BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan
pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal dan eksternal) disertai
dengan suatu pengurangan, berlebih-lebihan, distorsi atau kelainan respon terhadap stimulus
(Townsend, 1995).
Halusinasi adalah perasaan yang salah yang tidak diikuti dengan stimulus ekternal yang nyata
dapat meliputi lima perasaan Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa halusinasi adalah
keadaan dimana seseorang mengalami persepsi yang salah dari lima perasaan, merasa ada
stimulus padahal sebenarnya tidak ada stimulus yang nyata.
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi (Stuart dan Sundeen, 1995).
1) Biologis
(a) Hambatan perkembangan korteks frontal, temporal, limbic, seska yang mungkin timbul
adalah hambatan belajar, berbicara, daya ingat dan mungkin muncul perilaku yang menarik
diri/kekerasan.
(b) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada pranatal, perinatal, neunatus dan kanakkanak.
2) Psikologis
( a) Ibu/pengasuh yang cemas, over protektif dengan tidak sensitive
(b) Pola asuh yang tidak adekuat
(c) Koping menghadapi stress yang tidak konstruktif
(d) Ketidak mampuan menggapai cinta
b. Faktor presipitasi.
Adanya rangsangan lingkungan yang sering, sebagai pencetus yaitu kurangnya partisipasi
pasien dalam kelompok, dimana sepi (isolasi) suasana tersebut dapat menimbulkan stress dan
kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat haludinogenik. Berbagai stressor dapat
menyebabkan timbulnya halusinasi. Hubungan interpersonal masalah psikososial dapat
meningkatkan cemas dan stress serta akhirnya timbul halusinasi.
3. Proses Terjadinya Halusinasi
Halusinasi terjadi karena persepsi pasien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
artinya pasien menginterpertasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus atau rangsangan dari luar
(eksternal).
Menurut Stuart, Sundeen, 1998; Tingkat Halusinasi dalam empat tahap sebagai berikut ;
a. Tahap I :
Secara umum bersifat menyenangkan, memberi rasa aman, tingkat
kecemasan sedang, karakteristik :
1) Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.,
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan rasa cemas.,
3) Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam control kesadaran.,
4) Non psikotik.
b. Tahap II
Menyalahkan, kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipati dengan karakteristik :
1) Pengalaman sensori menakutkan.,
2) Mulai merasa kehilangan kontrol dan pasien takut bila ada orang mendengar,
3) Merasa dilecehkan
4) Menarik diri
c. Tahap III
Mengontrol tingkat kecemasan berat, pengalaman sensori tidak dapat ditolak lagi,
karakteristik ;
Perilaku Sesuai
Berhubungan sosial Distorsi pikiran
Ilusi
Reaksi emosi berlebihan atau kurang
Perilaku aneh/tidak biasa
Menarik diri Gangguan piker/delusi Halusinasi
Sulit berespon emosi
Perilaku disorganisasi
Isolasi sosial
Stuart & Sundeen, 1988
Gambar. 1
RENTANG RESPONS HALUSINASI
Halusinasi merupakan salah satu respons maladaptive individu yang berada dalam rentang
respon neurobiology (Stuart, Sundeen, 2001). Ini merupakan respon persepsi paling maladaptive.
Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran, pemglihatan,
penghirupan, pengecapan dan perabaan), klien dengan halusinasi mempresepsikan suatu
stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.
Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami
kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya.
B. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
Proses keperawatan merupakan sarana/wahana kerja sama perawat dan pasien umumnya
pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran pasien. Namun pada proses sampai akhir
diharapkan peran pasien lebih besar dari perawat sehingga kemandirian pasien dapat tercapai.
(Keliat, 1999)
Proses keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan jiwa mungkin merupakan
tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa tidak dapat dilihat langsung seperti pada
masalah kesehatan fisik, memperlihatkan gejala yang berbeda dan muncul oleh berbagai banyak
penyebab. Kejadian masa lalu yang sama dengan masa saat ini, tetapi muncul gejala yang
berbeda. Banyak pasien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan masalahnya
bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dan kontra indikasi (Keliat, 1999).
Oleh karena itu hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien merupakan dasar
utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa sehingga
diharapkan klien/pasien dapat mengeluarkan perasaan yang sedang terjadi.
Langkah-langkah dalam keperawatan jiwa terdiri dari lima langkah antara lain :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang terdiri atas
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah pasien. (Keliat, 1999)
a. Pengumpulan Data
Untuk menjaring data diperlukan format pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian. Isi
pengkajian meliputi : Identitas pasien, Alasan masuk Rumah sakit, Faktor predisposisi,
Pemeriksaan Fisik, Psikososial, Status mental, Kebutuhan persiapan pulang, Mekanisme koping,
Masalah psikososial dan lingkungan, Pengetahuan, Aspek medik, Khusus untuk pasien dengan
masalah perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran adalah sebagai berikut ;
1) Berbicara, senyum, tertawa sendiri,
2) Mengatakan mendengar sesuatu suara,
3) Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkunga,
4). Tidak membedakan hal yang nyata dan tidak.
5). Tidak dapat memusatkan perhatian,
6(. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal,
7). Sikap curiga dan bermusuhan,
8). Menarik diri menghindar dari orang lain,
9). Sulit membuat keputusan,
10). Ketakutan,
11). Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri,
12). Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
b. Rumusan Masalah
Umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon
masalah (Fasid, 1983 dalam Keliat, 1999). Agar penentuan pohon masalah di pahami dengan
jelas, penting untuk diperhatikan tiga komponen utama yaitu penyebab (kausa), masalah utama
(core problem) dan akibat (effect).
c. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri
dan orang lain