Oleh :
KELOMPOK 3
TIM PENYUSUN
KATA PENGANTAR
Sesuai dengan tujuan perkuliahan bahwa dalam rangka meningkatkan mutu
serta mengembangkan sistim proses belajar mengajar perlu menerapkan
suatu metode yang lebih efektif dalam bentuk makalah, tanya jawab dan
dialog kepada para mahasiswa serta mempergunakan modul di dalam
tahapan studi, disamping itu perlu dibentuk sub sub kelompok belajar yang
dibimbing oleh dosen.
Kondisi tersebut mendorong kami untuk menyusun makalah yang sistematis
sebagai sarana- pembantu bagi para mahasiswa serta lebih mempercepat
proses belajar.
Kita sampaikan terimakasih kepada kawan-kawan yang telah membantu atas
terselesaikannya pembuatan makalah ini sebagai tambahan tugas pengantar
hukum indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
TIM PENYUSUN..............................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................1
1 1. Latar Belakang Masalah.............................................................................1
1.2. Perumusan Masalah...................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan........................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................2
2.1. ruang lingkup hukum islam..........................................................................2
2.2. tujuan hukum islam......................................................................................2
2.3.ciri-ciri hukum islam.....................................................................................2
2.4.hukum islam dengan HAM...........................................................................2
BAB III
PENUTUP.........................................................................................................
3.1. kesimpulan..................................................................................................
3.2. daftar pustaka...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Hukum islam adalah suatu petaruran-peraturan agama islam yang harus di patuhi
oleh seorang muslim maupun muslimah,jika merela melanggar hukum
tersebut,mereka akan mendapatkan hukuman.
1.2.PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah pada
makalah ini adalah,bagaimana hukum islam secara rinci itu,dari ruang
lingkup,tujuan ciri ciri serta hubungan hukum islam dengan hak asasi manusia?
1.3 TUJUAN MAKALAH
Kalau kita pelajari seksama ketetapan allah dab ketentuan rasulnya yang terdapat
di dalam al-quran dan al-hadist kita dapat tau kebahagiaan hidup manusia di
dunia ini dan di akhirat kelak jalan mengambil segala yang bermanfaat dan
mencegah atau menolak yang mudarat.yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan
kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. RUANG LINGKUP HUKUM ISLAM
Jika membandingkan antara hukum islam bidang muamalah ini dengan hukum
barat yang membedakan antara hukum privat dengan hukum publik,maka sama dengan
hukum adat di indonesia ini.hukum islam tidak membedakan antara hukum perdata
dengan hukum publik.karena menurut sistem hukum islam pada hukum perdata terdapat
segi-segi publik dan pada hukum publik ada segi-segi perdatanya.
bagian-bagian hukum islam tidak di bedakan bagian bagianya seperti
munakahat,wirasah muamalat dalam ari khusus,jinayat.jika bagian-bagian hukum islam
itu di susun menurut sistematik hukum barat yang membedakan antara hukum perdata
dengan hukum publik seperti yang di ajarkan dalam pengantar hukum indonesia ,maka
huum muamalah dalam arti luas adalah sebagai berikut
Hukum perdata adalah munakahat mengatur segala sesuatu yang berhubungan
dengan perkawinan,perceraian serta akibat-akibatnya
Wirasah mengatur segala masalah yang berhubungan dengan pewaris,ahli
waris,harta peninggalan serta pembagian warisan.hukum kewarisan islam di sebut
dengan hukum faraid.
Muamalar dalam arti yang khusus,mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas
bemda,tata hubungan manusia dalam soal jual beli,sewa menyewa pinjam
meminjam dan perserikataan.
Hukum publik adalah jinayatyang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan
yang diancam dengan hukuman baik dalam jarimah hudud maupun dalam
jarimah tazir.yang dimaksud dengan jarimah adalah perbuatan pidana.jarimah
hudud adalah pernuatan pidana yang telah ditentukan bentuk dan batas
hukumannya dalam alquran dan sunnah nabi muhammad.sedangkan jarimah tazir
adalah perbuatan pidana yang bentuk dan ancaman hukumannya di tentukan oleh
penguasa sebagai pelajaran bagi pelakunya.
Jika bagian-bagian hukum islam dalam bidang muamalah dalam arti luas di atas
dibandingkan dengan susunan hukum barat yang seperti telah menjadi tradisi
diajarkan dalam pengantar hukum di indonesia maka
1. dapat disamakan dengan hukum perkawinan
2. dapat disamakan dengan hukum kewarisan
3. dapat disamakan dengan hukum benda,dan perjanjian,perdata khusus
4. dapat disamakan dengan hukum pidana
5. dapat disamakan dengan hukum tata negara dan administrasi negara
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas kita semua bisa menyimpulkan bahwa kerangka
agama islam yang terdiri dari tujuan hukum islam,tujuan hukum islam,ciri-ciri hukum
,serta hunumgan hukum dengan hak asasi manusia sangat penting untuk di pelajari
maupun di ilhami,karena hal tersebut merupakan salah satu hal awal dari terbentuknya
agama islam,jadi kita sebagai umat muslim yang sangat taat pada hukum islam,harus
mempelajari kerangka-kerangka tersebut
3.2.DAFTAR PUSTAKA
About Us
Contact Us
Redaksi
Privacy Policy
Disclaimer
Sitemap
Kirim Tulisan
Home
Islamiana
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Berita
o
o
o
Info
o
o
o
o
Artikel
o
o
o
Beasiswa Kemenag
Lowongan Dosen
Search...
Home Hukum dan Syariah Makalah Hukum Islam, Fiqih dan Syariah
Islam Cendekia Hukum dan Syariah
PENDAHULUAN
Ijtihad merupakan upaya untuk menggali suatu hukum yang sudah ada pada
zaman Rasulullah SAW. Hingga dalam perkembangannya, ijtihad dilakukan oleh
para sahabat, tabiin serta masa-masa selanjutnya hingga sekarang ini.
Meskipun pada periode tertentu apa yang kita kenal dengan masa taqlid, ijtihad
tidak diperbolehkan, tetapi pada masa periode tertentu pula (kebangkitan atau
pembaharuan), ijtihad mulai dibuka kembali. Karena tidak bisa dipungkiri, ijtihad
adalah suatu keharusan, untuk menanggapi tantangan kehidupan yang semakin
kompleks problematikanya.
Sekarang, banyak ditemui perbedaan-perbedaan madzab dalam hukum
Islam yang itu disebabkan dari ijtihad. Misalnya bisa dipetakan Islam
RUMUSAN MASALAH
1.
Pengertian ijtihad
2.
3.
Kriteria mujtahid
4.
Masalah taqlid
5.
Ittiba
6.
Talfiq
III.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian ijtihad
Ijtihad berasal dari kata jahada. Artinya mencurahkan segala kemampuan
atau menanggung beban kesulitan. Menurut bahasa, ijtihad adalah mencurahkan
semua kemampuan dalam segala perbuatan. Dalam ushul fiqh, para ulama
ushul fiqh mendefinisikan ijtihad secara berbeda-beda. Misalnya Imam asSyaukani mendefinisikan ijtihad adalah mencurahkan kemampuan guna
mendapatkan hukum syara yang bersifat operasional dengan cara istinbat
(mengambil kesimpulan hukum.[1]
Sementara
Imam
al-Amidi
mengatakan
bahwa
ijtihad
adalah
Sehingga
Imam
Syaukani
memberi
komentar
bahwa
untuk
menetapkan
hukum
syara
dengan
jalan
istinbat
Pengertian hukum
Hukum Islam adalah sistem hukum yang bersumber dari wahyu agama,
sehingga istilah hukum Islam mencerminkan konsep yang jauh berbeda jika
dibandingkan dengan konsep, sifat dan fungsi hukum biasa. Seperti lazim
diartikan agama adalah suasana spiritual dari kemanusiaan yang lebih tinggi dan
tidak bisa disamakan dengan hukum. Sebab hukum dalam pengertian biasa
hanya menyangkut soal keduniaan semata.[5] Sedangkan Joseph Schacht
mengartikan hukum Islam sebagai totalitas perintah Allah yang mengatur
kehidupan umat Islam dalam keseluruhan aspek menyangkut penyembahan dan
ritual, politik dan hukum.[6]
yang diambil dari syariat yang pada dasarnya digunakan sebagai landasan
hukum.[8]
Adapun spesifikasi dari macam-macam hukum Islam, fuqaha memberi
formulasi di antaranya wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah.
a.
Wajib
Ulama memberikan banyak pengertian mengenainya, antara lain suatu
ketentuan agama yang harus dikerjakan kalau tidak berdosa. Atau Suatu
ketentuan jika ditinggalkan mendapat adzab. Contoh, Shalat subuh hukumnya
wajib, yakni suatu ketentuan dari agama yang harus dikerjakan, jika tidak
berdosalah ia. Alasan yang dipakai untuk menetapkan pengertian diatas adalah
atas dasar firman Allah swt: Dirikanlah shalat dari tergelincir matahari sampai
malam telah gelap dan bacalah Al Quran di waktu Fajar, sesungguhnya
membaca Al Quran di waktu Fajar disaksikan (dihadiri oleh Malaikat yang
bertugas di malam hari dan yang bertugas di siang hari).
b.
Sunnah
Suatu perbuatan jika dikerjakan akan mendapat pahala, dan jika ditinggalkan
tidak berdosa. Atau bisa anda katakan sebagai suatu perbuatan yang diminta
oleh syari tetapi tidak wajib, dan meninggalkannya tidak berdosa.
c.
Haram
Suatu ketentuan larangan dari agama yang tidak boleh dikerjakan. Kalau orang
melanggarnya, berdosalah orang itu.
d.
Makruh
Arti makruh secara bahasa adalah dibenci. Suatu ketentuan larangan yang lebih
baik tidak dikerjakan dari pada dilakukan. Atau meninggalkannya lebih baik dari
pada melakukannya.
e.
Mubah
Arti mubah itu adalah dibolehkan atau sering kali juga disebut halal. Satu
perbuatan
yang
tidak
ada
ganjaran
atau
siksaan
bagi
orang
yang
3.
Kriteria mujtahid
Seseorang yang menggeluti bidang fiqh tidak bisa sampai ke tingkat
mujtahid kecuali dengan memenuhi beberapa syarat, sebagian persyaratan itu
ada yang telah disepakati, dan sebagian yang lain masih diperdebatkan. Adapun
syarat-syarat yang telah disepakati adalah:
a.
Mengetahui al-Quran
Al-Quran adalh sumber hukum Islam primer di mana sebagai fondasi dasar
hukum Islam. Oleh karena itu, seorang mujtahid harus mengetahui al-Quran
secara mendalam. Barangsiapa yang tidak mengerti al-Quran sudah tentu ia
tidak mengerti syariat Islam secara utuh. Mengerti al-Quran tidak cukup dengan
piawai membaca, tetapi juga bisa melihat bagaimana al-Quran memberi
cakupan terhadap ayat-ayat hukum. Misalnya al-Ghazali memberi syarat
seorang mujtahid harus tahu ayat-ayat ahkam berjumlah sekitar 500 ayat.
as-Syatibi
dalam
bukunya
al-Muwafaqaat
mengatakan
bahwa
mengetahui sebab turunnya ayat adalah suatu keharusan bagi orang yang
hendak memahami al-Quran. Pertama, suatu pembicaraan akan berbeda
pengertiannya menurut perbedaan keadaan. Kedua, tidak mengetahui sebab
turunnya ayat bisa menyeret dalam keraguan dan kesulitan dan juga bisa
membawa pada pemahaman global terhadap nash yang bersifat lahir sehingga
sering menimbulkan perselisihan.[9]
- Mengetahui nasikh dan mansukh
Pada dasarnya hal ini bertujuan untuk menghindari agar jangan sampai
berdalih menguatkan suatu hukum dengan ayat yang sebenarnya telah
dinasikhkan dan tidak bisa dipergunakan untuk dalil.
b.
Mengetahui as-sunnah
c.
d.
f.
g.
h.
i.
4.
Taqlid
Dalam bahasa yang sederhana, taqlid adalah sebuah masa atau tindakan
di mana ijtihad dilarang untuk dilakukan. Dan pada masa ini lebih memberikan
membawa
peristiwa
yang
menimbulkan
masalah
baru
yang
membutuhkan hukum.
5.
Ittiba
Menurut ulama ushul, ittiba adalah mengikuti atau menuruti semua yang
diperintahkan, yang dilarang, dan dibenarkan Rasulullah SAW. Dengan kata lain
ialah melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam sesuai dengan yang dikerjakan
Nabi Muhammad SAW. Definisi lainnya, ittiba ialah menerima pendapat
seseorang sedangkan yang menerima itu mengetahui dari mana atau asal
pendapat itu. Ittiba ditetapkan berdasarkan hujjah atau nash. Ittiba adalah lawan
taqlid.
Ulama berbeda pendapat, ada yang membolehkan ada yang tidak
membolehkan. Imam Ahmad bin Hanbal menyatakan bahwa ittiba itu hanya
dibolehkan kepada Allah, Rasul, dan para sahabat saja, tidak boleh kepada yang
lain. Pendapat yang lain membolehkan berittiba kepada para ulama yang dapat
dikatagorikan sebagai ulama waratsatul anbiyaa (ulama pewaris para Nabi).[10]
6.
Talfiq
Menurut istilah, talfiq ialah mengambil atau mengikuti hukum dari suatu
peristiwa atau kejadian dengan mengambilnya dari berbagai macam madzhab.
Contoh nikah tanpa wali dan saksi adalah sah asal ada iklan atau pengumuman.
Menurut madzhab Hanafi, sah nikah tanpa wali, sedangkan menurut madzhab
Maliki, sah akad nikah tanpa saksi.
Pada
dasarnya
talfiq
dibolehkan
dalam
agama,
selama
tujuan
KESIMPULAN
Ijtihad adalah sebuah usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh
dengan berbagai metode yang diterapkan beserta syarat-syarat yang telah
ditentukan untuk menggali dan mengetahui hukum Islam untuk kemudian
diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan ijtihad dilakukan
adalah upaya pemenuhan kebutuhan akan hukum karena permasalahan
manusia semakin hari semakin kompleks di mana membutuhkan hukum Islam
sebagai solusi terhadap problematika tersebut. Jenis-jenis ijtihad adalah ijma,
qiyas, istiqsan, maslahah mursalah, istishab, syaru man qoblana, urf, dan lain
sebagainya.
V.
PENUTUP
Demikian makalah ijtihad dalam mata kuliah Ushul Fiqh II yang diampu oleh
bapak Musahadi HAM, yang tentunya masih jauh dari kesempurnaan.
Pemakalah sadar bahwa ini merupakan proses dalam menempuh pembelajaran,
untuk itu pemakalah mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah saya. Harapan pemakalah semoga makalah ini dapat
dijadikan suatu ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Amien.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukti, Ijtihad dalam Pandangan Muhammad Abduh, Ahmad Dakhlan, dan
Muhammad Iqbal, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990
Basyir, Ahmad Azhar, dkk, Ijtihad dalam Sorotan, Bandung: Penerbit Mizan, 1988
Lismanto dalam Pembaharuan Hukum Islam Berbasis Tradisi: Upaya Meneguhkan
Universalitas Islam dalam Bingkai Kearifan Lokal
Qardawi,Yusuf, Ijtihad dalam Syariat Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1987
Ramadan, Said, Islamic Law, Its Scope and Equity, alih bahasa Badri Saleh dengan
judul Keunikan dan Keistimewaan Hukum Islam (Jakarta: Firdaus, 1991)
Schacht, Joseph, An Introduction To Islamic Law (Oxford: The Clarendon Press,
1971)
Syafei, Rachmat dalam Ilmu Ushul Fiqih
Zuhri, Saifudin, Ushul Fiqh: Akal Sebagai Sumber Hukum Islam, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009
[1] Irsyad al-Fuhul dalam Yusuf Qardawi, Ijtihad dalam Syariat Islam, Jakarta: PT
Bulan Bintang, 1987, hal. 2.
[2] Al-Amidi, al-ihkam fi ushul al-ahkam, dalam Yusuf Qardawi, Ijtihad dalam
Syariat Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1987, hal. 2.
[3] Ibid, hal. 5
[4] Rachmat Syafei, Ilmu Ushul Fiqih
[5] Said Ramadan, Islamic Law, Its Scope and Equity, alih bahasa Badri Saleh
dengan judul Keunikan dan Keistimewaan Hukum Islam (Jakarta: Firdaus, 1991),
hal. 7.