Anda di halaman 1dari 11

Fisiologi Tidur

Tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika seseorang sedang tidur
bukan berarti bahwa susunan saraf pusatnya tidak aktif melainkan sedang bekerja. Sistem
yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular activating system (RAS)
dan bulbar synchronizing regional (BSR) yang terletak pada batang otak (Guyton AC dan
Hall JE, 2007).
RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat
termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam mesenfalon dan bagian atas pons.
Selain itu RAS dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga
dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir.
Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.
Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus
yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu BSR (Guyton AC dan Hall JE, 2007).
A. Tahapan Tidur
Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid Eye
Movement (REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye Movement
(NREM). Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat stadium, yaitu tidur
stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur stadium empat, lalu diikuti
oleh fase REM. Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam
semalam (Patlak, 2005).
Tidur stadium satu
Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat
terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap
pertama tidur, mata akan bergerak peralahan-lahan, dan aktivitas otot melambat
-

(Patlak, 2005).
Tidur stadium dua
Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung melambat
dan suhu tubuh menurun. Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti

(Patlak, 2005).
Tidur stadium tiga
Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya (Ganong, 2003). Pada tahap ini
individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut tidak dapat
segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama beberapa menit
(Ganong, 2003).

Tidur stadium empat

Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak sangat
lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan
energi fisik (Ganong, 2003).
Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan sangat
restorative bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa cukup istirahat dan energik di
siang hari (Patlak, 2005). Fase tidur NREM ini biasanya berlangsung antara 70 menit
sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama
prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat menjelang
pagi atau bangun (Patlak, 2005).
Selama tidur REM, mata bergerak cepat ke berbagai arah, walaupun kelopak
mata tetap tertutup. Pernafasan juga menjadi lebih cepat, tidak teratur, dan dangkal.
Denyut jantung dan nadi meningkat (Patlak, 2005).
Selama tidur baik NREM maupun REM, dapat terjadi mimpi tetapi mimpi dari
tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi memori
jangka panjang (Patlak, 2005).
B. Siklus Tidur
Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM
terjadi berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM,
maka esok harinya ia akan menunjukkan kecenderungan untuk menjadi hiperaktif,
kurang dapat mengendalikan emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika
NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit (Mardjono, 2008). Siklus tidur
normal dapat dilihat pada skema berikut:

Gambar 1. Tahap-tahap siklus tidur (Carney P, 2005)


Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus dari
24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan keteraturan

tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis dapat terganggu
(Patlak, 2005).
C. Neuroanatomi Pusat Pengaturan Tidur

Gambar 2. Komponen utama dari neuromodulator penginduksi siklus tidur-bangun


Untuk menginduksi tidur, proyeksi dari VLPO sebagai neuron penghasil
GABA dan galanin (gal) yang terletak di anterior dari hipotalamus mengirimkan
sinyal yang berfungsi menginhibisi ascending arousal system di pons, basis frontalis
dan hipotalamus. Sistem ini meliputi nukleus tuberomamilarius (TMN) yang terletak
di posterior dari hipotalamus yang memproduksi histamin (HIST), sel raphe dorsalis
yang memproduksi serotonin (5-HT), sel penghasil asetilkolin (Ach) yang terletak di
laterodorsal dari tegmentum (LDT), nukleus ditegmentum dari pedukulopontin (PPT)
serta nukleus di locus coeruleus yang memproduksi noreprinefrin (NA). Sistem lain
yang tidak diilustrasikan pada gambar ini meliputi area perifornikal dari hipotalamus
yang memproduksi orexin, sel produsen dopamin yang terletak di periaquaduktus
mesencephalon dan serta proyeksi kolinergik yang berasal dari basis frontalis
(nukleus basalis, pita diagonal dari brocca,dan septum medialis) semua struktur ini
memberikan proyeksi ke istem limbik dan korteks (Lee-Chiong T, 2008).
Tidur berasal dari beberapa proses dalam otak yang meliputi beberapa sirkuit
neural yang saling berhubungan satu sama lain, serta meliputi beberapa
neurotransmitter yang saling mempengaruhi satu sama lain. Berdasarkan penelitian
percobaan transeksi terhadap tikus yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan

bahwa terdapat regio yang mencetuskan terjadinya proses tidur di medulla oblongata.
Berikut dibawah ini merupakan area-area di otak yang berperan dalam siklus tidurbangun (Posner J. Plum And Posner, 2007).

Gambar 3. skematis lokasi anatomi area-area diotak yang berperan saat tidur
(Blumenfeld.H, 2002)

Ascending Reticular Activating System (ARAS)


ARAS merupakan sistem saraf pusat yang berfungsi sebagai promotor dari
proses tidur-bangun. Bagian ini terletak di formatio retikularis di batang otak yang
terdiri atas beberapa kelompok sel dan nukleus serta sejumlah besar interneuron serta
traktus ascenden dan descenden yang saling berhubungan satu sama lain. Struktur ini
dipengaruhi oleh GABA yang disekresi oleh sebagian besar sinapsnya, serta
dipengaruhi oleh input sensoris yang masuk melalui batang otak baik stimulus yang
berasal dari sistem sensoris,motorik maupun saraf kranial (Shneerson J, 2005).

Ventrolateral Preoptic Nuclei (VLPO)


Nuklei ini terletak di inferior dari SCN dan di lateral dari ventrikel III, dekat
dengan nukleus VMPO. Nukleus-nukleus ini menghasilkan GABA dan galanin yang
berfungsi sebagai neurotransmitter penginhibisi nukleus yang mengatur keterjagaan di
batang otak yang bersifat aminergik meliputi locus coeruleus, nukleus raphe, sistem

mesolimbik dan nukleus tuberomamilary. sehubungan dengan fungsinya yang


mempengaruhi banyak kinerja nukleus, maka VLPO berpotensi menyebabkan
reaktivasi dari pusat pencetus tidur (Lee-Chiong T, 2008).
Bagian dorsal dari VLPO mencetuskan fase NREM dan bagian medialnya
memberikan proyeksi ke LDT/PPT, sehingga menginduksi fase REM. Kinerja dari
VLPO tidak dipengaruhi oleh ritme sirkadian, namun meningkat dengan adanya
kekurangan tidur. Nukleus ini aktif pada saat tidur dan inaktif pada saat bangun (LeeChiong T, 2008).

Nukleus Tubero-Mammilary (TMN)


Nuklei ini terletak di bagian posterior dari hipotalamus dan bersifat
histaminergik dan hanya menerima input afferen dari ventrolateral preoptic nucleus
(VLPO) dan sistem orexin yang berasal dari hipotalamus bagian lateral. Nukleus ini
berfungsi menginhibisi VLPO dan LDT/PPT serta

bersifat aktif saat bangun,

tersupresi parsial pada fase NREM dan inaktif saat fase REM (Shneerson J, 2005).

Nucleus Raphe
Nukleus ini terletak di garis tengah dan bersifat serotonergik. Bagian yang
terpenting dari nukleus ini adalah nucleus raphe dorsalis. Nukleus ini bersifat aktif
saat bangun, tersupresi secara parsial saat NREM dan inaktif saat REM. Kinerja nya
di inhibisi oleh neuron GABA-ergik serta jika aktif berfungsi menghambat aktivitas
LDT/PPT serta memberikan proyeksi ke hipotalamus. Diduga nukleus ini memliki
kontribusi terhadap respon motorik,otonom serta status emosional saat perubahan dari
tidur ke bangun (Carney P, 2005).

Laterodorsal Tegmental dan Pedunculopontine Tegmental (LTD/PPT) nuclei


Nukleus-nukleus ini terletak di bagian Formasio Retikularis di bagian dorsal
dari tegmentum pons serta bersifat kolinergik. Aktivitasnya diinhibisi oleh locus
coeruleus,

nucleus

raphe

dan

nucleus

tubero-mammilary

serta

berfungsi

menghubungkan area-area di batang otak dengan thalamus. LTD/PPT ini merupakan


generator dari siklus REM, juga berkontribusi terhadap komponen visual dari mimpi
dan halusinasi. Jika nukleus ini aktif, maka akan terjadi inhibisi dari locus coeruleus
dan nukleus raphe (Shneerson J, 2005).

Locus Coeruleus

Bagian ini terletak pada pons bagian atas dan dorsal serta bersifat
Noradrenergik. Locus coeruleus aktif pada saat bangun dan tersupresi parsial pada
fase NREM serta inaktif pada fase REM. Bagian ini memiliki fungsi untuk
menginhibisi aktivitas dari LDT/PPT, juga aktivitas dari bagian ini pula terinhibisi
oleh neuron GABA-ergik (Shneerson J, 2005).

Sistem Mesolimbik
Sistem ini berasal dari area ventral dari tegmentum mesencephalon, serta
memiliki proyeksi ke area prefrontal dari korteks serebri dan sistem limbik yang
meliputi amigdala ,hipokampus serta nukleus retikularis thalami. Sistem ini bersifat
dopaminergik serta dapat menyebabkan keterjagaan sebagai akibat dari stimulus yang
didapat (Shneerson J, 2005).

Nukleus Suprakhiasmatik (SCN)


Nukleus ini bertanggung jawab terhadap ritme sirkadian serta sebagai
promotor bangun. Jika terjadi lesi pada bagian ini maka akan menimbulkan rasa
kantuk yang berlebihan (Shneerson J, 2005).

Sistem Limbik
Sistem limbik meregulasi baik sistem saraf otonomik maupun reaksi
emosional seseorang terhadap stimulus eksternal dan memori sehingga menyebabkan
sistem ini bersifat fleksibel dan adaptif. Area area yang termasuk dalam sistem
limbik meliputi girus cingulate anterior, girus para-hipokampalis, formasio
hipokampal di lobus temporalis, regio orbito-frontal di korteks prefrontal. Sistem ini
tidak aktif pada fase NREM tetapi aktif pada saat REM (Shneerson J, 2005).

Thalamus
Thalamus mengatur aktivitas ARAS dan impuls lainnya yang melewati
mesencephalon. Thalamus memodifikasi aktifitas spindel dari mesencephalon serta
melalui sistem proyeksinya yang luas bagian ini mampu mengintegrasikan dan
mensinkronisasi aktivitas korteks.Sinkronisasi aktivitas dari korteks ini menyebabkan
korteks serebri dapat menginisiasi serta mempertahankan fase NREM. Bagian ini
secara efektif memutus hubungan antara korteks dengan batang otak serta stimulusstimulus lainya secara reversibel. Melalui neuron pensekresi GABA-nya, thalamus
menginhibisi promotor keterjagaan yang terletak di batang otak juga memberikan
pengaruh terhadap fase REM melalui proyeksinya ke LDT/PPT.
Tabel 1. Nukleus-nukleus di otak dan peranannya terhadap tidur (Aminoff M, 2008)

Nukleus
Locus coeruleus
Nucleus Raphe
Nukleus tuberomamilarius
LDT/PPT

fase NREM

fase REM
-

+
+ = Aktif; = Penurunan aktivitas; - =Inaktif

Bangun
+
+
+
+

D. Neurotransmitter yang berperan pada proses tidur-bangun


Proses tidur bangun sangat dipengaruhi oleh adanya neurotransmitter, dimana
neurotransmitter ini sangat berperan dalam proses modulasi neuron-neuron dari otak
yang berperan dalam proses tersebut. Dalam perkembangannya, varietas-varietas baru
dari neurotransmitter mulai dapat diidentifikasi, dan hal ini terus menerus
berkembang dalam penelitian. Berikut akan dibahas macam-macam neurotransmitter
serta peranannya masing-masing (Aminoff M, 2008).

Katekolamin
Katekolamin memiliki peran dalam proses bangun, berdasarkan hasil
penelitian imunohistokimia, ditemukan bahwa neuron katekolaminergik yang berada
di locus coeruleus memiliki peranan penting dalam proses memulai keterjagaan. Obat
obatan yang menyebabkan inhibibisi katabolisme dari katekolamin menyebabkan
keterjagaan yang intens, sebaliknya pula inhibibisi dari sintesis katekolamin dapat
menurunkan keterjagaan. Neuron neuroadrenergik di locus coeruleus mengirimkan
proyeksi ascending ke beberapa area luas di batang otak , menginhibisi nukleus
LDT/PPT dan VLPO kemudian ke Sistem limbik dimana neuron ini mempengaruhi
mood dan perilaku (Shneerson J, 2005).

Asetilkolin
Asetilkolin memegang peranan penting terhadap mulainya tidur. kolinergik
agonis misalnya berupa nikotin dapat menyebabkan keterjagaan, sebaliknya antagonis
dari reseptor muskarinik dapat menyebabkan tercetusnya proses tidur (Shneerson J,
2005).

Serotonin (5-HT, 5-Hidroksitriptamin)


Kinerja dari serotonin sangat kompleks hal ini disebabkan jumlah jenis
reseptornya yang banyak dan prinsip kerjanya yang bersifat antagonistik satu sama
lain. Pada umumnya serotonin memiliki fungsi untuk mencetuskan bangun dan
berhubungan dengan proses sensoris dan motorik, terutama berhubungan dengan

mood. Sekresi dari 5HT bersifat aktif pada saat bangun dan tersupresi secara parsial
saat fase NREM dan inaktif pada saat REM (Shneerson J, 2005).
Neuron yang bersifat serotonergik paling banyak terdapat di nukleus raphe
terutama di bagian dorsal. Kerja nya menghambat nukleus LDT/PPT di pons dan
VLPO sehingga menyebabkan keterjagaan melalui eksitasi dari nukleus retikular
thalami. Nukleus serotonergik ini memberikan proyeksi ke SCN, basis frontalis,
medulla oblongata dan medulla spinalis (Shneerson J, 2005).

Dopamin
Dopamin memiliki efek yang cukup kompleks terhadap proses tidur-bangun
hal ini disebabkan karena dopamin memiliki interaksi multiplel dengan sistem
neurotransmitter yang lainnya di berbagai area di otak (Lee-Chiong T, 2008).

Histamin
Histamin mencetuskan keterjagaan dan kesiagaan serta menginhibisi baik fase
NREM dan REM serta berperan pada proses perencanaan dan kognitif. Histamin
dihasilkan oleh neuron di nukleus tuberomamilary di posterior dari hipoalamus yang
memberikan proyeksi luas ke VLPO, locus coeruleus, nukleus raphe dan LDT/PPT.
Jika terjadi inhibibisi dari Histamin di LDT/PPT dapat menyebabkan inhibisi dari
REM (Shneerson J, 2005).

Glutamat
Glutamat mencetuskan keterjagaan, merupakan neurotransmitter eksistatorik
di sistem saraf pusat. Glutamat merupakan transmiter dari jaras proyeksi
thalamokortikal yang bertanggung jawab terhadap sinkronisasi aktivitas otak selama
fase NREM dan jalur kortikospinal. Neuron glutamat-ergik juga terdapat pada ARAS
yang memberikan proyeksi ke nukleus LDT/PPT dan ke basis frontalis. Jika terjadi
aktivitas glutamat yang berlebihan, maka akan dapat menyebabkan terjadinya psikosis
(Shneerson J, 2005).

GABA
GABA terdapat pada lebih dari 30 % sinaps di otak. Neuron GABA-ergik
tersebarluas di formasio retikularis di batang otak, basal ganglia, hipotalamus dan
thalamus. GABA disekresi oleh neuron SCN dan memberikan pengaruh terhadap
transmisi sensoris di thalamus dan memiliki sifat yang berlawanan dengan glutamat.
GABA dihasilkan dari VLPO dan berfungsi menginhibisi nukleus promotor

keterjagaan yang bersifat aminergik (Carney P, 2005).


Galanin

Merupakan neuropeptida penginhibisi yang dihasilkan oleh VLPO dan


menyebabkan terjadinya tidur (Shneerson J, 2005).

Hormon Ptuitary dan komponen komponen lainnya yang terkait


Growth hormone releasing hormone (GHRH) menyebabkan terjadinya fase
NREM serta sintesis dari growth hormone melalui 2 jenis neuron yang berbeda di
hipotalamus (Shneerson J, 2005).
GH berfungsi mencetuskan fase REM serta menginhibisi pelepasan GNRH.
metabolitnya, yakni insulin growth factor (IGF-1) mencetuskan proses bangun.
Somatostatin dihasilkan oleh hipotalamus dan berfungsi menghambat pelepasan
GNRH dan pelepasan dari GH di glandula ptuitary. Kinerja dari homon ini yakni
dengan menurunkan durasi NREM namun mencetuskan fase REM, mungkin lokasi
kerjanya terletak di pons (Shneerson J, 2005).

Melatonin
Melatonin disintesis dan dilepaskan oleh glandula pinealis paling banyak pada
saat malam hari dan disupresi produksinya pada saat siang hari. Produksi dan sekresi
dari melatonn diregulasi melalui stimulus cahaya melalui SCN. Di glandula pinealis
terjadi konversi dari triptophan menjadi serotonin (5-Hidroxytriptamin ) kemudian
menjadi melatonin (N-acetil-5-metoxytriptamine). Setelah dihasilkan, melatonin akan
mempengaruhi SCN dan mengubah fase dari sirkadian serta dapat turut mencetuskan
mulainya tidur. Produksi dari hormon ini menurun dengan seiring bertambahnya usia
seseorang dan paparan cahaya. Hormon ini selanjutnya akan di metabolisme di hepar.

Gambar 4. Skema pembentukan melatonin (Carney P, 2005).

Tabel 2. Neurotransmitter serta efeknya terhadap fase-fase tidur (Lee-Chiong T, 2008)


Efek

Noradrenalin

Asetilkolin

5-HT

Dopamin

Histamin

Melatoni

Pencetus

kesadaran

kesadaran

bangun

Kesadaran

n
NREM

penuh,

penuh/wakefu

penuh,

wakefullness

llness,REM

wakefullnes

Inhibisi
Kerja

REM
mood dan

Inhibisi

perilaku

pola berpikir,

lainnya

perilaku

motorik fase

dan kontrol

emosi,

sirkadian

REM

motorik

perilaku dan

dan

kontrol

sistem

motorik

imun

s
REM
-

ritme

Dapus

Guyton AC dan Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah:
Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Patlak, M. 2005. Your Guide to Healthy Sleep. U.S. Department of Health and Human
Services.
Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Mardjono, M. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat
Carney P. 2005. Clinical Sleep Disorder. Lippincott Williams &Wilkins. Philadelphia : P 2158.
Lee-Chiong.T. 2008. Sleep Medicine Essentials And Review. Oxford University Press.
PUSA. P : 9-15.
Posner J. Plum And Posner. 2007. Diagnosis Of Stupor And Coma 4th Edition. Oxford University
Press, New York P;11-25.

Blumenfeld.H. 2002. Neuroanatomy through Clinical Cases. Sinauer Associates INC.


Massachusets. P : 588-597.
Shneerson J. 2005. Sleep Medicine 2nd Edition. Blackwell. Massachusets USA. P : 22-51.
Aminoff.M. 2008. Neurology and General Medicine 4th Edition. Churchill Livingstone,
USA. P ; 605-609.

Anda mungkin juga menyukai