Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KEGIATAN

LAPORAN PORTOFOLIO
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DENGAN MASTOIDITIS

Disusun oleh:
dr. IKE PRAMASTUTI

Pembimbing :
dr. RETNANING

INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RSUD TEMANGGUNG
PERIODE JUNI 2014 MEI 2015

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Portofolio

Topik : Otitis media Supuratif Kronis dengan Mastoiditis

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internship sekaligus
sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia di
RSUD Temanggung

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal

Desember 2014

Mengetahui,
Dokter Internsip,

Dokter Pendamping

dr. Ike Pramastuti

dr. Retnaning

ii

BORANG PORTOFOLIO
Nama Peserta :
Nama Wahana :
Topik :
Tanggal (kasus) :
Nama Pasien :
Tanggal Presentasi :
Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Diagnostik
Neonatus
Bayi
Deskripsi :
Pasien

dr. Ike Pramastuti


RSUD Temanggung
Otitis Media Supuratif Kronis dengan Mastoiditis
25 November 2014
An. AZ
No. RM :
180056
Pendamping :
dr. Retnaning
RSUD Temanggung
Keterampilan
Manajemen
Anak (THT)
Lansia
datang bersama orangtua ke

Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Masalah
Istimewa
Dewasa
Remaja
Bumil
IGD RSUD Temanggung karena nyeri

pada telinga kiri, terutama bagian dalam dan belakang telinga. Nyeri dirasakan sejak
4 hari sebelum masuk rumah sakit dan dirasakan semakin memberat. Pasien juga
mengeluh adanya benjolan pada belakang telinga kiri. Pasien mengeluh keluar cairan
dari liang telinga kiri sejak 3 minggu yang lalu. Cairan berwarna putih, kental, dan
berbau. Pasien merasakan pendengaran telinga kirinya berkurang semenjak keluar
cairan tersebut. Telinga berdenging (-), merasa tubuh atau lingkungan berputar (-).
Pasien saat ini tidak mengeluh pilek, hidung tersumbat, mimisan, nyeri daerah
wajah, ataupun sakit tenggorokan. Demam (-). Sebelumnya pasien memiliki riwayat
Tujuan :

sering batu pilek lama. Pasien sebelumnya belum pernah berobat ke dokter.
Menganalisa etiologi timbulnya manifestasi klinis pada pasien.
Menganalisa perjalanan penyakit.
Menentukan diagnosa dan penanganan yang tepat.

Memberikan edukasi tentang penyakit pada pasien dan keluarga.


Bahan Bahasan :
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Cara Membahas :
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
An. AZ / 8 tahun/
Data Pasien :

Masuk RS tanggal 25 November

2014
Nama Klinik : Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :

Telp : -

Otitis Media Supuratif Kronis dengan mastoiditis sinistra


Nyeri telinga kiri
Benjolan di belaakang telinga kiri

No. Registrasi : 180056


Terdaftar sejak :-

Keluar cairan putih kental dari liang telinga kiri


Pendengaran teling kiri berkurang
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Pasien belum pernah berobat ke rumah sakit/puskesmas/dokter atas keluhan tersebut.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
Pasien memiliki riwayat batuk pilek lama
Pasien memiliki riwayat sakit telinga berupa keluar cairan sejak tiga minggu lalu dan belum
berobat
4. Riwayat Keluarga : R. Sakit Serupa : disangkal
R. Alergi
: disangkal
5. Riwayat Pekerjaan : -.

6. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
Keadaan umum : baik
Kesadaran

: Composmentis, E4V5M6

Berat badan

: 25 kg

Tekanan Darah : 90/60 mmHg


Nadi

: 92x/menit

Frekuensi Nafas : 22x/menit


Suhu
Kepala
Mata

: 36,0C
:
:

Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, mudah rontok (-)


Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan
subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter (3 mm/3 mm), reflek

Telinga

cahaya (+/+), edema palpebra (-/-)


Daun telinga Benjolan (-), hiperemis (-). Membran timpani intak, sekret

Hidung
Mulut

:
:

(-), darah (-), nyeri tekan mastoid (+), nyeri tekan tragus (+)
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi penghidu baik
Sianosis (-), gusi berdarah (-), bibir kering (-), pucat (-)
Tonsil T2-T2, hiperemis (-), kripte melebar (-), detritus (-) Dinding

Tenggorokan
Leher

:
:

posterior faring hiperemis (-), post nasal drip (-)


Trakea di tengah, simetris, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran

Thorax

limfonodi cervical (-), leher kaku (-)


Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi
intercostal (-), spider nevi (-), sela iga melebar (-), pembesaran KGB
axilla (-/-)

Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

:
:
:

Iktus kordis tidak tampak


Iktus kordis tidak kuat angkat
Batas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dekstra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC IV 2 cm medial linea medioklavicularis
sinistra

--

--

--

--

Auskultasi

Simpulan : konfigurasi jantung kesan tidak melebar


: HR : 92 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II murni, intensitas normal,
reguler, bising (-), gallop (-).

Pulmo :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Normochest, simetris, sela iga

melebar (-), iga

mendatar (-).

Pengembangan dada kanan = kiri, retraksi intercostal (-)


: Simetris. Pergerakan dada kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
: Sonor / Sonor
: RR : 22 x/menit, suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan wheezing
(-/-), ronchi basah kasar (-/-), ronchi basah halus basal paru (-/-), krepitasi

Punggung

(-/-)
kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-),

Abdomen :
Inspeksi

Dinding perut lebih tinggi dari dinding thorak, distended (-), venektasi

Auscultasi
Perkusi
Palpasi

(-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)


: Peristaltik (+) normal
: Timpani, pekak alih (-)
: Nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba.

Genitourinaria :

Ulkus (-), sekret (-), edema (-), tanda-tanda radang (-)

Ekstremitas

Akral dingin

Oedem

Status THT-KL
PEMERIKSAAN
Telinga Luar

Otoskopi

DEXTRA
Deformitas (-), benjolan (-),

SINISTRA
Deformitas (-), benjolan (-), hiperemis (-),

hiperemis (-), nyeri tekan

nyeri tekan tragus (+), nyeri tekan mastoid

tragus (-), nyeri tekan mastoid

(+)

(-)
Liang

telinga

lapang, Canalis auditorius eksternus tertutup sekret

hiperemis
serumen

(-),

sekret

(+)

(-), kental

berwarna

kuning,

hiperemis

(-).

minimal. Membran timpani sulit dievaluasi. Setelah

Membran timpani intak, cone toilet telinga : CAE terdapat massa putih
of light (+) berbentuk kerucut. keabu-abuan, permukaan licin. Membran
timpani perforasi central minimal, cone of
Akuitas Auditorius

Rinne : (+)

light kurang jelas


Rinne : (+)

Weber : Lateralisasi ke kiri

Weber : Lateralisasi ke kiri

Schwabach : sama dengan

Schwabach : sama dengan pemeriksa

Hidung dan sinus

pemeriksa
Inspeksi : Deformitas (-)

paranasal

Palpasi : Nyeri tekan hidung (-), nyeri tekan sinus paranasal (-)
Rhinoskopi anterior : Septum nasi deviasi (-), konka hiperemis (-), konka

Tenggorokan
Leher

hipertrofi (-)
Dinding faring hiperemis (-), tonsil T2-T2 hiperemis (-)
Pembesaran limfonodi (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)

Pemeriksaan Laboratorium Darah


Pemeriksaan
25/11/14
Harga normal Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin
12.2
14.0 18.0
g/dl
40

54
Hematokrit
39

4.50

6.20
Eritrosit
8.3
106/l
4.5 11.0
Leukosit
4.83
103/l
150 450
Trombosit
392
103/l
MCV
80.1
80.0 97.0
fl
MCH
25.3
26.0 36.0
pq
MCHC
31.5
31.0 37.0
g/dL
Limfosit
30.2
30.0-50.0
%
Netrofil
57.3
32.0-52.0
%
CT
530
5-8
menit
BT
230
1-3
menit
KIMIA KLINIK
Kreatinin
0.58
0.60 1.20
mg/dL
Ureum
33.7
10.0 50.0
mg/dL
Pemeriksaan Radiologi : Foto mastoid dextra et sinistra towne / schuller view :

Air cellulae mastoidea bilateral tertutup opasitas homogen


Tampak penyempitan CAE dextra
Tak tampak lesi lusent di kanalis auricularis
Tak tampak destruksi tulang yang tervisualisasi
Kesan : Mastoiditis bilateral terutama sinistra

Daftar Pustaka :
1. Brook, I Et Al. 2014. Pediatric Mastoiditis. Www.Emedicine.Com/Article/38489 (Diakses
Tanggal 25 November 2014)
2. David, A. 2004. Basic Otolanryngology. Mc Grow Hill company.
3. Devan, P Et Al. 2014. Mastoiditis. Www.Emedicine.Com/Article/78dfy7 (Diakses Tanggal 25
November 2014)
4. Djafaar, Z et al. Kelainan Telinga Tengah dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala, Dan Leher Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
5. Mangunkusumo, E. Dan Wardani, R.S. 2007. Mastoiditis dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, Dan Leher Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
6. Nursiah, S. 2008. Pola Kuman Aerob Penyebab Omsk Dan Kepekaan Terhadap Beberapa
Antibiotika. Medan

Hasil Pembelajaran :

Otits Media Supuratif Kronis


1. Definisi
OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan kronis dari
telinga tengah dan mastoid, membran timpani tidak intak (perforasi) dan ditemukan sekret (otorrhea),
purulen yang hilang timbul (Nursiah, 2008).
2. Etiologi

Kejadian OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,
rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Faktor host yang berkaitan
dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik (Nursiah, 2008).
3. Patofisiologi dan Klasifikasi
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) dapat terjadi akibat kelanjutan dari otitis media akut
(OMA) dengan perforasi membran timpani yang telah berlangsung lebih dari 2 bulan. Beberapa
faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah terapi yang tidak adekuat, terapi yang
terlambat diberikan, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau
higiene buruk (Djafaar, 2007).
Letak perforasi di membrana timpani penting untuk menentukan tipe OMSK. Pada perforasi
sentral, perorasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa membran
timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubuangn dengan anulus atau
sulcus timpanikum, dan perforasi atik ialah perforasi yang terletak di pars flaksida.
Berdasarkan tingkat keganasannya, OMSK dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe benigna
dan tipe maligna. Salah satu aspek yang membedakan OMSK tipe benigna dan tipe maligna yaitu
keberadaan kolesteatoma. Kolesteatoma terdapat pada OMSK tipe maligna. Kolesteatoma adalah
epitel kulit yang berada pada tempat yang salah. Epitel kulit di liang telinga merupakan suatu
daerah Cul-de-sac sehingga apabila terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang lama
maka dari epitel yang berada medial dari serumen tersebut seakan terperangkap sehingga
membentuk kolesteatoma (Djafaar, 2007).
4. Manifestasi klinis
a Otorrhea : Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Sekret yang
mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe
jinak, cairan yang keluar mukopurulen yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi
iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Sekret yang sangat
bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya.
Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur
mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara

luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip
telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer
b

berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.


Gangguan pendengaran : Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran
mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun
kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Pada OMSK tipe
maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi
sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran

yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.


Otalgia (nyeri telinga) : Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan
suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan
tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus

lateralis.
Vertigo : Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi
dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara
yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena
perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh
perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo

(Djafaar, 2007).
5. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi
dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak
perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitassistim penghantaran suara ditelinga
tengah. Pada penderita OMSK ditemukan tuli sensorineural yang dihubungkan dengan difusi
produk toksin kedalam skala timpani melalui membran fenstra rotundum, sehingga
menyebabkanpenurunan ambang hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada
faseawal terbatas pada lengkung basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea (David,
2004).
b) Pemeriksaan Radiologi.
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai diagnostiknya
terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemerikasaan radiologi

biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi leb
ih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada
daerah atik memberi kesan kolesteatom.
Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :

Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan
atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan
tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu ahli

bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.


Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak
gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan

tulang telah mengenai struktur-struktur.


Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih
jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis.

Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan kolesteatom.


Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat
menggambarkan kerusakan tulang olehkarena kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang
pendengaran dan beberapa kasusterlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal.
Keputusan untuk melakukanoperasi jarang berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja. Pada
keadaan tertentuseperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior menunjukan

adanyapenyakit mastoid (David, 2004).


c) Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus
aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan
Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan
bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp (David, 2004).

6. Tatalaksana
Penyebab penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor
penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian pada waktu pengobatan haruslah
dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan
anatomi yang menghalangi penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang
terdapat ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat
-obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi (Nursiah, 2008).

10

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan
dapat dibagi atas :
1. Konservatif
2. Operasi
Mastoiditis
1. Definisi
Mastoiditis adalah suatu inflamasi pada mastoid yang disebabkan karena infeksi pada
telinga tengah. Peradangan mastoid yang terjadi berasal dari cavum timpani pada otitis media
yang tidak terobati dengan baik. Dapat dikatakan bahwa mastoiditis merupakan komplikasi dari
otitis media supuratif kronik (David, 2004).
2. Etiologi
Penyebab otitis media supuratfi kronis yang berkembang menjadi mstoidits adalah
infeksi bakteri dari meatus auditorius eksternal, kadang berasal dari nasofaring melalui tuba
eustachius saat terjadi infeksi saluran nafas atas. Organisme yang berasal dari meatus auditorius
eksternal antara lain staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B. Proteus, B. Coli, dan
aspergilus. Sedangkan organism penyebab yang berasal dari nasofaring diantaranya
streptococcus viriddans, Streptococcus B Hemoliticus, Streptococcus A Hemoliticus, dan
pneumococcus.
Penyebab terjadinya infeksi telinga tengah yang menjadi mastoiditis :
Gangguan fungsi tuba eustachius
Perforasi membrane timpani yang menetap
Terjadinya metaplasia squamosa / perubahan patologis lainnya
Obstruksi pada aerasi telinga tengah dan rongga mastoid
Terdapat otitis persisten di mastoid (Mangunkusumo, 2007).
3. Patofisiologi
Mastoiditis akut berkembang dari otitis media akut, dimana pada otitis media akut terjadi
inflamasi mukosa telinga tengah yang akan memblokade saluran ke mastoid. Hal tersebut
mengakibatkan drainage mastoid terganggu dan berkembangnya infeksi pada air cellulae
mastoid. Hal ini mengakibatkan terjadinya proses nekrosis dan merusak struktur tulang
mastoid. Bila otitis media tidak segera diobati maka akan terjadi abses subperiosteal mastoid.
Terdapat 5 stage pada mastoiditis yaitu :
1)
2)
3)
4)

Stage 1 : Lapisan mukosa mastoid hiperemis


Stage 2 : Transudasi dan eksudasi cairan dan atau pus ke dalam sel mastoid
Stage 3 : Necrosis tulang mastoid disebabkan hilangnya system vascular septa
Stage 4 : Dinding sel-sel mastoid rusak berubah menjadi kavitas berisi abses abses
11

5) Stage 5 : Penyebaran infeksi ke daerah sekitar


Mastoiditis kronis dapat menyebabkan terjadinya pembentukan kolesteatoma yang
merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitel squamosa) dari lapisan luar membrane timpani
ke telinga tengah. Kulit dari membrane timpani lateral membentuk kantong luar berisi kulit
yang rusak dan bahan sebaseus. Kantong tersebut melekat pada struktur telinga atau mastoid.
Kolesteatoma dapat tumbuh terus menerus dan dapat mengakibatkan paralisis nervus fasialis,
kehilangan

pendengaran

sensorineural,

gangguan

keseimbangan,

dan

abses

otak

(Mangunkusumo, 2007).
4. Manifestasi Klinis
Nyeri telinga
Otore
Nyeri tekan mastoid
Demam
Kemerahan dan penebalan di prosesus mstoideus
Berkurang pendengaran dan telinga berdenging
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan pemeriksaan head to toe dan pemeriksaan THT.
Pada pemeriksaan THT akan ditemukan pembesaran atau penebalan prosesus mastoideus, nyeri
tekan mastoid, dan otore berupa sekret purulen. Pada pemeriksaan telinga dalam dengan
otoskop dapat ditemukan adanya kolesteatom. Membrane timpani dapat ditemukan perforasi
akibat otitis media supuratif.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada mastoiditis adalah:
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan kultur bakteri diperlukan untuk memberikan terapi antibiotic. Spesimen
diambil dari pus saat dilakukan pembedahan ataupun saat miringotomi. Bila dicurigai
infeksi sudah sampai ke cranium maka pemeriksaan CSF perlu dilakukan.
2) CT Scan Temporal
CT scan temporal merupakan standar penentuan diagnosis mastoiditis. Sensitivitas
pemeriksaan tersebut pada mastoiditis akut sebesar 87-100%. Pada CT scan dapat
ditemukan destruksi mastoid outline dan korteks, serta hilangnya ketajaman dari gambaran
septa-septa mastoid. Dapat pula ditemukan penebalan periosteal dan abses subperiosteal
(Mangunkusumo, 2007).
7. Diagnosis Banding
Diagnosis banding mastoiditis :
Auricular atau mastoid trauma
Furunkel meatus auricular
12

Catscratch disease
8. Penatalaksanaan

Pengobatan infeksi dengan antibiotik intravena seperti pennisilin, ceftriaxone, dan

metronidazole selama 14 hari.


Jika dengan terapi dengan antibiotik tidak membaik, maka dilakukan operasi
mastoidektomi. Tindakan ini dilakukan untuk menghilangkan sel-sel tulang mastoid yang
terinfeksi dan untuk mengalirkan nanah. Beberapa struktur telinga (incus dan malleus) bila
perlu dipotong. Mastoidektomi biasanya dilakukan melalui insisi post auricular dan infeksi
dihilangkan dengan mengambil sel udara mastoid. Pasca operasi harus selalu diperhatikan
adanya tanda paralisis nervus fasialis. Bila terdapat paralisis maka dapat dilakukan

pembebasan dengan melonggarkan balutan pada mstoid.


Timpanoplasty, yaitu pembedahan rekonstruksi telinga bagian tengah untuk memelihara

pendengaran
Mastoiditis kronis membutuhkan mastoidektomi radikal (menghilangkan dinding psoterior
dari kanal telinga, disisakan membran timpani dan dua tulang telinga (incus dan malleus)
(Mangunkusumo, 2007).
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO
SOAP

1. Subjektif :
Keluhan Utama : nyeri telinga kiri sejak 4 hari SMRS
2. Objektif :
a. GEJALA KLINIS
Nyeri telinga kiri
Benjolan di belakang telinga kiri
Keluar cairan putih kental dari liang telinga kiri
Pendengaran berkurang
b. VITAL SIGN
Keadaan umum : baik
Kesadaran
: Composmentis, E4V5M6
Berat badan
: 25 kg
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi
: 92x/menit
Frekuensi Nafas : 22x/menit
Suhu
: 36,0C

13

c. PEMERIKSAAN FISIK
Auricula sinistra : nyeri tekan tragus (+), nyeri tekan mastoid (+), Membran timpani
perforasi central minimal. Weber : Lateralisasi ke kiri
d. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hematologi : Dalam batas normal


Radiologi
: Mastoiditis bilateral terutama sinistra
3. Assesment (penalaran klinis) :
Pasien ini dapat ditegakkan diagnosis otitis media supuratif kronis dengan mastoiditis
sinistra berdasarkan gejala klinis dan temuan pemeriksaan yang ditemukan:
Nyeri telinga kiri
Benjolan di belakang telinga kiri
Keluar cairan putih kental dari liang telinga kiri
Pendengaran berkurang
Pada pemeriksaan fisik Auricula sinistra : nyeri tekan tragus (+), nyeri tekan mastoid (+),
Membran timpani perforasi central minimal, Weber : Lateralisasi ke kiri
Pemeriksaan radiologi : Mastoiditis bilateral terutama sinistra
Pasien datang dengan keluhan utama nyeri pada bagian dalam dan belakang telinga
pasien, disertai keluhan keluarnya cairan mukopurulen berbau, dan berkurangnya pendengaran.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sudah mengalami keluhan berupa keluar cairan dari
telinga sejak 3 minggu yang lalu, disertai riwayat sering batuk pilek lama sebelumnya,
mengarah pada otitis media supuratif kronis. Ditinjau dari anatomi, tuba eustachius pada anak
cenderung lebih mendatar dibanding dewasa, menyebabkan infeksi yang berasal dari
nasofaring dengan mudah masuk ke telinga tengah. Dengan demikian anak-anak cenderung
mudah mengalami infeksi telinga tengah berulang. Pendengaran telinga kiri berkurang
disebabkan karena adanya perforasi membran tympani dan berkurangnya hantaran suara oleh
tulang pendengaran, karena sudah terdapat mastoiditis.
Otitis media yang tidak mendapat pengobatan atau mendapat pengobatan tidak adekuat
maka akan berkembang menjadi mastoiditis. Dengan riwayat keluar cairan dari telinga lama
pasien belum periksa ke dokter. Hal ini menyebabkan otitis media yang semula akut, menjadi
supuratif kronis dan karena tidak tertangani maka timbul komplikasi mastoiditis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan tragus, nyeri tekan mastoid, membran
timpani perforasi central minimal, dan weber lateralisasi ke kiri. Dari pemeriksaan radiologi

14

dengan posisi schuller didapatkan pneumatisasi di daerah mastoid yang menutupi air cellulae.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang maka dapat ditegakkan
diagnosis otitis media supuratif kronis dengan mastoiditis sinistra.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien bertujuan untuk menghilangkan fokus infeksi
dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Pada pasien perlu dilakukan pembedahan karena telah
terjadi mastoiditis dimana kemungkinan telah terbentuk abses subperiostal, meskipun belum
ada kerusakan struktur tulang mastoid. Pembedahan berupa diseksi mastoid, bertujuan
membersihkan mastoid dari abses yang telah terbentuk. Selain pembedahan pasien juga
diberikan terapi antibiotik.

Diagnosis Kerja : Otitis Media Supuratif kronis dengan Mastoiditis Sinistra

4. Plan :
Terapi :
Toilet telinga
IVFD RL 16 tpm makro
Inj. Ceftriaxon 400 mg/12 jam
Inj. Dexamethason /8 jam
Inj. Ketorolac 10 mg/12 jam
Pro Diseksi Mastoid
Edukasi :
Tujuan edukasi pada pasien dan keluarga :
Mendapatkan pemahaman tentang perjalanan penyakit
Mengetahui tatalaksana yang akan diberikan, termasuk diakukannya pembedahan (tujuan,
prosedur, dan risiko)
Mengetahui pencegahan terhadap komplikasi dan kekambuhan

15

16

FOLLOW UP

Subyektif

Objektif

Assesment

Terapi

Planning

25 November 2014

26 November 2014

27 November 2014

28 November 2014

Nyeri telinga (+), keluar cairan


dari telinga (+), pendengaran
berkurang (+), demam (-)

Nyeri telinga (+), keluar cairan


dari telinga (+), pendengaran
berkurang (+), demam (-)

Nyeri luka operasi (+) minimal,


keluar cairan dari telinga (+),
pendengaran berkurang (+),
demam (-)
Vital sign :
- TD : 80/60
- N : 94 x/mnt
- RR : 24 x/mnt
- T : 36.8C
Auricula sinistra : terbalut verban
hingga ke os mastoid

Nyeri luka operasi (+) minimal,


keluar cairan dari telinga (+),
pendengaran berkurang (+),
demam (-)
Vital sign :
- TD : 80/60
- N : 92 x/mnt
- RR : 20 x/mnt
- T : 37.2C
Auricula sinistra :
terbalut
verban hingga ke os mastoid

Post Diseksi Mastoid atas


indikasi Otitis Media Supuratif
kronis dan Mastoiditis Sinistra
dengan Jaringan Granulasi
Medikasi Luka
IVFD RL 16 tpm makro
Inj. Ceftriaxon 400 mg/12 jam
Inj. Dexamethason /8 jam
Inj. Ketorolac 10 mg/12 jam
Inj. Asam Tranexamat 250 mg/12
jam
Awasi keadaan umum dan tandatanda perdarahan

Post Diseksi Mastoid atas


indikasi Otitis Media Supuratif
kronis dan Mastoiditis Sinistra
dengan Jaringan Granulasi
Medikasi Luka
IVFD RL 16 tpm makro
Inj. Ceftriaxon 400 mg/12 jam
Inj. Dexamethason /8 jam
Inj. Ketorolac 10 mg/12 jam

Vital sign :
- TD : 90/60
- N : 92 x/mnt
- RR : 22 x/mnt
- T : 36.0C (22.00)

Vital sign :
- TD : 90/60
- N : 88 x/mnt
- RR : 18 x/mnt
- T : 36.5C

Auricula sinistra : nyeri tekan


tragus (+), nyeri tekan mastoid (+),
Membran timpani perforasi central
minimal Weber : Lateralisasi ke
kiri

Auricula sinistra : nyeri tekan


tragus (+), nyeri tekan mastoid
(+), Membran timpani perforasi
central minimal
Weber :
Lateralisasi ke kiri

Otitis Media Supuratif kronis


dengan Mastoiditis Sinistra

Otitis Media Supuratif kronis


dengan Mastoiditis Sinistra

Toilet telinga
IVFD RL 16 tpm makro
Inj. Ceftriaxon 400 mg/12 jam
Inj. Dexamethason /8 jam
Inj. Ketorolac 10 mg/12 jam

Pro Diseksi Mastoid

IVFD RL 16 tpm makro


Inj. Ceftriaxon 400 mg/12 jam
Inj. Dexamethason /8 jam
Inj. Ketorolac 10 mg/12 jam

Pro Diseksi Mastoid

17

Awasi keadaan umum dan tandatanda perdarahan

FOLLOW UP
29 November 2014

30 November 2014

1 Desember 2014

Subyektif

Nyeri luka operasi (-), keluar


cairan dari telinga (-), pendengaran
berkurang (+), demam (-)

Objektif

Vital sign :
- TD : 80/60
- N : 92 x/mnt
- RR : 20 x/mnt
- T : 37.2C
Auricula sinistra : terbalut verban
hingga ke os mastoid.
Luka post op darah (-), pus (-),
luka mulai kering

Nyeri luka operasi (-), keluar


cairan dari telinga (-),
pendengaran berkurang (+)
membaik, demam (-)
Vital sign :
- TD : 80/60
- N : 92 x/mnt
- RR : 20 x/mnt
- T : 37.2C
Auricula sinistra : terbalut verban
hingga ke os mastoid
Luka post op darah (-), pus (-),
luka kering

Nyeri luka operasi (-), keluar


cairan dari telinga (-),
pendengaran berkurang (+)
membaik, demam (-)
Vital sign :
- TD : 80/60
- N : 92 x/mnt
- RR : 20 x/mnt
- T : 37.2C
Auricula sinistra : terbalut verban
hingga ke os mastoid
Luka post op darah (-), pus (-),
luka kering

Assesment

Terapi

Post Diseksi Mastoid atas


indikasi Otitis Media Supuratif
kronis dan Mastoiditis Sinistra
dengan Jaringan Granulasi
Medikasi Luka
IVFD RL 16 tpm makro
Inj. Ceftriaxon 400 mg/12 jam
Inj. Dexamethason /8 jam
Inj. Ketorolac 10 mg kp

Post Diseksi Mastoid atas


Post Diseksi Mastoid atas
indikasi Otitis Media Supuratif
indikasi Otitis Media Supuratif
kronis dan Mastoiditis Sinistra
kronis dan Mastoiditis Sinistra
dengan Jaringan Granulasi
dengan Jaringan Granulasi
Medikasi Luka
Medikasi Luka
IVFD RL 16 tpm makro
Amoxicillin 3x250mg
Inj. Ceftriaxon 400 mg/12 jam
Pamol 3x250 mg
Inj. Dexamethason /8 jam
Inj. Ketorolac 10 mg kp
BLPL

Planning

18

19

Anda mungkin juga menyukai