disusun oleh:
Andina Destiyani Putri (04094705099)
Msy Rulan Adnindya (04094705094)
Dosen Pembimbing:
dr. Imam Supriyanto, SpPD
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Oponen Wajib:
Oponen Bebas:
Santoso Wibowo
Hesty Dwi Handayani
Lusiya Ningsih
Marlina
Indri Widya Sari
Razi Satriadi
Eka Asni
Intan Purnama
1. Ramadhan A
2. Tania O
3. Bedry Q
4. Eric Tjahyadi
5. Ristania
6. Annisa G I
7. Lydia F
8. Mutia F
9. Sidik S
10. Khaerunisa
11. Desti Mariani
12. Khaerul Bayu A
13. Patricia W
14. Mehdy A
15. Yuli A
16. Putri Tiara
17. Ribka R
18. Sylvia A
19. Tuhfa M
20. Dwi Yuliani
21. Rani A
22. Jeaudeen
23. Fernando
24. Olivia C
25. Febrialita
27. Sarah
PENDAHULUAN
Sirosis hati merupakan perjalanan patologi akhir berbagai macam penyakit
hati. Istilah sirosis diperkenalkan pertama kali oleh Laennec pada tahun 1826.
Diambil dari bahasa Yunani scirrhus atau kirrhos yang artinya warna oranye dan
dipakai untuk menunjukkan warna oranye atau kuning kecoklatan permukaan hati
yang tampak saat otopsi.1
Batasan
fibrosis
sendiri
adalah
penumpukan
berlebihan
matriks
kelima. Setiap tahun ada tambahan 2000 kematian yang disebabkan karena gagal
hati fulminan (fulminant hepatic failure).3,4,5 FHF dapat disebabkan hepatitis virus
(virus hepatitis A dan B), obat (asetaminofen), toksin (jamur Amanita phalloides
atau jamur yellow death-cap), hepatitis autoimun, penyakit Wilson, dan berbagai
macam penyebab lain yang jarang ditemukan.5
Belum ada data resmi nasional tentang sirosis hati di Indonesia. Namun
dari beberapa laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, berdasarkan
diagnosis klinis saja dapat dilihat bahwa prevalensi sirosis hati yang dirawat di
bangsal penyakit dalam umumnya berkisar antara 3,6 - 8,4% di Jawa dan
Sumatra, sedang di Sulawesi dan Kalimantan di bawah 1%. Secara keseluruhan
rata-rata prevalensi sirosis adalah 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat di
bangsal penyakit dalam, atau rata-rata 47, 4% dari seluruh pasien penyakit hati
yang dirawat.6
Dengan data seperti ini, dapat disimpulkan bahwa sirosis hati merupakan
penyakit kronik progresif yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan
1
mortalitas jika tidak ditindaklanjuti secara profesional. Tindakan yang tepat dapat
dilakukan jika para praktisi medis mengenal dengan baik faktor-faktor risiko,
etiologi, patogenesis, serta tanda dan gejala klinis dari sirosis hati. Oleh karena
itu, penulis mengangkat sirosis sebagai tema presentasi kasus ini dengan harapan
agar kita mampu mengenal lebih dalam mengenai penyakit ini, sehingga kita
mampu menerapkan penatalaksanaan dan terapi yang rasional terhadap pasien.
BAB II
LAPORAN KASUS
Identifikasi
Seorang wanita, S, umur 48 tahun, alamat dalam kota, dirawat di RSMH
bagian Penyakit Dalam tanggal 1 April 2010, dengan keluhan utama BAB warna
hitam dan muntah darah sejak 6 jam SMRS.
Riwayat Perjalanan Penyakit
1 minggu SMRS, os mengeluh perutnya membesar. Pembesaran perut
tanpa diawali pembengkakan pada kedua tungkai dan sembab kedua mata pada
pagi hari. Os juga mengeluh mual, muntah tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada.
Demam tidak ada, BAK dan BAB biasa. Nafsu makan berkurang. Os tidak
berobat.
2 hari SMRS, os mengeluh BAB hitam, frekuensi 4x, konsistensi
lembek, banyaknya 1 gelas besar setiap kali BAB. Keluhan perut membesar ada.
Mual ada, muntah ada sebanyak 2x, isi muntah apa yang dimakan dan diminum,
muntah darah tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada. Demam ada, BAK biasa dengan
warna seperti teh tua. Nafsu makan os berkurang dan badan terasa lemah.
6 jam SMRS os muntah darah ada, warna hitam, frekuensi 5x,
banyaknya seperempat gelas tiap kali muntah. Perut membesar, mual ada, nyeri
ulu hati tidak ada, demam ada, BAB biasa. Akhirnya os berobat ke RSMH dan
telah dirawat di bangsal penyakit dalam selama 7 hari.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan muntah dan BAB berdarah ada sejak 2 tahun SMRS.
Dikatakan menderita maag kronis.
Riwayat Kebiasaan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 100/80 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 20 kali/menit
Suhu badan
: 36,7 C
Tinggi badan
: 150 cm
Berat badan
: 47 kg
IMT
: 20,89 kg/m2
RBW
: 104,4 %
Status gizi
: normal
Keadaan Spesifik
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi (-), scar (-), pigmentasi normal, ikterus (-),
sianosis (-), spider naevi (-), telapak tangan dan kaki pucat (-), pertumbuhan
rambut normal.
Kelenjar
4
Kepala
Bentuk oval, simetris, ekspresi biasa, warna rambut hitam, rambut mudah rontok
(-), deformitas (-).
Mata
Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edema palpebra (-), konjunctiva palpebra
pucat (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya (+), pergerakan mata ke
segala arah baik.
Hidung
Bagian luar hidung tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan
baik, selaput lendir dalam batas normal, epistaksis (-)
Telinga
Kedua meatus acusticus eksternus normal, pendengaran baik, tophi (-), nyeri tekan
processus mastoideus (-)
Mulut
Sariawan (-), pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah pucat (-), lidah kotor
(-), atrofi papil (-), stomatitis (-), rhagaden (-), bau pernapasan khas (-)
Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP (5-2)
cmH2O, hipertrofi musculus sternocleidomastoideus (-), kaku kuduk (-)
Dada
Bentuk normal, retraksi (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-), spider nevi (-)
Paru:
5
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: batas atas ICS II, batas kanan linea sternalis dextra, batas kiri:
lnea midclavicula sinistra ICS V
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba, lien teraba
schuffner 2, permukaan rata, tepi tajam, incisura lienalis teraba.
Perkusi
Auskultasi
Kesan
: Ascites
Genital
Ekstremitas atas :
nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-),
pigmentasi normal, telapak tangan pucat (-), jari tabuh (-),
turgor
kembali
lambat
(-),
eritema
palmaris
(-),
akrosianosis(-)
Ekstremitas bawah : nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-) pada kedua tungkai,
jaringan parut (-), pigmentasi normal, jari tabuh (-), turgor
kembali lambat (-), akrosianosis (-)
Pemeriksaan Penunjang (1 April 2010)
6
Gall Blader : Bentuk dan ukuran normal, isi kosong, dinding tebal.
Asites
: (+)
Lien
Ginjal
Kesan
: Sirosis hepatis
Resume
Dari anamnesis didapatkan bahwa, 1 minggu SMRS, os mengeluh
perutnya membesar. Os juga mengeluh mual, muntah tidak ada, nyeri ulu hati
tidak ada. BAK dan BAB biasa. Nafsu makan berkurang. Os tidak berobat. 2
hari SMRS, os mengeluh BAB hitam, frekuensi 4x, konsistensi lembek,
banyaknya 1 gelas besar setiap kali BAB. Keluhan perut membesar ada. Mual
7
ada, muntah ada sebanyak 2x, isi muntah apa yang dimakan dan diminum.
Demam ada, BAK biasa dengan warna seperti teh tua. Nafsu makan os berkurang
dan badan terasa lemah. 6 jam SMRS os muntah darah ada, warna hitam,
frekuensi 5x, banyaknya seperempat gelas tiap kali muntah. Perut membesar,
mual ada, demam ada, BAB biasa. Akhirnya os berobat ke RSMH dan telah
dirawat di bangsal penyakit dalam selama 7 hari.
Berdasarkan riwayat penyakit dahulu, os mengatakan pernah transfusi
darah. Os juga pernah menderita keluhan muntah dan BAB berdarah selama 2
tahun. dikatakan os menderita maag kronis.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 92 kali/menit
reguler, isi dan tegangan cukup, pernapasan 20 kali/menit, suhu badan 36,7 0C,
Abdomen: cembung, venektasi (+), lemas, nyeri tekan daerah epigastrium (-), lien
teraba schuffner 2, permukaan rata, tepi tajam, incissura lienalis teraba, shifting
dullness (+).
Pemeriksaan
penunjang:
Hematologi:
Hb
3,3
g/dl,
eritrosit
Diagnosis Banding
Rencana Pemeriksaan:
Benzidine Test
Biopsi hati
Serologi
Endoskopi
Rencana Penatalaksanaan
Non farmakologis :
Istirahat
Diet hati III dan Diet Rendah Garam
Farmakologis :
IVFD RL gtt X/menit makrodrip
Propanolol 2x10 mg
Spironolakton 2x100 mg
Asam traneksamat 3x1 amp (IV)
Curcuma 3x1 tab
Kanamisin 4x500 mg
Lactulac Syrup 3x1
Vit K 3x1 amp (IV)
Prognosis:
Quo ad vitam
: Dubia ad malam
Quo ad functionam
: Malam
Badan lemas
Sense
compos mentis
80 kali/menit
9
TD
T
Mata :
120/80 mmHg
RR
20 kali/menit
0
36,6 C
BB/LP 45 kg/86 cm
Konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-)
Leher:
Paru-paru:
Assessment
Planning
Jantung :
Abdomen:
Extremitas:
Pemeriksaan
Penunjang
S
O
Badan lemas
Sense
compos mentis
TD
T
Mata :
80 kali/menit
120/80 mmHg
RR
20 kali/menit
0
36,6 C
BB/LP 43 kg/84 cm
Konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-)
Leher:
Paru-paru:
Assessment
Planning
Jantung :
Abdomen:
Extremitas:
11
Badan lemas
Sense
compos mentis
TD
T
Mata :
80 kali/menit
120/80 mmHg
RR
20 kali/menit
36,6 0C
BB/LP 40 kg/78 cm
Konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-)
Leher:
Paru-paru:
Assessment
Planning
Jantung :
Abdomen:
Extremitas:
10
Badan lemas
Sense
compos mentis
TD
T
Mata :
80 kali/menit
120/80 mmHg
RR
20kali/menit
36,6 0C
BB/LP 40 kg/78 cm
Konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-)
Leher:
Paru-paru:
Assessment
Planning
Jantung :
Abdomen:
Extremitas:
11
Intake
Makan Minum Infus Total
150
150
200
200
200
500
500
300
250
450
500
500
300
500
500
1150
1150
800
950
1150
BAB
Output
BAK IWL Total
150
150
50
50
100
1000
1200
700
800
600
470
450
430
400
400
1620
1600
1180
1250
1100
Selisih
-470
-450
-380
-300
+50
BAB III
ANALISA KASUS
12
13
III.3 Etiologi 10
Etiologi yang umumnya mengakibatkan sirosis adalah:
1. Penyakit infeksi (bruselosis, ekinokokus, skistomiasis, toksoplasmosis,
hepatitis B, hepatitis C)
2. Penyakit keturunan dan kelainan metabolik (Hemakhomatosis, Penyakit
Wilson, Tirosinemia, sindroma fanconi, penyakit gaucher, penyakit simpnan
glikogen)
3. Obat dan toksin (alkohol, amiodarpn arsenik obstruksi bilier, penyakit
perlemakan hati non alkoholik, sirosis bilier primer, kolangitis sklerosis
primer)
4. Penyebab lain atau tidak terbukti (penyakit usus inflamasi kronik, fibrosis
kistik, pintas jejunoileal, sarkoidosis)
Pada pasien ini, etiologi yang mungkin menyebabkan terjadinya sirosis
hepatis adalah infeksi virus hepatitis kronik (hepatitis B atau hepatitis C). Hal ini
dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis riwayat transfusi darah sebelumnya. hal
ini didukung pula dengan hasil pemeriksaan sero imunologi HbsAg (+) pada
pasien ini yang berarti pasien adalah pengidap hepatitis B kronik..
III.4 Tanda dan Gejala Klinis
III.4.1 Gejala klinis
Pasien dengan sirosis dapat datang ke dokter dengan sedikit keluhan, dapat
tanpa keluhan sama sekali, atau dengan keluhan penyakit lain. Beberapa keluhan
dan gejala yang sering timbul pada sirosis antara lain adalah1,4,5 : kulit berwarna
kuning, rasa mudah lelah, nafsu makan menurun, gatal, mual, penurunan berat
badan, nyeri perut dan mudah berdarah.
Pasien sirosis juga dapat mengalami keluhan dan gejala akibat komplikasi
dari sirosis hatinya. Pada beberapa pasien, komplikasi ini dapat menjadi keluhan
yang membawanya pergi ke dokter. Pasien sirosis dapat tetap berjalan kompensata
selama bertahun-tahun, sebelum berubah menjadi dekompensata. Sirosis
dekompensata dapat dikenal dari timbulnya bermacam komplikasi seperti ikterus,
perdarahan varises, asites, atau ensefalopati.
14
Spider naevi
2.
Eritema palmaris
3.
Ginekomastia
4.
Fetor hepatikum
5.
Splenomegali
6.
Asites
7.
Ikterus
Pada pasien ini didapatkan pemeriksaan fisik berupa splenomegali, asites.
SGOT dan SGPT meningkat tapi tidak terlalu tinggi, dimana biasanya
SGOT>SGPT
15
2.
3.
Bilirubin meningkat
4.
5.
PT memanjang
6.
Na menurun
7.
Diagnosis
Diagnosis sementara berupa sirosis hati dekompensata pada pasien dapat
III.7 Penatalaksanaan9,10
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
1. Simptomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang misalnya : cukup kalori,
protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
Pada sirosis hati akibat infeksi virus hepatitis B dapat dicoba dengan
interferon alfa dan lamivudin.
Pada sirosis alkoholik, maka pengobatan utama adalah menghentikan
secara total konsumsi alkohol oleh pasien.
Pada hepatitis autoimun dapat diberikan steroid atau imunosupresif
Pada sirosis akibat hepatitis C kronik maka kombinasi interferon dan
ribavirin merupakan terapi standar.
d. Pengobatan fibrosis hati
Pengobatan antifibrotik sampai saat ini lebih mengarah pada peradangan
dan tidak terjadap fibrosis.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti:
a. Asites2,9,10
Dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
istirahat
diet rendah garam: untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan
diet rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal
maka penderita harus dirawat.
Diuretik
Pemberian diuretik hanya bagi penderita yang telah menjalani diet
rendah garam dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya
18
Istirahat
2.
Diet rendah garam, merupakan terapi lini pertama pada asites yang ringan
atau sedang
20
3.
4.
5.
III.7 Prognosis10
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor meliputi
etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi dan penyakit lain yang menyertai.
Indeks hati dapat dipakai untuk menentukan prognosis sirosis
hati dengan
Albumin (g%)
Bilirubin (mg%)
Gangguan kesadaran
Asites
Nilai
1
3,0-3,5
2,0-3,0
Minimal
Minimal
0
>3,6
<2,0
-
2
<3,0
>3,0
+
+
Pada pasien ini didapat Albumin 2,2 g%, Bilirubin 0,58 mg%, Tidak ada
gangguan kesadaran, dan asites (+). Didapatkan indeks hati = 4 yang berarti
terdapat kegagalan hati sedang berarti angka kematiannya 18-40%. Prognosis quo
ad vitam adalah dubia ad malam dan prognosis quo ad functionam adalah malam.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Cheney CP, Goldberg EM and Chopra S. Cirrhosis and portal hypertension: an
overview. In: Friedman LS and Keeffe EB, eds. Handbook of Liver
Disease. 2nd ed. China, Pa: Churchill Livingstone; 2004:125-138
2. Friedman SL: Hepatic Fibrosis, In: Schiff ER, Sorrell MF, Maddrey WC, eds.
Schiffs Diseases of the Liver. 9th ed. Philadelphia, Pa: Lippincott-Raven;
2003:409-28
3. Garcia-Tsao D and . Wongcharatrawee S. (VA Hepatitis C resource center
Program). Treatment of patients With Cirrhosis and Portal Hypertension
Literature Review and Summary of Recommended Interventions. Version
1 (October 2003). Available from URL: www.va.gov/hepatitisc
4. Wolf DC. Cirrhosis.eMedicine Specialities. 11 September 2009. Available
from URL: http://www.emedicine.com/med/topic3183.htm
5. Lee D. Cirrhosis of the Live. MedicineNet.com, 11 September 2009.
Available from URL: http://www.medicinenet.com/cirrhosis/article.htm
6. Hernomo K. Pengelolaan perdarahan massif varises esophagus pada sirosis
hati. Thesis. Airlangga University Press, Surabaya,1983.
7. Lorraine MW. Sirosis Hati. Dalam: Sylvia AP, Lorraine MW. Sirosis. Edisi
keenam, Volume I. EGC, Jakarta: 2005;1:493-501.
8. Guadalupe Garsia-Tsao et al. Prevention and Management of
Gastroesophagal Varices and Variceal Hemorrhage in Cirrhosis. American
Journal of Gastroenterology. United States of America. 2007.
9. Pere Gines et al. Management of Cirrhosis and Ascites. The New England
Journal of Medicine. Massachusetts Medical Society. 2004;350:1646-54.
10. Nurdjanah, Siti. Sirosis Hati dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006;443-446
Indications
1. Evaluating prognosis in Cirrhosis
Criteria
1. Total Serum Bilirubin
22
References
24