kuman ini hanya akan
menimbulkan penyakit jika terdapat di luar tempat-tempat di mana mereka biasanya berada,
misalnya pada katup jantung. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya hal itu, tetutama pada
waktu melakukan tindakan-tindakan operatif pada traktus respiratorius, traktus
gastrointestinalis dan traktus urinarius, dimana sering menyebabkan terjadinya bakteremia
temporer, pemberian obat-obat antibiotika sangat diperlukan untuk mencegah atau
pengobatan dini terhadap infeksi streptococcus beta hemolyticus grup A pada penderita yang
diketahui mempunyai kelainan katup jantung.
Sumber infeksi kuman streptokokus dapat berasal dari penderita atau dari carrier.
Penularan terjadi secara droplet dari traktus respiratorius atau dari kulit. Susu sapi yang
mengandung streptococcus hemolyticus dapat menjadi penyebab epidemi. Dalam hal ini
penentuan grup dari tipe kuman streptokokus penting untuk mencari jejak dan sumber
penularannya. Susu sapi yang mengandung streptococcus hemolyticus dapat menjadi
penyebab epidemi. Cara kontrol yang terpenting ialah:
1. Pada penderita dengan infeksi streptokokus grup A pada traktus respiratorius ataupun
kulitnya harus diberikan pengobatan antibiotika secara intensif
2. Pada penderita yang pernah mendapat serangan demam rheuma harus diberikan antibiotika
dalam dosis profilaksis. Pada penderita glumerulonefritis tidak diberikan profilaksis, karena
jumlah kuman streptokokus tipe nefritogenik tidak banyak.
3. Eradiksi streptokokus grup A dari carrier

32

4. Untuk mencegah penyebaran kuman streptokokus, dapat dilakukan dengan cara mencegah
pengotoran oleh debu, ventilasi yang baik, saringan udara, sinar ultra violet, dan pemakaian
aerosol. Susu sapi harus selalu di pasteurisasikan.
Demam Rematik
Definisi
Demam rematik merupakan penyakit autoimun yang menyerangmultisistem akibat
infeksi dari Streptokokus -hemolitikus grup A pada faring (faringitis) yang biasanya
menyerang anak dan dewasa muda. Demam rematik menyebabkan terjadinya peradangan
yang biasanya terjadi pada jantung, kulit dan jaringan ikat. Pada daerah endemik, 3% pasien
yang mengalami faringitis oleh Streptokokus berkembang menjadi demam rematik dalam 2 3 minggu setelah infeksi saluran nafas bagian atas tersebut (RHD Australia, 2012).
Etiologi
Streptokokus adalah bakteri gram positif yang ciri khasnya berpasangan atau
membentuk rantai selama pertumbuhannya. Terdapat sekitar dua puluh spesies Streptokokus,
termasuk Streptococcus pyogenes (grup A), Streptococcus agalactie (grup B) dan Enterococci
(grup D). Secara morfologi, Streptokokus merupakan bakteri berbentuk batang atau ovoid
dan tersusun seperti rantai yang membentuk gambaran diplokokus atau terlihat seperti bentuk
batang. Panjang rantai sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Dinding sel Streptokokus mengandung protein (antigen M, R, dan T), karbohidrat
(spesifik untuk tiap grup), dan peptidoglikan. Pada Streptokokus grup A, terdapat juga pili
yang tersusun dari sebagian besar protein M yang dilapisi asam lipoteikoat. Pili ini berperan
penting dalam perlekatan Streptokokus ke sel epitel (Brooks et.al., 2004).
Banyak Streptokokus mampu menghemolisa sel darah merah secara in vitro dengan
berbagai derajat. Apabila Streptokokus menghemolis sempurn sel darah merah yang ditandai
dengan adanya area yang bersih (clear zone) disebut sebagai -hemolitikus. Sedangkan
apabila hemolisa dari sel darah merah tidak sempurna dan menghasilkan pigmen berwarna
hijau disebut -hemolitikus. Dan Streptokokus lain yang tidak mengalami hemolisa disebut hemolitikus (Brooks et.al., 2004).
Streptokokus -hemolitikus grup A, seperti Steptococcus pyogenes merupakan agen
33

pencetus yang menyebabkan terjadinya demam rematik akut. Tidak semua serotip
Streptokokus grup A dapat menimbulkan demam rematik. Serotip tertentu Streptokokus hemolitikus grup A, misalnya serotip M tipe 1, 3, 5, 6, 18, 24 lebih sering diisolasi dari
penderita dengan demam rematik akut. Namun, karena serotip tidak diketahui pada saat
diagnosis klinis faringitis Streptokokus, klinisi harus menganggap bahwa semua Streptokokus
grup A mempunyai kemampuan menyebabkan demam rematik, karena itu semua episode
faringitis Streptokokus harus diobati (Todd, 2000).
Protein M merupakan faktor virulensi utama dari Streptococcus pyogenes. Apabila
tidak ada antibodi spesifik tipe-M, organisme ini mampu bertahan terhadap proses fagositosis
oleh polimorfonuklear. Protein M dan antigen pada dinding sel Streptokokus memiliki
peranan penting dalam patogenesis demam rematik.
Patogenesis Demam Rematik
Terdapat tiga hal yang berperan penting dalam terjadinya demam rematik, yakni agen
penyebab penyakit yaitu Streptokokus -hemolitikus grup A, host (manusia), dan faktor
lingkungan (Raju & Turi, 2012). Streptokokus akan menyerang sistem pernafasan bagian
atas dan melekat pada jaringan faring. Adanya protein M menyebabkan organisme ini mampu
menghambat fagositosis sehingga bakteri ini dapat bertahan pada faring selama 2 minggu,
sampai antibodi spesifik terhadap Streptokokus selesai dibentuk (Raju & Turi, 2012).
Protein M, faktor virulen yang terdapat pada dinding sel Streptokokus, secara
immunologi memiliki kemiripan dengan struktur protein yang terdapat dalam tubuh manusia
seperti miokardium (miosin dan tropomiosin), katup jantung (laminin), sinovial (vimentin),
kulit (keratin) juga subtalamus dan nukleus kaudatus (lysogangliosides) yang terdapat diotak
(Joseph, 2010). Adanya kemiripan pada struktur molekul inilah yang mendasari terjadinya
respon autoimun yang pada demam rematik. Kelainan respon imun ini didasarkan pada
reaktivitas silang antara protein M Streptokokus dengan jaringan manusia yang akan
mengaktivasi sel limfosit B dan T. Sel T yang telah teraktivasi akan menghasilkan sitokin dan
antibodi spesifik yang secara langsung menyerang protein tubuh manusia yang mirip dengan
antigen Streptokokus. Seperti pada korea Sydenham, ditemukan antibodi pada nukleus
kaudatus otak yang lazim ditemukan terhadap antigen membran sel Streptokokus (Behrman,
1996). Dan ditemukannya antibodi terhadap katup jantung yang mengalami reaksi silang
dengan N-acetylglucosamine, karbohidrat dari Streptokokus grup A, membuktikan bahwa
antibodi bertanggung jawab terhadap kerusakan katup jantung (Carapetis, 2010).
Genetik juga berperan terhadap kerentanan terjadinya demam rematik, namun
mekanisme yang pasti belum diketahui. Resiko terjadinya demam rematik setelah faringitis
oleh Streptokokus, pada mereka yang mempunyai kerentanan secara genetik, adalah sekitar
50% dibandingkan dengan mereka yang tidak rentan secara genetik (Robert, 2012). Telah
diidentifikasi suatu alloantigen pada sel B dari 75% penderita demam rematik, sedangkan
hanya didapatkan 16% pada yang bukan penderita. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa
antigen HLA-DR merupakan petanda PJR (Fyler, 1996).

34

Akhirnya, faktor lingkungan berhubungan erat terhadap perkembangan demam


rematik. Kebersihan lingkungan yang buruk, kepadatan tempat tinggal, sarana kesehatan
yang kurang memadai juga pemberian antibiotik yang tidak adekuat pada pencegahan primer
dan sekunder demam rematik, meningkatkan insidensi penyakit ini.
b. ALTERNATIF AMOKSISILIN
Definisi Antibiotik
Dalam arti sebenarnya, antibiotik merupakan zat anti bakteri yang diproduksi oleh
berbagai spesies mikroorganisme (bakteri, jamur, dan actinomycota) yang dapat menekan
pertumbuhan dan atau membunuh mikroorganisme lainnya. Penggunaan umum sering meluas
kepada agen antimikroba sintetik, seperti sulfonamid dan kuinolon.
Mekanisme Kerja Antimikroba diklasifikasikan berdasarkan struktur kimia dan
mekanisme kerjanya, sebagai berikut:
1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri, termasuk golongan -laktam
misalnya, penisilin, sefalosporin, dan carbapenem dan bahan lainnya seperti
cycloserine, vankomisin, dan bacitracin.
2. Antibiotik yang bekerja langsung pada membran sel mikroorganisme, meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraseluler, termasuk deterjen
seperti polimiksin, anti jamur poliena misalnya, nistatin dan amfoterisin B yang
mengikat sterol dinding sel, dan daptomycin lipopeptide.
3. Antibiotik yang mengganggu fungsi subunit ribosom 30S atau 50S untuk
menghambat sintesis protein secara reversibel, yang pada umumnya merupakan
bakteriostatik misalnya, kloramfenikol, tetrasiklin,eritromisin, klindamisin,
streptogramin, dan linezolid.
4. Antibiotik berikatan pada subunit ribosom 30S dan mengganggu sintesis protein, yang
pada umumnya adalah bakterisida Misalnya, aminoglikosida.
5. Antibiotik yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri, seperti rifamycin
misalnya, rifampisin dan rifabutin yang menghambat enzim RNA polimerase dan
kuinolon yang menghambat enzim topoisomerase.
6. Antimetabolit, seperti trimetoprim dan sulfonamid, yang menahan enzim - enzim
penting dari metabolisme folat (Goodman Gillman).
Klasifikasi antibiotik/antibakteri :
a. Golongan Penisilin
Penisilin diklasifikasikan sebagai obat -laktam karena cincin laktam mereka yang
unik. Mereka memiliki ciri-ciri kimiawi, mekanisme kerja, farmakologi, efek klinis, dan
karakteristik imunologi yang mirip dengan sefalosporin, monobactam, carbapenem, dan laktamase inhibitor, yang juga merupakan senyawa -laktam. Penisilin dapat terbagi menjadi
beberapa golongan :
Penisilin natural (misalnya, penisilin G) Golongan ini sangat poten terhadap
organisme gram-positif, coccus gram negatif, dan bakteri anaerob penghasil non-laktamase. Namun, mereka memiliki potensi yang rendah terhadap batang gram
negatif.
Penisilin antistafilokokal (misalnya, nafcillin) Penisilin jenis ini resisten terhadap
stafilokokal -laktamase. golongan ini aktif terhadap stafilokokus dan streptokokus
tetapi tidak aktif terhadap enterokokus, bakteri anaerob, dan kokus gram negatif dan
batang gram negatif.
35

Penisilin dengan spektrum yang diperluas (Ampisilin, amoksisilin, amoksiklav,


bakampililin, pivampisilin.) Obat ini mempertahankan spektrum antibakterial
penisilin dan mengalami peningkatan aktivitas terhadap bakteri gram negatif .
Penisilin antipseudomonas : piperasilin, ureidopenisilin, sulbenisilin, tikarsilin.
b. Golongan Sefalosporin dan Sefamisin
Sefalosporin mirip dengan penisilin secara kimiawi, cara kerja, dan toksisitas. Hanya
saja sefalosporin lebih stabil terhadap banyak beta-laktamase bakteri sehingga memiliki
spektrum yang lebih lebar. Sefalosporin tidak aktif terhadap bakteri enterokokus dan
L.monocytogenes. Sefalosporin terbagi dalam beberapa generasi, yaitu:
Sefalosporin generasi pertama Sefalosporin generasi pertama termasuk di dalamnya
sefadroxil, sefazolin, sefalexin, sefalotin, sefafirin, dan sefradin. Obat - obat ini sangat
aktif terhadap kokus gram positif seperti pnumokokus, streptokokus, dan stafilokokus.
Sefalosporin generasi kedua Anggota dari sefalosporin generasi kedua, antara lain:
sefaklor, sefamandol, sefanisid, sefuroxim, sefprozil, loracarbef, dan seforanid. Secara
umum, obat obat generasi kedua memiliki spektrum antibiotik yang sama dengan
generasi pertama. Hanya saja obat generasi kedua mempunyai spektrum yang
diperluas kepada bakteri gram negatif.
Sefalosporin generasi ketiga Obatobat sefalosporin generasi ketiga adalah
sefeperazone, sefotaxime, seftazidime, seftizoxime, seftriaxone, sefixime, seftibuten,
moxalactam, dll. Obat generasi ketiga memiliki spektrum yang lebih diperluas kepada
bakteri gram negatif dan dapat menembus sawar darah otak.
Sefalosporin generasi keempat Sefepime merupakan contoh dari sefalosporin generasi
keempat dan memiliki spektrum yang luas. Sefepime sangat aktif terhadap haemofilus
dan neisseria dan dapat dengan mudah menembus CSS.
c. Golongan Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan inhibitor yang poten terhadap sintesis protein mikroba.
Kloramfenikol bersifat bakteriostatik dan memiliki spektrum luas dan aktif terhadap masing
masing bakteri gram positif dan negatif baik yang aerob maupun anaerob
d. Golongan Tetrasiklin
Golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama untuk mengobati infeksi dari
M.pneumonia, klamidia, riketsia, dan beberapa infeksi dari spirokaeta. Tetrasiklin juga
digunakan untuk mengobati ulkus peptikum yang disebabkan oleh H.pylori. Tetrasiklin
menembus plasenta dan juga diekskresi melalui ASI dan dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan tulang dan gigi pada anak akibat ikatan tetrasiklin dengan kalsium. Tetrasiklin
diekskresi melalui urin dan cairan empedu.
e. Golongan Makrolida
Yang termasuk golongan makrolida antara lain : azitromisin, Eritromisin,
Klaritromisin, Roksitromisin, Spiramisin. Azitromisin adalah makrolida yang aktivitasnya
terhadap bakteri gram positif, sedikit lebih lemah dibanding eritromisin. Waktu paruh relatif
lama
sehingga
memungkinkan
penggunaan
dosis
satu
kali
sehari.
Eritromisin memiliki spektrum antibakteri yang mirip dengan penisilin, sehingga dapat
digunakan sebagai alternatif terhadap pasien yang alergi maupun yang resisten terhadap
penisilin, umunya eritromisin digunakan untuk infeksi saluran nafas. Eritromisin merupakan
bentuk prototipe dari obat golongan makrolida yang disintesis dari S.erythreus juga efektif
terhadap bakteri gram positif terutama pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, dan
korinebakterium. Aktifitas antibakterial eritromisin bersifat bakterisidal dan meningkat pada
pH basa. Klaritromisin merupakan derivat eritromisin, dimana klaritromisin lebih kuat
aktivitasnya dibandingkan eritromisin. Beberapa obat ini dapat memberikan keuntungan yang
lebih, contohnya azithromycin cukup diminum selama empat hingga lima hari, bukan selama
36

dua minggu berturut-turut. Namun demikian, Makrolida juga memiliki kelemahan, termasuk
efek samping yang jauh lebih tinggi pada lambung. Namun efek samping tersebut biasanya
dianggap sebagai kerugian kecil bila dibandingkan dengan manfaatnya yang besar yaitu
membunuh bakteri streptokokus penyebab radang tenggorokan.
f. Golongan Aminoglikosida
Yang termasuk golongan aminoglikosida, antara lain: streptomisin, neomisin,
kanamisin, tobramisin, sisomisin, netilmisin, dan lain lain. Golongan aminoglikosida pada
umumnya digunakan untuk mengobati infeksi akibat bakteri gram negatif enterik, terutama
pada bakteremia dan sepsis, dalam kombinasi dengan vankomisin atau penisilin untuk
mengobati endokarditis, dan pengobatan tuberculosis.
g. Golongan Sulfonamida dan Trimetoprim
Sulfonamida dan trimetoprim merupakan obat yang mekanisme kerjanya menghambat
sintesis asam folat bakteri yang akhirnya berujung kepada tidak terbentuknya basa purin dan
DNA pada bakteri. Kombinasi dari trimetoprim dan sulfametoxazole merupakan pengobatan
yang sangat efektif terhadap pneumonia akibat P.jiroveci, sigellosis, infeksi salmonela
sistemik, infeksi saluran kemih, prostatitis, dan beberapa infeksi mikobakterium non
tuberkulosis .
h. Golongan Fluorokuinolon
Golongan fluorokuinolon termasuk di dalamnya asam nalidixat, siprofloxasin,
norfloxasin, ofloxasin, levofloxasin, dan lainlain. Golongan fluorokuinolon aktif terhadap
bakteri gram negatif. Golongan fluorokuinolon efektif mengobati infeksi saluran kemih yang
disebabkan oleh pseudomonas. Golongan ini juga aktif mengobati diare yang disebabkan oleh
shigella, salmonella, E.coli, dan Campilobacter.
AZITROMISIN
Zithromax adalah merek obat antibiotik yang beredar luas di masyarakat. Seperti
semua obat yang bermerek, zithromax memiliki bahan aktif didalamnya. Bahan aktif tersebut
adalah azitromisin. Azitromisin juga tersedia dalam sediaan generik. Azitromisin merupakan
antibiotik golongan makrolid yang berfungsi untuk melawan infeksi bakteri. Beberapa
penyakit infeksi yang dapat diobati dengan antibiotic azitromisin, antara lain infeksi saluran
pernafasan atas atau bawah, infeksi kulit, infeksi saluran kemih (uretritis), dan infeksi
kelamin (cervisitis) yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Azitromisin juga
digunakan sebagai salah satu pengobatan pada radang paru-paru (pneumonia). Walaupun
memiliki fungsi yang besar, tidak semua orang dapat menggunakan azitromisisn sebagai
antibiotic. Beberapa kontraindikasi bagi pemakain azitromisin, yaitu riwayat alergi dengan
azitromisin sebelumnya, gangguan hati, dan jaundice (kuning) karena gangguan aliran
empedu. Penggunaan azitromisin pada kehamilan aman, namun untuk wanita menyusui
penggunaan harus dengan hati-hati. Azitomisin adalah obat alternatif yang paling efektif
sebagai obat pengganti amoksisilin. Azitromisin tidak menganggu metabolisme CYP450 dan
tidak menganggu metabolisme obat yang lain, dan tidak menimbulkan interaksi obat.
Indikasi zithromax
Kegunaan obat zithromax (Azithromycin ) adalah untuk pengobatan infeksi saluran
nafas atas dan bawah : eksaserbasi bakteri akut bronkitis kronis akibat H. influenzae, M.
catarrhalis, atau S. pneumoniae, Pneumonia karena C. pneumoniae, H. influenzae, M.
pneumoniae, atau S. pneumoniae, dan sinusitis akut karena H. influenzae, M. catarrhalis,
37

atau S. pneumoniae, otitis media akut yang disebabkan oleh H. influenzae, M. catarrhalis
atau S. pneumoniae, faringitis atau tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes.
zithromax (Azithromycin ) digunakan pula untuk infeksi kulit dan struktur kulit tanpa
komplikasi akibat S. aureus, S. pyogenes, atau S. agalactiae. zithromax (Azithromycin ) juga
berguna untuk penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks : uretritis dan servisitis
karena C. trachomatis atau N. gonorrhoeae, penyakit maag genital (chancroid) pada pria
karena H. ducreyi
Kontra indikasi
Azithromax (Azithromycin) harus dihindari pada pasien hipersensitifitas
pada zithromax (Azithromycin ) dan antibiotika makrolidum lainnya.
Efek samping
Obat-obatan yang beredar di masyarakat, termasuk azitromisin, memiliki efek
samping bagi para penggunanya. Efek samping merupakan hal yang wajar selama tidak
mengganggu. Bila Anda merasa tidak nyaman dengan efek samping yang muncul, segera
konsultasikan dengan dokter. Beberapa efek samping yang muncul antara lain:

Gangguan saluran pencernaan, seperti diare, mual, muntah, nyeri perut, kembung;

Kram perut;

Rasa tidak nyaman pada kemaluan (terutama pada wanita);

Badan terasa lemas, dan lesu.

Dosis
Selain dalam sediaan tablet 500 mg, zithromax tersedia dalam beberapa sediaan, yaitu
tablet 250 mg. Zithromax juga tersedia dalam bentuk sirup (200 mg/5 ml), dan vial 500 mg
(untuk suntikan langsung ke pembuluh darah). Dosis azitromisin berbeda tergantung penyakit
yang akan diobati. Untuk penyakit menular seksual atau penyakit kelamin, penggunaan
azitromisin umumnya sekali minum (single dose) dengan dosis 1 gram. Untuk penyakit lain,
azitromisin diminum sekali sehari selama 3-4 hari dengan dosis 500 mg per hari. Pada anakanak, dosis azitromisin yang tepat adalah 10 mg/kg berat badan/hari. Waktu penggunaan
sama dengan dewasa yaitu 3-4 hari.
Azitromisin Berinteraksi dengan Obat Lain
Azitromisin diuraikan oleh hati. Jadi obat ini dapat berinteraksi dengan obat yang
diuraikan oleh hati, termasuk sebagian besar ARV. Para ilmuwan belum menelitikan semua
interaksi yang mungkin lihat LI 407 untuk informasi lebih lanjut mengenai interaksi.
Azitromisin kemungkinan berinteraksi dengan beberapa obat pengencer darah, obat jantung,
obat antisawan (antikonvulsi), dan antibiotik lain. Pastikan dokter mengetahui semua obat,
suplemen dan jamu yang kita pakai. Dokter mungkin harus memantau kita secara teliti jika
kita memakai azitromisin sekaligus dengan protease inhibitor ritonavir.

38

PARASETAMOL
Paracetamol adalah jenis obat yang termasuk kelompok analgesik atau pereda rasa
sakit. Obat ini dipakai untuk meredakan rasa sakit ringan hingga menengah. Obat ini juga
bisa dipakai untuk menurunkan demam. Dianjurkan untuk mengonsumsi paracetamol
sebanyak 500 mg hingga 1 gram tiap 4-6 jam sekali. Paracetamol mengurangi rasa sakit
dengan cara mengurangi produksi zat dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Prostaglandin
adalah unsur yang dilepaskan tubuh sebagai reaksi terhadap rasa sakit. Paracetamol
menghalangi produksi prostaglandin, sehingga tubuh menjadi tidak terlalu fokus pada rasa
sakit. Paracetamol juga bekerja dengan memengaruhi bagian otak yang berfungsi
mengendalikan suhu tubuh.
Jenis obat
Golongan
Manfaat
Dikonsumsi oleh
Nama lain
Bentuk obat

Analgesik
Obat bebas
Meredakan rasa sakit dan demam
Dewasa dan anak-anak
Acetaminophen
Tablet, kapsul, obat larut, cairan yang diminum, supositoria, suntik dan infus

Dosis Paracetamol
Usia (tahun)
>16
12-16
10-12
8-10
6-8
4-6
2-4
6 24 bulan
3 6 bulan
2 3 bulan setelah imunisasi

Takaran (minimal maksimal dosis tiap 4-6 jam) per miligram (mg)
500 1000
480 750
480 500
360-375
240-250
240
180
120
60
60

Mengonsumsi Paracetamol dengan Benar


Umumnya orang mengonsumsi paracetamol tanpa masalah dan tanpa mengalami efek
samping. Walau demikian, pastikan obat ini cocok untuk gejala-gejala yang Anda alami dan
tidak berlawanan dengan kondisi kesehatan fisik Anda. Minimal konsumsi 500 mg
paracetamol tiap empat hingga enam jam bagi orang dewasa dan sesuaikan dosis yang tepat
bagi anak-anak. Obat ini bisa diminum sebelum atau sesudah makan. Jangan mengonsumsi
paracetamol melebihi dosis yang ditentukan, terlalu banyak mengonsumsi obat ini bisa
merusak organ hati. Apabila melewatkan waktu mengonsumsi paracetamol, jangan minum
dua dosis sekaligus untuk bermaksud menggantikannya. Bagi yang mengalami overdosis,
segera bawa ke IGD dan bawa bungkus paracetamol yang dikonsumsi untuk diperlihatkan ke
dokter.
Efek Samping dan Bahaya Paracetamol

Beberapa efek samping yang mungkin terjadi adalah:

Ruam, pembengkakan, kesulitan bernapas gejala alergi


39

Tekanan darah rendah atau hipotensi

Trombosit dan sel darah putih menurun

Kerusakan pada hati dan ginjal ketika mengalami overdosis

ERITROMISIN
Obat eritromisin (dan obat-obat lain, yang disebut makrolid) digunakan pada orang
yang mengalami alergi berat terhadap penisilin. Sefalosporin dapat digunakan pada orang
dengan alergi yang lebih ringan.
Farmakokinetik
5. Pemberian Eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung sehingga obat ini
diberikan dalam bentuk tablet salut enterik atau ester. Semua obat ini diabsorpsi
secara adekuat setelah pemberian per-oral.
6. Distribusi Distribusi eritromisin ke seluruh cairan tubuh baik kecuali ke cairan
sebrospinal. Obat ini merupakan satu di antara sedikit antibiotika yang bedifusi ke
dalam cairan prostat da mempunyai sifat akumulasi unit ke dalam makrofag. Obat ini
berkumpul di hati. Adanya inflamasi menyebabkan penetrasinya ke jaringan lebih
baik.
7. Metabolisme Eritromisin dimetabolisme secara ekstensif dan diketahui menghambat
oksidasi sejumlah obat melalui interaksinya dengan sistemsitokrom P-450.
8. Ekskresi Eritromisin terutama dikumpulkan dan diekskresikan dalam bentuk aktif
dalam empedu. Reabsorpsi parsial terjadi melalui sirkulasi enterohepatik.
Farmakodinamik
Eritromisin menekan sintesis protein bakteri. Mula kerja dari preparat oral adalah 1
jam, waktu untuk mencapai puncak adalah 4 jam, dan lama kerjanya adalah 6 jam.
Eritromisin memiliki interaksi obat dengan digoxin yaitu meningkatkan kerja dari digoxin,
dimana Tn. MT masih mengonsumsi digoxin sehingga tidak mempan dan tidak bisa dijadikan
sebagai obat pengganti amoksisilin.
Eritromisin dengan Digoksin = Efek digoksin meningkat. Digoksin digunakan untuk
layu jantung dan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tak teratur. Akibatnya :
terjadi efek samping merugikan karena terlalu banyak digoksin. Gejala yang dilaporkan :
mual, kehilangan nafsu makan, aritmia jantung, takhikardia atau bradikardia.
CEFADROXIL
Cefadroxil adalah obat antibiotik dengan spektrum luas. Cefadroxil bisa dimanfaatkan
untuk mengatasi beberapa jenis bakteri. Cefadroxil bisa digunakan untuk mengobati infeksi
saluran kemih, kulit, pernapasan, atau tenggorokan. Obat ini bisa dikonsumsi oleh orang
dewasa maupun anak-anak. Cefadroxil berfungsi mengobati infeksi akibat bakteri pada
berbagai bagian tubuh. Tapi obat ini tidak bisa menyembuhkan pilek, flu, atau penyakitpenyakit lain yang disebabkan oleh virus. Obat ini bekerja dengan cara menghambat
pembentukan dinding sel bakteri sehingga bakteri tidak dapat bertahan hidup. Cefadroxil
termasuk jenis obat keras yang memerlukan resep dokter. Ada banyak merek obat-obatan
yang mengandung cefadroxil. Selalu ingat untuk memeriksa kandungan dan membaca aturan
pemakaian obat yang tertera pada kemasan.
Jenis obat
Golongan
Manfaat

Antibiotik sefalosporin
Obat resep
Mengatasi infeksi akibat bakteri yang terjadi pada berbagai bagian tubuh seperti:

40

Dikonsumsi oleh
Bentuk

Sistem pernapasan (misalnya sinusitis, pneumonia dan bronkitis)

THT (telinga, hidung dan tenggorokan)

Ginjal

Sistem saluran kemih

Tulang dan sendi

Kulit dan jaringan lunak

Ginekologi atau sistem reproduksi wanita

Dewasa dan anak-anak


Kapsul

Dosis Cefadroxil
Dosis dan lama cefadroxil diresepkan oleh dokter akan tergantung pada jenis infeksi
yang sedang diobati, tingkat keparahannya dan kondisi kesehatan pasien. Umumnya, 1-2
gram cefadroxil dikonsumsi per hari untuk 5-10 hari. Dosis maksimum adalah 4 gram per 24
jam. Bagi anak-anak, dosis juga akan didasari kepada berat badan anak per kilogram dan
akan ditentukan oleh dokter.
Mengonsumsi Cefadroxil dengan Benar
Pastikan untuk membaca petunjuk pada kemasan obat dan mengikuti anjuran dokter
dalam mengonsumsi cefadroxil. Jangan mengubah dosis cefadroxil kecuali disarankan oleh
dokter Anda. Sangat disarankan untuk menghabiskan semua dosis yang sudah diberikan oleh
dokter, walau Anda sudah merasa sehat. Hal ini dilakukan untuk mencegah kembalinya
infeksi. Minumlah cefadroxil dengan air putih. Jangan mengunyah atau membuka kapsul
cefadroxil. Cefadroxil bisa diminum sebelum atau sesudah makan. Untuk memaksimalisasi
keefektifannya, konsumsi cefadroxil tiap hari pada jam yang sama. Pastikan ada jarak waktu
yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Ketika tidak sengaja melewatkan
dosis cefadroxil, segera minum begitu teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu
dekat. Jangan mengganti dosis yang terlewat dengan menggandakan dosis cefadroxil pada
jadwal berikutnya.
Efek Samping dan Bahaya Cefadroxil
Terlepas dari manfaatnya, cefadroxil berpotensi menyebabkan efek samping yang
tidak diinginkan, meski hal ini tidak dialami oleh semua orang. Jelaskan pada dokter jika
Anda mengalami efek samping yang berkepanjangan dan beri tahu obat-obatan lain yang
Anda konsumsi. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi antara lain:

Mengalami diare

Merasa sakit perut atau mengalami gangguan pencernaan

Peradangan pada lidah

41

Mual dan muntah

C. DIGOXIN
Glikosidajantungmerupakanobatyangdigunakanuntukterapigagaljantung.Obat
pertama yang digunakan untuk terapi gagal jantung kronis adalah digitalis, ekstrak dari
tanamanDigitalispurpurea.Digoksinsekarangmenjadiobatdarigolonganglikosidajantung
yangpalingseringdiresepkankarenamurahdanmudahdidapat.Kerugianobatiniadalah
jendela terapi yang sempit. Pemberian digoksin pada pasien gagal jantung, tebukti tidak
mempengaruhiangkakematiansecaraumum,namundapatmengurangiangkarawatinap
pada pasien dengan gagal jantung secara umum atau pasien dengan gagal jantung yang
memburuk.
Mekanisme Kerja Digoksin :

Hambatan langsung ikatan membrane sodium dan potassium teraktivasi adenosine


triphosphatase (Na+/K+ -ATPase), menyebabkan kenaikan konsentrasi kalsium
intraselular.
Lambatnya peningkatan kalsium kedalam sel selama potensial aksi ; akibat dari
masuknya kalsium kedalam sel saat ini menyebabkan timbulnya plateau pada
potensial aksi.

Efek digoksin bervariatif dan berbeda tergantung dosis dan tipe jaringan jantung yang
terlibat. Atrium dan ventrikel memperlihatkan otomatisitas dan eksitasi yang dihasilkan
dalam bentuk ekstrasistol dan takidisritmia. Kecepatan konduksi menurun pada miokard dan
jaringan nodal, meyebabkan perpanjangan PR interval dan AV-blok yang disertai dengan
pemendekan QT interval. Sebagai tambahan dari efek ini, efek langsung dari digitalis
terhadap repolarisasi sering terefleksi pada ECG dalam bentuk kekuatan yang berlawanan
antara ST segmen dan T wave langsung terhadap kekuatan QRS. Manifestasi awal yang
terlihat pada ECG sebagai efek dan keracunan digitalis biasanya dimediasi oleh peningkatan
tonus vagal. Awal intoksikasi akut, depresi SA atau fungsi AV node dapat di atasi dengan
Atropin. Irama ektopik, seperti Nonparoxysmal junctional takikardia, ekstrasistol, premature
kontraksi ventrikel, flutter dan fibrilasiventrikel, flutter dan fibrilasi atrial dan bidirectional
ventrikel takikardi-disebabkan peningkatan otomatisitas, reentri atau keduanya.
Bidirectional ventrikel takikardi adalah karakteristik khusus dari parahnya toksisitas
digitalis dan merupakan hasil dari perubahan dalam konduksi intraventricular, junctional
takikardi dengan aberan konduksi intraventrikular, atau, jarang, pacemaker ventricular
alternative. Dapat juga terlihat depresi dari atrial pacemaker yang menyebabkan SA
beristirahat . Bentuk lain dari SA blok, AV blok dan sinus exit blok meyebabkan depresi
42

konduksi normal. Nonparoxysmal atrial takikardi dengan blok dihubungkan dengan


keracunan digitalis.
Ketika terjadi depresi pada konduksi dan pacemaker normal, ektopik pacemaker akan
mengambil alih, menghasilkan atrial takikardi dengan AV blok dan nonparoksismal otomatis
AV junctional takikardi. Memang, AV junctional blok mempunyai beberapa derajat, baik
sendiri atau dengan peningkatan otomatisitas ventrikel, yang merupakan manifestasi yang
biasa ditemukan pada keracunan digitalis dan terjadi pada 30-40% pasien yang diketahui
mengalami keracunan digitalis. Disosiasi AV dapat terjadi karena supresi pada pacemaker
dominan dengan kehilangan pacemaker atau peningkatan seharusnya pacemaker ventrikel.
Saat ini, penggunaan Digoxin (Digitalis) dibidang kardiovaskular telah mengalami
penurunan, hal ini disebabkan oleh karena rentang terapeurik Digoxin yang sempit dan juga
efek samping serta kejadian intoksikasi yang sering terjadi. Digoxin tidak lagi menjadi terapi
lini pertama dalam penanganan Gagal Jantung kongestive akan tetapi dalam penanganan
kasus Atrial fibrilasi dengan gagal jantung kongestive digoxin mempunyai tempat untuk
pengendalian frekuensi nadi (Rate Control) Pada Kasus ini, seorang pasien yang telah
diketahui sebagai pengguna rutin digoxin datang ke IGD dengan keluhan khas keracunan
digitalis.
Gejala dari Intoksikasi digitalis diantaranya ialah :
Gejala Ekstra kardiak:
Sistem Syaraf Pusat:

Gangguan penglihatan (Gejala awal)

Penurunan kesadaran

Lethargy

Lelah

Neuralgia

Sakit kepala

Pusing (Dizziness)

Confusion or giddiness

Halusinasi

Kejang (jarang)

Paresthesia and nyeri neuropati

Sistem Gastro Intestinal


43

Anorexia

Weight loss

Gagal tumbuh (Pasien pediatrik)

Muntah

nyeri perut

Iskemik mesenterik- Komplikasi yang jarang dari pemberian IV cepat

Gejala Kardiak

Berdebar-debar (Palpitasi)

Pingsan (Syncope)

Bengkak pada tungkai

Hipotensi

EfekDigoxin
Efek digoksin yang dipakai pada pengobatan gagal jantung adalah: 1) Inotropik
positif: digoksin menghambat pompa NaKATPase pada membrane sel otot jantung
sehinggameningkatkankadarNa+intrasel,inimenyebabkanberkurangnyapertukaranNa+
Ca2+selamarepolarisasidanrelaksasiototjantungsehinggaCa2+tertahandalamsel,kadar
Ca2+ intrasel meningkat, dan ambilan Ca2+ ke dalam retikulum sarkoplasmik (SR)
meningkat. Dengan demikian, Ca2+ yang tersedia dalam SR untuk dilepaskan ke dalam
sitosoluntukkontraksimeningkat,sehinggakontraktilitasselototjantungmeningkat.72)
Kronotropiknegatifdanmengurangiaktifitassarafsimpatis:padakadarterapi(12ng/mL),
digoksinmeningkatkantonusvagaldanmengurangiaktifitas simpatisdinodussinoatrial
(SA)maupunatrioventrikular(AV),sehinggadapatmenimbulkanbradikardiasinussampai
hentijantungdan/atauprepanjangankonduksiAVsampaimeningkatnyablokAV.Efekpada
nodusAVinilahyangmendasaripenggunaandigoksinpadapengobatanfibrilasiatrium.
Digoksinyangdiberikansecaraoraldiserapsecarabervariasitergantungdarijenis
sediaannya.Kuranglebih25%digoksinterikatdenganproteinplasma,mempunyaivolume
distribusi yang besar (47 liter/kg), dan dapat melewati sawar darah otak serta plasenta.
Digoksin dieliminasi melalui ginjal, lewat filtrasi glomerulus dan sekresi tubular. Waktu
paruhnya berkisar antara 3648 jam, sehingga diberika sekali sehari, dan kadar mantap
dicapaisetelah1minggu.Waktuparuhdigoksinakanmemanjangpadagangguanfungsi
ginjal. Pada pasien dengan gagal jantung, bertambahnya cardiac output dan aliran darah
ginjal sebagai respon terhadap pemberian vasodilatator atau agen simpatomimetik dapat
menambahklirensdigoksin.Halinimenyebabkanperludilakukanpenyesuaiandosis.
InteraksiObat
44

Kuinidin,verapamil,amiodaronakanmenghambatPglikoprotein,yaknitransporterdi
ususdanditubuliginjal,sehinggaterjadipeningkatanabsorpsi danpenurunansekresi
digoksin,akibatnyakadarplasmadigoksinmeningkat70100%
2 RifampisinmenginduksitransporterPglikoproteindiusussehinggaterjadipenurunan
kadarplasmadigoksin
3 Aminoglikosida, siklosporin, amfoterisin B menyebabkan gangguan fungsi ginjal,
sehingga ekskresi digoksin melalui ginjal terganggu, berakibat meningkatnya kadar
plasmadigoksin
4 Kolestiramin,kaolinpectin,antacid,akanmengadsorpsidigoksin,sehinggaabsrobsi
digoksinmenurun
5 Diuretiktiazid,furosemidmenyebabkanhipokalemiasehinggameningkatkantoksisitas
digoksin
6 blocker,verapamil,diltiazem:aditifdengandigoksindalammemperlambatkonduksi
AV;danmengurangiefekinotropikdigoksin
EfekToksik
1 Efekproaritmik,yakni:
Penurunan potensial istirahat (akibat hambatan pompa Na), menyebabkan
afterpotentialyangmencapaiambangrangsang,danpenurunankonduksiAV
Peningkatanautomatisitas
2 Efeksampinggastrointestinal:anoreksia,mual,muntah,nyerilambung
3 Efeksampingvisual:penglihatanberwarnakuning
4 Efeksampinglain:delirium,rasalelah,malaise,bingung,mimpiburuk
Indikasi
1 Pasiengagaljantungdengandisfungsiventrikelkirisimtomatikpadaberbagaiderajat
gagal jantung yang disertai dengan fibrilasi atrium, karena digoksin dapat
memperlambat kecepatan ventrikel (akibat hambatan pada nodus AV) (kelas
rekomendasiI,tingkatkepercayaanC)
2 Pasien gagal jantung dengan ritme sinus yang simtomatik, terutama bila disertai
takikardia,meskipuntelahmendapatterapimaksimaldenganACEinhibitordan
blocker.Padakasusinidigoksintidakmengurangimortalitassehinggatidakdipakai
lagisebagaiobatlinipertama,tetapidapatmemperbaikigejalagejaladanmengurangi
hospitalisasi, terutama hospitalisasi karena memburuknya kerja jantung. (kelas
rekomendasiIIa,tingkatkepercayaanB)
3 Padapasienrawatjalandengangagaljantungdiastolikkronikringansampaisedang
dandenganiramasinusyangtelahmendapatkanACEinhibitordandiuretik,digoksin
tidakmempunyaipengaruhyangsignifikanterhadapjantungmaupunmortalitaspasien,
sehinggapenggunaannyatidakdirekomendasikan
Kontraindikasi
Kontraindikasipenggunaandigoksinmeliputibradikardia,blokAVderajat2dan3,
sindromasicksinus,sindromaWolfParkinsonWhite,kardiomiopatiobstruktifhipertrofik,
danhipokalemia.
d. WARFARIN
45

Warfarin adalah golongan obat antikoagulan untuk mencegah terjadinya pembekuan


darah yang membahayakan kesehatan dan jiwa seseorang, misalnya pembekuan darah di kaki
pada penderita trombosis vena dalam, di paru-paru pada penderita emboli paru, dan di
jantung pada penderita fibrilasi atrium dan serangan jantung. Selain itu, warfarin juga dapat
mencegah terjadinya pembekuan darah akibat operasi jantung.
Penggumpalan darah yang normal adalah suatu mekanisme tubuh bila terjadi
kerusakan pembuluh darah. Mekanisme ini dinamakan hemostasis bertujuan mencegah
terjadinya kehilangan darah yang berkelanjutan. Namun pada suatu keadaan patologis, terjadi
penggumpalan darah yang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya sirkulasi tubuh yang
baik.
Trombosis secara garis besar dapat dibagi 2, yaitu trombosis yang terjadi di pembuluh
darah arteri dan trombosis yang terjadi di pembuluh darah balik/vena. Trombosis di arteri
biasanya terjadi akibat ruptur ateroma sehingga dinamakan juga aterotrombosis. Penyakit
yang diakibatkan oleh trombosis di arteri adalah stroke dan serangan jantung (myocardial
infarction). Sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh trombosis di vena adalah deep vein
thrombosis (DVT), portal vein thrombosis, renal vein thrombosis, jugular vein thrombosis,
Budd-Chiari Syndrome, Paget-Schroetter disease, cerebral venous sinus thrombosis.
Walfarin dan derivat coumarin lainnya dapat menurunkan kemampuan pembekuan
darah dengan cara menghambat vitamin K epoxide reductase (VKOR). VKOR merupakan
enzim yang mereduksi vitamin K apabila vitamin K tersebut telah teroksidasi dalam proses
karboksilasi asam glutamat. Hal ini akan menyebabkan tidak terbentuknya vitamin K quinon.
Padahal, vitamin K quinon dengan bantuan vitamin K quinon reduktase diperlukan untuk
membentuk vitamin K hidroquinon. Akibatnya, terjadi gangguan koagulasi Proses
pembekuan darah di dalam arteri dipengaruhi oleh vitamin K. Warfarin bekerja dengan cara
mengurangi efek dari vitamin tersebut. Karena warfarin dapat mencegah pembekuan darah,
maka hindarilah aktivitas fisik yang memiliki risiko tinggi terjadinya luka atau cedera pada
tubuh saat Anda sedang mengonsumsi obat ini.
Jenis obat
Antikoagulan
Golongan
Obat resep
Manfaat
Mencegah pembekuan darah
Dikonsumsi oleh
Dewasa
Bentuk obat
Tablet
Dosis Warfarin
Untuk dosis awal atau induksi, warfarin biasanya diberikan hingga 10 mg per hari
selama dua hari. Untuk dosis berikutnya atau dosis perawatan, biasa diberikan sebesar 3-9 mg
per hari. Dosis yang diberikan pada tiap penderita berbeda-beda dan didasari kepada hasil tes
darah di laboratorium untuk mengukur kemampuan darah dalam menghambat pembekuan.
Tes yang diukur dengan satuan International Normalised Ratio (INR) ini harus dilakukan
secara rutin. Tujuannya agar dosis yang diberikan tepat, cukup efektif, dan tidak
menimbulkan masalah pendarahan.
Mekanisme Kerja warfarin
Warfarin adalah anti koagulan oral yang mempengaruhi sintesa vitamin K-yang
berperandalam pembekuan darah- sehingga terjadi deplesi faktor II, VII, IXdan X. Ia bekerja
di hati dengan menghambat karboksilasi vitamin K dari protein prekursomya. Karena waktu
paruh dari masing-masing faktor pembekuan darah tersebut, maka hila terjadi deplesi faktor
Vllwaktu protrombin sudah memanjang.Tetapi efek anti trombotik baru mencapai puncak
46

setelah terjadi deplesi keempat faktor tersebut. Jadi efek anti koagulan dari warfarin
membutuhkan waktu beberapa hari karena efeknya terhadap faktor pembekuan darah yang
baru dibentuk bukan terhadap faktor yang sudah ada disirkulasi.Warfarin tidak mempunyai
efek langsung terhadap trombus yang sudah terbentuk,tetapi dapat mencegah perluasan
trombus. Warfarin telah terbukti efektif untuk pencegahan stroke kardioembolik. Karena
meningkatnya resiko pendarahan, penderita yang diberi warfarin harus dimonitor waktu
protrombinnya secara berkala.
Farmakokinetik :
Mula kerja biasanya sudah terdeteksi di plasma dalam 1 jamsetelah pemberian.
Kadar puncak dalam plasma: 2-8 jam.
Waktu paruh
: 20-60 jam; rata-rata 40 jam.
Bioavailabilitas
: hampir sempurna baik secara oral, 1M atau IV.
Metabolisme
: ditransformasi menjadi metabolit inaktif di hati dan ginjal.
Ekskresi
: melalui urine clan feses.
Farmakodinamik
:99% terikat pada protein plasma terutama albumin.
Absorbsinya berkurang hila ada makanan di saluran cerna.
Indikasi :
Untuk profilaksis dan pengobatan komplikasi tromboembolik yangdihubungkandengan
fibrilasi atrium dan penggantian katup jantung ; sertasebagai profilaksis terjadinyaemboli
sistemik setelah infark miokard.
Mengonsumsi Warfarin dengan Benar
Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan warfarin sebelum
mulai mengonsumsinya. Konsumsi warfarin pada waktu yang sama tiap hari agar level obat
ini di dalam darah tetap terjaga. Waktu yang disarankan untuk mengonsumsi obat ini adalah
tiap pukul 18.00. Ini juga supaya Anda tidak lupa mengonsumsi obat Anda. Bagi pasien yang
lupa mengonsumsi warfarin disarankan untuk segera meminumnya begitu teringat jika jadwal
dosis berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis warfarin pada jadwal
berikutnya untuk mengganti dosis yang terlewat. Pengobatan dengan warfarin berlangsung
secara jangka panjang, yaitu sekitar satu setengah hingga tiga bulan. Bahkan pada beberapa
kasus bisa melebihi jangka waktu tersebut. Jangan menghentikan penggunaan obat ini atau
mengubah dosisnya tanpa bertanya terlebih dahulu kepada dokter untuk menghindari efek
samping yang tidak diinginkan. Jauhi minuman keras dan minuman atau makanan yang
mengandung buah cranberry selama menjalani pengobatan dengan warfarin karena dapat
mengubah kadar obat ini di dalam tubuh dan mengganggu kinerja warfarin.
Saat menjalani pengobatan dengan warfarin, jangan lupa untuk tetap rutin
memeriksakan diri ke dokter agar mereka dapat memonitor perkembangan kondisi Anda.
Selain itu, dokter juga perlu melakukan pengecekan darah secara berkala untuk
menyesuaikan dosis warfarin agar tetap efektif dan aman. Karena warfarin merupakan obat
pengencer darah, maka hindari aktivitas fisik yang berisiko tinggi membuat Anda terluka atau
cedera. Hal ini untuk menghindari terjadinya pendarahan berlebihan. Jika ingin mengonsumsi
obat atau suplemen tertentu bersamaan dengan warfarin, konsultasikan terlebih dahulu
dengan dokter. Ini untuk memastikan warfarin tidak berinteraksi dengan obat-obat lain yang
Anda konsumsi. Gunakan metode kontrasepsi selama mengonsumsi warfarin untuk
mencegah kehamilan. Ini karena warfarin berpotensi berdampak negatif pada janin. Sebelum
47

menjalani prosedur medis apapun, beritahu ahli medis bahwa Anda sedang mengonsumsi
warfarin.
Efek Samping dan Bahaya Warfarin

Mual

Ruam kulit

Rambut rontok

Diare

Sakit kepala

Mimisan

Demam
e. ATRIAL FIBRILASI
Fibrilasi atrium adalah gangguan irama jantung dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Ketidakteraturan interval RR yaitu tidak ada pola repetitif pada EKG. 2. Tidak ada
gambaran gelombang P yang jelas pada EKG. 3. Siklus atrial (jika terlihat) yaitu interval di
antara dua aktivasi atrial sangat bervariasi (300 kali per menit.
Klasifikasi Atrial Fibriasi
Banyak tipe atau klasifikasi atrial fibrilasi yang umum dibahas. Beberapa hal
antaranya berdasarkan waktu timbulnya dan keberhasilan intervensi, berdasarkan ada
tidaknya penyakit lain yang mendasari, dan terakhir berdasarkan bentuk gelombang P.21
Beberapa keperpustakaan tertulis ada beberapa sistem klasifikasi atrial fibrilasi yang telah
dikemukanakan, seperti :
1. Berdasarkan laju respon ventrikel, atrial fibrilasi dibagi menjadi :
a. AF respon cepat (rapid response) dimana laju ventrikel lebih dari 100 kali
permenit
b. AF respon lambat (slow response) dimana laju ventrikel lebih kurang dari 60
kali permenit
c. Af respon normal (normo response) dimana laju ventrikel antara 60-100 kali
permenit.
2. Berdasarkan keadaan Hemodinamik saat AF muncul, maka dapat diklasifikasikan
menjadi :
48

a. AF dengan hemodinamik tidak stabil (gagal jantung, angina atau infark


miokard akut)
b. AF dengan hemodinamik stabil
3. Klasifikasi menurut American Heart Assoiation (AHA), atrial fibriasi (AF) dibedakan
menjadi 4 jenis, yaitu :
a. AF deteksi pertama yaitu tahap dimana belum pernah terdeteksi AF
sebelumnya dan baru pertama kali terdeteksi.
b. AF paroksimal bila atrial fibrilasi berlangsung kurang dari 7 hari. Lebih
kurang 50% atrial fibrilasi paroksimal akan kembali ke irama sinus secara
spontan dalam waktu 24 jam. Atrium fibrilasi yang episode pertamanya
kurang dari 48 jam juga disebut AF Paroksimal.
c. AF persisten bila atrial fibrilasi menetap lebih dari 48 jam tetapi kurang dari 7
hari. Pada AF persisten diperlukan kardioversi untuk mengembalikan ke irama
sinus.
d. AF kronik atau permanen bila atrial fibrilasi berlangsung lebih dari 7 hari.
Biasanya dengan kardioversi pun sulit untuk mengembalikan ke irama sinus
(resisten).

Epidemiologi Atrial Fibriasi


Pada dasarnya, prevalensi atrial fibrilasi dengan umur dibawah 50 tahun kurang dari
1% dan meningkat lebih dari 9% pada usia 80 tahun. Atrial fibrilasi lebih banyak dijumpai
pada laki-laki dibandingkan wanita dan atrial fibrilasi merupakan faktor resiko independen
yang kuat terhadap kejadian stroke emboli. Kejadian stroke iskemik pada pasien AF non
valvular ditemukan sebanyak 5% per tahun, 2-7 kali lebih banyak dibanding pasien tanpa
atrial fibrilasi. Pada studi Framingham resiko terjadinya stroke emboli 5,6 kali lebih banyak
pada AF non valvular dan 17,6 kali lebih banyak pada AF valvular dibandingkan dengan
kontrol.
Etiologi Atrial Fibrilasi
Pada dasarnya etiologi yang terkait dengan atrial fibrilasi terbagi menjadi beberapa
faktor-faktor, diantaranya yaitu :
a. Peningkatan tekanan atau resistensi atrium

Peningkatan katub jantung


49

Kelainan pengisian dan pengosongan ruang atrium.

Hipertrofi jantung

Kardiomiopati

Hipertensi pulmo (chronic obstructive purmonary disease dan cor pulmonary


chronic)

Tumor intracardiac

b. Proses Infiltratif dan Inflamasi

Pericarditis atau miocarditis

Amiloidosis dan sarcoidosis

Faktor peningkatan usia

c. Proses Infeksi

Demam dan segala macam infeksi

d. Kelainan Endokrin

Hipertiroid, Feokromotisoma

e. Neurogenik

Stroke, Perdarahan Subarachnoid

f. Iskemik Atrium

Infark miocardial

g. Obat-obatan

Alkohol, Kafein

h. Keturunan atau Genetik


Patofisiologi Atrial Fibrilasi
Pada dasarnya mekanisme atrial fibriasi terdiri dari 2 proses, yaitu proses aktivasi
fokal dan multiple wavelet reentry. Pada proses aktivasi fokal bisa melibatkan proses
depolarisasi tunggal atau depolarisasi berulang. Pada proses aktivasi fokal, fokus ektopik
yang dominan adalah berasal dari vena pulmonalis superior. Selain itu, fokus ektopik bisa
juga berasal dari atrium kanan, vena cava superior dan sinus coronarius. Fokus ektopik ini
menimbulkan sinyal elektrik yang dapat mempengaruhi potensial aksi pada atrium dan
menggangu potensial aksi yang dicetuskan oleh nodus sino-atrial (SA). Sedangkan multiple
wavelet reentry, merupakan proses potensial aksi yang berulang dan melibatkan sirkuit atau
jalur depolarisasi. Mekanisme multiple wavelet reentry tidak tergantung pada adanya fokus
ektopik seperti pada proses aktivasi fokal, tetapi lebih tergantung pada sedikit banyaknya
sinyal elektrik yang mempengaruhi depolarisasi. Timbulnya gelombang yang menetap dari
50

depolarisasi atrial atau wavelet yang dipicu oleh depolarisasi atrial prematur atau aktivas
aritmogenik dari fokus yang tercetus secara cepat. Pada multiple wavelet reentry, sedikit
banyaknya sinyal elektrik dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu periode refractory, besarnya ruang
atrium dan kecepatan konduksi. Hal ini bisa dianalogikan, bahwa pada pembesaran atrium
biasanya akan disertai dengan pemendekan periode refractory dan terjadi penurunan
kecepatan konduksi. Ketiga faktor tersebut yang akan meningkatkan sinyal elektrik dan
menimbulkan peningkatan depolarisasi serta mencetuskan terjadinya atrial fibrilasi.
Tanda dan Gejala Atrial Fibrilasi
Pada dasarnya, atrial fibrilasi tidak memberikan tanda dan gejala yang khas dan
spesifik pada perjalanan penyakitnya. Umumnya gejala dari atrial fibrilasi adalah
peningkatan

denyut

jantung,

ketidakteraturan

irama

jantung

dan

ketidakstabilan

hemodinamik. Disamping itu, atrial fibrilasi juga memberikan gejala lain yang diakibatkan
oleh penurunan oksigenisasi darah ke jaringan, seperti pusing, kelemahan, kelelahan, sesak
nafas dan nyeri dada. Akan tetapi, lebih dari 90% episode dari atrial fibrilasi tidak
menimbulkan gejala-gejala tersebut. Tanda dan gejala lain pada atrial fibrilasi seperti
palpitasi. Palpitasi merupakan salah satu gejala yang sering muncul pada pasien dengan atrial
fibrilasi akibat respon ventrikel yang ireguler.4 Namun gejala palpitasi dapat juga terjadi pada
pasien dengan penyakit jantung lainnya. Palpitasi belum menjadi gejala yang spesifik untuk
mendasari pasien mengalami atrial fibrilasi. Untuk menunjukkan adanya atrial fibrilasi,
pasien biasanya disertai dengan keluhan kesulitan bernafas seperti sesak, syncope, pusing dan
ketidaknyamanan pada dada. Gejala tersebut di atas dialami oleh pasien dimana pasien juga
mengeluh dadanya terasa seperti diikat, sesak nafas dan lemas. Sering pada pasien yang
berjalan, pasien merasakan sakit kepala seperti berputar-putar dan melayang tetapi tidak
sampai pingsan. Serta nadi tidak teratur, cepat, dengan denyut sekitar 140x/menit. Atrial
fibrilasi dapat disertai dengan pingsan (syncope) ataupun dengan pusing yang tak terkendali.
Kondisi ini akibat menurunnya suplai darah ke sitemik dan ke otak.
f. PEMERIKSAAN FISIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah (TD), nadi, suhu/temperature dan respiration rate (RR) adalah
pengkajian dasar pasien, yang diambil dan didokumentasikan dari waktu ke waktu yang
menunjukkan perjalanan kondisi pasien. TD, nadi, suhu dan RR disebut dengan tanda vital
(vital sign) atau cardinal symptoms karena pemeriksaan ini merupakan indikator yang
diperlukan untuk mempertahankan kehidupan.
Tanda-tanda vital harus diukur dan dan dicatat secara akurat sebagai dokumentasi
keperawatan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien dapat membantu perawat
51

dalam membuat diagnosa dan perubahan respon pasien. Jenis pemeriksaan tanda-tanda vital
diantaranya :
1. Tekanan Darah (TD) normalnya 100-120/60-80 mmHg
Tekanan darah memiliki 2 komponen yaitu sistolik dan diastolik. Pada waktu
ventrikel berkonstraksi, darah akan dipompakan ke seluruh tubuh. Keadaaan ini disebut
sistolik, dan tekanan aliran darah pada saat itu disebut tekanan darah sistolik. Pada saat
ventrikel sedang rileks, darah dari atrium masuk ke ventrikel, tekanan aliran darah pada
waktu ventrikel sedang rileks disebut tekanan darah diastolik.
Kategori tekanan darah pada dewasa (Keperawatan Klinis, 2011);
Kategori
TD Sistolik (mmHg)
TD Diastolik (mmHg)
Normal

<120

<80

Prahipertensi

120-139

80-89

Hipertensi (derajat 1)

140-159

90-99

Hipertensi (derajat 2)

>160

>100

2. Nadi
Frekuensi denyut nadi dihitung dalam 1 menit, normalnya 60-100 x/menit
Takikardi jika > 100 x/menit dan Bradikardi jika < 60 x/menit
Lokasi pemeriksaan denyut nadi diantaranya :

52

a. Arteri radialis
b. Arteri ulnaris
c. Arteri brachialis
d. Arteri karotis
e. Arteri temporalis superfisial
f. Arteri maksiliaris eksterna
g. Arteri femoralis
h. Arteri dorsalis pedis
i. Arteri tibialis posterior
Skala ukuran kekuatan/kualitas nadi (Keperawatan Klinis, 2011)
Level
Nadi
0

Tidak ada

1+

Nadi menghilang,
menghilang

2+

Mudah teraba, nadi normal

3+

Nadi penuh, meningkat

4+

Nadi mendentum keras, tidak dapat hilang

hampir

tidak

teraba,

mudah

3. Suhu
Lokasi pemeriksaan suhu tubuh : mulut (oral) tidak boleh dilakukan pada anak/bayi,
anus (rectal) tidak boleh dilakukan pada klien dengan diare, ketiak (aksila), telinga
(timpani/aural/otic) dan dahi (arteri temporalis).
Hipotermia (<35 C)
Normal (35-37 C)
Pireksia/febris (37-41,1 C)
Hipertermia (>41,1 C)
LOKASI PENGUKURAN PERBEDAAN HASIL TEMPERATUR
SUHU
Suhu Aksila

Lebih rendah 10 C dari suhu oral

Suhu rektal

Lebih tinggi 0,4-0,50 C dari suhu oral

Suhu aural/timpani

Lebih tinggi 0,80 C dari suhu oral

4. Respiration Rate (RR)


Yang dinilai pada pemeriksaan pernafasan adalah : tipe pernafasan, frekuensi, kedalaman dan
suara nafas. Respirasi normal disebut eupnea (laki-laki : 12 20 x/menit), perempuan : 16-20
x/menit)
RR > 24 x/menit : Takipnea
53

RR < 10 x/menit : Bradipnea

54

Nadi, RR, dan tekanan darah (TD) berdasarkan usia (Keperawatan Klinis, 2011) ;
Usia
Nadi (kali/menit)
RR (kali/menit)
TD sistolik
(mmHg)
Dewasa (>18 tahun)

60-100

12-20

100-140

(12-18 60-100

12-16

90-110

(5-12 70-120

18-30

80-110

Pra sekolah
tahun)

(4-5 80-140

22-34

80-100

Bawah
tahun/Toddler
tahun)

3 90-150
(1-3

24-40

80-100

Bayi (1 bulan 1 100-160


tahun)

30-60

70-95

Baru lahir/infant (0-1 120-160


bulan)

40-60

50-70

Remaja
tahun)
Anak-anak
tahun)

Suhu tubuh normal berdasarkan usia ;


Usia
Suhu (Celcius)
Baru lahir

36,8

1 tahun

36,8

5-8 tahun

37,0

10 tahun

37,0

Remaja

37,0

Dewasa

37,0

Lansia (>70 thn)

36,0

Interpretasi pemeriksaan fisik


- RR 24x/menit
: pada respiration rate Nn. A termasuk normal (normal RR
-

adalah 16-24x/menit)
TD 120/70 mmHg :

Tekanan darah yang nomal menurut WHO :


Kategori

Sistol (mmHg)

55

Diastol (mmHg)

Optimal
Normal
Tingkat 1 (hipertensi ringan)
Sub grup : perbatasan
Tingkat 2 (hipertensi sedang)
Tingkat 3 (hipertensi berat)
Hipertensi sistol terisolasi
Sub grup : perbatasan

< 120
< 130
140-159
140-149
160-179
180
140
140-149

< 80
< 85
90-99
90-94
100-109
110
< 90
< 90

Berdasarkan tabel diatas, tekanan darah 120/70 mmHg adalah termasuk dalam
kategori normal.
-

Suhu 39,1C : Suhu tubuh Tuan MT tinggi (normal 36 - 37 C)

g. GEJALA-GEJALA PADA KASUS


Gejala dari faringitis streptokokus adalah:
Faringitis Streptokokus yang merupakan radang tenggorokan akibat bakteri
streptokokus, khususnya streptokokus hemolitikus group A. Penyakit ini biasanya
ditandai dengan gejala, seperti demam tinggi, nyeri di perut, sakit kepala, muntahmuntah, tenggorokan nyeri, amandel membengkak dan berwarna merah. Gejala yang
dialami oleh Tn. MT adalah demam, sakit kepala dan nyeri saat menelan.
DEMAM
Demam adalah kondisi ketika suhu tubuh berada di atas 37.5 derajat celsius.
Infeksi ringan hingga parah bisa menyebabkan demam. Demam merupakan bagian dari
proses kekebalan tubuh yang sedang melawan infeksi akibat virus, bakteri atau parasit.
Selain itu, demam juga bisa terjadi ketika seseorang terlalu lama berada di bawah sinar
matahari atau karena penyakit seperti hipertiroidisme dan artritis. Demam dianggap
sangat tinggi dan berpotensi berbahaya jika suhu tubuh mencapai 39 celcius atau lebih.
Suhu tubuh yang sangat tinggi menandakan terjadinya infeksi yang serius di dalam tubuh
Patofisiologi demam
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.
Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen
eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen
adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu
pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri
gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen
yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL6, TNF-, dan IFN. Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit,
neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika
terstimulasi
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit,
limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau
reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal
dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen
endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin
(Dinarello & Gelfand, 2005). Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan
56

patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap


suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu
mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi
kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi
peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan
menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Sherwood, 2001).
Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase
kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh
yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang
berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan
menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi
panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase ketiga
yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi
pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga
tubuh akan berwarna kemerahan (Dalal & Zhukovsky, 2006).
SAKIT KEPALA
Sakit kepala adalah rasa sakit yang muncul di bagian sekitar kepala. Sebagian
besar sakit kepala yang terjadi tidak serius dan bisa diatasi dengan mudah, seperti dengan
meminum obat pereda sakit, minum air putih yang cukup dan lebih banyak istirahat. Tapi
ada beberapa jenis sakit kepala yang memerlukan penanganan lebih karena berkelanjutan
atau bahkan ada yang bisa membahayakan nyawa.NSakit kepala tidak memiliki jangka
waktu tertentu, bisa berlangsung kurang dari satu jam atau bahkan selama beberapa hari
dan bisa muncul secara tiba-tiba atau perlahan-lahan.
Penyebab Sakit Kepala
Penyebab sakit kepala bisa diakibatkan oleh berbagai hal, namun secara umum
sakit kepala bisa dikelompokkan berdasarkan penyebabnya, yaitu sakit kepala yang tidak
terkait dengan penyakit lain atau disebut dengan sakit kepala primer dan sakit kepala
yang diakibatkan oleh penyakit lain atau disebut juga sakit kepala sekunder.
Beberapa tipe sakit kepala primer yang paling sering terjadi adalah sebagai berikut:
Sakit kepala tegang
Migrain
Sakit kepala cluster
Selain itu, beberapa penyebab sakit kepala sekunder yang umum terjadi:
Sinusitis
Flu
Infeksi telinga
Pengar
Terlalu banyak mengonsumsi obat pereda sakit
Masalah gigi
Pengobatan Sakit Kepala
Pengobatan sakit kepala yang dilakukan harus dilihat dari gejala yang dialami dan
berdasarkan penyebabnya, karena tidak semua tipe sakit kepala bisa diatasi dengan
meminum obat pereda sakit kepala saja. Temui dokter untuk mendiagnosis masalah
kesehatan yang menyebabkan sakit kepala. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
57

membantu mencegah sakit kepala, seperti istirahat yang cukup, mengelola stres dengan
baik, dan rutin berolahraga.
NYERI MENELAN
Nyeri menelan merupakan salah satu gejala dari radang tenggorokkan. Sakit
tenggorokan atau disebut faringitis, terjadi karena infeksi bakteri atau virus seperti dalam
kasus pilek. Kekebalan terhadap sakit tenggorokan baru terbentuk pada usia dewasa
sehingga penyakit ini umumnya lebih banyak menyerang anak kecil dan remaja. Selain
sakit saat menelan, sakit tenggorokan juga dapat disertai gejala berikut:
Sakit kepala
Kelenjar yang membesar pada leher
Tonsil/amandel yang bengkak akibat radang
Nyeri otot
Batuk
Hidung beringus
Penyebab nyeri menelan

Kelenjar getah bening (amandel, kelenjar gondok)

Radang tenggorokan

Pernah menelan pil berukuran besar

Asam lambung naik

Infeksi telinga
Penyebab paling umum untuk kesulitan menelan adalah

Flu

Batuk kronis

Penyakit asam lambung

Infeksi tenggorokan

Menelan makanan bergerigi dengan tidak benar


Jika infeksi yang menyebabkan rasa sakit saat menelan, Anda mungkin mengalami
gejala;

Demam

Menggigil

Sakit kepala

Batuk bisa kering atau produktif

Berkeringat

Amandel meradang merah


Pilihan Pengobatan Untuk Sakit Pada Saat Menelan
Pilihan pengobatan untuk nyeri menelan semata-mata tergantung pada penyebab
rasa sakit. Dokter mungkin akan meresepkan antibiotik untuk mengobati infeksi
tenggorokan, infeksi amandel, infeksi dalam mulut, atau infeksi kerongkongan. Dokter
mungkin juga memberikan obat kumur untuk mengurangi rasa sakit pada tenggorokan.
Sebuah semprot tenggorokan juga dapat mengobati infeksi dan menghilangkan rasa sakit.
Dokter mungkin meresepkan obat anti-inflamasi untuk mengurangi peradangan esofagus,
58

tenggorokan, atau amandel. Obat antasida bisa mengurangi pembengkakan esofagus


karena asam refluks. Namun, jika Anda memiliki asam refluks kronis atau penyakit
gastroesophageal reflux (GERD), dokter akan meresepkan obat khusus digunakan untuk
memberikan bantuan untuk refluks asam kronis. Obat antasida sebenarnya untuk
penggunaan sementara, bukan untuk mengobati asam lambung kronis. Jika anda sering
mengalami nyeri menelan karena amandel, dokter mungkin menyerankan untuk
melakukan operasi pembedahan amandel.
h. ALERGI AMOKSISILIN
Alergi adalah suatu kelainan yang diderita seseorang berupa kepekaan yang
berlebihan terhadap suatu obat, senyawaan kimia atau keadaan lingkungan. Untuk
menentukan apakah seseorang alergi atau tidak terhadap suatu senyawaan maka
pemeriksaan atau pengujian perlu dilakukan oleh pakar yang sesuai. Sebagian orang
beranggapan atau berkesimpulan yang kurang tepat terhadap gejala yang timbul yang
dianggap suatu reaksi alergi.
Antibiotik seperti amoksisilin (amoxicillin) diberikan untuk menghentikan
pertumbuhan bakteri yang menyebabkan sejumlah infeksi. Termasuk dalam kelas
penisilin, obat ini diresepkan untuk memerangi berbagai jenis infeksi bakteri akut
maupun kronis. Amoksisilin sering diresepkan untuk mengobati infeksi telinga, infeksi
sinus, dan penyakit lainnya. Meskipun secara umum dianggap aman, amoksisilin bisa
memicu reaksi alergi pada beberapa individu. Alergi muncul ketika tubuh tidak dapat
menerima obat ini atau ketika amoksisilin berinteraksi dengan obat lain.
Amoksisilin (amoxicillin) adalah antibiotik yang paling banyak digunakan. Hal ini
karena amoksisilin cepat diserap di usus dan efektif untuk berbagai jenis infeksi. Setiap
tahun, Indonesia mengimpor bahan baku amoksisilin hingga 2.600 ton untuk diolah dan
dipasarkan sebagai obat generik maupun obat merek seperti Bintamol, Corsamox,
Dexymox, Farmoxyl, Bellacid, Kalmoxillin, Lapimex, Ethimox, Opimox, Ospamox,
Robamox, Wiamox, Amoxsan, Hufanoxyl, Yusimox, dll. Amoksisilin dapat digunakan
untuk pengobatan infeksi pada telinga, hidung, dan tenggorokan, gigi, saluran
genitourinaria, kulit dan struktur kulit, dan saluran pernapasan bawah oleh Streptococcus
spp, S. pneumoniae, Staphylococcus spp, H. influenzae., E. coli, P. mirabilis, atau E.
faecalis. Amoksisilin juga bermanfaat untuk pengobatan gonore akut tanpa komplikasi
oleh N. gonorrhoeae.
Amoksisilin termasuk antibiotik spektrum luas dalam kelompok penisilin.
Amoksisilin adalah suatu antibiotika yang termasuk kelompok penisilin atau beta laktam.
Selain amoksisilin, yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah ampicillin,
oxacillin, carbenicillin dan piperacillin. Semua penisilin bekerja dengan mekanisme yang
serupa. Zat aktif dalam amoksisilin, beta-laktam, mencegah sintesis dinding sel bakteri
dengan menghambat enzim DD-transpeptidase bakteri. Akibatnya, bakteri tidak dapat
berkembang biak. Amoxicillin hanya berfungsi untuk mengobati infeksi bakteri dan tidak
berdampak pada infeksi virus. Obat ini membunuh bakteri dengan cara menghambat
pembentukan dinding sel bakteri. Amoxicillin adalah jenis obat keras memerlukan resep
dokter. Obat ini juga bisa digabungkan dengan obat lain Ada banyak jenis dan merek
59

obat-obatan yang mengandung amoxicillin. Ingat untuk membaca kandungan di


dalamnya pada bungkus obat yang Anda beli.
Jenis obat

Antibiotik penicillin

Manfaat

Mengatasi infeksi akibat bakteri terutama pada:


Sistem pernapasan
THT (Telinga, hidung dan tenggorokan)
Sistem pencernaan
Sistem saluran kemih
Sistem reproduksi wanita
Meninges
Kulit dan jaringan lunak
Infeksi gonore

Dikonsumsi oleh

Dewasa dan anak-anak

Nama lain

Amoxycillin, Amox

Bentuk obat

Kapsul, cairan oral, bubuk dan suntik

Gejala Alergi Amoksisilin


Tingkat keparahan alergi terhadap amoksisilin umumnya tergantung durasi
penggunaan. Tanda dan gejala reaksi alergi amoksisilin diklasifikasikan ringan dan
intens:
Gejala ringan
Ruam
Salah satu gejala umum akibat alergi amoksisilin adalah munculnya ruam. Ruam
berbentuk benjolan kecil di permukaan kulit yang dapat berubah menjadi merah
dan bertambah besar tetapi tidak menyebabkan gatal.
Peradangan otot wajah
Peradangan otot-otot wajah juga dapat diamati dalam beberapa kasus. Radang dan
bengkak umumnya muncul pada bibir, kelopak mata bawah, pipi dan kadangkadang seluruh wajah. Kondisi ini memerlukan intervensi medis untuk
menghentikan penyebarannya ke seluruh tubuh.
Gatal-gatal
Gatal-gatal yang muncul pada kaki, telapak tangan, ketiak, selangkangan, dll
merupakan salah satu tanda reaksi alergi terhadap amoksisilin. Gatal akut juga
terlihat di daerah yang memiliki lipatan kulit.
Mual dan muntah
Mual dan muntah menjadi salah satu efek samping alergi amoksisilin yang umum.
Rasa mual berkisar dari ringan hingga intens yang akan semakin berkurang saat
konsumsi obat dihentikan.
Diare
Beberapa individu mungkin mengeluhkan diare dan masalah pencernaan lain yang
terkait. Rasa terbakar di dada merupakan gejala lain yang perlu diwaspadai.
Gejala Intens
Gejala intens umumnya timbul akibat pemakaian jangka panjang amoksisilin yaitu:
60

Anafilaksis
Gejala alergi amoksisilin parah mencakup hidung tersumbat yang menyebabkan
masalah pernapasan atau anafilaksis. Kondisi ini juga dapat menimbulkan kesulitan
menelan.
Kerusakan hati
Penggunaan amoksisilin dalam jangka panjang memicu kerusakan dan kegagalan
hati.
Infeksi jamur
Wanita memiliki risiko lebih besar mengalami infeksi jamur. Hal ini disebabkan
keseimbangan pH dalam vagina akan terganggu yang memicu pertumbuhan jamur
parasit.
Darah pada tinja
Darah dalam tinja, urin berwarna gelap, dan kram perut parah merupakan gejala yang
perlu diperhatikan. Gejala lain akan termasuk penurunan tiba-tiba tekanan darah, denyut
nadi meningkat, dan pingsan.
Dosis pengambilan
Anda dapat mengambil tablet/kapsul/sirup amoksisilin sebelum, selama atau
sesudah makan. Dosis amoksisilin umumnya adalah sebagai berikut:
Dewasa, remaja, dan anak-anak (berat> = 40 kg): 500 mg setiap 12 jam atau 250
mg setiap 8 jam.
Anak-anak dan bayi> 3 bulan (berat <40 kg): 20 mg / kg / hari, diberikan dalam
dosis sama setiap 8 jam atau 25 mg / kg / hari diberikan dalam dosis sama setiap
12 jam.
Neonatus dan bayi <= 3 bulan: dosis maksimum yang disarankan adalah 30 mg /
kg / hari, diberikan dalam dosis sama setiap 12 jam.
Dosis dapat bervariasi sesuai tingkat keparahan infeksi, ada/tidaknya resistensi
antibiotik, lokasi infeksi, tujuan sebagai pencegahan (profilaksis) atau
pengobatan, dll. Dokter akan menimbang secara rasional berapa dosis yang tepat
untuk Anda secara kasus per kasus.
Kontraindikasi
Amoksisilin tidak boleh digunakan pada pasien yang hipersensitif/alergi terhadap
penisilin. Pasien yang memiliki asma, eksim, gatal-gatal, atau demam mungkin berisiko
lebih besar untuk reaksi hipersensitivitas terhadap amoksisilin dan penisilin pada
umumnya. Amoksisilin harus digunakan dengan hati-hati bila Anda memiliki:
Gangguan ginjal, karena obat tersebut dibuang melalui mekanisme ginjal.
Penyakit saluran cerna, terutama kolitis, karena efeknya terhadap keseimbangan
flora usus.
Leukemia limfatik, karena dapat mengembangkan ruam obat.
Infeksi virus aktif seperti CMV dan infeksi pernafasan viral.
Tidak ada data yang cukup untuk menilai bahaya potensial dari obat ini selama
kehamilan. Oleh karena itu sangat disarankan untuk tidak menggunakan obat ini selama
kehamilan tanpa pertimbangan khusus dari dokter. Amoksisilin diekskresikan dalam ASI
dalam jumlah kecil. Hal ini dapat menyebabkan bayi mengalami diare (karena gangguan
61

flora usus), kandidiasis, dan ruam kulit. Seperti semua obat lainnya, potensi risiko ini
harus ditimbang dengan manfaatnya pada ibu.
Efek samping
Amoksisilin memiliki beberapa efek samping. Kebanyakan efek samping cukup
ringan, namun meningkat menurut dosis dan lama penggunaan. Kebanyakan reaksi yang
merugikan disebabkan oleh fakta bahwa amoksisilin tidak hanya membunuh bakteri
patogen tetapi juga bakteri baik yang merupakan flora alami usus. Efek samping
potensialnya meliputi mual dan muntah, sakit perut, diare, gangguan pencernaan
(dispepsia), dubur gatal dan reaksi alergi Karena berpotensi menyebabkan efek samping,
hindari mengemudi atau mengoperasikan mesin berbahaya setelah mengambil
amoksisilin, kecuali Anda merasa baik.
Interaksi dengan obat lain
Amoksisilin dapat berinteraksi dengan obat lain, seperti aspirin, indometasin,
sulfinpyrazone, allopurinol, probenesid, antibiotik aminoglikosida, fenilbutazon,
oxyphenbutazone, dan pil KB (ada kemungkinan mengurangi efektivitas pil ini).
Pengobatan Alergi Amoksisilin
Cara efektif untuk menangani alergi amoksisilin adalah dengan menghentikan
penggunaan obat ini setelah gejala alergi mulai terlihat. Pastikan untuk
menginformasikan dokter perihal gejala alergi yang dirasakan. Gejala alergi ringan bisa
diobati menggunakan kompres dingin atau antihistamin. Infeksi jamur dapat diobati
dengan asupan yoghurt atau jus cranberry. Dalam kasus alergi amoksisilin (amoxicillin)
parah, dokter akan memberikan pengobatan yang sesuai, tergantung pada pada kondisi
tiap pasien.

62

VIII. KERANGKA KONSEP

63

IX.

KESIMPULAN

Tn. MT menderita faringitis karena terinfeksi Streptococcus beta hemolyticus grup A


sehingga diberi obat Azitromisin.

64

DAFTAR PUSTAKA
Behrman, R.E., Klegman, R.M., Jenson, H.B. 2004. Nelson Textbook of Pediatrics 17th
edition. Philadelphia : WB Saunders Co.
Gershon, A.A., Hotez, P.J., Katz, S.L. 2004. Krugmans Infectious Diseases of Children
11th edition. Philadelphia : Mosby Inc.
Hadinegoro, S.R., Satari, H.I. 2005. Naskah Lengkap Pelatihan bagi Pelatih Dokter
Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam: Jakarta : Balai Penerbit FK
UI.
Dewi, A. A. Agustia Sinta, dkk, Juni 2013, Penentuan Streptococcus Group A Penyebab
Faringitis, Volume XVI I, No.1, http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=151077&val=975. 3 November 2015.
Hunt, M. 2005. Virology : Arboviruses. downloaded form http://www.med.sc.edu
Kresno, S.B. 2003. Imunisasi, Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI.
Mauskopf JA; Wenger TL: Cost effectiveness analysis of the use of digoxin immune Fab
for treatment of digoxin toxicity. Am-JCardiol. 1991; 68: 1709-14.
Goodman Gilman; Digitalis intoxication. In:the pharmacological basis of
therapeutics, 8th edition, Pergamon press, 1991.
Sujudi, 1993, Mikrobiologi Kedokteran, 112-122, staf pengajar UI, Binarupa Aksara,
Jakarta.
Anonim. Tanpa Tahun. Demam.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31365/4/Chapter%20II.pdf. Diakses, 3
November 2015).
Anonim. Tanpa Tahun. Nyeri Kepala.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21509/4/Chapter%20II.pdf. Diakses, 3
November 2015).
Anonim. Tanpa Tahun. Disfagia.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24954/4/Chapter%20II.pdf. Diakses, 3
November 2015).
Anonim. Tanpa Tahun. Tonsilitis.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37533/5/Chapter%20I.pdf. Diakses, 3
November 2015).
65

Nasution, Minasari. 2008. Faringitis Akut.


(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1150/1/08E00706.pdf. Diakses, 3
November 2015.
http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/af
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9745311
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33092/4/Chapter%20II.pdf

66

Anda mungkin juga menyukai