Anda di halaman 1dari 24

BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Tanggal Masuk RS
Ruangan

: An. R
: Laki-Laki
: 5 bulan
:16 September 2015
: Badar

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Muntah berwarna hijau

Riwayat Tambahan
BAB berwarna hitam

Riwayat Penyakit Sekarang


5 hari SMRS ot os mengaku os muntah-muntah berwarna putih susu, muntah
encer bercampur dengan makanan. BAB berwarna hitam. Os pergi berobat dan
dirawat di RS lain.
3 dan 4 hari SMRSot os mengaku os muntah-muntah berwarna kekuningan.
BAB masih berwarna hitam. Os tidak mau minum susu.
2 hari SMRS ot os mengaku os muntah-muntah berwarna hijau. BAB berwarna
hitam. Os pulang paksa di RS lain.
1 hari SMRS ot os mengaku muntah sudah berhenti paginya. Tapi saat malam
hari os muntah-muntah kembali dan berwarna hijau kekuningan. BAB berwrna
hitam. Demam (+)
Hari os masuk RS ot os mengaku os munah-muntah berwarna hijau bercampur
feses. Muntah 25 kali. BAB berwarna hitam. Tidak mau minum susu.

Riwayat Penyakit Dahulu


OS tidak memiliki penyakit atopic.
Riwayat trauma disangkal.

Riwayat Pengobatan
Os sedang tidak sedang menjalani pengobatan suatu penyakit. (eg: OAT / OAE)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
Nenek os DM, kakek os asma.

Riwayat Alergi
Tidak terdapat riwayat alergi obat, makanan, cuaca maupun debu

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Ibu rutin melakukan ANC di bidan selama masa kehamilan. Selama hamil ibu
pernah sakit types. Anak lahir cukup bulan, kehamilan tunggal, SC. Langsung menangis
setelah lahir dengan BB 3200 gram dan PB 49 cm.

Pola Makan Anak


Os mendapatkan ASI hingga usia 2
Saat usia 2 bulan ditambah dengan susu formula.
Minum susu 2 jam sekali
Selama sakit minum susu berkurang
Kesan : Anak tidak mendapat ASI eksklusif

Riwayat Tumbuh Kembang


Sudah bisa mengamati tangannya, sudah bisa tertawa. Sudah bisa tengkurap.
Kesan : Perkembangan anak sesuai usia

Riwayat Imunisasi

Kesan : Imunisasi dasar sesuai usia

Riwayat Psikososial
Dirumah OS tinggal dengan keluarganya yang berjumlah 4 orang.
Lingkungan rumah bersih dan udara masuk ke dalam rumah.
Di lingkungan rumah tidak ada yg memiliki keluhan yang sama.
Sejak usia 40 hari os sering diurut oleh tukang urut setiap sebulan sekali

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaran Umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: ComposMentis
Tanda-Tanda Vital
Suhu
: 36,8 C
Nadi
: 80 kali/menit
Napas
: 28 kali/menit

Antropometri
Berat Badan
Tinggi Badan

: 8,5 kg
: 63 cm

Status Gizi
Status Gizi
-

BB/U x 100 %
= 8,5/7,4 X 100% = 114 % Gizi Baik
TB/U x 100 %
= 63/65 X 100% = 96 % Normal
BB/TB x100 %

= 8,5/6,8 X 100% = 125 % Gizi Baik


Kesan : Gizi Baik
D. STATUS GENERALIS
Kepala
Kepala
Ubun-ubun
Mata
Konjungtiva anemis
Sclera icterus
Edema palpebra
Mata cekung
Mata merah dan berair
Hidung Pernapasan cuping hidung
Deviasi septum
Sekret
Perdarahan
Telinga Normotia
Sekret
Mulut Mukosa bibir
Sianosis
Lidah kering/kotor/tremor
Stomatitis
Faring hiperemis
Tonsil

Kulit

Leher

: Sianosis (-), kulit terlihat pucat (-), peteckie (-)

Pembesaran KGB
Pembesaran kelenjar thyroid

Thorax
Inspeksi
Perkusi
Palpasi
Auskultasi

Normocephal
Menutup Sempurna
-/-/+
+
Lembap
T1/T1

Gerak dada simetris, retraksi dada (-/-)


Sonor/Sonor
Vokal fremitus simetris, nyeri tekan (-/-)
Bunyi paru vesikular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Axilla
Abdomen

: Pembesaran KGB (-/-)

Inspeksi

Distensi (-), Scar (-)

Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Turgor Kulit

Inguinal

Ekstremitas
Superio
r
Inferior

BU (+) normal
Timpani
Supel, tidak ada pembesaran hepar dan lien
Baik, kembali dalam waktu < 2 detik
: Pembesaran KGB inguinal (-/-), Fimosis (-)

Akral
Edema
Sianosis
RCT
Akral
Edema
Sianosis
RCT

Hangat
< 2 detik

Hangat
< 2 detik

Hangat
< 2 detik

Hangat
< 2 detik

E. STATUS NEUROLOGIS
Refleks patologis :
Babinski (negative)
Brudzinski I (negative)
Brudzinski II (negative)
Kernig Sign (negative)
Refleks fisiologis : Biseps (+), patella (+), achilles (+)
Kesan

: Status Neurologis dalam batas normal

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
16 September 2015

Hasil

Nilai Normal

Hb

10,1

10,1-12,9

Leukosit

17,79

6,00-17,50

Trombosit

972

217 - 491

Ht

31

35-43

Eritrosit

5,01

3,20-5,20

MCV

62

74-102

MCH

20

23-31

MCHC

32

28-32

Os dilakukan pemeriksaan foto abdomen 3 posisi (13 Sept 2015, di RS lain) dengan hasil
sebagai berikut :
-Abdomen tampak membuncit
-Garis lemak preperitoneal samar-samar
-Distribusi udara usus tak sampai ke distal
-Tampak dilatasi usus
-Tampak penebalan dinding usus
-Tampak airfluid level
-Tak tampak udara bebas
-Tulang-tulang baik
Kesan : Ileus Obstrusive letak tinggi
G. RESUME
An. Laki-laki usia 5 bulan dengan BB 8,5 kg datang ke RSIJ dengan keluhan muntah
berwarna hijau bercampur feses dan BAB berwarna hitam sejak 5 hari SMRS.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan S: 36,8oC ; nadi 80x/menit ; RR 28x/menit.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hasilnya: leukosit 17,79 ; Hematokrit 31 ;
Trombosit 972 ; MCV 62 ; MCH 20
H. ASSESMENT
Vomitus + Invaginasi
I. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
: Ileus Obstruktif
Diagnosis Gizi
: Gizi baik
Diagnosis Imunisasi
: Imunisasi dasar sesuai usia
Diagnosis Tumbuh Kembang : Tumbuh kembang sesuai dengan usia
J. TATA LAKSANA
Di UGD diberikan :
Infus assering 36 tpm makro

Ondancentron 1/2 amp


Ranitidine 1/3 amp
Di ruangan :
Ceftriaxon 1x300mg IV (drip)
Dipuasakan
Pasang NGT + kateter + oksigen
Os direncanakan operasi laparotomy cito :
Dipuasakan
Pasang NGT + kateter + oksigen
Sedia darah PRC

K. FOLLOW UP RUANGAN
Tanggal

Post op

16/09/15 (22.00)
Masa pemulihan S: 36 C
post op
RR : 25 x/menit
N: 143 x/menit
SpO2 : 100%

17/09/15

P
Infus D-10 1/5 NS + 10
mEq KCL + 2 amp
ca.gluco = 850cc
Meropenem
3x250mg
Ranitidin
2x1/4 amp
Paracetamol
drip 3x200 mg

Terdapat luka
laparotomi
Post op hari 1 Transfusi PRC 125
Inj Lasix 10 mg
Masa pemulihan S: 36,9 C
post op
RR : 36 x/menit
N: 153 x/menit
SpO2 : 100%
Terdapat luka
laparotomy

18/09/15
(10.00)

Post op hari ke 2Terapi lanjutkan


NGT tutup
S : 36,7C
Minum air putih dan susu
8x5cc bertahap
RR : 28 x/menit

Muntah (-)
BAB (-)
BAK
banyak

lancer, N : 150x/menit
Perut kembung
(+)
BU (+)

18/09/15 (19.00)
Muntah (-)

Terdapat luka
laparotomy
Post op hari 2
S: 36,9 C

BAB
2x RR : 36 x/menit
berwarna hitam
N: 153 x/menit
BAK (+)
SpO2 : 100%
Belum
diberi
susu (masih air Terdapat luka
laparotomy
putih saja)

L. PEMERIKSAAN PENUNJANG
17/09/15 (06.48)

Hasil

Nilai normal

Terapi lanjutlan
Bila sudah minum susu,
infus diganti D10 1/5 NS
polos

Hb
8,4

10,1-12,9

18,48

6,00-17,50

657

217 - 491

36

35-43

Na

133

135-147

5.0

3,5-5

Cl

93

94-111

Leukosit
Trombosit
Ht

17/09/15 (20.13)
Hb

Hasil

Nilai normal
13,7

10,1-12,9

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam
lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu
segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
Ileus obstruktif = ileus mekanik = ileus dinamik. Suatu penyumbatan mekanis pada usus
dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu jalannya isi usus.
Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan
peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik. Penyumbatan dapat terjadi dimana
saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan
obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan
volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis
adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi.
Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh cacat lahir,
massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya berputar

(volvulus). Invaginasi

merupakan penyebab tersering dari sumbatan usus akut pada anak, dan sumbatan usus akut ini
merupakan salah satu tindakan bedah darurat yang sering terjadi pada anak. Volvulus berasal dari
bahasa latin volvo yang artinya bergelung. Volvulus usus adalah kondisi terputarnya segmen usus
terhadap usus itu sendiri, mengelilingi mesenterium dari usus tersebut dimana mesenterium itu
sebagai aksis longitudinal sehingga menyebabkan obstruksi saluran pencernaan.

Epidemiologi
Sutjipto (1990) dalam penelitiannya mengungkapkan indikasi relaparatomi karena
obstruksi usus akibat adhesi sebesar 17,7%. Walaupun di negara berkembang seperti di
Indonesia, adhesi bukanlah sebagai penyebab utama terjadinya obstruksi usus. Penyebab

tersering obstruksi usus di Indonesia, khususnya di RSUPNCM, adalah hernia, baik sebagai
penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi usus strangulasi (63%).
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan, sebagai
akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari laporan terakhir pasien
yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra abdomen, akan berkembang adhesi satu
hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang
penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen merupakan penyebab terbanyak terjadinya
obstruksi usus. Pada pasien digestif yang memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkan
obstruksi usus akibat adhesi. Untuk obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%.

Klasifikasi
Klasifikasi obstruksi usus berdasarkan :

Menurut lokasinya, ileus mekanik/obstruktif dibagi menjadi


1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai
ileumterminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal
sampai rectum).

Menurut stadiumnya, ileus mekanik/obstruktif dibagi menjadi :


Ileus Parsial: Obstruksi terjadi sebagian, makanan masih bisa sedikit lewat, dapat

flatus/defekasi sedikit.
Ileus Simple/Komplit: Terjadi sumbatan total tidak disertai terjepitnya pembuluh darah
Ileus Strangulasi: Ileus yand disertai terjepitnya pembuluh darah (strangulasi) sehingga
terjadi nekrosis atau ganggren yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan
oleh toksin dari jaringan ganggren. Jadi strangulasi memperlihatkan kombinasi gejala
obstruksi dan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis.

Patogenesis

Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang
berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh menyebabkan
pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik), dapat terjadi perforasi.
Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena obstruksi menyebabkan perubahan ekologi, kuman tumbuh
berlebihan sehingga potensial untuk terjadi translokasi kuman. Gangguan vaskularisasi
menyebabkan mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat lolos dari tubuh karena muntah.
Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari toksin pada usus yang mengalami strangulasi.
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau ruptur.
Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding sekum merupakan bagian kolon yang
paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu tegang. Gejala dan tanda obstruksi usus
halus atau usus besar tergantung kompetensi valvula Bauhini. Bila terjadi insufisiensi katup,
timbul refluks dari kolon ke ileum terminal sehingga ileum turut membesar.
Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus karena pada
obstruksi kolon, kecuali pada volvulus, hampir tidak pernah terjadi strangulasi. Kolon
merupakan alat penyimpanan feses sehingga secara relatif fungsi kolon sebagai alat penyerap
sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan cairan dan elektrolit berjalan lambat pada obstruksi
kolon distal.

Etiologi

Adhesi

Obstruksi ileus mekanik dapat disebabkan oleh :


Adhesi
Hernia inkarserata
Massa cacing
Tumor primer maupun metastase
Lain-lain peradangan, divertikulum Meckel, invaginasi, volvulus, atau obstruksi makanan

Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adesi umumnya berasal dari rangsangan
peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum atau pasca operasi. Adesi dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, mungkin setempat maupun luas.
Sering juga ditemukan bentuk pita. Pada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar
pasase usus pulih kembali. Adesi yang kambuh mungkin akan menjadi masalah besar.
Hernia Inkaserata
Adalah istilah yang menunjukkan suatu keadaan dimana isi kantong hernia tidak dapat masuk
kembali ke rongga peritoneal akibat terjepit di anulus inguinalis. Proses yang langsung terjadi
ialah gangguan aliran darah dan pasase segmen usus yang terjepit (kalau usus yang masuk)
sehingga dapat juga disebut hernia strangulasi. Pada anak dapat dikelola secara konservatif
dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil
dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi segera.
Massa Cacing
Obstruksi oleh cacing askaris paling sering ditemukan pada anak karena hygiene kurang
sehingga infestasi cacing terjadi berulang-ulang dan usus halus lebih sempit daripada usus halus
orang dewasa sedangkan ukuran cacaing sama besar. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu
gumpalan padat yang terdiri dari sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir
mati akibat pemberian obat cacing.
Gejala klinik, pada awalnya keadaan umum tidak terlalu parah, tetapi anak dapat menderita
serangan kolik tanpa berhenti jika obstruksi menjadi total. Muntah terjadi saat terjadi serangan
kolik dan anak menjadi gelisah.
Invaginasi
Invaginasi adalah keadaan dimana usus bagian proksimal masuk ke usus bagian distalnya,
sehingga membuat obstruksi pada usus. Invaginasi sering ditemukan pada anak dan agak jarang
pada orang dewasa. Invaginasi pada anak dapat disebut idioptik karena tidak diketahui sebabnya.
Invaginasi idiopatik umumnya merupakan intususepsi ileosekal yang kemudian masuk naik ke
dalam kolon asenden dan mungkin terus sampai dapat keluar dari rectum. Invaginasi memang

dapat mengakibatkan nekrosis iskemik bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan
peritonitis.
Pada Foto Rontgen menunjukkan keadaan dari usus dimana bagian usus masuk ke bagian usus
yang lain (usus didekatnya), hal ini menyebabkan bengkak, mengurangi peredaran darah,
obstruksi, dan kerusakan jaringan. Intususepsi merupakan keadaan yang memerlukan
penanganan segera (barium enema atau tindakan bedah) untuk menghindarkana kematian
jaringan (nekrosis), perforasi usus, peritonitis dan kematian.
Volvulus
Volvulus adalah keadaan dimana usus terpuntir. Volvulus di usus halus agak jarang ditemukan.
Sebagai kausanya biasanya pita congenital atau adesi dikambinghitamkan, tetapi ada operasi
sering tidak ditemukan. Kebanyakan volvulus di dapat di bagian ileum yang diperdarahi oleh a.
ileosekalis dan mudah mengalami strangulasi. Gambaran kliniknya merupakan gambaran ileus
obstruksi tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi.
Diverticulum Meckel
Regresi yang tidak sempurna pada duktus omfalomesenterikus (duktus vetelinus) dapat
meninggalkan bermacam-macam kelainan antara lain diverticulum Meckel. Diverticulum
Meckel merupakan divertikulum yang sering ditemukan di usus halus dan berasal dari bagian
intraabdomen duktus vitelinus. Obstruksi ini disebabkan oleh invaginasi dan hernia interna
akibat kelok usus dibelakang divertikulum dan pitanya ke umbilicus. Divertikulum Meckel
sendiri tidak menunjukkan tanda dan gejala. Baru bila ada divertikulitis timbul keluhan dan
tanda yang mirip sekali dengan appendicitis akut walaupun letaknya dapat berbeda. Perforasi
disertai dengan peritonitis yang dapat meluas sampai peritonitis purulenta generalisata sama
dengan kejadian pada appendicitis perforata.

Manifestasi Klinis

Gejala umum berupa syok, oliguri, dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan
meteorisme dan kelebihan cairan di usus. Hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai
mual dan muntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang
usus, dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi
nada tinggi ( metallic sound ). Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan
setelah satu atau dua kali defekasi.
Obstruksi dengan Strangulasi
Pada strangulasi terdapat jepitan atau lilitan yang menyebabkan gangguan peredaran
darah sehingga terjadi iskemia, nekrosis atau gangren. Gangren menyebabkan tanda toksis yang
tejadi pada sepsis yaitu takhikardia, syok septic, dengan leukositosis. Obstruksi demikian
mencakup volvulus, pita lekat, hernia dan distensi. Disamping cairan dan gas yang mendistensi
lumen dalam obstruksi sederhana, dengan strangulasi ada juga gerakan darah dan plasma ke
dalam lumen dan dinding usus. Plasma bisa juga dieksudasi dari sisi dinding usus ke dalam
cavitas peritonealis. Mukosa usus yang normalnya bertindak sebagai sawar bagi penyerapan
bakteri dan produk toksinnya, merupakan bagian dinding usus yang paling sensitif terhadap
perubahan aliran darah. Dengan strangulasi memanjang timbul iskemi dan sawar rusak. Bakteri
bisa masuk melalui dinding usus ke dalam cavitas peritonealis. Disamping itu kehilangan darah
dan plasma maupun air ke dalam lumen usus cepat menimbulkan syok. Jika keadaan ini tidak
dinilai secara dini dapat menimbulkan kematian pasien.
Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi maka diperlukan tindakan operasi segera untuk mencegah
terjadinya nekrosis usus.
Obstruksi Jenis Gelung Tertutup
Obstruksi gelung tertutup timbul apabila jalan masuk dan jalan keluar suatu gelung usus
tersumbat. Jenis obstruksi ini banyak menyimpan bahaya dibandingkan kebanyakan obstruksi
karena ia berlanjut dengan strangulasi dengan cepat sebelum terbukti tanda klinik dan obstruksi.
Penyebab obstruksi gelung tertutup mencakup pita lekat melintasi suatu gelung usus, volvulus
atau distensi sederhana. Pada keadaan terakhir ini, sekresi ke dalam gelung tertutup dapat
menyebabkan peningkatan cepat tekanan instralmumen, yang menyebabkan obstruksi aliran
vena.

Adhesi, hernia inkarserata, massa cacing, volvulus, invaginasi, lain-lain : diverticulum Meckel,
obstruksi makanan atau peradangan

Tanda dan Gejala Klinis


Gejala obstruksi usus bervariasi penampilan dan keparahannya, bergantung atas tingkat
obstruksi maupun kapan pasien diperiksa. Gejala mencakup nyeri abdomen kram, perut
kembung, muntah, konstipasi atau gas dan distensi. Gejala umum berupa syok, oliguri dan
gangguan elektrolit. Nyeri abdomen biasanya tetap seperti pada awalnya dan kemudian menjadi
bersifat kolik.
Nyeri abdomen sekunder terhadap kontraksi-kontraksi peristaltik kuat pada dinding usus
melawan obstruksi. Nyeri dari obstruksi proximal biasanya terlokalisasi supraumbilicus di dalam
abdomen, sedangkan yang dari obstruksi ileum rendah biasanya tampil dengan nyeri intra
umbilicus. Dengan berlalunya waktu, usus berdilatasi, mofilitas menurun sehingga gelombang
peristaltik menjadi semakin jarang, sampai akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda dan
diganti oleh pegal generalisata menetap di keseluruhan abdomen.
Muntah reflex ditemukan segera setelah mulainya obstruksi. Jika obstruksi di proksimal,
maka muntah terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri dari cairan jernih hijau atau kuning. Usus
didekompresi dengan regurgitasi sehingga tidak terlihat distensi. Jika obstruksi di distal usus
halus atau kolon, maka muntah timbul lambat dan setelah muncul distensi. Muntahannya kental
dan berbau busuk, sebagai hasil pertumbuhan bakteri berlebihan sekunder terhadap stagnasi.
Kegagalan pengeluaran gas dan feses per rectum juga suatu gambaran khas obstruksi usus.
Dalam obstruksi usus sebagian, diare merupakan gejala yang ditampilkan pengganti obstipasi.
Dengan melihat patogenesis yang terjadi, maka gambaran klinik yang dapat ditimbulkan sebagai
akibat obstruksi usus dapat bersifat sistemik dan serangan yang bersifat kolik.
Gambaran klinik yang bersifat sistemik meliputi :
1

Dehidrasi berat

Hipovolemia

Syok

Oliguria

Gangguan keseimbangan elektrolit

Perut gembung

Kelebihan cairan usus

Kelebihan gas dalam usus

Gambaran klinik serangan kolik meliputi :


1

Nyeri perut berkala

Distensi berat

Mual / muntah

Gelisah / menggeliat

Bunyi usus nada tinggi

Halangan pasase

Obstipasi

Tidak ada flatus

Pada obstruksi usus dengan strangulasi, terjadi nekrosis atau gangguan dinding usus yang
menyebabkan timbulnya perdarahan pada dinding usus. Bahaya umum dari keadaan ini adalah
sepsis, toxinemia, bahkan shock.

Diagnosis
Obstruksi usus halus sering menimbulkan nyeri kolik dengan muntah hebat. Juga
didapatkan distensi perut dan bising usus meningkat. Pada anamnesis intususepsi, didapatkan
bayi tampak gelisah dan tidak dapat ditenangkan, sedangkan diantara serangan biasanya anak
tidur tenang karena sudah capai sekali. Serangan klasik terdiri atas nyeri perut, gelisah sewaktu
kolik, biasanya keluar lendir campur darah (red currant jelly) per anum, yang berasal dari
intususeptum yang tertekan, terbendung, atau mungkin sudah mengalami strangulasi. Anak
biasanya muntah sewaktu serangan dan pada pemeriksaan perut dapat diraba massa yang
biasanya memanjang dengan batas jelas seperti sosis. Bila invaginasi disertai strangulasi, harus
diingat kemungkinan terjadinya peritonitis setelah perforasi. Pada volvulus didapatkan nyeri

yang bermula akut, tidak berlangsung lama, menetap, disertai muntah hebat. Biasanya penderita
jatuh dalam keadaan syok.
Ileus obstruksi usus besar agak sering menyebabkan serangan kolik yang intensitasnya
sedang. Muntah tidak menonjol, tetapi distensi tampak jelas. Penderita tidak dapat melakukan
defekasi atau flatus. Bila penyebabnya adalah volvulus sigmoid maka perut dapat besar sekali.3
Strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis seperti takikardia, pireksia (demam), lokal
tenderness dan guarding, rebound tenderness, nyeri lokal, hilangnya suara usus lokal, untuk
mengetahui secara pasti adanya strangulasi hanya dengan laparotomi.
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan darm kontur dan darm steifung. Benjolan pada regio
inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi
dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas
luka operasi sebelumnya.
2. Perkusi
Hipertimpani
3. Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus dan
peristaltik melemah sampai hilang.
4. Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor (pada colok dubur teraba massa di rektum atau
terdapat darah dan lendir), invaginasi atau hernia. Adanya darah pada pemeriksaan colok
dubur dapat menyokong strangulasi atau neoplasma. Pada volvulus teraba massa yang nyeri
dan bertambah besar. Bila didapatkan feses yang mengeras kemungkinan adanya skibala, bila
feses negatif maka obstruksi usus diduga letaknya lebih tinggi. Ampula rekti yang kolaps
juga harus dicurigai adanya obstruksi. Bila ditemukan nyeri tekan lokal atau general pada
pemeriksaan palpasi dinding abdomen maka pikirkan adanya peritonitis.
-

Rectal Toucher
Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease
Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma
Feses yang mengeras : skibala
Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi

Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi


Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pada awal perjalanan obstruksi usus mekanik sederhana, kadar laboratorium umumnya dalam
batas normal. Dengan berlalunya waktu, lebih banyak cairan disekuestrasi di dalam lumen usus
dan timbul dehidra. Pemeriksaan Hb/Ht dapat memperlihatkan adanya hemokonsentrasi,
peningkatan nitrogen urea darah (BUN), berat jenis urin, disertai adanya penurunan kadar serum
natrium klorida dan kalium juga manifestasi lebih lanjut. Analisis gas darah dan pemeriksaan
elektrolit untuk menilai adanya gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa.
Muntah hebat pada obstruksi

proksimal (di atas pylorus), terjadi alkalosis dan perlu

dilakukan pengukuran bikarbonat serum maupun pH arteri. Hitung leukosit biasanya meningkat
(leukositosis) sedang dalam obstruksi mekanik sederhana (15000 sampai 20000). Dalam
obstruksi strangulate (terutama dengan usus gangrenosa), hitung leukosit sangat tinggi antara
30.000 dan 50.000.
Pemeriksaan Radiologi
Foto polos abdomen 3 posisi (posisi berdiri, duduk dan lateral dekubitus) sangat
membantu menentukan ada tidaknya sumbatan. Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran
step ladder dan air fluid level pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya
suatu obstruksi. Pelebaran usus dengan tanda-tanda air fluid level dan bagian distal kolon tidak
terisi udara menunjukkan adanya obstruksi. Tanda yang sering terlihat dalam obstruksi
strangulasi

adalahbiji kopi (coffe bean) atau pseudotumor, tempat usus terisi darah

terstrangulasi terlihat suatu massa pada film abdomen.


Pemeriksaan kontras kadang-kadang bermanfaat dalam mendapatkan informasi tentang
obstruksi usus. Yang paling bermanfaat adalah pemeriksaan dengan enema barium, yang dapat
menentukan tempat dan kadang-kadang etiologi obstruksi colon.

Diagnosa Banding
Ileus obstruktif dapat dikacaukan dengan gangguan saluran cerna lain dengan gambaran klinis
yang serupa seperti pseudo-obstruksi (Sindroma Ogilvie) dan ileus paralitik.
Obstruksi Mekanis
Sederhana
(Ileus
Obstruktif)
Nyeri
keram
abdominal, konstipasi,
obstipasi,
mual,
muntah, dan anoreksia

Keluhan

Ileus Paralitik

Nyeri
abdominal
ringan,
perut
kembung,
mual,
muntah, obstipasi, dan
konstipasi
Pemeriksaan Borborygmi,
bunyi Bising usus senyap,
peristaltic meningkat distensi, dan timpani
dengan bising usus
nada tinggi, distensi,
nyeri terlokalisir

Hasil
Fisik

Gambaran
Polos BOF

Pseudo-obstruksi
Nyeri
keram
abdominal, konstipasi,
obstipasi,
mual,
muntah, dan anoreksia

Borborygmi, timpani,
terdapat gelombang
peristaltik
dengan
bising usus hipo atau
hiperaktif,
distensi
dan nyeri terlokalisir
Foto Bow-shaped loops in Dilatasi usus kecil dan Dilatasi usus besar
ladder
patern, usus besar dengan terisolasi
dengan
terdapat gambaran gas peningkatan
peningkatan
kolon
yang diafragma
diafragma
terperangkap
di
bagian distal dari lesi,

Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila
ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali
normal.

Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda-tanda vital, dehidrasi

dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan
keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon
terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda - tanda vital dan jumlah urin yang keluar.
Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT

digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan
mengurangi distensi abdomen.

Farmakologis
Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.

Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.

Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis

sekunder. Pada umumnya penderita yang akan operasi mengikuti prosedur penatalaksanaan
dalam aturan yang tetap. Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan
diagnosa obstruksi ileus secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan penderita yang baik,
obstruksinya berkurang atau hilang sama sekali. Persiapan penderita meliputi :
Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan diagnosis obstruksi usus
secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan penderita yang baik, obstruksinya berkurang
atau hilang sama sekali. Persiapan penderita meliputi :
1
2
3
4
5

Dekompressi usus
Pemasangan kateter untuk mengukur urine output
Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa
Atasi dehidrasi
Antibiotik

6. Mengatur peristaltik usus yang efisien berlangsung selama 4 sampai 24 jam sampai
saatnya penderita siap untuk operasi.
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus :
1 Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana
untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi,
jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
2 Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus
yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
3 Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya
pada Ca stadium lanjut.
4 Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus
untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,
invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang

dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun
karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan
kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.

Pasca Bedah
Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah distensi usus yang masih
ada. Pada tindakan operatif dekompressi usus, gas dan cairan yang terkumpul dalam lumen usus
tidak boleh dibersihkan sama sekali oleh karena caftan tersebut mengandung banyak bahanbahan digestif yang sangat
diperlukan.
Pasca bedah tidak dapat diharapkan fisiologi usus kembali normal, walaupun terdengar
bising usus. Hal tersebut bukan berarti peristaltik usus telah berfungsi dengan efisien, sementara
ekskresi meninggi dan absorpsi sama sekali belum baik.
Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan disertai diare pasca bedah.
Tindakan dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga keseimbangan asam basa
darah dalam batas normal tetap dilaksanakan pada pasca bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut,
apalagi bila telah terjadi stra ngulasi, monitoring pasca bedah yang teliti diperlukan sampai
selama 6 - 7 hari pasca bedah. Bahaya lain pada masa pasca bedah adalah toksinemia dan sepsis.
Gambaran kliniknya biasanya mulai nampak pada hari ke 4-5 pasca bedah. Pemberian
antibiotika dengan spektrum luas dan disesuaikan dengan hasil kultur kuman sangatlah penting.
Komplikasi
Komplikasi dari ileus antara lain terjadinya :
-

Nekrosis usus, perforasi usus,


Sepsis,
Syok-dehidrasi,
Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi,
Pneumonia aspirasi dari proses muntah,
Gangguan elektrolit,
Meninggal

Prognosis

Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat segera
dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau
komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%. Prognosisnya
baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.

DAFTAR PUSTAKA
Mukherjee S. Ileus. [Online]. 2008 January 29 [cited 2012 March 26];[7 screens]. Available
from: URL:http://www.emedicine.com/med/topic1154.htm

Beauchamp, Evers, Mattox, Sabiston, Textbook of Surgery, 16th edition, W.B.Saunders,


Philadelphia, 2001, hal 887-888
Brunicardi, F.C., et all, Schwartzs Principles of Surgery, volume II, 8th edition, McGraw-Hill,
New York, 2005, hal 1031-1032
Sjamsuhidajat, R dan Wim De Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta: EGC
Grace, Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga
Mansjoer, A dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI

Sherwood, L. 2004. Fisiologi Manusia Edisi 2. Jakarta: EGC


Seymour, Schwartz. 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai