Anda di halaman 1dari 28

PRESENTASI KASUS

KECIL

HIPONATREMI
Pembimbing: dr. Mamun, Sp.
PD

Disusun oleh:
M. Haris Yoga
G4A015028
M. Benni Kadapih

PENDAHULUAN
Cairan

tubuh: 2 kompartemen utama cairan


intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Dalam dua kompartemen cairan tubuh ini
terdapat beberapa kation dan anion yang
penting dalam mengatur keseimbangan cairan
dan fungsi sel, yaitu natrium dan kalium.
Keduanya mempengaruhi tekanan osmotik
cairan intaraseluler dan ekstraseluler dan
berhubungan langsung dengan fungsi sel.

Hiponatremia

adalah suatu kondisi dimana


kadar natrium dalam plasma kurang dari dari
135 mEq/L.

Status Penderita
Identitas Penderita
Nama

: Tn. AS

Umur

: 52 Tahun

Jenis

kelamin

: Laki - Laki

Alamat

: Banteran 01/05 Sumbang

Agama

: Islam

Status

: Menikah

Pekerjaan

: Buruh

Tanggal

masuk RSMS : 05 Juli 2016

Tanggal

periksa

No.

CM

: 06 Juli 2016

: 00234761

Anamnesis
Keluhan

utama

: Mual- mual

Keluhan

tambahan : tidak demam, muntah 1x, bab


normal, bak normal

Riwayat
Pasien

penyakit sekarang :

datang ke IGD RSMS pada tanggal 06 Juli 2016


dengan keluhan mual-mual sejak 2 hari yang lalu.
mual dirasakan terus menerus. Keluhan mual
membaik saat pasien istirahat, dan memberat saat
pasien makan. Karena merasa mual maka nafsu
makan pasien mulai menurun. Setiap kali makan
pasien hanya menghabiskan porsi dari biasanya,
karena pasien mengeluh mudah kenyang. Selain itu
pasien juga mengeluh muntah 1x saat makan terlalu
banyak. Pasien tidak mengeluhkan nyeri ulu hati dan
merasa panas seperti terbakar di perut atas dan
menjalar hingga ke leher. Pasien tidak mengeluhkan
adanya gangguan BAK. Buang air besar (BAB) pasien
normal tiap hari. BAB tidak berwarna hitam, tidak

RPD,RPK
Riwayat penyakit dahulu

Riwayat keluhan yang sama

diakui

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat DM
glimepirid

: diakui dan sedang pengobatan metformin dan

Riwayat penyakit jantung

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat rawat inap

: disangkal

Riwayat pengobatan

: disangkal

Riwayat penyakit ginjal

: disangkal

: disangkal

Riwayat penyakit keluarga :

Riwayat keluhan yang sama

: disangkal

Riwayat sakit kuning

: disangkal

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

Riwayat

sosial ekonomi

Occupational

Pasien seorang pensiunan buruh


Diet

Pasien memiliki pola makan yang kurang baik dua kali sehari
dengan nasi, jarang makan sayur. Pasien kurang minum air putih.
Drug

Pasien rutin minum obat penyakit gula


Personal

Habbit

Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok dan meminum alkohol.


Home

Pasien tinggal dengan istri serta anak dirumahnya.

Pemeriksaa fisik
Keadaan

umum

: Sedang

Paru

: Compos Mentis Inspeksi : Dinding dada tampak


simetris, tidak tampak ketinggalan
Vital sign
gerak antara hemithoraks kanan
dan kiri, kelainan bentuk dada (-)
Tekanan Darah : 110/70
Palpasi: Vokal fremitus lobus
mmHg
superior kanan = kiri
Nadi : 84 x/menit
Vokal fremitus lobus inferior
Respiration Rate : 20 x/menit kanan = kiri
Kesadaran

Suhu

: 360C

Status

Generalis

Kepala dbn
Pem Leber dbn

Perkusi:

Perkusi seluruh lapang


paru sonor

Auskultasi

: Suara dasar vesikuler


+/+ Ronki basah halus -/Ronki
basah kasar -/- Wheezing -/-

Pemeriksaa fisik
Jantung

Pemeriksaan

Inspeksi : Ictus cordis tampak di


SIC V 2 jari medial LMCS

Inspeksi

Palpasi: Ictus cordis teraba pada


SIC V 2 jari medial LMCS dan kuat
angkat (-)

Auskultasi : Bising usus (+)


normal

Perkusi: Batas atas kanan


LPSD

: SIC II

Batas

atas kiri: SIC II LPSS

Batas

bawah kanan : SIC IV LPSD

Batas

bawah kiri : SIC VI 2 jari


medial LMCS

Auskultasi : S1>S2 reguler; Gallop


(-), Murmur (-)

abdomen

: Datar

Perkusi: Timpani, pekak sisi (-),


pekak alih (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), undulasi
(-)
Hepar : Tidak teraba
Lien

: Tidak teraba

Ekstremitas

Diagnosa

Prognosis

Dispepsia
Hiponatremi
Hipoklorida

Tatalaksana
Non Farmakologis
Kurangi
Olah

konsumsi gorengan dan makanan asin

Ad

fungsional : ad
bonam

Ad

vitam
bonam

Ad

sanationam
: ad bonam

raga teratur

Makan

makanan lunak, makan sedikit-sedikit tetapi sering

Jangan

makan makanan yang pedas dan asam

Kurangi

konsumsi kopi

Farmakologi
Inf
Inj.

Rl 20 tpm
Omeprazol 1 g/12 jam

Sukralfat
Koreksi

3x1 cth

Nacl 3% 500cc habis dalam 24 jam

: ad

Definisi
Hiponatremia

adalah suatu kondisi


dimana kadar natrium dalam plasma
lebih rendah dari 135 mEq/L (Guyton,
2008; Brenner, 2005).

Klasifikasi
Berdasarkan

osmolalitas plasma

Hiponatremia

isotonik

Jika

konsentrasi natrium plasma < 135 mEq/L dan osmolalitas plasma normal
yaitu 280-285 mOsm/Kg/H2O.
Hiponatremia

hipotonik

Jika

konsentrasi natrium plasma < 135 mEq/L dan osmolalitas plasma normal yaitu < 280
mOsm/Kg/H2O
Hiponatremia hipertonik

Jika

konsentrasi natrium plasma <135 mEq/L dan osmolalitas plasma normal yaitu >285
mOsm/Kg/H2O.

Berdasarkan

konsentrasi natrium plasma


Hiponatremia ringan

Konsentrasi natrium plasma < 135 mEq/L


Hiponatremia sedang
Konsentrasi natrium plasma < 130 mEq/L
Hiponatremia berat
Konsentrasi natrium plasma < 120 mEq/L.

Berdasarkan konsentrasi ADH


Hiponatremia
Hiponatremia

dengan ADH meningkat

dengan supresi ADH fisiologis

Berdasarkan waktu
o

Hiponatremia akut (kurang dari 48 jam)

o Hiponatremia

kronik (lebih dari 48 jam)

PATOFISIOLOGI
1.

Hiponatremia isotonik

Hiperlipidemia dan hiperproteinemia meningkatkan


solut plasma -> terjadi penurunan cairan plasma ->
hiponatremia
2. Hiponatremia hipotonik
jumlah cairan plasma lebih besar dibandingkan jumlah
solut sehingga osmolalitas plasma menjadi turun
a. Hiponatremia hipotonik euvolemik
b. Hiponatremia hipotonik hipovolemik
c. Hiponatremia hipotonik hipervolemik
3. Hiponatremia hipertonik

Manifestasi Klinis
Sistem tubuh
Sistem Saraf Pusat
Muskuloskeletal
Gastrointestinal
Cardiovascular
Jaringan
Ginjal

Hiponatremia
Sakit kepala, confusion, hiper atau hipoaktif
refleks
tendon
dalam,
kejang,
koma,
peningkatan tekanan intrakranial.
Weakness, fatigue, muscle cramps/twitching
Anoreksia, nausea, vomiting, diare cair
Hipertensi dan bradikardia secara signifikan
meningkatkan tekanan intrakranial
Lakrimasi, salivasi
Oligouria

Diagnosis
Gejala

adanya anoreksia, kesemutan, mual, muntah, sakit


kepala, iritabilitas, disorietasi, konfusi, fatigue, dan
letargi, dimana gejala lanjut yang dapat ditemukan
adalah adanya gangguan status mental, kejang, koma,
dan gagal napas, dan dapat menyebabkan kematian
hipervolemik
edema, crackles pada paru, tekanan vena jugular leher
terdistensi, dan terdapat S3 pada auskultasi jantung
Hipovolemik
hipotensi orthostatik, takikardia, dan oliguria/anuria

hiponatremia

hipertonik >295 mOsm/kg

hiponatremia

isotonik, 280295 mOsm/kg

hiponatremia

hipotonik < 280 mOsm/kg

Langkah 1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik (termasuk penentuan status volume)


Langkah 2. Pengukuran osmolalitas plasma
Hiponatremia hipertonik
Hiponatremia isotonik
Hiponatremia hipotonik

(POsm > 295 mOsm/kg)


(POsm 280295 mOsm/kg)
(POsm < 280 mOsm/kg)

Langkah 3. Pengukuran natrium urin dan osmolalitas (ditambahkan informasi status volume)
Hiponatremia hipotonik hipervolemik
UNa > 20 mEq/L or
FENa > 1%
UNa < 20 mEq/L or
FENa < 1%

Azotemia (gagal ginjal kronis)


Edema (CHF, sirosis,sindroma nefrotik)

Hiponatremia hipotonik euvolemik


UOsm < 100 mOsm/kg
UOsm > 100 mOsm/kg

UOsm bervariasi

Polidipsia (primer) Psikogenik


Low-solute (beer) potomania
Peningkatan AVP or mimic
Syndrome of inappropriate antidiuresis
Endokrinopati
Reset osmostat syndrome

Hiponatremia hipotonik hipervolemik


UNa > 20 mEq/L atau
FENa > 1%
UNa < 20 mEq/L atau
penggantian dengan H2O bebas)

Natriuresis primer (renal)


Kehilangan natrium ekstrarenal (dengan

FENa < 1%

Langkah 4. Terapi Inisial


Hiponatremia hipertonik

Hiponatremia isotonik

Hiponatremia hipotonik

Langkah 5. Reevaluasi dan penyesuaian terapi

Memperbaiki kondisi hiperglikemia

Mengobati penyebab gangguan metabolisme protein atau lipid

Pemberian cairan diuretics, restriksi H2O


Pemberian obat farmakoterapi

Tatalaksana
1.

Hiponatremia
Hipotonik

Nama Obat
Demeklosiklin (antibiotik)

Furosemid

Indikasi
Gagal restriksi air pada
hiponatremia hipotonik
euvolemik kronis (cth. SIAD)

hiponatremia hipotonik
hipervolemik kronis (cth : CHF)
hiponatremia hipotonik
euvolemik kronis (cth : SIAD)

Conivaptan

hiponatremia hipotonik
hipervolemik simtomatik (cth :
CHF)
hiponatremia hipotonik
euvolemik kronis (cth : SIAD)

Mekanisme
Inhibisi cAMP

Dosis

Idiosinkronasi
menginduksi diabetes
insipidus nefrogenik

2 x 300-600
mg po

Inhibisi kotransport renal Dosis


Na+/K+/Cl pada loop of bervariasi
henle asendens dan
40 mg IV
tubulus distal
dalam 1-2

menit; dapat
diulang jika
Meningkatkan ekskresi
respons tidak
dari H2O bebas bersama
sesuai
dengan natriuresis dan
kaliuresis
Per oral untuk
maintenance
Antagonis AVP-R
20 mg IV
loading dose

dalam 30
menit;
Meningkatkan ekskresi
selanjutnya 20
dari elektrolit- H2O
mg IV selama
bebas
24 jam

Dapat
ditingkatkan
sampai 40 mg
selama 24 jam;
maksimal
dalam 1-4 hari

2. Hiponatremia Hipervolemik
Hipotonik
restriksi

cairan adalah pengobatan


pilihan, dengan batas 0,5 sampai 1 L /
hari, dengan atau tanpa diuretik,
mengoreksi tidak lebih dari 0,5 mEq/
L/jam

3. Hiponatremia Hipotonik
Euvolemik
memperbaiki

konsentrasi natrium plasma


dengan 1 sampai 2 mEq/ L/ jam menggunakan
salin hipertonik sampai gejala mayor mereda,
kemudian beralih ke salin isotonik 0,5-1 mEq/
L/ jam setelahnya

Diuretik

dapat digunakan untuk mengurangi


kelebihan cairan selama pengobatan, tetapi
penggunaannya harus diminimalkan

Tatalaksana inisial pada pasien asimptomatik


adalah restriksi cairan 0,5-1 L / hari, dengan
koreksi tidak lebih dari 0,5 mEq / L / jam
selama jangka waktu beberapa hari

KESIMPULAN

Hiponatremia

adalah suatu kondisi dimana kadar natrium dalam


plasma lebih rendah dari 135 mEq/L. Secara garis besar
hiponatremia dapat diklasifikasikan menurut osmolalitas plasma
yaitu hiponatremia isotonik, hipotonik, dan hipertonik. Dimana
pada hiponatremia hipotonik dibagi lagi menurut status
volumenya, yaitu hipovolemik, euvolemik, dan hipervolemik.

Evaluasi

hiponatremia
membutuhkan
pendekatan
yang
sistematis. Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, pengukuran
osmolalitas plasma merupakan petunjuk diagnostik yang
penting. Hiponatremia hipotonik membutuhkan penilaian status
volume yang akurat, dan pengukuran natrium urin dan
osmolalitas yang dapat mempersempit diagnosis banding
penyebab yang mendasarinya.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai