Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Tuhan
yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan
kekuatan, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat dan Salam penulis persembahkan kepada Nabi
Muhammad Saw, Keluarga, Sahabat dan orang-orang yang selalu
istiqamah didalam agama Islam.
Rasa syukur penulis yang sedalam-dalamnya kepada Allah Swt yang
telah memberikan karunia kepada penulis sehingga tersusunlah makalah
ini dengan judul Askep Thalasemia
Akhirnya, penulis menginsafi bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, tanggapan dan teguran dari dosen Mata
Kuliah Sistem Imun dan Hematologi khususnya dan para pembaca
umumnya sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa
yang akan datang. Atas teguran dan kritiknya yang bersifat konstruktif
terlebih dahulu kami ucapkan terima kasih.
Makassar, 6 februari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi..............................................................................................4
B. Etiologi...............................................................................................5
C. Patofisologi........................................................................................5
D. Manifestasi Klinis..............................................................................7
E. Pemeriksaan Penunjang....................................................................8
F. Penatalaksanaan................................................................................9
G. Pencegahan.......................................................................................9
H. Komplikasi........................................................................................10
BAB III Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian.......................................................................................11
B. Diagnosa.........................................................................................14
C. Rencana keperawatan.....................................................................15
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................20
B. Saran........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................21
BAB I
2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah yang bersifat
herediter, dan diturunkan secara resesif. Pada tahun 1925, diagnosa
penyakit ini pertama kali diumumkan oleh Thoomas Cooley ( Cooleys
Anemia ) yang didapat diantara keluarga keturunan Italia yang bermukim
di Amerika Serikat. Kata Thalassemia berasal dari bahasa Yunani yang
berarti Laut dan digunakan pertama kali oleh Whipple dan Bradford pada
tahun 1932.
Prevalensi terjadinya thalasemia berbeda beda untuk tiap ras, ras
yang dominan terjadi thalasemia adalah penduduk China, Malaysia,
Indocina,
Afrika,
Mediterania,
Timur
Tengah
dan
Asia.
Dalam
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang
diturunkan secara resesif (Mansjoer, 2000:397).
Thalasemia adalah sekelompok penyakit/kelainan herediter yang
heterogen disebabkan oleh adanya defek produksi hemoglobin normal,
akibat kelainan sintesis rantai globin dan biasanya disertai kelainan
morfologi eritrosit dan indeks-indeks eritrosit (Soeparman 1999).
Secara molekuler thalassemia dibedakan atas thalassemia dan
thalassemia . Namun berdasarkan gejala klinisnya, thalassemia terbagi
menjadi
thalassemia
minor, thalassemia
mayor
dan
thalasemmia
intermedia.
Macam-macam Thalasemia
1. Thalasemia beta.
Merupakan anemia yang sering dijumpai yang diakibatkan oleh
defek yang diturunkan dalam sintesis rantai beta hemoglobin.
Thalasemia beta meliputi:
a. Thalasemia beta mayor.
Bentuk homozigot merupakan anemia hipokrom mikrositik yang berat
dengan hemolisis di dalam sumsum tulang dimulai pada tahun pertama
kehidupan. Kedua orang tua merupakan pembawa ciri.
Gejala gejala bersifat sekunder akibat anemia dan meliputi pucat, wajah
yang karakteristik akibat pelebaran tulang tabular pada tabular pada
kranium,
ikterus
dengan
derajat
hepatosplenomegali.
b. Thalasemia Intermedia dan minor.
yang
bervariasi,
dan
Pada bentuk heterozigot, dapat dijumpai tanda tanda anemia ringan dan
splenomegali. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan kadar Hb
bervariasi, normal agak rendah atau meningkat (polisitemia).
2. Thalasemia alpa
Merupakan thalasemia dengan defisiensi pada rantai a.
B. ETIOLOGI
Faktor genetik yaitu perkawinan antara 2 heterozigot (carier) yang
menghasilkan keturunan Thalasemia (homozigot).
Thalasemia bersifat primer dan sekunder:
o Primer: Berkurangnya sintesis Hb A dan Eritropoesis yang tidak efektif
disertai penghancuran sel-sel eritrosit intra medular.
o
hemodilusi
dan
distruksi
eritrosit
oleh
sistem
menyebabkan
perawakan
pendek.
Kadang-kadang
ditemukan
Letargi
Pucat
Kelemahan
Anoreksia
Sesak nafas
Tebalnya tulang kranial
Pembesaran limpa
Menipisnya tulang kartilago
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Studi hematologi : terdapat perubahan perubahan pada sel darah
merah, yaitu mikrositosis, hipokromia, anosositosis, poikilositosis,
sel target, eritrosit yang immature, penurunan hemoglobin dan
hematrokrit.
Elektroforesis hemoglobin : peningkatan hemoglobin
Pada thalasemia beta mayor ditemukan sumsum tulang hiperaktif
terutama seri eritrosit. Hasil foto rontgen meliputi perubahan pada
tulang akibat hiperplasia sumsum yang berlebihan. Perubahan
meliputi pelebaran medulla, penipisan korteks, dan trabekulasi
yang lebih kasar.
Analisis DNA, DNA probing, gone blotting dan pemeriksaan PCR
(Polymerase Chain Reaction) merupakan jenis pemeriksaan yang
lebih maju.
F. PENATALAKSANAAN
1. Transfusi sel darah merah (SDM) sampai kadar Hb sekitar 11 g/dl.
Pemberian sel darah merah sebaiknya 10 20 ml/kg berat badan.
2. Pemberian chelating agents (Desferal) secara intravena atau
subkutan. Desferiprone merupakan sediaan dalam bentuk peroral.
Namun manfaatnya lebih rendah dari desferal dan memberikan
bahaya fibrosis hati.
perkawinan
mendapatkan
hetarozigot
sebelum
keturunan
(carrier)
perkawinan
(marriage
diantara
pasien
yang
homozigot.
menghasilkan
counselling)
Thalasemia
Perkawinan
keturunan
25
agar
untuk
tidak
antara
Thalasemia
prenatal
melalui
pemeriksaan
DNA
cairan
amnion
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Asal keturunan/kewarganegaraan
Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah
10
2.
Umur
Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut
telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada
thalasemia minor yang gejalanya lebih ringan, biasanya anak baru datang
berobat pada umur sekitar 4 6 tahun.
3.
Pola makan
Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan,
sehingga berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan
usianya.
6.
Pola aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak
11
adanya faktor risiko thalassemia. Sering orang tua merasa bahwa dirinya
sehat. Apabila diduga faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan
mengenai risiko yang mungkin dialami oleh anaknya nanti setelah lahir.
Untuk memestikan diagnosis, maka ibu segera dirujuk ke dokter.
9.
diantaranya adalah:
1)
Keadaan umum
Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak
4)
5)
Dada
Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat
Perut
Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran
kurang dari normal. Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
12
8)
pubertas.
Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya, tidak adanya
pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, atau kumis. Bahkan mungkin
anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena adanya anemia
kronik.
9)
Kulit
Warna kulit pucat kekuning- kuningan. Jika anak telah sering mendapat
transfusi darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat
adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).
10. Penegakan diagnosis
a)
normal
terjadi karena sel darah merah berumur pendek (kurang dari 100
hari) sebagai akibat dari penghancuran sel darah merah didalam
pembuluh darah.
11. Penatalaksanaan
a)
b)
Perawatan khusus :
(kurang dari 6 gr%) atau anak terlihat lemah dan tidak ada nafsu
makan.
13
tahun dan bila limpa terlalu besar sehingga risiko terjadinya trauma
yang berakibat perdarahan cukup besar.
zat besi.
Pemberian
Desferioxamin
untuk
menghambat
proses
14
Intervensi keperawatan :
a.
Keadaan Ektremitas
Rasional : Menunujukan Informasi Tentang Adekuat Atau
Tidak Perfusi Jaringan Dan Dapat Membantu Dalam Menentukan
Intervensi Yang Tepat
b.
meningkat
d.
agar Hb meningkat.
2. Nyeri berhubungan dengan anoksia membran (krisis vasoocclusive)
Tujuan : rasa nyeri teratasi.
Kriteria Hasil: Rasa Nyeri hilang atau kurang
Intervensi keperawatan:
15
sakit
Hindari pengompresan dengan air dingin
Rasional: karena dapat meningkatkan vasokonstriksi
3. Intoleransi
aktivitas
b.d
ketidakseimbangan
kebutuhan
16
4. Perubahan
dampak
proses
penyakit
dalam
anak
keluarga
terhadap
berhubungan
fungsi
dengan
keluarga;
resiko
tersebut
Kriteria Hasil: klien memahaman tentang penyakit tersebut
Intervensi keperawatan:
Ajari keluarga dan anak yang lebih tua tentang karakteristik dari
pengukuran pengukuran.
Rasional: untuk meminimalkan komplikasi.
Tekankan akan pentingnya menginformasikan perkembangan
kesehatan, penyakit si anak.
Rasional: untuk mendapatkan hasil kemajuan dari perawatan yang
tepat.
Jelaskan tanda tanda adanya peningkatan krisis terutama
Intervensi keperawatan:
Ukur tekanan untuk meminimalkan komplikasi berkaitan
dengan eksersi fisik dan stres emosional
Rasional: menghindari penambahan oksigen yang dibutuhkan
b.
17
Intervensi keperawatan:
Intervensi keperawatan
18
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang
diturunkan secara resesif. Ditandai oleh defisiensi produksi globin pada
hemoglobin. dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam
pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100
hari). Kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal
(hemoglobinopatia). Penyakit ini di sebabkan oleh faktor genetik dan
pembagiannya, dibagi sesuai dengan molekkularnya. Tetapi secara umum
thalasemia dibagi menjadi 3 yaitu thalasemia ini yaitu mengalami anemia
tiap dari ke 3 jenis thalasemia tersebut, gejalanya sesuai dengan tingkt
keparahan penatalaksanaan dari thalasemia ini dengan cara tranfusi
darah (kebanyakan). Tetapi yang lebih penting harus di lakukan
penyuluhan sebelum perkawinan untuk mencegah perkawinan diantara
pasien thalasemia agar tidak mendapatkan keturunan yang homozogot.
B. SARAN
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun
bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian
19
hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kenzu, Epri. 2011. Askep pada Pasien thalasemia. Diakses pada tanggal
6 Februari 2013 (http://eprikenzu.blogspot.com/2011/04/askep-padapasien-thalasemia.html )
Wahyudi, Gusri. Diakses pada tanggal 6 februari 2013. Laporan
Pendahuluan Asuhan Keperawatan Thalasemia.
(http://askepseindonesia.blogspot.com/2011/06/askep-thalasemia.html )
Cubby, Nisya. 2012. Askep Thalasemia. Diakses pada tanggal 6 februari
2013 (http://nisya257chubby.blogspot.com/2012/03/askepthalasemia.html)
Doenges, Marilynn E, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3,
EGC, Jakarta.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
20