Disusun oleh:
Rasyad Wicaksono 1111103000072
Laras Respati Ardanareswari 1111103000098
Pembimbing :
dr. Santi Sumihar, SpPD
KEPANITERAAN KLINIK
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUP FATMAWATI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
Definisi
Etiologi
Epidemiologi
Patogenesis
Gejala Klinis
Diagnosis
10
Komplikasi
12
Tatalaksana
16
25
Daftar Pustaka
28
BAB I
PENDAHULUAN
Sepsis adalah sebuah penyakit sistemik akibat infeksi mikroba pada bagian
tubuh yang dalam kondisi normal bersifat steril. Istilah sepsis digunakan untuk
membedakan antara penyakit dengan etiologi mikrobial dari sebuah sindrom
identik yang dapat ditimbulkan oleh berbagai etiologi non-mikrobial, seperti
pankreatitis. Persamaan dari kedua penyakit terdapat pada peran berbagai macam
sitokin dalam proses patofisiologi keduanya. Oleh karena itu, dapat ditarik
kesimpulan bahwa sepsis adalah sebuah respons inflamasi nonspesifik yang
terbukti atau diduga disebabkan oleh etiologi mikrobial. Ketika terjadi hipoperfusi
atau disfungsi pada setidaknya satu sistem organ, kondisi sepsis tersebut
dinyatakan sebagai berat. Ketika sepsis berat berlanjut hingga timbul hipotensi
atau indikasi penggunaan vasokonstriktor meski telah ditangani dengan resusitasi
cairan, kondisi tersebut dinamakan syok sepsis.1
Sepsis adalah penyebab tersering di perawatan pasien di unit perawatan
intensif. Sepsis hampir diderita oleh 18 juta orang di seluruh dunia setiap
tahunnya. Insidennya diperkirakan sekitar 50-95 kasus diantara 100.000 populasi
dengan peningkatan sebesar 9% tiap tahunnya. Syok akibat sepsis merupakan
penyebab kematian tersering di unit pelayanan intensif di Amerika Serikat. 2
Penelitian epidemiologi sepsis di AS menyatakan insiden sepsis sebesar
3/1.000 populasi yang meningkat lebih dari 100 kali lipat berdasarkan umur
(0,2/1.000 pada anak-anak, sampai 26,2/1.000 pada kelompok umur > 85 tahun).
Angka perawatan sepsis berkisar antara 2 sampai 11% dari total kunjungan ICU.
Angka kejadian sepsis di Inggris berkisar 16% dari total kunjungan ICU. 3,4
Risiko mortalitas akibat sepsis dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti umur,
jenis kelamin, ras, penyakit penyerta, riwayat trauma paru akut, sindrom gagal
napas akut, gagal ginjal dan jenis infeksinya yaitu nosokomial, polimikrobial atau
jamur sebagai penyebabnya. Diperkirakan angka mortalitas akibat sepsis, sepsis
berat, dan syok sepsis masing-masing mencapai 10-20%, 20-50%, dan 40-80%.
Insiden mortalitas yang lebih tinggi umumnya lebih sering ditemukan di negara
berkembang daripada negara maju. 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
SIRS ( Systemic Inflammatory Response Syndrome ) adalah suatu
bentuk respon inflamasi terhadap infeksi atau non-infeksi yang ditandai
oleh dua atau lebih kriteria berikut ini:6
2.2 Etiologi
Penyebab dari sepsis terbesar adalah bakteri Gram negatif dengan
presentase 60-70% kasus yang menghasilkan berbagai produk yang dapat
menstimulasi sel imun yang terpacu untuk melepaskan mediator
inflamasi.6
Lipopolisakarida (LPS) merupakan produk yang paling berperan
dalam terjadinya sepsis. LPS merupakan komponen utama membran
terluar bakteri Gram negatif yang merangsang inflamasi jaringan, demam,
dan syok. LPS dapat mengaktifkan sistem imun selular dan humoral, tidak
mempunyai sifat toksik namun dapat merangsang mediator inflamasi.6
Staphylococci, Pneumococci, Streptococci dan bakteri Gram
positif jarang menyebabkan sepsis (20-40%) dari keseluruhan kasus.
Pada infeksi
hematogen, %
(n=436)
35
40
7
11
<5
Gra-negatif
Gram-positif
Jamur
Polimikroba
Patogen klasik
Total, % (n=866)
44
24
5
21
<5
40
31
6
16
<5
Gambar 2. Faktor predisposisi, infeksi, respon klinis, dan disfungsi organ pada sepsis (PIRO) 6
2.3 Epidemiologi
Sepsis adalah penyebab tersering di perawatan pasien di unit
perawatan intensif. Sepsis hampir diderita oleh 18 juta orang di seluruh
dunia setiap tahunnya. Insidennya diperkirakan sekitar 50-95 kasus
2.4 Patogenesis
Bakteri Gram negatif dan Gram positif dapat menimbulkan sepsis.
Pada sebagian besar pasien sepsis ditemukan adanya fokus infeksi jaringan
sebagai sumber bakterimia yang menunjukkan infeksi sekunder. Fokus
primer dari Gram negatif dapat ditemukan di saluran gastrointestinal,
saluran genitourinarium dan saluran empedu. Sepsis Gram positif berasal
dari infeksi kulit, saluruan pernapasan dan luka terbuka.6
Ketika jaringan terinfeksi, terjadi stimulasi perlepasan mediatormediator inflamasi termasuk diantaranya sitokin. Sitokin terbagi dalam
proinflamasi dan antiinflamasi. Sitokin yang termasuk proinflamasi seperti
TNF, IL-1, interferon yang bekerja membantu sel untuk menghancurkan
mikroorganisme
yang
menyebabkan
infeksi.
Sedangkan
sitokin
Colony
Stimulating
Factor),
sedangkan
Th2
akan
mengekspresikan IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, IFN-g, IFN 1 dan TNF yang
merupakan sitokin proinflamantori. IL-1 yang merupakan sebagai imuno
regulator utama juga memiliki efek pada sel endothelial termasuk
didalamnya terjadi pembentukkan prostaglandin E2 (PG-E 2) dan
merangsang ekspresi intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1) yang
menyebabkan neutrofil tersensitisasi oleh GM-CSF mudah mengadakan
adhesi. Neutrofil yang beradhesi akan mengeluarkan lisosim yang
menyebabkan dinding endotel lisis sehingga endotel akan terbuka dan
menyebabkan kebocoran kapiler. Neutrofil juga membawa superoksidan
yang
termasuk
kedalam
radikal
bebas
(nitrat
oksida)
sehingga
2.6 Diagnosis
10
Temuan
Leukositosis atau leukopenia
Hitung trombosit
Trombositosis atau
trombositopenia
Kaskade koagulasi
Kadar kreatinin
Meningkat
Meningkat
Keterangan
Endotoksemia dapat menyebabkan
leukopenia dini
Nilai tinggi dapat timbul pada
respons fase akut. Nilai rendah
ditemukan pada KID
Nilai abnormal dapat ditemukan
sebelum onset kegagalan fungsi
organ tanpa disertai perdarahan.
Peningkatan sebesar dua kali lipat
nilai normal menandakan gagal
ginjal akut
Menandakan hipoksia jaringan
Menandakan kerusakan
hepatoselular akibat hipoperfusi
Berbanding terbalik dengan kadar
sitokin proinflamasi
Menandakan respons fase akut
Membedakan antara SIRS
infeksius dan SIRS noninfeksius
2.7 Komplikasi
Insidensi komplikasi yang diakibatkan oleh SIRS dan sepsis adalah
sebagai berikut :6
18%
Adult Respiratory Disease Syndrome (ARDS) sebanyak 2-8%
Acute Renal Failure (ARF) sekitar 9-23%
Gastrointestinal bleeding
Gagal hati (12%)
Disfungsi sistem saraf pusat (19%)
Gagal jantung
Kematian
11
menghambat
kerja
plasminogen
12
activator
inhibitor-1
yang
edema
interstitial
dan
alveolar.
Neutrofil
yang
Gastrointestinal :
Pada pasien sepsis di mana pasien dalam keadaan tidak sadar dan
terpasang intubasi dan tidak dapat makan, maka bakteri akan berkembang
dalam saluran pencernaan dan mungkin juga dapat menyebabkan suatu
pneumonia nosokomial akibat aspirasi. Abnormalitas sirkulasi pada sepsis
13
dapat menyebabkan penekanan pada barier normal dari usus, yang akan
menyebabkan bakteri dalam usus translokasi ke dalam sirukulasi (mungkin
lewat saluran limfe).
Syok septik
Sepsis dengan hipotensi dan gangguan perfusi menetap walaupun
telah dilakukan terapi cairan yang adekuat karena maldistribusi aliran
darah karena adanya vasodilatasi perifer sehingga volume darah yang
14
2.8 Tatalaksana
Berikut tatalaksana awal dan pengobatan terapi antibiotik pada
pasien sepsis menurut Surviving Sepsis Campaign (SSC) 20137 :
a. Resusitasi awal
Resusitasi awal diberikan pada pasien sepsis yang mengalami
hipoperfusi jaringan. Target resusitasi awal pada keadaan ini adalah :
15
c. Diagnosis
Kultur diambil sebelum pemberian antibiotik atau kurang dari 45
menit setelah pemberian antibiotik. Setidaknya 2 sampel darah (aerobik
dan anaerobik) didapatkan secara perkutaneus dan 1 sampel dari akses
vaskular.
Bila dicurigai terdapat infeksi kandidiasis maka dapat dilakukan
pemerikasaan 1,3 beta-D-glucan, antibodi mannan dan antimannan. Dapat
dikonfirmasi dengan pemeriksaan imaging untuk memastikan sumber
infeksi.
d. Terapi antimikroba
Antimikroba intravena dalam 1 jam pertama dapat diberikan pada
pasien syok sepsis dan sepsis berat tanpa syok.
Diberikan satu obat antimikroba empirik atau lebih untuk
menghambat aktivitas patogen. Terapi antimikroba dapat diberikan dalam
dosis harian dan dapat dideskalasi. Terapi kombinasi antimikroba tidak
boleh diberikan lebih dari 3-5 hari. Deeskalasi harus segera dilakukan
setelah penyebab infeksinya diketahui. Pemberian obat antimikroba lebih
dari 7-10 hari dapat menyebabkan bakteremia dan gangguan imunologik.
Terapi antivirus dapat diberikan pada pasien sepsis berat atau syok
sepsis yang diakibatkan oleh infeksi virus.
Tabel. Pemilihan terapi antibiotik untuk sepsis dari sumber infeksi
Suspek sumber infeksi
Tidak diketahui
Intraabdominal
Traktus urinarius
16
Atau
Ampisilin 2 gr IV per 6 jam ditambah Gentamisin
Vancomisin
Atau
Linezolid 600 mg IV per 12 jam
Atau
Daptomisin 4mg/kgBB per 24 jam
Atau
Oxacillin 2 gr IV per 4 jam
Penisilin G 6 juta unit IV per 4 jam
Ditambah
Klindamisin 900 mg IV per 8 jam
Direkomendasikan untuk segera melakukan debridement
Meropenem 500 mg IV per 6 jam
Direkomendasikan untuk segera melakukan debridement
Seftriakson 1 gr ( 2 gr jika BB > 80 kg) IV per 24 jam
Kombinasi dengan
Moksifloksasin 400 mg IV per 24 jam
Atau
Azitromisin 500 mg IV per 24 jam
Cefepime 1 g IV per 6 jam atau
piperacillin 3,375 g IV infus selama 4 jam
atau
meropenem 500 mg IV per 6 jam
ditambah
siprofloksasin 400 mg IV per 8 jam
atau
Aminoglikosida gentamisin 5-7 mg/kgBB per 24 jam
Dengan
Azitromisin 500 mg PO/IV per 24 jam
f. Pencegahan infeksi
17
h. Vasopresor
i. Inotropik
Dobutamin 20 mcg/kgBB/menit diberikan pada pasien dengan
disfungsi miokardium,
meskipun volume
18
pada
kadar
<10.000/mm3
tanpa
perdarahan;
pada
ditargetkan =<30cmH20
Untuk mencegah alveolus kolaps pada akhir ekspirasi, bisa digunakan
ventilator.
Ventilasi masker noninvasif digunakan hanya jika diyakini manfaatnya
19
Sedasi kontinu atau intermiten dapat dikurangi pada pasien sepsis yang
pemberian obat.
Pemberian NMBA tidak lebih dari 48 jam pada pasien dengan ARDS
akibat sepsis dengan Pao2/FIO2 < 150 mmHg.
q. Kontrol Glukosa
20
ginjal akut.
Penggunaan terapi untuk memfasilitasi manajemen keseimbangan
cairan dianjurkan pada pasien sepsis dengan hemodinamik yang tidak
stabil.
s. Bikarbonat
Penggunaan natrium bikarbonat tidak dianjurkan untuk memperbaiki
hemodinamikk atau mengurangi kebutuhan vasopressor pada pasien
dengan asidosis laktat (pH>7,15) akibat hipoperfusi jaringan.
t. Profilaksis Trombosis Vena Dalam (DVT)
dan
alat
kompresi
pneumatik
intermiten
bila
memungkinkan.
Pasien sepsis yang memiliki kontraindikasi penggunaan heparin tidak
diberikan farmakofilaksis namun diberikan tatalaksana profilaktik
mekanik, seperti stocking kompresi atau alat kompresi intermiten,
kecuali terdapat kontraindikasi. Ketika risiko berukurang, gunakan
farmakofilaksis.
21
v. Nutrisi
jam pertama setelah penegakan diagnosis sepsis berat atau syok septik.
Dalam pekan pertama perawatan, asupan kalori harian diberikan dalam
keluarganya.
Gabungkan target pencapaian perawatan dalam penatalaksanaan dan
perawatan menjelang kematian, disertai prinsip-prinsip tatalaksana
22
23
DAFTAR PUSTAKA
4. Hoyert DL, Anderson RN. Age-adjusted death rate. Natl Vital Stat Rep.
2001;49:1-6
5. Martin GS. Sepsis, Severe Sepsis and Septic Shock: Changes In Incidence,
Pathogens and Outcomes. Expert Rev Anti Infect Ther. 2012 Jun; 10(6):
701-706.
6. Sepsis. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi V. Jakarta:
Pusat Penerbit IPD FKUI. 2009: 1862-65
7. Surviving Sepsis Campaign. International Guidelines for Management of
Severe Sepsis and Septic Shock: 2012. Critical Care Medicine Februari
2013; 41(2): 585-636
8. Al-Khafaji AH et al. Multiple Organ Dysfunction Syndrome in Sepsis.
http://emedicine.medscape.com/article/169640-overview#showall.
Diunduh 24 Januari 2016
9. LaRosa SP. Sepsis.
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/i
nfectious-disease/sepsis/. Diunduh 24 Januari 2016
10. Effects of Sepsis. http://www.medicalexhibits.com/medical_exhibits.php?
exhibit=06907_07W&query=effect%20sepsis%20bacteria%20blood
%20poison%20immunologic%20shock. Diunduh 24 Januari 2016
11. Schrier RW. Need to Intervene in Established Acute Renal Failure. JASN
October 2005; 15(10): 2756-2758.
12. American College of Chest Physicians. Early Goal-Directed Therapy in
25