Persiapan Preanastesi Operasi Monitoring Selama Dan Pasca Operasi 2
Persiapan Preanastesi Operasi Monitoring Selama Dan Pasca Operasi 2
Persiapan praanastesia
Langkah lanjut dari hasil evaluasi pra
operatif khususnya anestesia dan
reanimasi untuk mempersiapkan
pasien, baik psikis maupun fisik
pasien agar pasien siap dan optimal
untuk menjalani prosedur anestesia
dan diagnostik atau pembedahan
yang akan direncanakan
4 jam
2 jam
6-36 bulan
6 jam
3 jam
>36 bulan
8 jam
3 jam
Persiapan di ruang
perawatan
1. Psikis
Berikan penjelasan perihal rencana
anastesi dan pembedahan yang
direncanakan sehingga pasien dan
keluarganya bisa tenang
Berikan obat sedatif pada pasien yang
stres berlebihan /tidak
kooperatif(pasien pediatrik)
2. Fisik
Premedikasi
adalah tindakan pemberian obat-obatan
pendahuluan dalam rangka pelaksanaan
anastesia, dengan tujuan:
Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien
( hilangkan rasa cemas, memberi
ketenangan, membuat amnesia,bebas
nyeri,cegah mual muntah)
Memudahkan dan memperlancar induksi
Mengurangi dosis obat anestesia
Menekan reflek yang tidak diinginkan
Menekan dan mengurangi sekresi kelenjar
Dosis dewasa
5-10 mg
0,1-0,2
mg/kgbb
1 mg/kgbb
1 mg/kgbb
promethazin
Analgetik opiat
petidin
fentanil
morfin
Analgetik non
opiat
Antikholinergik
sulfas
atropin
1-2 mg/kgbb
0,1-0,2
mg/kgbb
1-2 g/kgbb
disesuaikan
0,1 mg/kgbb
Jenis obat
Dosis dewasa
Antiemetik
ondansentron
4-8 mg(iv)
10 mg (iv)
metoklopramid
Profilaksis
aspirasi
ranitidin
cimetidin
antasid
Dosis
disesuaikan
Pemberian premedikasi:
im: diberikan 30-45 menit sebelum induksi
anastesi
iv: diberikan 5-10 menit sebelum induksi
anastesi
Komposisi, dosis obat cara pemberiannya
ditentukan Dokter Spesialis Anastesiologi
yang disesuaikan dengan masalah yang
dijumpai pada pasien.
Pemasangan infus
Tujuan:
Mengganti defisit cairan selama puasa
Koreksi defisit cairan (puasa prabedah, selama
operasi)
Memasukkan obat-obatan selama operasi
Fasilitas transfusi darah
Monitoring
Intra operatif
Tujuan: untuk meningkatkan kualitas
penatalaksanaan pasien.
Pada keadaan gawat darurat, bantuan
kehidupan lebih diutamakan
Standar II
Selama pemberian anestesia/analgesia,
jalan napas, oksigenasi, ventilasi dan
sirkulasi pasien harus dievaluasi secara
teratur dan sering bahkan pada kasuskasus tertentu dilakukan secara
kontinyu
Jalan nafas
Tujuan: untuk mempertahankan
keutuhan jalan napas
Cara: jalan nafas selama anastesi baik
dengan teknik sungkup maupun intubasi
trakea dipantau secara ketat dan
kontinyu.
Oksigenasi
Tujuan : untuk memastikan kadar zat
asam didalam udara / gas inspirasi dan
didalam darah. Hal ini dilakukan
terutama pada anestesia inhalasi.
Caranya:
Memeriksa kadar oksigenasi gas inspirasi,
dilakukan dengan mempergunakan alat
pulse oxymeter yang mempunyai alarm
batas minimum dan maksimum
Vetilasi
Tujuan: untuk memantau keadekuatan
ventilasi
Caranya:
Diagnostik fisik, dilakukan secara kualitatif
dengan mengawasi gerak naik turunnya
dada, gerak kembang kempisnya kantong
reservoar atau auskultasi suara nafas.
Sirkulasi
Tujuan: untuk memastikan fungsi
sirkulasi pasien adekuat
Caranya:
Menghitung denyut nadi secara teratur dan
sering dengan stetoskop prekordial(pada
bayi dan anak) atau secara manual pada
orang dewasa
Suhu tubuh
Tujuan: untuk mempertahankan suhu
tubuh
Caranya: apabila dicurigai atau
diperkirakan akan atau ada, maka suhu
tubuh harus diukur secara kontinyu
pada daerahsentral tubuh melalu
esofagus atau rektum dengan
termometer khusus yang dihibungkan
dengan alat pantau yang mampu
menayangkan secara kontinyu.
Pasca operasi
Pasca anestesia merupakan periode
kritis, yang segera dimulai setelah
pembedahan dan anestesia diakhiri
sampai pasien pulih dari pengaruh
anestesia
Kelompok II
Sebagian besar pasien pasca anestesia/bedah
termasuk kelompok ini.
Tujuan perawatan pasca anestesia/bedah adalah
menjamin agar pasien secepatnya mampu menjaga
keadekuatan respirasinya
Kelompok III
Pasien yang menjalani operasi kecil, singkat dan
rawat jalan. Pasien pada kelompok ini bukan hanya
fungsi respirasinya adekuat tetapi harus bebas dari
rasa ngantuk, ataksia, nyeri dan kelemahan otot,
sehingga pasien bisa kembali pulang.
Ruang pulih
Ruangan khusus pasca anestesi/bedah
yang berada dikompleks kamar operasi
yang dilengkapi dengan tempat tidur
khusus, alat pantau, alat/resusitasi dan
gawat darurat serta disupervisi oleh
Dokter Spesialis Anestesiologi dan
Spesialis Bedah
Kesadaran
Respirasi
Sirkulasi
saluran kencing
Fungsi saluran cerna
Aktivitas motorik
Suhu tubuh
Masalah nyeri
Posisi
Pemantauan pasca
anestesia dan
kriteria
pengeluaran
Kesadaran
Salah satu masalah yang sering dihadapi adalah
pemanjangan pemulihan kesadaran, diusahakan
memantau tanda vital yang lain dan
mempertahankan fungsinya agar tetap adekuat
Pasien yang belum sadar tidak merasakan adanya
tekanan , jepitan rangsangan pada anggota gerak
, mata atau pada kulitnya sehingga mudah
mengalami cedera, oleh karena itu posisi pasien
diatur sedemikian rupa , mata ditutup dengan
plester atau kasa yang basah sehingga terhindar
dari cedera sekunder
Respirasi
Parameter respirasi yang harus dinilai
pasca anestesia, adalah:
parameter
Suara nafas paru
Frekuensi nafas
Irama nafas
Volume tidal
Kapasitas vital
Inspirasi paksa
PaO2 pada FiO2
30 %
Normal
Sama pada kedua
paru
10-35 x/menit
Teratur
Minimal 4-5
ml/kgbb
20-40 ml/kgbb
-40 cmH2O
100 mmHg
Penanggulangannya disesuaikan
dengan penyebabnya:
Tanpa alat
Dengan alat
Tiga langkah jalan
Pipa oro/nasofaring
nafas
Posisi miring stabil
Pipa orotrakea
Sapuan pada rongga
Alat isap
mulut
Atau kalau
diperlukan bronkoskopi atau
trakeostomi
Depresi nafas
Depresi
sentral
Depresi perifer
Sirkulasi
Parameter hemodinamik yang perlu diperhatikan
Tekanan darah
Normal : 90/50-160/100
Hipertensi pasca bedah:
nyeri,hipoksia,hiperkarbia
, vasopresor, kelebihan
cairan, hipertensi yang
diderita pra bedah
Hipotensi/syokpasca bedah:
perdarahan, defisit
cairan, depresi otot
jantung,dilatasi pembuluh
darah yang berlebihan
Denyut jantung
Normal: 55-120 x/menit,
dengan irama teratur
Takikardia pasca
bedah:hipoksia,obat
simpatomimetik, demam ,
nyeri
Bradikardi: blok
subarakhnoid, hipoksia(pada
bayi), refleks vagal
Disaritmia diketahui dari EKG:
hipoksia
Aktivitas motorik
Pada penggunaan obat pelumpuh otot,
berhubungan erat dengan fungsi
respirasi. Karena ditakutkan efek sisa
pelumpuh otot menimbulkan
hipoventilasi
Petunjuk sederhana untuk menilai
pemulihan otot yaitu dari kemampuan
pasien membuka mata atau
kemampuan menggerakkan anggota
gerak terutama pada pasien menjelang
Suhu tubuh
Hipotermi, terutama pada pasien
bayi/anak dan usia tua
Penyebab hipotermi dikamar operasi:
suhu kamar operasi yang dingin,
penggunaan disinfektan, cairan infus
dan transfusi darah, cairan pencuci
rongga-rongga pada daerha operasi,
kondisi pasien, penggunaan halotan
sebagai obat anestesia
Hipertermi
Hal yang bisa menimbulkan hipertermi:
septikemia(infeksi prabedah),
penggunaan obat-obatan(atropin,
suksinil kholin,halotan
Usaha penanggulangannya: dinginkan
secara konduksi dengan es,infus dengan
cairan infus dingin, oksigenasi kuat,
antibiotik(bila diduga sepsis), rawat di
Unit Terapi Intensif bila dianggap perlu.
Masalah nyeri
Intensitas nyeri dinilai denganvisual analog
scale (VAS) dengan rentang nilai dari 1-10
yang dibagi menjadi:
1. Nyeri ringan ada pada skala 1-3
2. Nyeri sedang ada pada skala 4-7
3. Nyeri berat ada pada skala 8-10
Posisi
Posisi pasien penting
untuk mencegah
kemungkinan :
Sumbatan jalan
nafas,pada pasien belum
sadar
Tertindihnya satu bagian
anggota tubuh
Terjadi dislokasi sendisendi anggota gerak
Hipotensi, pada pasien
dengan analgesia regional
Gangguan kelancaran
aliran infus
Obye Kriteria
k
Nil
ai
Aktivita
s
Mampu
menggerakkan ke 4
ekstremitas
Mempu
menggerkkan ke 2
ekstremitas
Tidak mampu
menggerakkan
ekstremitas
Berubah sampai
20% dari pra bedah
Berubah sampai 2050%
Respira
si
Tekanan
darah
1
0
1
0
1
0
Obye
k
Kriteria
Nila
i
kesadara
n
2
1
0
2
Warna
Kemerahan
1
kulit
Pucat agak suram
0
sianosispada: saat masuk,
Penilaian dilakukan
setiap 5 menit sampai tercapai nilai total
10. Nilai untuk pengiriman pasien adalah
10