Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

LOW BACK PAIN


A. Konsep Dasar Medis
a. Definisi
Nyeri

adalah

pengalaman

sensori

dan

emosional

yang

tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual maupun


potensial. Definisi keperawatan

tentang nyeri adalah,

apapun yang

menyakitkan tubuh yang dikatakan individu/seseorang yang mengalaminya,


yang ada kapanpun orang tersebut mengatakannya (2) . Peraturan utama
dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah
nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan
nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi
nyeri yang dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah,
L4-L5 dan L5-S1.
Low back pain berdasarkan perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1. Acute Low Back Pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktu
hanya sebentar, antara beberapa hari higga beberapa minggu. Acute
low back pain disebabkan karena luka traumatic seperti kecelakaan
mobil atau terjatuh
2. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri berulangulang. Chronic low back pain

dapat terjadi karena ostheoartritis,

reumatoidartritis, proses degenerasi discus invertebralis dan tumor.


b. Etiologi
Etiologi Low Back Pain dapat dihubungkan dengan hal-hal sebagai
berikut :
1. Proses degeneratif, meliputi: spondilosis, HNP, stenosis spinalis,
osteoartritis. Perubahan degeneratif pada vertebrata lumbosakralis
dapat terjadi pada korpus vertebrae berikut arkus dan prosessus
artikularis serta ligamenta yang menghubungkan bagian-bagian ruas
tulang belakang satu dengan yang lain. Dulu proses ini dikenal sebagai
osteoartrosis deforman, tapi kini dinamakan spondilosis. Perubahan
degeneratif

ini

juga

dapat

menyerang

anulus

fibrosis

diskus

intervertebralis yang bila tersobek dapat disusul dengan protusio diskus


intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia nukleus pulposus

(HNP).

Unsur

degeneratif

ini

tulang

belakang

adalah

lain

kartilago

yang

artikularis

sering
yang

dilanda
dikenal

proses
sebagai

osteoartritis.
2. Penyakit Inflamasi
LBP akibat inflamasi terbagi 2 yaitu artritis rematoid yang sering
timbul sebagai penyakit akut dengan ciri persendian keempat anggota
gerak terkena secara serentak atau selisih beberapa hari/minggu, dan
yang kedua adalah pada spondilitis angkilopoetika, dengan keluhan sakit
punggung dan sakit pinggang yang sifatnya pegal-kaku dan pada waktu
dingin dan sembab linu dan ngilu dirasakan.
3. Osteoporotik
Sakit pinggang pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita,
seringkali disebabkan oleh osteoporosis. Sakit bersifat pegal, tajam atau
radikular.
4. Kelainan Kongenital
Anomali kongenital yang diperlihatkan oleh foto rontgen polos dari
vertebrae

lumbosakralis

sering

dianggap

sebagai

penyebab

LBP

meskipun tidak selamanya benar. Contohnya adalah lumbalisasi atau


adanya 6 bukan 5 korpus vertebrae lumbalis merupakan variasi
anatomik yang tidak mengandung arti patologik. Demikian pula pada
sakralisasi, yaitu adanya 4 bukan 5 korpus vertebrae lumbalis.
5. Gangguan Sirkulatorik
Aneurisma aorta abdominalis dapat membangkitkan LBP yang
hebat dan dapat menyerupai sprung back atau HNP. Gangguan
sirkulatorik yang lain adalah trombosis aorta terminalis

yang perlu

mendapat perhatian karena mudah didiagnosa sebagai HNP. Gejalanya


disebut sindrom Lerichie. Nyeri dapat menjalar sampai bokong, belakang
paha dan tungkai kedua sisi.
6. Tumor
Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit
Paget,

osteoblastoma,

hemangioma,

neurinoma,meningioma.

Atau

tumor ganas yang primer seperti mieloma multipel maupun sekunder


seperti macam-macam metastasis.
7. Toksik
Keracunan logam berat, misalnya radium.
8. Infeksi
Akut disebabkan oleh kuman piogenik (stafilokokus, streptokokus)
dan kronik contohnya pada spondilitis tuberkulosis (penyakit Pott),
jamur, osteomielitis kronik.
9. Problem Psikoneurotik
Histeria atau depresi, malingering, LBP kompensatorik. LBP yang
tidak mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan
jaringan atau batas-batas anatomis.
Penyebab Lain Nyeri Pinggang
Penyebab lain dari nyeri pinggang antara lain :
1) Gangguan ginjal

Gangguan ginjal yang sering dihubungkan dengan nyeri pinggang


antara lain infeksi ginjal, batu ginjal, dan perdarahan pada ginjal akibat
trauma. Diagnosa ditegakan berdasarkan pemeriksaan kencing, dan
pemeriksaan radiologi.
2) Kehamilan
Wanita hamil sering mengalami nyeri pinggang sebagai akibat dari
tekanan mekanis pada tulang pinggang dan pengaruh dari posisi bayi
dalam kandungan.

3) Masalah pada organ peranakan


Beberapa masalah pada organ peranakan perempuan yang dapat
menimbulkan nyeri pinggang antara lain kista ovarium, tumor jinak
rahim dan endometriosis.
c. Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah
stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan
persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen
system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda
diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang
sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi
seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain (1,3).
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit
yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial
merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal.
Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini
bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan
cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan
kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin
dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus
terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan
dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ
internal yang lebih besar. Sejumlah substansi

yang dapat meningkatkan

transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan


substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan
efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh
yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin
dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system
saraf pusat.

Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses


sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system
assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari
reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri
terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini
kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik
yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae
yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan
otot

paravertebralis.

memungkinkan

Konstruksi

fleksibilitas

memberikanperlindungan

yang

punggung

sementara
maksimal

yang

disisi

unik

lain

terhadap

tersebut

tetap

dapat

sum-sum

tulang

belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical


pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan
tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada
aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan
peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri
punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah

tua.

fibrokartilago

Pada

dengan

orang
matriks

muda,

diskus

gelatinus.

terutama

Pada

lansia

tersusun
akan

atas

menjadi

fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra


merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5
dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi
terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan
penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang
mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.
d. Manifestasi Klinis
1.

Perubahan dalam gaya berjalan.


a) Berjalan terasa kaku.
b) Tidak bias memutar punggung.
c) Pincang.

2.

Persyarafan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien
merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami
sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.

3.

Nyeri.
a)
b)
c)
d)

Nyeri
Nyeri
Nyeri
Nyeri

punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.


saat berjalan dengan menggunakan tumit.
otot dalam.
menyebar kebagian bawah belakang kaki.

e) Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.


f) Nyeri pada pertengahan bokong.
g) Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
e. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar

vertebra

mungkin

memperlihatkan

adanya

fraktur,dislokasi,infeksi,osteoartritis atau scoliosis.


2. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit
yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar
kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
3. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis
spinalis.
4. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat
dan lokasi patologi tulang belakang.
5. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami
degenerasi atau protrusi diskus.
6. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis
dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
7. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi

penyakit

serabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati ).


f. Penatalaksanaan
a. Tirah baring :
Tempat

tidur

dengan

alat

yang

keras

dan

rata

untuk

mengendorkan otot yang spasme, sehingga terjadi relaksasi otot


maksimal. Dibawah lutut diganjal batal untuk mengurangi hiperlordosis
lumbal, lama tirah baring tidak lebih dari 1 minggu.
b. Medika mentosa :
Menggunakan

obat

tunggal

atau

kombinasi

dengan

dosis

semiminimal mungkin, dapat diberikan analgetik non-steroid, muscle


relaxant, tranguilizer, anti depresan atau kadang-kadang obat blokade
neuratik.
c.

Fisioterapi :
Dalam bentuk terapi panas, stimulasi listrik perifer, traksi pinggul,
terapi latihan dan ortesa (kovset)

d. Psikoterapi :
Diberikan

pada

penderita

yang

pada

pemeriksaan

didapat

peranan psikopatologi dalam timbulnya persepsi nyeri, pemberian


psikoterapi dapat digabungkan dengan relaksasi, hyprosis maupun
biofeedback training.
e. Akupuntur :
Kemungkinan

bekerja

dengan

cara

pembentukan

zat

neurohumoral sebagai neurotras mitter dan bekerja sebagai activator


serat intibitor desenden yang kemudian menutup gerbang nyeri.

f. Terapi operatic :
Dikerjakan apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil
yang nyata, atau kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit
neurologik, ataupun adanya gangguan spinger
g. Latihan :
Latihan perlu dilakukan dengan hati-hati dan terarah agar tidak
memperburuk keadaan, dapat dimulai pada hari ke 2 dan ke 3 kecuali
jika penyebabnya adalah herniasi diskus.

B. Konsep Dasar Keperawatan


a. Pengkajian
a) Aktivitas dan istirahat

Gejala

: riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat,

duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras


waktu tidur, penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu
bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya

dilakukan.
Tanda
: Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan

dalam berjalan.
b) Eliminasi
Gejala : Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontenensia/retensi urine
c) Integritas Ego
Gejala
: Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah

pekerjaan, finansial keluarga.


Tanda
: Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang

terdekat
d) Neurosensori
Gejala
: Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda
: Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot,
hipotania, nyeri tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi
nyeri (sensori)
e) Nyeri/kenyamanan

Gejala

: Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk

dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat


defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak
ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara
interminten;

nyeri

menjalar

ke

kaki,

bokong

(lumbal)

bahu/lengan; kaku pada leher (servikal). Terdengar

atau

adanya suara

krek saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa punggung

patah, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan


Tanda
: Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang
terkena, perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincangpincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri

pada palpasi.
f) Keamanan
Gejala
: Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja
terjadi
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d masalah muskuloskeletal
Kriteria hasil :

Mampu mengontrol nyeri

Melaporkan bahwa nyeri berkurang

Mampu mengenali nyeri

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang


Intervensi:
1) Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lama serangan, factor
pencetus/yang memperberat
R/: membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk
perbandingan dan evaluasi terhadap terapi
2) Pertahankan tirah baring selama fase akut
R/: tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk
menurunkan spasme otot
3) Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
R/: menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan
spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan pada struktur sekitar
diskus invertebralis yang terkena
4) Berikan obat sesuai indikasi
R/: merelaksasikan otot, menurunkan nyeri serta menurunkan edema dan
tekanan pada akar saraf
2.

Kerusakan

mobilitas

fisik

b.d

nyeri,

spasme

otot,

dan

berkurangnya kelenturan
Kriteria hasil:
a.
b.
c.
d.

Klien meningkat dalam aktivitas fisik


Mengerti tujuan dan peningkatan aktivitas
Memverbalisasikan perasaan dalam
meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
Memperagakan penggunaan alat bantu mobilisasi

Intervensi:
1) Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi
R/: imobiliasi yang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan, peka
rangsangan
2) Bantu klien dalam melakukan perubahan gerak
R/: keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus tetapi
biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi
3) Anjurkan klien untuk melatih kaki bagian bawah/lutut
R/: stimulasi sirkulasi vena/arus balik vena menurunkan keadaan vena yang
statis dan kemungkunan terbentuknya thrombus
4) Berikan alat bantu bila diperlukan
R/: penggunaan penahan sangat membantu mengatasi low back pain
3. Intoleransi aktivitas b/d gangguan mobilitas dan nyeri kronik
Criteria hasil:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktifitas
2. Memperlihatkan kamajuan (ketingkat yang lebih tinggi dari mobilitas yang
mungkin)
3. Memperlihatkan penurunan tanda-tanda hipoksia terhadap aktifitas (nadi,
tekanan darah, pernapasan)
4. Melaporkan reduksi gejala-gejala intoleransi aktivitas
Intervensi:
1) Catat respon-respon emosi/perilaku pada mobilisasi.
R/: Aktivitas pengalihan membantu dalam memfokuskan kembali perhatian
pasien dan meningkatkan koping dengan keterbatasan tersebut.
2) Anjurkan pasien untuk tetap ikut berperan serta dalam aktivitas sehari-hari
dan keterbatasan individu.
R/: partisipasi pasien akan meningkatkan kemandirian pasien dan perasaan
kontrol terhadap diri.
3) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
R/: keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus tetapi
biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi.
4. Ansietas b/d perubahan status kesehatan dan nyeri terus menerus
Criteria hasil:

Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat


diatasi

Mengkaji situasi terbaru dengan akurat

Mengembangkan rencana ntu perubahan gaya hidup yang perlu

Intervensi:
1) Kaji tingkat ansietas pasien
R/: membantu dalam mengidentifikasi kekuatan dan keterampilan uyang
mungkin membantu pasien mengatasi keadaannya sekarang

2) Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur


R/: memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang didasarkan atas
pengetahuannya
3) Berikan

kesempatan

pasien

untuk

mengungkapkan

masalah

yang

dihadapinya
R/: kebanyakan pasien mengalami masalah yang perlu untuk diungkapkan
4) Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk
sembuh dan menghalangi proses penyembuhan
R/: pasien mungkin secara tidak sadar memperoleh keuntungan
5) Catat perilaku dari orang terdekat yang meningkatkan peran sakit pasien
R/: orang terdekat/keluarga mungkin secara tidak sadar memungkinkan
pasien untuk mempertahankan ketergantungan dengan melakukan sesuatu
yang pasien sendiri mampu melakukannya tanpa bantuan orang lain.
5. Kurang

pengetahuan

b/d

teknik

mekanika

tubuh

melindungi

punggung
Criteria hasil:

Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, prognosis, dan tindakan

Melakukan kembali perubahan gaya hidup

Berpartisipasi dalam aturan tindakan

Intervensi:
1) Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis serta pembatasan kegiatan,
seperti hindari mengemudikan kendaraan dalam periode waktu yang lama
R/: pengetahuan dasar yang memadai memungkinkan pasien untuk
membuat pilihan yang tepat
2) berikan informasi tentang berbagai hal dan instrksikan pasien untuk
melakukan

perubahan

mekanika

tubuh

tanpa

bantuan

dan

juga

melakukan latihan
R/: menurunkan resiko terjadinya trauma berulang dari leher/punggung
dengan menggunakan otot-otot punggung
3) diskusikan mengenai pengobatan dan juga efe samping
R/: menurunan resiko komplikasi/trauma
4) berikan inormasi mengenai tanda-tanda yang perlu dilaporkan pada
evaluasi berikutnya
R/: perkembangan dari proses penyakit mungkin memerlukan tindakan
pembedahan

Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot,
Philadelphia, 2000
Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 1997

Anda mungkin juga menyukai