Case DM Gangren
Case DM Gangren
LAPORAN KASUS
I.
ANAMNESIS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama Pasien
:Tn. M
Umur
:70 tahun
Jenis Kelamin
:Laki-laki
Alamat
:Ponorogo
Status Perkawinan
:Menikah
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Tanggal Masuk RS
:6 Oktober 2013
Tanggal Pemeriksaan
: 7 Oktober2013
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis yang dilakukan
pada tanggal 7 Oktober 2013.
1. Keluhan Utama
Luka di punggung kaki kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Luka di telapak kaki kanan sejak 4 bulan yang lalu, awalnya muncul
seperti gelembung berukuran 3 cm. Kemudian gelembung pecah, keluar
cairan warna bening bercampur darah dan nanah. Setelah itu luka bertambah
semakin luas dan dirasakan nyeri terutama bila berjalan. Awalnya pasien
hanya berobat jalan ke mantri dan mendapatkan perawatan luka. Sejak 1
bulan yang lalu, luka dirasakan semakin nyeri hingga pasien tidak bisa
berjalan, luka semakin melebar berwarna hitam dan berbau busuk, pasien
terbiasa berjalan tidak menggunakan sandal. Saat nyeri timbul, terasa cekot-
cekot sehingga pasien susah tidur, pasien juga mengeluh kesemutan pada
kedua tangan dan kakinya. Tidak didapatkan panas badan maupun sumersumer. Satu tahun yang lalu pasien opname di RS Jarakan selama 10 hari
untuk amputasi jempol kiri serta jari 3 dan 4 kaki kanan.
Nafsu makan menurun sehingga berat badan pasien menurun.Hingga
sekarang pasien suka mengkonsumsi makanan yang manis. Pasien juga
mengeluh pandangan kedua mata kabur sejak 4 hari yang lalu namun tidak
pernah berobat. Buang air besar lancar dannormal. Buang air kecil lancar,
berwarna kuning, tidak berbusa, jumlahnya banyakdan tidak didapatkan
nyeri saat kencing. Kencing di malam hari sekitar 2-3 kali.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a.
Riwayat kencing manis
b.
c.
d.
e.
f.
g.
gelang
Riwayat tekanan darah tinggi : diakui
Riwayat alergi obat & makanan
: disangkal
Riwayat kencing batu
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat sakit jantung
: disangkal
Riwayat mondok
: MRS di RS Jarakan pro
h.
amputasi jempol kiri 1 tahun yang laluserta jari 2 dan 4 kaki kanan
Riwayat operasi
: amputasi jempol kiri 1 tahun
yang lalu serta jari 3 dan 4 kaki kanan
disangkal
b. Riwayat alergi obat dan makanan
disangkal
c. Riwayat DM : disangkal
d. Riwayat sakit darah tinggi
disangkal
e. Riwayat sakit jantung : disangkal
f. Riwayat sakit ginjal
: disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok
diakui
lebih
dari 10 tahun
b. Riwayat makan teratur
: diakui
disangkal
e. Riwayat konsumsi obat bebas :
disangkal
II.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2013.
Keadaan Umum
Pasien tampak lemah, compos mentis E4V5M6
Tanda Vital
Tensi
: 140/80 mmHg
Nadi
Frekuensi nafas
Suhu
Kulit
Ikterik (-), petechiae (-), acne (-), turgor kulit menurun (-), hiperpigmentasi (-),
bekas garukan (-), kulit mengkilap(-), kulit hiperemis (-)
Kepala
Bentuk mesocephal, rambut hitam keputihan, mudah rontok (-), luka (-)
Wajah
Simetris, eritema (-), ruam muka (-)
Mata
Palpasi
Perkusi
: Batas jantung
kiri atas
kiri bawah
kanan atas
kanan bawah
Pulmo
Depan
Inspeksi :
Statis
: Sonor
Auskultasi :
Kanan : Suara dasar vesikuler intensitas normal,suaratambahan
wheezing (-), ronchi (-),krepitasi (-)
Kiri
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: timpani, pekak alih (-), undulasi (-), nyeri ketok kostovertebra (-)
Palpasi
: supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, defans muskular (-),
nyeri tekan (-) regio epigastrium, nyeri tekan suprapubik (-),
ballotement (-)
Ekstremitas :
Superior dekstra : odem (-), sianosis (-), pucat (-), akral dingin (-), eritem
palmaris (-), luka (-), ikterik (-), spoon nail (-), kuku
pucat(-), jari tabuh (-), nyeri tekan (-), nyeri gerak (-),
deformitas (-)
Superior sinistra : oedem (-), sianosis (-), pucat (-), akral dingin (-), eritema
palmaris (-), luka (-), ikterik (-), spoon nail (-), kuku
pucat(-),jari tabuh (-), nyeri tekan dan nyeri gerak (-),
deformitas (-)
Inferior dekstra
: oedem (+), luka (+), hiperemis (-), nyeri tekan (+), sianosis
(-), pucat (-), akral dingin (-), eritema palmaris (-), ikterik (-),
spoon nail (-), kuku pucat (-), jari tabuh (-), deformitas (+),
pus (+), jaringan nekrosis (+)
Inferior sinistra : oedem (-), luka (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-), sianosis (-),
pucat (-), akral dingin (-), eritema palmaris (-), ikterik (-),
spoon nail (-), kuku pucat (-), jari tabuh (-), deformitas (+),
pus (-), jaringan nekrosis (-)
III.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan EKG
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Irama : sinus
Frekuensi jantung : 1500/15 kotak sedang = 100x/menit
Ritme : regular
Zona transisi : V3-V4
Aksis : I (+) aVF (+) normal
Gelombang P selalu diikuti gelombang ORS dan T
Interval PR 0,16 detik
Gelombang QRS 0,08 detik
EKG: dbn
B. Laboratorium
Hb
Leukosit
Trombosit
RBC
Limfosit
Granulosit
Hematokrit
MCV
MCH
:
:
:
:
:
:
:
:
:
10,7gr/dL
19,3 x 103/L
365 x 103/L
3,56 x 106
0,9 103/L
89,9 %
32,8 %
92,3 FL
30,0 Pg
( 11 16 gr/dL)
( 4,0 10,0 10/L)
(150-450 103/L)
(3.50-5.50)
( 0,8 4,0 10/L)
( 50.0-70.0)
( 37-54 %)
( 82-100 FL)
(27-34 pg)
o MCHC
o GDA
(32-36 g/dL)
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
IV.
: 32,6 g/dL
: 355
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
0,18mg/dl
0,47 mg/dl
37,0 U/L
30,2 U/L
370 U/L
27,9 mg/dl
5,8 g/dl
2,1 g/dl
3,7 g/dl
51,54
0,95 mg/dl
6 mg/dl
82 mg/dl
108 mg/dl
17 mg/dl
43 mg/dl
(0-0,35 mg/dl)
(0,2-1,2 mg/dl)
(0-38 U/L)
(0-40 U/L)
(98-279 U/L)
( 10 - 54 mg/dl)
( 6,6-8,3 g/dl)
( 3,5-5,5 g/dl )
( 2-3,9 g/dl )
(10- 50 mg/dl)
( 0,7-1,4 mg/dl)
( 3,4-7 mg/dl)
( 140-200 mg/dl)
( 36-165 mg/dl)
( 45-150 mg/dl )
( 0-190 mg/dl )
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pasien juga mengeluh pandangan kedua mata kabur sejak 4 hari yang
lalu namun tidak pernah berobat.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Vital sign
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Respirasi rate
: 16 x/menit
Suhu
: 36,7oC
Nadi
: 80 x/menit
2. Kepala
: konjungtiva anemis (-/-),oedem palpebra (-/-)
3. Paru-paru : dalam batas normal
4. Abdomen
: dalam batas normal
5. Ekstremitas : oedem ekstremitas inferior (+/-), pitting oedem
(-/-), deformitas (+/-), Bau (+/-), pus (+/-)
C. Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan Laboratorium:
EKG: dbn
Pemeriksaan darah lengkap tanggal 6 Oktober 2013
o
o
o
o
o
o
:
:
:
:
:
:
10,7 gr/dL
19,3 x 103/L
3,65 x 103/L
89,9 %
32,8 %
355
( 11 16 gr/dL)
( 4,0 10,0 10/L)
(150-450 103/L)
( 50.0-70.0)
( 37-54 %)
V.
Hb
Leukosit
Trombosit
Granulosit
Hematokrit
GDA
ALP
TP
ALB
UREA
CHOL
HDL
:
:
:
:
:
:
370 U/L
5,8 g/dl
2,1 g/dl
51,54
82 mg/dl
17 mg/dl
(98-279 U/L)
( 6,6-8,3 g/dl)
( 3,5-5,5 g/dl )
(10- 50)
( 140-200 mg/dl)
( 45-150 mg/dl )
VI.
Assessement
Planning
Diagnosa
Hiperglike Diabetes
-HbA1c
mellitus tipe -Profil lipid
mia
II
-GDP/
G2JPP
Riwayat DM 3
tahun,
Kebiasaan suka
makan
makanan yang
manis
Lemas
GDA 355
Luka di telapak Infeksi
pedis
kaki kanan
dextra
Luka berbau
busuk dan
berwarna
hitam
Riwayat
amputaasi jari
kaki kiri
Gangren
plantar pedis
dextra, edema
+/-,
bau,
hangat +/ Leuko : 19,3
Kesemutan
pada tangan
dan kaki
Mata tersa
kabur
Gangren
pedis dextra
Neuropati
perifer
Retinopati
perifer
-Foto pedis
dextra
-Kultur dan
sensitivitas
darah dan
pus
Funduscopy
Planning
Planning
Terapi
-RCI 2x4 unit
-AI 3x6 unit
Monitoring
-Klinis
-Vital sign
-GDA
-Injeksi
ceftriaxon 2x1
gram
-Drip
metronidazole
2x500 mg
-inj ketorolac
3 x 1 amp
-Clindamicin
3x500mg
-Rawat luka
setiap hari
-Klinis
-Vital sign
-Kondisi
luka
Monitoring
Terapi
Tanggal 7 Oktober 2013
Inf. RL 20 tpm
a. Kaki kanan masi nyeri, Riwayat DM 3 Inj Ranitidin 2 x 1 amp
Inj ceftriaxone 2x 1 vial
tahun yang lalu
Inj ketorolac 3 x 1 amp
b. Keadaan umum : CM
Drip metronidazole 3 x 500 ml
c. VS :
Clindamicin oral 3 x 500 mg
TD : 140/ 60 mmHg
Aspilet oral 1 x 1
Nadi : 108 kali/ menit
Albapur 20 % 100cc
RR : 16 kali/ menit
Suhu : 35,5C
Tanggal 8 Oktober 2013
Inf. RL 20 tpm
a. Kaki kanan masi nyeri, pasien tidak bisa Inj Ranitidin 2 x 1 amp
Inj ceftriaxone 2x 1 vial
tidur karena nyeri kakinya
Drip metronidazole 3 x 500 ml
b. Keadaan umum : CM
Clindamicin oral 3 x 500 mg
c. VS :
Aspilet oral 1 x 1
TD : 120/ 70 mmHg
Albapur 20 % 100cc
Nadi : 96 kali/ menit
RR : 20 kali/ menit
Suhu : 36,0C
GDA : 175
ALB : 2,1
WBC : 19,3
Tanggal 9 Oktober 2013
RCI 4 x 2 unit
a. Kaki kanan masi nyeri, pasien tidak bisa Inf. RL 20 tpm
Inj Ranitidin 2 x 1 amp
tidur karena nyeri kakinya
Inj ceftriaxone 2x 1 vial
b. Keadaan umum : CM
Drip metronidazole 3 x 500 ml
c. VS :
Clindamicin oral 3 x 500 mg
TD : 120/ 60 mmHg
Aspilet oral 1 x 1
Nadi : 80 kali/ menit
RR : 16 kali/ menit
Suhu : 36,3C
GDA : 480
Tanggal 10 Oktober 2013
Inf. RL 20 tpm
a. Kaki kanan masi nyeri, pasien tidak bisa Inj Ranitidin 2 x 1 amp
Inj ceftriaxone 2x 1 vial
tidur karena nyeri kakinya
Inj ketorolac 3 x 1 amp
b. Keadaan umum : CM
Drip metronidazole 3 x 500 ml
c. VS :
Clindamicin oral 3 x 500 mg
TD : 140/ 70 mmHg
Aspilet oral 1 x 1
Nadi :92 kali/ menit
RR : 16 kali/ menit
Suhu : 35,9C
GDA : 161
ALB : 2,5
Tanggal 11 Oktober 2013
Inf. RL 20 tpm
a. Kaki kanan masi nyeri, pasien tidak bisa Inj Ranitidin 2 x 1 amp
Inj ceftriaxone 2x 1 vial
tidur karena nyeri kakinya
Inj ketorolac 3 x 1 amp
b. Keadaan umum : CM
Drip metronidazole 3 x 500 ml
c. VS :
Clindamicin oral 3 x 500 mg
TD : 130/ 60 mmHg
Aspilet oral 1 x 1
Nadi : 68 kali/ menit
RR : 20 kali/ menit
Suhu : 36,93C
GDA : 221
ALB : 2,5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu sindrom klinik yang khas
ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi atau
penurunan
efektifitas
insulin.Gangguan
metabolik
ini
mempengaruhi
D. Manifestasi Klinis
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau
kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah,
dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan
air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glukosa),
sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut (Mirza, 2008). Penderita
kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun
tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
cepat
saji
(fast
food)
dan
berlemak.
Kelebihan
klasik: poliuria, polidipsia dan penurunan berat badan yang tidak jelas
sebabnya.
2. Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) 126 mg/dl, atau
3. Kadar glukosa plasma
beban glukosa 75 gram pada TTGO. Cara diagnosis dengan kriteria ini
tidak dipakai rutin di klinik. Untuk penelitian epidemiologis pada
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), Atau 1,75 g/Kg BB (anakanak), dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan
tidak merokok.
F. Penatalaksanaan
Pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus (PERKENI, 2006)
1. Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang :
Perjalanan penyakit DM
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
Penyulit DM dan risikonya
Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target perawatan
Interaksi antara asupan makanan, aktifitas fisik, dan obat hipoglikemik
tersedia)
Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau
hipoglikemia
Pentingnya latihan jasmani yang teratur
Masalah khusus yang dihadapi ( missal : hiperglikemia pada kehamilan)
Pentingnya perawatan diri
Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
2. Terapi gizi medis (TGM)
Setiap diabetisi sebaiknya mendapat TGM sesuai dengan kebutuhannya
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + 30 menit
yang sifatnya CRIPE ( Continous Rhytmical Interval Progressive Endurace
training ).
Continous
Latihan harus berkesinambungan dan dilakukan terus-menerus tanpa
henti. Contoh : bila dipilih jogging 30 menit, maka selama 30 menit pasien
melakukan jogging tanpa istirahat.
Rytmical
Latihan olah raga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot
berkontraksi dan berelaksasi secara teratur.
Interval
Latihan dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan lambat.
Contoh : jalan cepat diselingi dengan jalan lambat, dsb.
Progressive
Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas
ringan sampai hingga mencapai 30-60 menit.
Sasaran Heart Rate
= 220-umur
Endurance
Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi,
seperti jalan (jalan santai/cepat, sesuai umur), jogging, berenang dan
bersepeda.
4.
Terapi Farmakologis
Intervesi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan TGM dan latihan jasmani (Soegondo, 2007).
Acarbose
Tiazolidindion
Golongan
Sulfonilurea
Glinid
Tiazolidindion
Generik
karbohidrat
: bersama suapan pertama makan
: tidak bergantung pada jadwal makan
Mg
Dosis
Tab
Haria Kerja
hari
Klorpropami
100-
n
100-
d
Glibenklamid
250
2,5 5
500
2,5 - 12-24
1-2
Glipizid
Glikuidon
5 10
30
15
52
10-16
30 - 6 8
1-2
2-3
1,2,3,4
0,5,1,2
120
4
15,30
120
0,5-6
1,5-6
360
4-8
15 -
Glimepirid
Repaglinid
Nateglinid
Rosiglitazon
Pioglitazon
45
Lama
24-36
24
24
24
Frek/
Waktu
Sebelum
makan
1
3
1
1
Tidak
bergantung
jadwal
makan
Penghambat
Acarbose
50-100
glukosidase
100-
300
Bersama
suapan
pertama
Bersama/ses
Biguanid
Metformin
500-
250-
850
3000
6-8
1-3
udah makan
Insulin
Macam:
Insulin Konvensional, mengandung komponen a, b, dan c. bentuk ini
G. Komplikasi
1. Ulkus Diabetik
Masalah pada kaki diabetik misalnya ulserasi, infeksi dan gangren,
merupakan penyebab umum perawatan di rumah sakit bagi para penderita
diabetes. Perawatan rutin ulkus, pengobatan infeksi, amputasi dan perawatan
di rumah sakit membutuhkan biaya yang sangat besar tiap tahun dan menjadi
kadar
sorbitol
intraseluler,
menyebabkan
saraf
masuknya
bakteri
dan
menimbulkan
infeksi.
b. Klasifikasi
Sistem klasifikasi yang paling banyak digunakan pada ulkus
diabetes adalah klasifikasi Ulkus Wagner-Meggit yang didasarkan pada
kedalaman luka dan terdiri dari 6 grade luka, yaitu:
1) Debridement
Debridement menjadi salah satu tindakan yang terpenting dalam
perawatan luka. Debridement adalah suatu tindakan untuk
membuang jaringan nekrosis, callus dan jaringan fibrotik.
Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm dari tepi luka ke
jaringan sehat. Debridement meningkatkan pengeluaran faktor
pertumbuhan yang membantu proses penyembuhan luka. Metode
debridement yang sering dilakukan yaitu surgical (sharp),
autolitik, enzimatik, kimia, mekanis dan biologis. Metode
surgical, autolitik dan kimia hanya membuang jaringan nekrosis
(debridement selektif), sedangkan metode mekanis membuang
jaringan nekrosis dan jaringan hidup (debridement non selektif).
2) Offloading
Offloading adalah pengurangan tekanan pada ulkus, menjadi
salah satu komponen penanganan ulkus diabetes. Ulserasi
biasanya terjadi pada area telapak kaki yang mendapat tekanan
tinggi. Bed rest merupakan satu cara yang ideal untuk
mengurangi tekanan tetapi sulit untuk dilakukan. Total Contact
Casting (TCC) merupakan metode offloading yang paling efektif.
TCC dibuat dari gips yang dibentuk secara khusus untuk
menyebarkan beban pasien keluar dari area ulkus. Metode ini
memungkinkan penderita untuk berjalan selama perawatan dan
bermanfaat untuk mengontrol adanya edema yang dapat
mengganggu penyembuhan luka.
3) Pembedahan
a) Debridement
Debridement dilakukan untuk membuang jaringan mati dan
terinfeksi dari ulkus, callus hipertropik. Pada debridement
juga ditentukan kedalaman dan adanya tulang atau sendi yang
terinfeksi.
b) Pembedahan Revisional
Pembedahan revisional
dilakukan
pada
tulang
untuk
c) Pembedahan Vaskuler
Indikasi pembedahan vaskuler apabila ditemukan adanya
gejala dari kelainan pembuluh darah, yaitu nyeri hebat, luka
yang tidak sembuh, adanya gangren.
d) Autologous skin graft merupakan ukuran standar penutupan
luka partial thickness.
e) Skin allograft memungkinkan penutupan luka yang luas dan
dalam
dimana
dasar
luka
tidak
mencukupi
untuk
BAB III
KESIMPULAN
1. Diabetes Melitus merupakan kelainan metabolik yang dapat menimbulkan
berbagai komplikasi kronik jika tidak dikelola dengan baik, untuk itu kontrol
glikemik pada penderita DM sangat penting terhadap pencegahan terjadinya
komplikasi baik mikrovaskuler maupun makrovaskuler.
DAFTAR PUSTAKA
Gustaviani Reno. 2007. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus, dalam: Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 1857-9.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2002. Konsensus Pengelelolaan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia. PB Perkeni, Jakarta: hal 1-19
Purnamasari D, Arsana PM. 2012. Hipoglikemia dan Hiperglikemia, dalam: EIMED
PAPDI. Interna Publishing. Jakarta: Hal 309.
Setyohadi. 2012. Hipoglikemia dan Hiperglikemia, dalam: EIMED PAPDI. Interna
Publishing. Jakarta: Hal 309-317.
Soegondo S. 2006. Farmakoterapi pada Pengendalian Glikemia Diabetes Mellitus
Tipe 2, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4 th . Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta: Hal 1860-3.
Sudoyo Aru.W, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.