Anda di halaman 1dari 15

DIABETIK RETINOPATI

Oleh:
Ronald Gagola
Tifanny Lesar
Intan Watulingas

Pendahuluan
Retinopati diabetik merupakan penyebab utama

kebutaan pada penderita diabetes di seluruh


dunia
Dalam urutan penyebab kebutaan secara
global, retinopati diabetik menempati urutan
keempat setelah katarak, glaukoma, dan
degenerasi makula
Diabetik retinopati merupakan penyulit
penyakit diabetes mellitus yang palig ditakuti.
Karena insidennya yang cukup tinggi dan
prognosanya yang kurang baik bagi
penglihatan.

TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Retinopati diabetik adalah suatu
mikroangiopati progresif yang ditandai oleh
kerusakan dan sumbatan pembuluh darah
kecil.
EPIDEMIOLOGI
Diabetes telah menjadi penyebab kebutaan
utama di Amerika Serikat yaitu sekitar
5000 orang per tahunnya, biasanya
mengenai penderita berusia 20-64 tahun.
Sedangkan di Negara berkembang

Komplikasi lanjut ini timbul stelah 5-15

tahun menderita diabetes, dengan angka


kejadian 50% dan akan meningkat menjadi
90% setelah menderita diabetes selama
17-25 tahun
Di Inggris retinopati diabetik juga menjadi
penyebab kebutaan tersering pada pasien
berumur 30-65 tahun dan merupakan
penyebab kebutaan nomor 4 dan seluruh
penyebab kebutaan.

ETIOLOGI
Retinopati diabetik terjadi karena diabetes
mellitus yang tidak terkontrol.
Pada makula terjadi hipoksia yang
menyebabkan timbulnya angiopati dan
degenerasi retina. Angiopati dapat
menyebabkan mikroaneurisma dan eksudat
lunak

KLASIFIKASI
Berkaitan dengan prognosis dan pengobatan,
maka retinopati dibagi menjadi:
1. Retinopati diabetik non proliferatif
Merupakan stadium awal dari proses
penyakit ini. Dibagi menjadi retinopati non
proliferative ringan, sedang, dan berat
dengan tanda-tanda yang khas

2. Retinopati diabetik proliferatif


Stadium yang lebih berat .Bentuk utama
dari retinopati proliferative adalah
pertumbuhan (proliferasi) dari
pembuluh darah yang rapuh (mudah
pecah) pada permukaan retina.
Terjadi perdarahan pada pertengahan
bola mata sehingga menghalangi
penglihatan. Terbentuk jaringan parut
yang dapat menarik retina sehingga
retina terlepas dari tempatnya. Jika
tidak diobati, dapat merusak
retina secara permanen

PATOFISIOLOGI
Penyebab kebutaan pada retinopati diabetik
dapat terjadi karena proses berikut:
Ablasio retina
Peningkatan sintesis growth factor pada
retinopati diabetik juga akan menyebabkan
peningkatan jaringan fibrosa pada retina
dan corpus vitreous. Suatu saat jaringan
fibrosis ini dapat tertarik karena
berkontraksi, sehingga retina juga ikut
tertarik dan terlepas dari tempat
melekatnya di koroid. Proses inilah yang
menyebabkan terjadinya ablasio retina
pada retinopati diabetik

Oklusi vaskular retina (vena dan arteri)

Penyempitan lumen vascular dan thrombosis sebagai efek


dari proses biokimiawi akibat hiperglikemia kronis pada
akhirnya akan menyebabkan terjadinya proses oklusi
vaskuler retina. Oklusi vena sentralis retina akan
menyebabkan terjadinya vena berkelok-kelok apabila oklusi
terjadi parsial, namun apabila terjadi oklusi total akan
didapatkan perdarahan pada retina dan vitreus sehingga
mengganggu ketajaman penglihatan penderita. Apabila
terjadi perdarahan luas, maka tajam penglihatan penderita
dapat sangat buruk hingga mengalami kebutaan.
Oklusi arteri sentralis retina. Arteri yang mengalami
penyumbatan tidak akan dapat memberikan suplai darah
yang berisi nutrisi dan oksigen ke retina, sehingga retina
mengalami hipoksia dan terganggu fungsinya. Oklusi arteri
retina sentralis akan menyebabkan penderitanya mengeluh
penglihatan yang tiba-tiba gelap tanpa terlihatnya kelainan
mata pada bagian luar. Pada pemeriksaan fundus akan
terlihat seluruh retina berwarna pucat

Glaukoma

Mekanisme terjadinya glaukoma pada


retinopati diabetic masih belum jelas.
Beberapa literature menyebutkan bahwa
glaukoma dapat terjadi pada retinopati
diabetik sehubungan dengan
neuvaskularisasi yang terbentuk sehingga
menambah tekanan intra okular

GEJALA KLINIS
Adapun gejala subjektif dari retinopati diabetes non
proliferative adalah:
Penglihatan kabur
Kesulitan membaca
Penglihatan tiba-tiba kabur pada satu mata
Melihat lingkaran-lingkaran cahaya
Melihat bintik gelap dan cahaya kelap-kelip
Sedangkan gejala objektif dari retinopati diabetes non
proliferative adalah:
Mikroaneurisma
Dilatasi pembuluh darah balik
Perdarahan
Hard eksudat
Edema retina

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN


PENCEGAHAN
Hal sederhana yang terpenting yang dapat dilakukan
penderita diabetes untuk dapat mencegah terjadinya
retinopati adalah dengan mengontrol gula darah,
selain itu tekanan darah, masalah jantung, obesitas
dan lainnya harus juga dikendalikan dan diperhatikan
PENANGANAN
Fokus pegobatan bagi pasien retinopati diabetik non
proliferatif tanpa edema makula adalah pengobatan
terhadap hiperglikemi dan penyakit sistemik lainnya.
terapi laser terhadap titik-titik kebocoran retina pada
pasien yang menunjukkan edema bermakna dapat
memperkecil resiko penurunan penglihatan dan
menngkatkan fungsi penglihatan

PROGNOSIS
Pada mata yang mengalami edema macular
dan iskemik yang bermakna akan memiliki
prognosa yang lebih jelek dengan atau
tanpa terapi laser daripada mata dengan
edema dan perfusi yang relatif baik

Daftar pustaka
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 2. FK UI. Jakarta. 2003. Hal 224-227.
2. Victor, AA. 2008. Retinopati Diabetik Penyebab Kebutaan Utama Penderita Diabetes.

Departemen Mata FKUI/RSCM. Jakarta.


3. Diabetic Retinopathy.http://www.eyemdlink.com/condition.asp?.conditionID.
4. Basic and Clinical Science Course, Retina, and Vitreous. Section 12. American
Academy of Ophtalmology. United State. 2007. Page 71-86.
5. Vaughan DG, Absury T, Eva PR. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika. Jakarta.
2000. Hal 211-214.
6. Rahmawati Rodiah. 2007. Diabetik Retinopati. Bagian Ilmu Penyakit Mata FK USU.
Medan
7. Kanski J Jack. 2007. Clinical Ophtalmology A Systematic Approach. 6th ed: 577-84.
Elsevier. London
8. Elkington AR. Khaw PT. Petunjuk penting kelainan mata. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
1995. Hal 162-165.
9. Pandelaki, K. 2007. Retinopati Diabetik dalam Sudoyo, AW, Setiyohadi B, Idrus. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III. FKUI. Jakarta
10. Freeman WR. Practical Atlas of rerinal Disease and Therapy. 2nd Edition. LipincottRaven. Hongkong. 1998. Page 199-213.
11. Langston D. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy. 4th Edition. Deborah PavanLangston. United State. 1996. Page 162-165.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai