Penyakit lambung yang sering ditemukan adalah gastritis akut dan menahun. Namun
penyakit lambung yang lebih parah juga bisa ditemukan seperti ulkus peptikum dan karsinoma
lambung. Prinsip diet pada pada penyakit lambung bersifat ad libitum yang artinya adalah bahwa
diet lambung dilakukan berdasarkan kehendak pasien. Umumnya, diet lambung bersifat
menghindari makanan yang merangsang dan menimbulkan gas, makanan yang sulit dicerna dan
makanan yang terlalu panas dan dingin.
Diet lambung juga dapat diterapkan pada penderita ulkus peptikum lainnya seperti ulkus
duodeni pada penderita penyakit usus halus sindrom malabsorpsi, short bowel syndrome dan
bahkan pada gastroenteritis yang akut. Tujuan diet lambung adalah (1) mengurangi sekresi asam
lambung (2) menghilangkan zat-zat yang merangsang (iritan) dalam makanan dan minuman dan
(3) meningkatkan kesembuhan.
Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang
tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambungg yang
berlebihan.
Syarat Diet
Lemak rendah, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara
bertahaphingga sesuai dengan kebutuhan.
Rendah serat, terutama serat yang tadak larut air yang ditingkatkan secara bertahap.
Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis,
mekanis, ,maupun kimia (dusesuaikan dengan daya terima perorangan)
Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa; umumnya tidak dianjurkan minum
susu terlalu banyak.
Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk memberi
istirahat pada lambung.
Diit Lambung I
Diet lambung ini diberikan kepada pasien gastritis akut, ulkus peptikum, paska
perdarahan, dan tifus abdominalis berat.
Makanan diberikan dalam bentuk saring dan merupakan perpindahan dari Diet pasca
hematemesis-melena, atau setelah fase akut teratasi.
Makanan diberikan setiap 3 jam selama 1-2 hari saja karena membosankan serta kurang
energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C.
Diet Lambung II
Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, kepada pasien dengan ulkus
peptikum atau gastritis kronis dan tifus abdominalis ringan.
Makanan berbebtuk lunak, porsi kecil serta diberikan berupa 3 kali makanan lengkap dan 2-3
kali makanan selingan.
Makanan ini cukup energi, protein, vitamin C, tetapi kurang toamin.
Definisi
hepar dan terletak di submukosa esofagus bagian distal dan lambung proksimal.
Epidemiologi : Mengenai 10-20% dari populasi keseluruhan, terjadi 3:2 kali Pria : wanita dan
hampir setengah dari pasien memiliki riwayat keluarga penderita varises.
Etiologi
Gejala Klinis :
1. Perdarahan masif : Hematemesis dan Melena
2. Syok Hipovolemik
Tanda Penting :
1. Ikterusp
2. Asites
3. Splenomegali dan Hepatomegali
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Laboratorium :
Tes fungsi hati
Pemeriksaan Radiologi
Rontgenologik
Endoskopi atau esofagoskopi
Penatalaksanaan
Medika mentosa
dimasukkan dalam
sengstaken Blackmore
2. Menggantikan darah yang hilang dengan transfusi darah secukupnya dengan segera
3. Terapi Pembedahan :
- Porta-caval shunt
- Ligasi varises esofagus
- Reseksi esofagus dengan cara ligasi
Komplikasi
-
Pneumonia Aspirasi
Asfiksi
Ensefelopati