1 http://www.vsi.esdm.go.id/
2 Hasil diskusi dengan kepala cabang Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi, Pos Pengamatan Gunung Api Bromo (12/6/2015)
Sepanjang sejarah, karakter erupsi gunung bromo bersifat efusif dan eksplosif dari
kawah pusat, setiap kali erupsi menyemburkan abu, pasir, lapilli, dan kadang-kadang
melontarkan bongkah lava dan bom vulkanik, kecuali pada kegiatan 1980, pada dasar
kawah terbentuk sumbat lava.
Kegiatan G. Bromo pada saat ini umumnya berupa hembusan asap putih tipis hingga
putih tebal dengan ketinggian sekitar 50 m hingga 100 m dari bibir kawah dengan arah
hembusan umumnya berarah Barat dan Baratlaut. Kondisi hembusan asap G. Bromo
biasanya meningkat ketika terjadi curah hujan yang tinggi. Hal ini juga berhubungan dengan
karakteristik letusannya yang berupa letusan freatik yang merupakan hasil kontak antara
magma dengan sistem hidrothermal di tempat tersebut.
Periode erupsi dapat berlangsung pendek yaitu beberapa hari saja (12 - 14 Juni
1860) , tetapi dapat pula berlangsung satu bulan atau lebih secara terus menerus. Interval
erupsi gunungapi Bromo tidak menentu yaitu masa istirahat terpendek kurang dari satu
tahun sedangkan masa istirahat terpanjang 16 tahun.
3
Selama 2 dekade terakhir ini G. Bromo telah meletus sebanyak 3 kali, yaitu tahun
1995, 2000, dan 2004. Interval letusan berkisar pada 4 - 5 tahun. Letusan terakhir G. Bromo
ini umumnya berupa letusan abu dengan tinggi berkisar 300 - 3000 m yang berlangsung
singkat atau terkadang berlangsung beberapa hari dengan lemparan material bisa mencapai
radius 300 - 600 m dari pusat kawah. Letusan G. Bromo ini umumnya menyebabkan
terjadinya hujan abu di daerah sekitar G. Bromo yang pada akhirnya akan membentuk suatu
lapisan ash di daerah sekitar. 4
4.2 Kajian Dasar Geologi Batuan Piroklastik Bromo
Dimana secara umum jenis batuan piroklastik dapat diklasifikasi sebagaimana bagan di
atas. Batuan dengan ukuran yang besar >64 mm dapat membentuk batuan (1) Tuffa
aglomerat (2) Tuffa Breksia (3) Tuffa Breksia-Agglomerate. Adapun ketiga batuan tersebut
dapat terbentuk dalam formasi Blocks dan Bombs. Adapun untuk klasifikasi material batuan
Lapilli dan Ash (Debu) dapat dilihat dalam tabel berikut:
oleh aktifitas volkanik. Aliran piroklastik melibatkan semua aliran pekat yang dihasilkan oleh
letusan atau guguran lava baik besar maupun kecil.
Dalam kasus gunung bromo, batuan yang dihasilkan dari jenis piroklastik jatuhan ini
adalah batuan-batuan Breksi, Skoria, dan juga ditemukan batuan Pumice di beberapa titik
penelusuran. Persebaran batuan-batuan tersebut di atas terjadi secara merata. Namun,
terpisan dengan jarak yang cukup jauh (minimal 10 meter) dan dalam bentuk fragmen
Blocks dan Bomb.
4.2.3.2 Piroklastik Aliran & Surging
Piroklastik aliran adalah aliran panas dengan konsentrasi tinggi, debt permukaan,
mudah bergerak, berupa gas dan partikel terdispersi yang dihasilkan oleh erupsi
volkanik. Piroklastik ini terbentuk aibat adanya aliran densitas partikel-partikel dan gas
dalam keadaan panas yang dihasilkan oleh aktifitas volkanik. Aliran piroklastik melibatkan
semua aliran pekat yang dihasilkan oleh letusan atau guguran lava baik besar maupun kecil.
Batuan piroklastik hasil surging biasanya memiliki sortasi sedang. Namun, pada batuan hasil
fall/aliran batuan cenderung memiliki sortasi buruk dan terkonsentrasi di lebmah gunung
bromo, dan strukturnya welded dan ignimbrite (kompak).
4.5 Pembentukan Kolom Stratigrafi
Gambar 1 Lapisan yang kami identifikasi dalam bentuk kolong stratigrafi. Penjelasan lebih lanjut lihat Tabel
Dibawah
ASH
LAP
ILI
Kolom Stratigraf
BOM Strike/ Struk
B
Dip
tur
N67
E/48
Deskripsi
Ash hingga
kedalaman
25
=
-
Lapilisone
dari
kedalaman
25-40
Ashdari
kedalaman
40 - 50
Lapilisone
dari
kedalaman
50-90
=
-
Ash dari
kedalaman
90-100
Ash Tuf
dari
kedalaman
110-140
Pada kolom struktu tanda garis dua (=) menyatakan tidak ditemukan laminasi lapisan.
Adapun pada kolom struktur tiga garis (=_) berarti pada lapisan tersebut ditemukan adanya
laminasi lapisan.