Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelainan fundamental dari kelompok gangguan suasana perasaan
adalah perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah
depresi, atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Gangguan
suasana perasaan meliputi episode manik, gangguan bipolar (episodik manikdepresif), episode depresi, depresif berulang, dan waham menetap.
Gangguan mood seperti gangguan afektif bipolar perlu mendapat
perhatian. Resiko bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang tidak
diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara yang diterapi hanya 1,3 per
1000 pasien. Gangguan depresi juga banyak ditemui pada wanita sebesar 1025%.
Penegakan diagnosis perlu diputuskan dengan cermat untuk
mengurangi angka morbiditas maupun mortalitas pasien dengan gangguan
afektif dan dapat diterapi dengan baik.
B. Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui kelainankelainan yang termasuk dalam gangguan suasana perasaan. Referat ini
merupakan tugas untuk memenuhi syarat kepaniteraan klinik bagian Ilmu
Kesehatan Jiwa (IKJ) di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Mood, Afek, dan Emosi Lainnya

Emosi merupakan suatu komponen keadaan perasaan dengan


komponen psikis, somatik, dan perilaku yang berhubungan dengan afek
dan mood. Kriteria emosi normal antara lain sesuai dengan rangsang yang
menimbulkannya, lamanya perubahan emosi sesuai dengan rangsang dan
situasinya tidak berlarut-larut dan tidak berakhir tiba-tiba, intensitasnya
cukup.
Mood didefinisikan sebagai suasana perasaan yang bersifat
pervasif dan bertahan lama, yang mewarnai persepsi seseorang terhadap
kehidupannya. Pemeriksa dapat menilai suasana perasaan pasien dari
pernyataan yang disampaikan oleh pasien, dari ekspresi wajah, perilaku
motorik, atau bila perlu dapat ditanyakan kepada pasien tentang suasana
perasaan yang dialaminya.1
Mood dapat digambarkan dengan mood yang depresi, berputus asa,
iritabel, cemas, marah, ekspansif, euforia, kosong, bersalah, perasaan
terpesona, sia-sia, merendahkan diri, ketakutan, kebingungan. Mood dapat
labil, ber-flukmasi, atau berubah-ubah dengan cepat dan ekstrim (misalnya
tertawa keras pada saat tertentu kemudian berubah menangis dan berputus
asa). Berikut uraian beberapa mood yang dikenal:
1. Mood disforik: mood yang tidak menyenangkan
2. Mood eutimik: mood dalam rentang normal, menyatakan tidak adanya
mood yang tertekan atau melambung.
3. Mood yang meluap-luap (expansive mood): ekspresi perasaan
seseorang tanpa pembatasan, seringkali dengan penilaian yang
berlebihan terhadap kepentingan atau makna seseorang.

4. Mood yang iritabel (irritable mood): ekspresi perasaan akibat mudah


diganggu atau dibuat marah.
5. Pergeseran mood (labile mood): osilasi antara euforia dan depresi atau
dibuat marah.
6. Mood yang meninggi (elevated mood): suasana keyakinan dan
kesenangan; suatu mood yang lebih ceria dari biasanya.
7. Euforia: elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran.
8. Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy): perasaan kegairahan yang
kuat.
9. Depresi: perasaan kesedihan yang psikopatologis.
10. Anhedonia: hilangnya minat terhadap dan menarik diri dari semua
aktivitas rutin dan menyenangkan, seringkali disertai dengan depresi.
11. Duka cita (berkabung): kesedihan yang sesuai dengan kehilangan
yang nyata.
12. Aleksitimia: ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan
atau menyadari emosi atau mood seseorang.
Afek merupakan respons emosional saat sekarang, yang dapat
dinilai lewat ekspresi wajah, pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuh
pasien (bahasa tubuh). Afek mencerminkan situasi emosi sesaat, dapat
bersesuaian dengan mood maupun tidak. Penilaian terhadap afek dapat
berupa afek normal, terbatas, tumpul, atau mendatar.1
Gambaran afek normal dapat terlihat dari variasi ekspresi wajah,
intonasi suara, serta penggunaan tangan dan pergerakan tubuh. Ketika afek
menjadi terbatas, maka luas dan intensitas ekspresi pasien berkurang. Pada
gambaran afek vang menumpul, terlihal intensitas ekspresi emosi
berkurang lebih jauh.

Afek mendatar ditandai dengan tidak adanya

ekspresi atcktif, intonasi bicara monoton, dan ekspresi wajah datar.


Tumpul, datar, dan terbatas digunakan untuk menggambarkan kedalaman
emosi, sedangkan depresi, bangga, marah, ketakutan, cemas, rasa bersalah,

euforia, dan ekspansif digunakan untuk menunjukkan suatu gambaran afek


tertentu. Berikut uraian afek:
1.

Afek yang sesuai (appropriate affect): kondisi irama emosional yang


harmonis (sesuai, sinkron) dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan
yang menyertai; digambarkan lebih lanjut sebagai yang afek yang luas
atau penuh, di mana rentang emosional yang lengkap diekspresikan
secara sesuai.

2.

Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect): ketidakharmonisan


antara irama perasaan emosional dengan gagasan, pikiran atau
pembicaraan.

3.

Afek yang tumpul (blunted affect): gangguan pada afek yang


dimanifestasikan oleh penurunan yang berat pada intensitas irama
perasaan yang diungkapkan keluar.

4.

Afek yang terbatas (restricted or constricted affect): penurunan


intensitas irama perasaan yang kurang parah dari pada efek yang
tumpul tetapi jelas menurun.

5.

Afek yang datar (fIat affect): tidak adanya atau hampir tidak adanya
tanda ekspresi afek; suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak.

6.

Afek yang labil (labile affect): perubahan irama perasaan yang cepat
dan tiba-tiba, yang tidak berhubungan dengan stimulasi ekstemal.
Beberapa bentuk emosi yang lain:
1. Kecemasan: perasaan kekhawatiran yang disebabkan oleh dugaan
bahaya, yang mungkin berasal dari dalarn atau luar.
2. Kecemasan yang mengambang bebas (free floating anxiety): rasa takut
yang meresap dan tidak terpusatkan dan tidak terikat pada suatu
gagasan tertentu.
3. Ketakutan: kecemasan yang disebabkan oleh bahaya yang dikenali
secara sadar dan realistik.

4. Agitasi: kecemasan berat yang disertai dengan kegelisahan rnotorik


5. Ketegangan (tension): peningkatan aktifitas motorik dan psikologis
yang tidak menyenangkan.
6. Panik: Serangan kecemasan yang akut, episodik, yang kuat disertai
dengan perasaan ketakutan yang rnelanda dan pelepasan otonomik.
7. Apati: irama emosi yang turnpul yang disertai dengan pelepasan
(detachment) atau ketidakacuhan (indifference).
8. Ambivalensi: terdapat secara bersama-sama dua impuls yang
berlawanan terhadap hal yang sarna pada satu orang yang sama pada
waktu yang sama.
9. Abreaksional (abreaction): pelepasan atau pelimpahan emosional
setelah mengingat pengalarnan yang menakutkan.
10. Rasa malu: kegagalan membangun pengharapan diri.
11. Rasa bersalah: emosi sekunder karena melakukan sesuatu yang
dianggap salah.

B. Gangguan Suasana Perasaan

Klasifikasi gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menurut


PPDGJ-III: 2
F30

F31

Episode Manik
F30.0 Hipomania
F30.1 Mania tanpa gejala psikotik
F30.8 Mania dengan gejala psikotik
F30.9 Episode Manik YTT
Gangguan Afektif Bipolar
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode hipomanik
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala
psikotik
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala
psikotik
5

F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau


sedang
.30 Tanpa gejala somatik
.31 Dengan gejala somatik
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa
gejala psikotik
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat

F32

F33

dengan gejala psikotik


F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 Gangguan afektif bipolar, episode kini dalam remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar ytt
Episode Depresif
F32.0 Episode depresif ringan
.00 Tanpa gejala somatik
.01 Dengan gejala somatik
F32.1 Episode depresif sedang
.10 Tanpa gejala somatik
.11 Dengan gejala somatik
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
F32.8 Episode depresif lainnya
F32.9 Episode depresif YTT
Gangguan Depresif Berulang
F33.0 Gangguan depresif berulang, episode kini ringan
.00 Tanpa gejala somatik
.01 Dengan gejala somatik
F33.1 Gangguan depresif berulang, episode kini sedang
10 Tanpa gejala somatik
.11 Dengan gejala somatik
F33.2 Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala
psikotik
F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan

F34

F38

gejala psikotik
F33.4 Gangguan depresif berulang, kini dalam remisi
F33.8 Gangguan depresif berulang lainnya
F33.9 Gangguan depresif berulang YTT
Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) Menetap
F34.0 Siklotimia
F34.1 Distimia
F34.8 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif)

menetap

lainnya
F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menetap YTT
Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) Lainnya
F38.0 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) tunggal lainnya

.00 Episode afektif campuran


F38.1 Gangguan suasana perasaan

(mood/afektif)

berulang

lainnya
.10 Gangguan depresif singkat berulang
F38.8 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) lainnya YDT
F39 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) YTT

1. Episode Manik
Kelainan yang terdapat dalam episode manik memiliki kesamaan
karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam
jumlah dan kecepatan aktifitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat
keparahan. 2
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami mood yang elasi, ekspansif,
atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau lebih gejala
berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu:3
grandiositas atau percaya diri berlebihan
berkurangnya kebutuhan tidur
cepat dan banyaknya pembicaraan
lompatan gagasan atau pikiran berlomba
perhatian mudah teralih
peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor
meningkatnya aktivitas bertujuan (sosial, seksual, pekerjaan dan

sekolah)
tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa
perhitungan yang matang).

Hipomania
Hipomania ialah derajat yang lebih ringan daripada mania, yang
kelainan suasana perasaan (mood) dan perilakunya terlalu menetap dan
menonjol sehingga tidak dapat dimasukkan dalam siklotimia, namun tidak
disertai halusinasi atau waham. Yang ada ialah peningkatan ringan dari
suasana perasaan (mood) yang menetap (sekurang-kurangnya selama
beberapa hari berturut-turut), peningkatan enersi dan aktivitas, dan
biasanya perasaan sejahtera yang mencolok dan efisiensi baik fisik
maupun mental. Sering ada peningkatan kemampuan untuk bergaul,

bercakap, keakraban yang berlebihan, peningkatan enersi seksual, dan


pengurangan kebutuhan tidur; namun tidak sampai menjurus kepada
kekacauan berat dalam pekerjaan atau penolakan oleh masyarakat. Lebih
sering ini bersifat pergaulan sosial euforik, meskipun kadang-kadang lekas
marah, sombong, dan perilaku yang tidak sopan dan mengesalkan (bualan
dan lawakan murah yang berlebihan).
Konsentrasi dan perhatiannya dapat mengalami hendaya, sehingga
kurang bisa duduk dengan tenang untuk bekerja, atau bersantai dan
menikmati hiburan; tetapi ini tidak dapat mencegah timbulnya minat
dalam usaha dan aktivitas baru, atau sifat agak suka menghamburkan
uang.4
Mania tanpa gejala psikotik
Episode harus berlangsung sekurang kurangnya 1 minggu, dan
cukup berat sampai mengacaukan seluruh atay hampir seluruh pekerjaan
dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
Perubahan afek harus disertai dengan energiu yang bertambah
sehingga terjadi aktivitas berlabihan, percepatan dan kebanyakan bicara,
kebutuhan tidur yang berkurang, ide ide perihal kebesaran/ grandiose
ideas dan terlalu optimistik.
Mania dengan gejala psikotik
Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari
mania tanpa gejala psikotik. Harga diri yang membumbung dan gagasan
kebesaran dapat berkembang menjadi waham kejar (delusion of grandeur),
iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of persecution).
Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut (mood
congruent).2
Terapi Farmakologi Episode Mania3

*TKL: Terapi Kejut Listrik


2. Gangguan Afektif Bipolar

Berdasarkan DSM-IV, gangguan bipolar digolongkan menjadi 4


kriteria: 4
1. Gangguan bipolar I
Terdapat satu atau lebih episode manik. Episode depresi dan
hipomanik tidak diperlukan untuk diagnosis tetapi episode tersebut
sering terjadi.
2. Gangguan bipolar II
Terdapat satu atau lebih episode hipomanik atau episode depresif
mayor tanpa episode manik.
3. Siklotimia
Adalah bentuk ringan dari Gangguan bipolar. Terdapat episode
hipomania dan depresi yang ringan yang tidak memenuhi kriteria
episode depresif mayor.
4. Gangguan bipolar YTT
Gejala-gejala yang dialami penderita tidak memenuhi kriteria
Gangguan bipolar I dan II. Gejala-gejala tersebut berlangsung tidak
lama atau gejala terlalu sedikit sehingga tidak dapat didiagnosa
Gangguan bipolar I dan II.

Terdapat dua pola gejala dasar pada gangguan bipolar yaitu,


episode depresi dan episode mania. 3,4
9

Episode manik
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien
mengalami mood yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki,
secara menetap, tiga atau lebih gejala berikut (empat atau lebih bila hanya
mood iritabel) yaitu :4
Grandiositas atau percaya diri berlebihan
Berkurangnya kebutuhan tidur
Cepat dan banyaknya pembicaraan
Lompatan gagasan atau pikiran berlomba
Perhatian mudah teralih
Peningkatan ocial dan hiperaktivitas psikomotor
Meningkatnya aktivitas bertujuan (social, seksual, pekerjaan dan

sekolah)
Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa
perhitungan yang matang)
Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengam penderitaan,

gambaran psikotik, hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain,


serta adanya Gangguan fungsi sosial dan pekerjaan. Pasien hipomania
kadang sulit didiagnosa sebab beberapa pasien hipomania justru memiliki
tingkat kreativitas dan produktivitas yang tinggi. Pasien hipomania tidak
memiliki gambaran psikotik (halusinasi, waham atau perilaku atau
pembicaraan aneh) dan tidak memerlukan hospitalisasi.4
Episode Depresi
Pada semua tiga variasi dari episode depresif khas yang tercantum
di bawah ini : ringan, sedang, dan berat, individu biasanya menderita
suasana perasaan (mood) yang

depresif, kehilangan

minat

dan

kegembiraan, dan berkurangnya enersi yang menuju meningkatnya


keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Biasanya ada rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja. Gejala lazim lainnya adalah :
Konsentrasi dan perhatian berkurang;
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan

pada episode tipe ringan sekali pun);


Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
Tidur terganggu;
10

Nafsu makan berkurang.3,4

Episode Campuran
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi
yang terjadi secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering
mood disforik), iritabel, marah, serangan panic, pembicaraan cepat,
agitasi, menangis, ide bunuh diri, insomnia derajat berat, grandiositas,
hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-kadang bingung. Kadangkadang gejala cukup berat sehingga memerlukan perawatan untuk
melindungi pasien atau orang lain, dapat disertai gambaran psikotik, dan
mengganggu fungsi personal, social dan pekerjaan. 3,4
Siklus Cepat
Siklus cepat yaitu bila terjadi paling sedikit empat episode depresi,
hipomania, atau mania dalam satu tahun. Seseorang dengan siklus cepat
jarang mengalami bebas gejala dan biasanya terdapat hendaya berat dalam
hubungan interpersonal atau pekerjaan. 3
Siklus Ultra Cepat
Mania, hipomania, dan episode depresi bergantian dengan sangat cepat
dalam beberapa hari. Gejala dan hendaya lebih berat bila dibandingkan
dengan siklotimia dan sangat sulit diatasi. 3
Sindrom Psikotik
Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang
paling sering yaitu : 3

Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)

Waham
Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania
sedangkan waham nihilistic terjadi pada episode depresi. Ada kalanya
simtom psikotik tidak serasi dengan mood. Pasien dengan Gangguan
bipolar sering didiagnosis sebagai skizofrenia. Ciri psikotik biasanya
merupakan tanda prognosis yang buruk bagi pasien dengan Gangguan
bipolar. Faktor berikut ini telah dihubungkan dengan prognosis yang buruk
seperti: durasi episode yang lama, disosiasi temporal antara Gangguan
mood dan gejala psikotik, dan riwayat penyesuaian social pramorbid yang

11

buruk. Adanya ciri-ciri psikotik yang memiiki penerapan terapi yang


penting, pasien dengan symptom psikotik hampir selalu memerlukan obat
anti psikotik di samping anti depresan atau anti mania atau mungkin
memerlukan terapi antikonvulsif untuk mendapatkan perbaikan klinis. 3
Pembagian menurut PPDGJ III:
Gangguan Afek bipolar
Gangguan ini bersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya
dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu,
pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan
energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa
penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang
khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsug antara 2
minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih
lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali
pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah
peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya
stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis).1
Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif.
Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manik tunggal (F30).

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik


Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30);
dan harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.
Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik (F30.1); dan harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.

12

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala psikotik


Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan
gejala psikotik (F30.2); dan harus ada sekurang-kurangnya satu episode
afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.
Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi
ringan (F32.0) atau pun sedang (F32.1); dan harus ada sekurangkurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa
lampau.
Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala
psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan harus ada sekurangkurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa
lampau.
Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala
psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan harus ada sekurangkurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran dimasa
lampau.
Gangguan afektif bipolar campuran
Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan
depresif

yang

tercampur

atau

bergantian

dengan

cepat

(gejala

mania/hipomania dan depresif yang sama-sama mencolok selama masa


terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung
sekurang-kurangnya 2 minggu); dan harus ada sekurang-kurangnya satu
episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau.7
Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi

13

Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama


beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya
satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau dan
ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif atau campuran).
Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
Gangguan Afektif Bipolar YTT
Gangguan Bipolar pada anak-anak
Kebanyakan kasus gangguan bipolar didiagnosis pada usia dewasa,
tetapi penelitian membuktikan bahwa sebagian anak yang didiagnosa
dengan depresi sebenarnya menderita gangguan bipolar. Anak-anak
dengan gangguan bipolar sebaiknya tidak diberikan label tertentu yang
dapat membuat mereka terhindar dari pergaulannya. Anak-anak tersebut
juga beresiko tinggi menderita gangguan kecemasan dan juga Attention
Deficit-Hyperactivity Disorder (ADHD).

Penatalaksanaan Kedaruratan Agitasi Akut pada GB

14

3. Episode Depresi
Diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan
diagnosis, periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa
beratnya dan berlangsung cepat.
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat):
1.

afek depresif

2.

kehilangan minat dan kegembiraan, dan

3.

berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah


(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas

15

Gejala lainnya:
1. konsentrasi dan perhatian berkurang;
2. harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
3. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
4. pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
5. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
6. tidur terganggu;
7. nafsu makan berkurang
Suasana perasaan (mood) yang menurun itu berubah sedikit dari
hari ke hari, dan sering kali tak terpengaruh oleh keadaan sekitarnya,
namun dapat memperlihatkan variasi diurnal yang khas seiring berlalunya
waktu. Sebagaimana pada episode manik, gambaran klinisnya juga
menunjukkan variasi individual yang mencolok, dan gambaran tak khas
adalah lumrah, terutama di masa remaja. Pada beberapa kasus, anxietas,
kegelisahan dan agitasi motorik mungkin pada waktu-waktu tertentu lebih
menonjol daripada depresinya, dan perubahan suasana perasaan (mood)
mungkin juga terselubung oleh cirri tambahan seperti iritabilitas, minum
alkohol berlebih, perilaku histrionik, dan eksaserbasi gejala fobik atau
obsesif yang sudah ada sebelumnya, atau oleh preokupasi hipokondrik.
Untuk episode depresif dari ketiga-tiganya tingkat keparahan, biasanya
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala
luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Beberapa di antara gejala tersebut di atas mungkin mencolok dan
memperkembangkan cirri khas yang dipandang secara luas mempunyai
makna klinis khusus. Contoh paling khas dari gejala somatik ialah
kehilangan minat atau kesenangan pada kegiatan yang biasanya dapat
dinikmati, tiadanya reaksi emosional terhadap lingkungan atau peristiwa
yang biasanya menyenangkan, bangun pagi lebih awal 2 jam atau lebih
daripada biasanya, depresi yang lebih parah pada pagi hari, bukti objektif
16

dari retardasi atau agitasi psikomotor yang nyata (disebutkan atau


dilaporkan oleh orang lain), kehilangan nafsu makan secara mencolok,
penurunan berat badan (sering ditentukan sebagai 5% atau lebih dari berat
badan bulan terakhir), kehilangan libido secara mencolok. Biasanya,
sindrom somatik ini hanya dianggapp ada apabila sekitar empat dari
gejala itu pasti dijumpai (Depkes RI, 1993).
Episode depresif ringan
Suasana perasaan mood yang depresif, kehilangan minat dan
kesenangan, dan mudah menjadi lelah biasanya dipandang sebagai gejala
depresi yang paling khas; sekurang-kurangnya dua dari ini, ditambah
sekurang-kurangnya dua gejala lazim di atas harus ada untuk menegakkan
diagnosis pasti. Tidak boleh ada gejala yang berat di antaranya. Lamanya
seluruh episode berlansung ialah sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah
tentang gejalanya dan agak sukar baginya untuk meneruskan pekerjaan
biasa dan kegiatan social, namun mungkin ia tidak akan berhenti
berfungsi sama sekali.
Episode depresif sedang
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala yang paling khas
yang ditentukan untuk episode depresif ringan, ditambah sekurangkurangnya tiga (dan sebaiknya empat) gejala lainnya. Beberapa gejala
mungkin tampil amat menyolok, namun ini tidak esensial apabila secara
keseluruhan ada cukup banyak variasi gejalanya. Lamanya seluruh
episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu.
Individu dengan episode depresif taraf;

sedang

biasanya

menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan


dan urusan rumah tangga.
Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
Pada episode depresif berat, penderita biasanya menunjukkan
ketegangan atau kegelisahan yang amat nyata, kecuali apabila retardasi
merupakan ciri terkemuka. Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya tak
berguna mungkin mencolok, dan bunuh diri merupakan bahaya nyata

17

terutama pada beberapa kasus berat. Anggapan di sini ialah bahwa


sindrom somatik hampir selalu ada pada episode dpresif berat.
Semua tiga gejala khas yang ditentukan untuk episode depresif
ringan dan sedang harus ada, ditambah sekurang-kurangnya empat gejala
lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat. Namun,
apabila gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi) menyolok, maka
pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu utnuk melaporkan banyak
gejalanya secara terinci. Dalam hal demikian, penentuan menyeluruh
dalam subkategori episode berat masih dapat dibenarkan. Episode
depresif biasanya seharusnya berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu,
akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka
mungkin dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang
dari 2 minggu.
Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkin penderita
akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah
tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
Kategori ini hendaknya digunakan hanya untuk episode depresif berat
tunggal tanpa gejala psikotik; untuk episode selanjutnya, harus digunakan
subkategori dari gangguan depresif berulang.
Episode depresif berat dengan gejala psikotik
Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2
terssebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresif.
Wahamnya biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau
malapetaka yang mengancam, dan pasien dapat merasa bertanggung
jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa
suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging
membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi
atau tidak serasi dengan suasana perasaan (mood).
Diagnosis banding. Stupor depresif perlu dibedakan dari
skizofrenia katatonik, stupor disosiatif, dan bentuk stupor organik lainnya.
Kategori ini hendaknya hanya digunakan untuk episode depresif berat
tunggal dengan gejala psikotik; untuk episode selanjutnya harus
digunakan subkategori gangguan depresif berulang.
18

Episode depresif Lainnya


Episode yang termasuk di sini adalah yang tidak sesuai dengan
gambaran yang diberikan untuk episode deprresif pada F32.0-F32.3,
meskipun kesan diagnostik menyeluruh menunjukkan sifatnya sebagai
depresi. Contohnya termasuk campuran gejala depresif (khususnya jenis
somatik) yang berfluktuasi dengan gejala non diagnostik seperti
ketegangan, keresahan dan penderitaan; dan campuran gejala depresif
somatik dengan nyeri atau keletihan menetap yang bukan akibat penyebab
organik (seperti yang kadang-kadang terlihat pada pelayanan rumah sakit
umum).

4. Gangguan Depresif Berulang


Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari depresi
sebagaimana dijabarkan dalam episode depresif ringan, sedang, atau
berat, tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian suasana
perasaan dan hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania dan
hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania segera sesudah
suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh
tindakan pengobatan depresi). Usia dari onset, keparahan, lamanya
berlangsung, dan frekuensi episode dari depresi, semuanya sangat
bervariasi. Umumnya episode pertama terjadi pada usia lebih tua
dibanding dengangangguan bipolar, dengan usia onset rata-rata lima
puluhan.
Episode masing-masing lamanya antara 3 dan 12 bulan (rata-rata
lamanya sekitar 6 bulan) akan tetapi frekuensinya lebih jarang. Pemulihan
keadaaan biasanya sempurna di antara episode, namun sebagian kecil
pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada
usia lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan).
Episode masing-masing dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali
dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh sters; dalam berbagai

19

budaya, baik episode tersendiri maupun depresi menetap dua kali lebih
banyak pada wanita daripada pria.
Gangguan depresif berulang episode kini ringan
Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan.
Gangguan depresif berulang episode kini sedang
Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif sedang.

Gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik


Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa
gejala psikotik.

Gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik


Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan
gejala psikotik.

Gangguan depresif berulang kini dalam remisi


Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus pernah dipenuhi masa
lampau tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk

20

episode depresif dengan derajat keparahan apapun atau gangguan lain


apapun.

Pada semua episode, sekurangnya ada dua episode telah


berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan ada waktu
beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
Bagaimanapun seringnya seseorang pasien gangguan depresif
berulang mengalami episode depresif sebagai penderitaan, tidak mustahil
baginya akan mengalami episode manik. Jika ternyata terjadi episode
manik, maka diagnosisnya harus diubah menjadi gangguan afektif bipolar.

5. Gangguan Afektif Menetap


Siklotimia
Ketidak-stabilan menetap dari afek (suasana perasaan), meliputi
banyak periode depresi ringan dan hipomania ringan. Diantaranya tidak
ada yang cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi kriteria gangguan
afektif bipolar atau gangguan depresif berulang. Setiap episode alunan
afektif (mood swings) tidak memenuhi kriteria untuk kategori manapun
yang disebut dalam episode manik atau episode depresif.
a. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan
gejala-gejala hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala
depresi yang tidak memenuhi kriteria untuk gangguan depresi
mayor. Untuk anak-anak dan remaja durasinya paling sedikit satu
tahun.
b. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari
gejala-gejala pada kriteria lebih dari 2 bulan pada suatu waktu.
c. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode
campuran, selama dua tahun gangguan tersebut.

21

Catatan: Setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang


tindih dengan manik atau episode campuran (diagnosis GB I dan
gangguan siklotimia dapat dibuat) atau episode depresi mayor
(diagnosis GB II dan gangguan siklotimia dapat ditegakkan)
d. Gejala-gejala pada kriteria A bukan skizoafektif dan tidak
bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan
waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
e. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat
atau kondisi medik umum.
f. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik
cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial,
pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.3

Distimia
Efek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah atau
jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif
berulang ringan atau sedang. Biasanya mulai pada usia dini dari masa
dewasa dan berlangsung sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadangkadang untuk jangka waktu tidak terbatas. Jika onsetnya pada usia lebih
lanjut, gangguan ini sering kali merupakan kelanjutan suatu episode
depresif tersendiri dan berhubungan dg masa berkabung atau stres lain
yang tampak jelas.2
Efek depresi yang dialami sekurangnya 2 tahun dan memiliki 2 atau lebih
gejala berikut yang menimbulkan gangguan sosial, pekerjaan atau
gangguan fungsional lainnya seperti:5

Nafsu makan berkurang atau terlalu banyak makan.

Insomnia atau terlalu banyak tidur.

22

Kelelahan atau kurang energi.

Rendah diri.

Kurang konsentrasi atau sulit mengambil keputusan.

Putus asa atau pesimis.

C. Terapi Farmakologi

Stabilisator Mood
Litium
Indikasi

: episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan

bermanfaat sebagai terapi rumatan GB.


Dosis
: Respons litium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan dengan
menitrasi dosis hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar antara 1,0-1,4
mEq/L. Perbaikan terjadi dalam 7-14 hari. Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hari.
Dosis untuk mengatasi keadaan akut lebih tinggi bila dibandingkan dengan untuk
terapi rumatan. Untuk terapi rumatan, dosis berkisar antara 0,4-0,8 mEql/L.
Dosis kecil dari 0,4 mEq/L, tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya,
gejala toksisitas litium dapat terjadi bila dosis 1,5 mEq/L.
Efek samping : mual, muntah, tremor, somnolen, penambahan berat badan, dan
penumpulan kognitif. Neurotoksisitas, delirium, dan ensefalopati dapat pula
terjadi akibat penggunaan litium. Neurotoksisitas bersifat ireversibel.
Akibat intoksikasi litium, defisit neurologi permanen dapat terjadi
misalnya, ataksia, defisist memori, dan gangguan pergerakan. Untuk mengatasi
intoksikasi litium, hemodialisis harus segera dilakukan. Litium dapat merusak
tubulus ginjal.

Faktor risiko kerusakan ginjal adalah intoksikasi litium,

polifarmasi dan adanya penyakit fisik lainnya. Pasien yang mengonsumsi litium
dapat mengalami poliuri. Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk banyak
meminum air.
Kontraindikasi: gangguan ginjal, kehamilan.
Valproat

23

Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh FDA sebagai


antimania.
Valproat tersedia dalam bentuk:
1. Preparat oral;
a. Sodium divalproat, tablet salut, proporsi antara asam valproat
dan sodium valproat adalah sama (1:1)
b. Asam valproat
c. Sodium valproat
d. Sodium divalproat, kapsul yang mengandung partikel-partikel
salut

yang

dapat

dimakan

secara utuh atau dibuka dan

ditaburkan ke dalam makanan.


e. Divalproat dalam bentuk lepas lambat, dosis sekali sehari.
2. Preparat intravena
3. Preparat supositoria
Farmakologi : Terikat

dengan

protein.

Diserap

dengan

cepat

setelah

pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma valproat sodium dan asam


valproat dicapai dalam dua jam sedangkan sodium divalproat dalam 3-8 jam.
Awitan absorbsi divalproat lepas lambat lebih cepat bila dibandingkan dengan
tablet biasa. Absorbsi menjadi lambat bila obat diminum bersamaan dengan
makanan. Ikatan valproat dengan protein meningkat bila diet mengandung rendah
lemak dan menurun bila diet mengandung tinggi lemak.
Dosis
: Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat
dalam serum berkisar antara 45 -125 mg/mL. Untuk GB II dan siklotimia
diperlukan divalproat dengan konsentrasi plasma < 50 mg/mL. Dosis awal
untuk mania dimulai dengan 15-20 mg/kg/hari atau 250 500 mg/hari dan
dinaikkan setiap 3 hari hingga mencapai konsentrasi serum 45-125 mg/mL.
Efek samping,

misalnya sedasi, peningkatan nafsu makan, dan penurunan

leukosit serta trombosit dapat terjadi bila konsentrasi serum >100 mg/mL. Untuk

24

terapi rumatan, konsentrasi valproat dalam plasma yang dianjurkan adalah antara
75-100 mg/mL.
Indikasi
: Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor
akut, terapi rumatan GB, mania sekunder, GB yang tidak berespons dengan litium,
siklus cepat, GB pada anak dan remaja, serta GB pada lanjut usia.
Efek Samping : anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, peningkatan (derajat
ringan) enzim transaminase, sedasi, dan tremor. Efek samping ini sering terjadi
pada awal pengobatan dan bekurang dengan penurunan dosis atau dengan
berjalannya waktu.

Efek samping gastrointestinal lebih sering terjadi pada

penggunaan asam valproat dan valproat sodium bila dibandingkan dengan


tablet salut sodium divalproat.
Lamotrigin
Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia menghambat
kanal Na+. Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamat.
Indikasi
: Efektif untuk mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik
akut maupun rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat.
Dosis
: Berkisar antara 50-200 mg/hari.
Efek Samping : Sakit kepala, mual, muntah, pusing, mengantuk, tremor, dan
berbagai bentuk kemerahan di kulit.

Antipsikotika Atipik
Antipsikotika atipik, baik monoterapi maupun kombinasi terapi, efektif
sebagai terapi lini pertama untuk GB.

Risperidon
Risperidon adalah derivat benzisoksazol. Ia merupakan antipsikotika atipik
pertama yang mendapat persetujuan FDA setelah klozapin.
Dosis

:Untuk preparat oral, risperidon tersedia dalam dua bentuk sediaan

yaitu tablet dan cairan. Dosis awal yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan
besoknya dapat dinaikkan hingga mencapai dosis 4 mg/hari. Sebagian besar
pasien membutuhkan 4-6 mg/hari. Risperidon injeksi jangka panjang (RIJP)
dapat pula digunakan untuk terapi rumatan GB. Dosis yang dianjurkan
25

untuk orang dewasa atau orang tua adalah 25 mg setiap dua minggu. Bila tidak
berespons dengan 25 mg, dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5 mg - 50 mg per dua
minggu.
Indikasi

:Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk

terapi rumatan.
Efek Samping : sedasi, fatig, pusing ortostatik, palpitasi, peningkatan berat
badan, berkurangnya gairah seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada
risperidon bila dibandingkan dengan pada plasebo. Meskipun risperidon tidak
terikat secara bermakna dengan reseptor kolinergik muskarinik, mulut kering,
mata kabur, dan retensi urin, dapat terlihat pada beberapa pasien dan sifatnya
hanya sementara. Peningkatan berat badan dan prolaktin dapat pula terjadi
pada pemberian risperidon.

Olanzapin
Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas
terhadap dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2 (5-HT2);
muskarinik, histamin 1(H1), dan a1- adrenergik.
Indikasi

: Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode

akut mania dan campuran. Selain itu, olanzapin efektif untuk terapi rumatan GB.
Dosis

: Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari.

Efek Samping : Sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang
setelah beberapa lama.

Efek antikolinergik

dapat

pula

terjadi

tetapi

kejadiannya sangat rendah dan tidak menyebabkan penghentian pengobatan.


Risiko terjadinya diabetes tipe-2 relatif tinggi bila dibandingkan dengan
antipsikotika atipik

lainnya. Keadaan

ini dapat diatasi dengan

melakukan

psikoedukasi, misalnya merubah gaya hidup, diet dan latihan fisik.


Quetiapin

26

Quetiapin

merupakan

suatu

derivat

dibenzotiazepin yang bekerja sebagai

antagonis 5-HT1A dan 5-HT2A, dopamin D1, D2, histamin H1 serta reseptor
adrenergik a1 dan a2. Afinitasnya rendah terhadap reseptor D2 dan relatif lebih
tinggi terhadap serotonin 5-HT2A.
Dosis

: Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800

mg/hari. Tersedia dalam bentuk tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg,
100 mg, 200 mg, dan 300 mg, dengan pemberian dua kali per hari. Selain itu,
juga tersedia quetiapin-XR dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.
Indikasi

: Quetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi,

campuran, siklus cepat, baik dalam keadaan akut maupun rumatan.


Efek Samping : Quetiapin secara umum ditoleransi dengan baik. Sedasi
merupakan efek samping yang sering dilaporkan. Efek samping ini berkurang
dengan berjalannya waktu. Perubahan dalam berat badan dengan quetiapin adalah
sedang dan tidak menyebabkan

penghentian

pengobatan. Peningkatan berat

badan lebih kecil bila dibandingkan dengan antipsikotika tipik.

Aripiprazol
Aripiprazol adalah stabilisator sistem dopamin-serotonin. Aripiprazol merupakan
agonis parsial kuat pada D2, D3, dan 5-HT1A serta antagonis 5-HT2A. Ia juga
mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptor D3, afinitas sedang pada D4, 5HT2c, 5-HT7, a1- adrenergik, histaminergik (H1), dan serotonin reuptake site
(SERT), dan tidak terikat dengan reseptor muskarinik kolinergik.
Dosis

: Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg.

Kisaran dosis efektifnya per hari yaitu antara 10-30 mg. Dosis awal yang
direkomendasikan yaitu antara 10 - 15 mg dan diberikan sekali sehari. Apabila
ada rasa mual, insomnia, dan akatisia, dianjurkan

untuk menurunkan dosis.

Beberapa klinikus mengatakan bahwa dosis awal 5 mg dapat meningkatkan


tolerabilitas.

27

Indikasi

: Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode

campuran akut. Ia juga efektif untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga efektif
sebagai terapi tambahan pada GB I, episode depresi.
Efek Samping : Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, anksietas, dan mual
merupakan kejadian yang tidak diinginkan yang dilaporkan secara spontan oleh
kelompok yang mendapat aripiprazol. Efek samping ekstrapiramidalnya tidak
berbeda secara bermakna dengan plasebo. Akatisia dapat terjadi dan kadangkadang dapat sangat mengganggu

pasien sehingga

sering mengakibatkan

penghentian pengobatan. Insomnia dapat pula ditemui. Tidak ada peningkatan


berat

badan dan diabetes melitus pada penggunaan aripiprazol. Selain

itu,

peningkatan kadar prolaktin juga tidak dijumpai. Aripiprazol tidak menyebabkan


perubahan interval QTc.

Antidepresan
Antidepresan

efektif

untuk

Penggunaannya harus dalam jangka


berpotensi meginduksi

mengobati

GB,

episode

depresi.

pendek. Penggunaan jangka panjang

hipomania atau mania. Untuk menghindari terjadinya

hipomania dan mania, antidepresan hendaklah dikombinasi dengan stabilisator


mood atau dengan antipsikotika atipik .

Intervensi Psikososial
Intervensi psikososial meliputi berbagai pendekatan misalnya, cognitive
behavioral therapy (CBT), terapi keluarga, terapi interpersonal, terapi kelompok,
psikoedukasi, dan berbagai bentuk terapi psikologi atau psikososial lainnya.
Intervensi psiksosial sangat perlu untuk mempertahankan keadaan remisi.

28

BAB III
PENUTUP

Gangguan afektif merupakan sekelompok penyakit yang bervariasi beratnya.


Gangguan afektif terdiri dari episode manik, gangguan bipolar, episode depresif,
gangguan depresif berulang, dan gangguan afektif menetap. Gangguan bipolar
bersifat episodik, ditandai oleh gejala-gejala manik, depresif, maupun campuran,
biasanya rekuren dan dapat berlangsung seumur hidup. Penegakan diagnosa
penting untuk memberikan penatalaksanaan yang tepat bagi pasien.

29

DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira, Silvia D. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta. FKUI.

2. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJIII: Pedoman Diagnostik: F 30-39: Gangguan Suasana Perasaan (Mood
[Afektif]). Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya.
2007.
3. Pedoman Tatalaksana GB PDSKJI 2010 diakses dari http://pdskji.org
tanggal 26 Desember 2013.
4. Bipolar

disorder.

National

Institute

of

Mental

Health.

http://www.nimh.nih.gov/health/publications/bipolar-disorder/index.shtml
diakses tanggal 27 Desember 2013.
5. Appendix

DDSM-IV-TR

Mood

Disorders-Managing

Depressive

Symptoms in Substance Abuse Clients During Early Recovery diakses dari


http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK64063/

diakses

tanggal

26

Desember 2013.
6. Neal, Michael J. Depresi dalam At a Glance Farmakologi Medis edisi 4.
Penerbit Erlangga. Jakarta. 2008.
7. Neal, Michael J. Gangguan Afektif Bipolar dalam At a Glance
Farmakologi Medis edisi 4. Penerbit Erlangga. Jakarta. 2008.

30

Anda mungkin juga menyukai