Anda di halaman 1dari 8

A.

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI


1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Dian Sukmara 2007 : 21).
Terlepas definisi manapun tentang kurikulum, yang pasti pada intinya berbicara
masalah kurikulum dapat kita maknai dalam tiga konteks, yaitu
kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran, kurikulum sebagai
pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai perencanaan program
belajar (Sanjaya 2005: 2).
Dalam dokumen kurikulum 2004 dirumuskan bahwa kurikulum berbasis
kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil
belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan ( Depdiknas 2002). KBK merupakan sebuah
konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
2. Alasan Perubahan
KBK lahir sebagai implikasi dari Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Dengan
adanya Undang-Undang tersebut, maka terjadi perubahan kebijakan pengelolaan
pendidikan dari yang bersifat sentralistik kepada desentralistik. Perubahan kebijakan
tersebut sudah barang tentu berimplikasi pada penyempurnaan kurikulum. Melalui
Kurikulum 2004, daerah diberi keleluasaan untuk mengembangkan dunia pendidikan di
wilayahnya berdasarkan karakteristik daerah tersebut.
KBK juga lahir sebagai respon atas berbagai persoalan yang dihadapi dunia
pendidikan di Indonesia, diantaranya:
a. Masalah internal pendidikan di Indonesia
Masalah internal yang dimaksudkan adalah tatanan pendidikan di Indonesia yang
belum tersusun dengan jelas. Kurikulum tahun 1994 (berdasarkan Kepmendikbud No.
056/U/1994) berbasis pada isi, yaitu bertujuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan

penerapannya (content based), sedangkan ilmu pengetahuan terus-menerus berkembang


sehingga apabila masih berbasis pada isi maka akan tertinggal oleh perkembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri.
b. Masalah global
Masalah global antara lain adalah adanya laporan dari UNESCO mengenai HDI
negara kita yang cenderung semakin tertinggal dengan negara lain. Selain itu juga
terdapat juga hal-hal sebagai berikut :
a) Persaingan global antar pendidikan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang dapat
bersaing di era global,
b) Perubahan orientasi pendidikan yang tidak hanya menghasilkan manusia cerdas
tetapi juga harus mampu menerapkan ilmunya dalam kehidupan bermasyarakat,
c) Perubahan kebutuhan tenaga kerja yang dipersyaratkan oleh industri akan soft skill
dan hard skill yang harus dimiliki oleh pencari kerja.
Sedangkan dasar hukum pelaksanaannya adalah : (1). Kepmendiknas No.
232/U/2000 dan No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi, (2). Peraturan
Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang otonomi di bidang pendidikan, dan (3). UU No.
20/2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional.

3. Komponen Utama Kurikulum Berbasis Kompetensi


Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat
komponen dasar yaitu: Kurikulum dan Hasil Belajar, Penilaian Berbasis Kelas, Kegiatan
Belajar Mengajar, dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah, secara skematis dapat
dilihat dari gambar di bawah ini:
a. Kurikulum Hasil Belajar (KHB)
Memuat perencanaan pengembangan peserta didik yang perlu dicapai secara
keseluruhan sejak lahir sampai dengan usia 18 tahun. Kurikulum dan hasil belajar
ini memuat kompetensi, hasil belajar, dan indikator dari Taman Kanak-kanak dan
Raudhatul Athfal (TK & RA) sampai dengan kelas XII. KHB membrikan suatu
rentang kompetensi dan hasil belajar siswa yang bermanfaat bagi guru pendidikan
pradasar (TK & RA) sampai kelas XII SMA untuk menentukan apa yang harus
dipelajari oleh siswa, bagaimana seharusnya mereka dievaluasi, dan bagaimana
pembelajaran disusun. KHB dibagi menjadi satu (1) rumpun pengembangan TK
dan RA dan 11(sebelas) rumpun pelajaran yang terdiri dari Pendidikan Asgama,
Kewarganegaraan, Bahasa Indoenesia, Matematika, sains, Ilmu Sosial, Bahasa

Inggris dan bahasa asing lainnya, Kesenian, dan Pendidikan Jasmani.


Keterampilan, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
b. Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
Memuat prinsip, sasaran, dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih
akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui penilaian terpadu
dengan

kegiatan

belajar

mengajar

di

kelas

(berbasis

kelas)

dengan

mengumpulkan kerja siswa (fortofolio), hasil karya (produk), penugasan


(proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis. Penilaian ini mengidentifikasi
kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, dan memuat pernyataan yang jelas
tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa
dan pelaporan.
c. Kegiatan Belajar Mengajar
Memuat gagasan-gagasan pokoktentang pembelajaran dan pengajaran untuk
mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis dan
andragogis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik
d. Pengelolaan Kurikulum Berbasis sekolah
Memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain
untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi dengan gagasan
pembentukan jaringan kurikulum, pengembangan perangkat kurikulum (antara
lain silabus), pembinaan profesional tenaga kependidikan, dan pengembangan
sistem infoermasi kurikulum.
4. Kompetensi Dasar
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) mulai diberlakukan secara berangsurangsur tahun ajaran 2004-2005; pada jenjang pendidikan dasar, dan menengah (E.
Mulyasa 2006: 3). Pengembangan KBK sebagai pedoman dan alat pendidikan
didasarkan kepada tiga asas pokok yaitu, asas filosofis (berkenaan dengan sistem nilai
yang berlaku ), asas psikologis (berhubungan dengan aspek kejiwaan dan perkembangan
peserta didik), asas sosiologis dan teknologis.
Gordon (1988) (sanjaya 2005: 6) menjelaskan beberapa aspek
yang harus terkandung dalam kompetensi, yaitu 1) pengetahuan
(knowledge), 2) pemahaman (understanding), 3) keterampilan (skill),
4) nilai (value), 5) sikap (attitude), 6) minat (interest). Dari uraian di
atas, maka kompetensi bukan hanya ada dalam tataran pengetahuan
akan tetapi sebuah kompetensi harus tergambarkan dalam pola
perilaku. Artinya seseorang dikatakan memiliki kompetensi tertentu,

apabila ia bukan hanya sekedar tahu tentang sesuatu itu, akan tetapi
bagaimana implementasi pengetahuan itu dalam pola perilaku atau
tindakan yang ia lakukan. Dengan demikian, maka kompetensi pada
dasarnya merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,
nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sebuah konsep
kurikulum

yang

menekankan

pada

pengembangan

kemampuan

melakukan kompetensi tugas-tugas dengan performansi tertentu,


sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan
terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Terdapat 4 kompetensi dasar yang harus dimiliki sesuai dengan
tuntutan KBK:
a. Kompetensi akademik, artinya peserta didik harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi tantangan dan
persoalan hidup secara independent.
b. Kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus memiliki
kesiapan dan mampu beradaptasi terhadap dunia kerja.
c. Kompetensi kultural, artinya peserta didik harus

mampu

menempatkan diri sebaik-baiknya dalam sistem budaya dan tata


nilai masyarakat yang pluralistik.
d. Kompetensi temporal, artinya peserta didik tetap eksis dalam
menjalani kehidupannya, serta mampu memanfaatkan ketiga
kemampuan

dasar

yang

telah

dimiliki

sesuai

dengan

perkembangan zaman. (Sanjaya 2005 : 8).


Namun dalam ranah implementasi )E. Mulyasa 2006 : 5-6)
mengemukakan terdapat sembilan kompetensi dasar yang perlu
dikembangkan dalam implementasi KBK, diantaranya :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Kompetensi
Kompetensi
Kompetensi
Kompetensi
Kompetensi
Kompetensi
Kompetensi
Kompetensi
Kompetensi

dasar
dasar
dasar
dasar
dasar
dasar
dasar
dasar
dasar

iman dan takwa (imtak);


bahasa (inggris dan arab);
komputer dan iternet;
tatakrama dan budi pekerti;
komunikasi dan teknologi;
penelitian;
organisasi;
kemasyarakatan;
kewirausahaan.

Kompetensi-kompetensi dasar diatas harus dianalisis dan


dikembangkan indikator-indikatornya, untuk selanjutnya dideskripsikan
dan

diurutkan

sesuai

dengan

prinsip

komunikasi,

pedagogis,

andragogis, dan psikologis.


5. Karakteristik dan Tujuan KBK
Dari uraian tentang pengertian KBK, kita dapat menangkap dua
makna yang tersirat. Pertama, KBK mengharapkan adanya hasil dan
dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui
serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan kedua , KBK
memberikan peluang pada siswa sesuai dengan keberagaman yang
dimiliki masing-masing. Makna pertama mengandung pengertian,
dalam KBK siswa tidak sekedar dituntut untuk memahami sejumlah
konsep,

akan

tetapi

bagaimana

pemahaman

konsep

tersebut

berdamapak terhadap perilaku dan pola pikir sehari-hari. Inilah hakikat


pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning), yaitu
bahwa

pengembangan

kompetensi

diarahkan

untuk

memberi

keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam masyarakat yang


cepat

berubah,

penuh

persaingan

dan

tantangan,

penuh

ketidakpastian dan ketidakmenentuan.


Makna yang kedua, adalah dalam KBK menghargai bahwa setiap
siswa memiliki kemampuan, minat, dan bakat yang berbeda. KBK
memberikan peluang kepada setiap siswa untuk belajar sesuai dengan
keberagaman dan kecepatan masing-masing. Oleh karena itu, proses
pembelajaran

harus

didesain

agar

dapat

melayani

setiap

keberagaman tersebut. KBK sebagai sebuah kurikulum memiliki tiga


karakteristik utama, yaitu :
a. KBK memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh
siswa. Artinya melalui KBK diharapkan siswa memiliki kemampuan
standar minimal yang harus dikuasai.
b. Implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan kepada
proses pengalaman

dengan memerhatikan keberagaman setiap

individu. Pembelajaran tidak sekedar diarahkan untuk menguasai


materi pembelajaran, akan tetapi bagaimana materi itu dapat

menunjang

dan

memengaruhi

kemampuan

berpikir

dan

kemampuan bertindak sehari-hari.


c. Evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi hasil dan proses
belajar. Kedua sisi evaluasi itu sama pentingnya sehingga
pencapaian standar kompetensi dilakukan secara utuh yang tidak
hanya mengukur aspek pengetahuan saja, akan tetapi sikap dan
keterampilan.
Depdiknas (2002) mengemukakan karakteristik KBK secara
lebih rinci sebagai berikut:
a. Menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal. Ini mengandung pengertian bahwa
KBK menekankan kepada ketercapaian kompetensi. Artinya isi
KBK pada intinya adalah sejumah kompetensi yang harus dicapai
oleh siswa, kompetensi inilah yang selanjutnya dinamakan
standar minimal atau kemampuan dasar.
b. Berorientasi pada hasil belajar (learning

outcomes)

dan

keragaman. Ini artinya, keberhasilan pencapaian kompetensi


dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator inilah yang
selanjutnya dijadikan acuan apakah kompetensi yang diharapkan
sudah tercapai atau belum. Proses pencapaian hasil belajar itu
tentu saja sangat tergantung pada kemampuan siswa. Sebab
diyakini,

siswa

memiliki

kemampuan

dan

kecepatan

yang

berbeda. KBK memberikan peluang yang sama kepada seluruh


siswa untuk dapat mencapai hasil belajar.
c. Penyampaian dan pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi. Artinya, sesuai dengan keberagaman
siswa, maka metode yang digunakan dalam proses pembelajaran
harus

bersifat

multimedia.

Hal

ini

dimaksudkan

untuk

merangsang kemampuan berpikir siswa. Bahwa belajar sebagai


proses

menerima

informasi

dari

guru,

dalam

KBK

harus

ditinggalkan. Belajar adalah proses mencari dan menemukan.


Belajar adalah proses mengonstruksi pengetahuan oleh siswa.
Oleh karena itu proses pembelajaran harus bervariasi.

d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar


lainnya yang menemui unsur edukatif. Artinya, sesuai dengan
perkembangan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi

khususnya

teknologi informasi, dewasa ini siswa bisa belajar dengan


memanfaatkan berbagai sumber belajar yang tersedia. Guru,
dalam pembelajaran KBK, guru bukan sebagai satu-satunya
sumber belajar. Guru berperan hanya sebagai fasilitator untuk
mempermudah siswa belajar dari berbagai macam sumber
belajar.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan

atau

pencapaian

suatu

kompetensi.

Artinya,

keberhasilan pembelajaran KBK tidak hanya diukur dari sejauh


mana siswa dapat menguasai isi atau materi pelajaran, akan
tetapi

juga

bagaimana

cara

mereka

menguasai

pelajaran

tersebut. Oleh sebab itu, KBK menempatkan hasil dan proses


belajar sebagai dua sisi yang sama pentingnya. (Sanjaya 2005:
11-12).
Setelah ini memahami karakteristik KBK, maka sebenarnya apa
yang

ingin

dicapai

oleh

kurikulum

ini.

Tujuan

KBK

adalah

pengembangan potensi peserta didik untuk menghadapi perannya di


masa datang dengan mengembangkan sejumlah kecakapan hidup (life
skill). Kecakapan hidup (life skill) adalah kecakapan yang dimiliki
seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan
kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara
proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi sehingga akhirnya
mampu mengatasinya. Secara khusus kecakapan hidup (life skill) itu
bertujuan untuk:
a.Mengaktualisasikan

potensi

peserta

didik

sehingga

digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi;


Memberikan
kesempatan
kepada
sekolah

b.

dapat
untuk

mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan


prinsip pendidikan berbasis luas (broad based education);
c.Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah
dengan memberikan peluang pemanfaatan sumber daya yang

ada di masyarakat, sesuai dengan manajemen berbasis sekolah


(school based management).( Sanjaya 2005 : 13).
6. Prinsip-prinsip Perkembangan dan Pelaksanaan KBK
Setiap prinsip pengembangan dan pelaksanaan KBK seperti yang
dirumuskan

Depdiknas

dalam

Kerangka

Dasar

Kurikulum

2004

dijelaskan di bawah ini.


a. Prinsip-prinsip Pengembangan
Terdapat sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam proses
pengembangan KBK, yaitu:
a) Peningkatan Keimanan, Budi Pekerti Luhur, dan Penghayatan
Nilai-nilai Budaya
b) Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinesterika
c) Penguatan Integritas Nasional
d) Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi Informasi
e) Pengembangan Kecakapan Hidup
f) Pilar pendidikan
g) Komprehensif dan Berkesinambungan
h) Belajar Sepanjang Hayat
i) Diversifikasi Kurikulum
b. Prinsip Pelaksanaan
Terdapat sejumlah prinsip dan pengembangan KBK, yaitu:
a)
b)
c)
d)

Kesamaan Memperoleh Kesempatan


Berpusat pada Anak
Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan
Kesatuan
dalam
Kebijakan
dan
Keberagaman

dalam

Pelaksanaan
Sehingga pengembangan KBK baik dalam tataran KBK sebagai
suatu pedoman dan perangkat perencanaan maupun KBK dalam
tataran implementasi pembelejaran , pelaksanaannya dibingkai oleh
iga sisi yang sama penting yaitu sisi filosofis, psikologis, dan sosiologis
te
knologis.( Sanjaya 2005 :22).

Anda mungkin juga menyukai