PENDAHULUAN
proses
osmosis,
adsorpsi,
flokulasi,
electro-floatation,
merugikan kehidupan air. Oleh karena itu, penting untuk melakukan penghilangan
limbah MG sebelum dibuang ke badan air.
Dalam beberapa tahun terakhir bahan berbasis oksida seng-titanium (Zn-Ti-O)
telah digunakan secara luas karena sifat luar biasanya dan berpotensi dalam
aplikasi ilmiah dan teknis. Baru-baru ini, seng titanat telah diteliti untuk aplikasi
dalam banyak bidang seperti agen penyerap untuk penghilangan hidrogen sulfida
(H2S) bersuhu tinggi dari batubara, sensor gas, sensor kelembaban, pigmen cat,
bahan dielektrik, agen antibakteri dan sebagai fotokatalis. Hal ini telah banyak
dilaporkan oleh banyak penulis bahwa ada tiga senyawa ZnO-TiO2, termasuk
seng orto-titanat (Zn2TiO4) tipe kubik inverse-spinel, seng meta-titanat (ZnTiO3)
tipe rhombohedral ilmenit dan Zn2Ti3O8 tipe kubik spinel terstruktur yang
dianggap sebagai bentuk ZnTiO3 bersuhu rendah. Diantara semua itu, kristalin
ZnTiO3 berukuran nano merupakan bahan yang sangat signifikan yang telah
digunakan sebagai adsorben untuk zat warna.
Meskipun banyak antibiotik baru telah dikembangkan dalam beberapa dekade
terakhir, tidak satupun ditemukan dengan aktivitas lebih baik terhadap resisten
bakteri. Oleh karena itu penting untuk merencanakan strategi penyembuhan yang
lebih baik termasuk novel antibiotik. Baru-baru ini, nanopartikel oksida logam
telah digunakan secara efektif untuk agen terapi, dalam diagnosa penyakit kronis,
untuk mengurangi infeksi bakteri pada kulit dan luka bakar, untuk mencegah
kolonisasi bakteri pada perangkat medis, dan dalam industri pakaian dan makanan
digunakan sebagai agen antimikroba. Karena memiliki kemampuan yang unik dan
berpotensi sebagai antimikroba terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif, para peneliti mengembangkan antibiotik generasi baru dengan membuat
nanopartikel oksida logam sebagai pengganti antibiotik untuk mengatasi masalah
resistensi terhadap obat. Nanopartikel ZnO dan TiO2 menunjukkan sifat
antibakteri, tetapi tidak ada literatur yang memuaskan yang berkaitan dengan
aktivitas antibakteri dari keramik ZnTiO3 nanokristalin. Hal ini menarik perhatian
peneliti untuk mempreparasi ZnTiO3 nanokristalin dan
mempelajari sifat
mengevaluasi aktivitas antibakterinya terhadap bakteri patogen yang berbeda beda dengan metode difusi agar.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses preparasi keramik ZnTiO3 nanokristalin?
2. Bagaimana hasil karakterisasi dari keramik ZnTiO3 nanokristalin?
3. Bagaimana pegaruh waktu, pengaruh dosis adsorben dan pengaruh pH
dalam proses adsorpsi zat warna Malachite green (MG) oleh keramik
ZnTiO3 nanokristalin?
4. Bagaimana pengaruh konsentrasi awal zat warna Malachite green (MG)
dalam proses adsorpsi?
5. Bagaimana mekanisme adsorpsi zat warna Malachite green (MG) oleh
keramik ZnTiO3 nanokristalin?
6. Bagaimana kinetika adsorpsi zar warna Malachite green (MG) oleh
keramik ZnTiO3 nanokristalin?
7. Bagaimana aktivitas antibakteri dari keramik ZnTiO 3 nanokristalin
terhadap bakteri patogen?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:
1. Membuat keramik ZnTiO3 nanokristalin
2. Mengetahui kemampuan adsorpsi keramik ZnTiO3 nanokristalin terhadap
zat warna Malachite green (MG).
3. Mengetahui aktivitas antibakteri dari keramik ZnTiO3 nanokristalin
terhadap bakteri patogen.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menambah wawasan peneliti dan pembaca mengenai pembuatan keramik
ZnTiO3
2. Menambah wawasan peneliti dan memberikan informasi kepada
pembaca bahwa keramik ZnTiO3 nanokristalin memiliki kemampuan
adsorpsi terhadap zat warna Malachite green (MG) dan memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen.
II.
TINJAUN PUSTAKA
II.1
Keramik
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya
suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan
ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan
teknologi
untuk
menghasilkan
barang
dari
tanah
liat
yang
dibakar,
seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua
keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup
semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat.
Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia
dibandingkan elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah
felspard, ball clay, kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh
struktur kristal, komposisi kimia dan mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat
keramik juga tergantung pada lingkungan geologi dimana bahan diperoleh. Secara
umum strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-elektron bebas.
Kurangnya beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian besar bahan
keramik secara kelistrikan bukan merupakan konduktor dan juga menjadi
konduktor panas yang jelek. Di samping itu keramik mempunyai sifat rapuh,
keras, dan kaku. Keramik secara umum mempunyai kekuatan tekan lebih baik
dibanding kekuatan tariknya Pada prinsipnya keramik terbagi atas:
1. Keramik tradisional
Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan
alam, seperti kuarsa, kaolin, dll. Yang termasuk keramik ini adalah: barang
pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk
industri (refractory).
2. Keramik halus
Fine ceramics (keramik modern atau biasa disebut keramik teknik, advanced
ceramic, engineering ceramic, techical ceramic) adalah keramik yang dibuat
dengan menggunakan oksida-oksida logam atau logam, seperti: oksida logam
(Al2O3, ZrO2, MgO,dll). Penggunaannya: elemen pemanas, semikonduktor,
komponen turbin, dan pada bidang medis.
Sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis
keramik adalah britle atau rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis
tradisional seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah dan sebagainya, coba
jatuhkan piring yang terbuat dari keramik bandingkan dengan piring dari logam,
pasti keramik mudah pecah, walaupun sifat ini tidak berlaku pada jenis keramik
tertentu, terutama jenis keramik hasil sintering, dan campuran sintering antara
keramik dengan logam. sifat lainya adalah tahan suhu tinggi, sebagai contoh
keramik tradisional yang terdiri dari tanah liat, flint, dan feldspar tahan sampai
dengan suhu 1200 C, keramik hasil rekayasa seperti keramik oksida mampu tahan
sampai dengan suhu 2000 C.
II.2
mensintesis material berskala nano dan telah digunakan pada banyak produksi
keramik dalam banyak aplikasi. Keramik oksida berskala nano dapat dibuat
dengan metode SCS yang dipreparasi melalui kombinasi antara logam nitrat
dengan larutan berair dengan bahan bakar. Glisin dan urea, khususnya, adalah
bahan bakar yang cocok karena keduanya merupakan asam amino yang dapat
bertindak sebagai pengompleks dari ion logam dalam larutan dan juga berfungsi
sebagai bahan bakar untuk sintesis logam oksida nanokristalin. Metode ini dapat
langsung menghasilkan produk akhir yang diinginkan, meskipun dalam beberapa
kasus, dibutuhkan perlakuan panas berikutnya pada keramik yang disintesis untuk
meningkatkan pembentukan fase yang diinginkan.
Metode Solution Combustion Synthesis menggunakan garam, seperti nitrat,
logam sulfat dan karbonat, sebagai reagen oksidasi dan reduksi, menggunakan
bahan bakar seperti glisin, sukrosa, urea, atau karbohidrat lainnya yang dapat larut
dalam air. Nitrat bertindak sebagai oksidator untuk bahan bakar selama reaksi
pembakaran.
Metode Solution Combustion Synthesis adalah metode berdasarkan prinsip
bahwa sekali reaksi dimulai dengan pemanasan, terjadi reaksi eksotermik dengan
sendirinya dalam interval waktu tertentu, sehingga menghasilkan serbuk sebagai
produk akhir. Reaksi eksotermik dimulai pada suhu pengapian dan menghasilkan
sejumlah panas tertentu yang diwujudkan dalam suhu maksimum atau suhu
pembakaran. Solution Combustion Synthesis memiliki keuntungan dalam
memproduksi serbuk secara cepat, halus dan homogen.
5
Tabel2.3.1Someoxidespreparedbycombustioninsolution
a
Material
Fuel
Particlesize
Application
Al2O3
U
AM+U/CH/ODH/GLI
4m
1528nm
Abrasive
Catalystsupport
10nm
Catalyst
Co /Al2O3
+3
Eu /Y3Al5O12
0.20.3m
Pigment
6090nm
Redphosphorus
Ce1xTbxMgAl11O19
CH
U
1020m
Greenphosphorus
Catalyst
U
ODH
GLI
1018nm
18nm
100m
Catalyst
Oxigenstorage
Capasitor
M/CeO2,M=Pt,
Pd,Ag
ODH
12nm
Catalyst
Ce1xPtxO2
CH
46nm
NiYSZ,(Ni,Co/
Fe/Cu)YSZ
~40nm
H2O2combina
tioncatalyst
Combustioncell
anode(SOFC)
LaSrFeO3
LaCrO3
CH/ODH
U
2030nm
20nm
SOFCcathode
Interconnection
forSOFC
LiCo0.5M0.5O2
510m
Lithiumbattery
MFe2O4/BaFe12O19
Pb(Zr,Ti)O3
ODH
GLI/AC
AC
60100nm
1825nm
60nm
ZnO
<100nm
Magneticoxide
Dielectricmaterial
Piezoelectric
material
Varistor
MAl2O4
(M=MneZn)
M/MgAl2O4,
M=FeCo/Ni
+2
M/Al2O3,M=Pt,
710nm
Pd,Ag
Pd/Al2O3
CeO2ZrO2
BaTiO3
II.3
Adsorpsi
Proses adsorpsi adalah peristiwa tertariknya suatu molekul tertentu dari fluida
pada permukaan zat padat (adsorben) (Susilowati, 2009). Adsorpsi juga dapat
didefinisikan sebagai fenomena fisik yang terjadi saat molekul molekul gas atau
cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul molekul tadi mengembun pada permukaan padatan tersebut. Hal ini terjadi karena
adannya kesetimbangan gaya gaya molekul zat padat zat padat, yang cenderung
menarik molekul lain yang bersentuhan pada permukaannya (Kuntoro, 2011).
Langkah langkah peristiwa adsorpsi dapat diringkas :
1.
2.
3.
4.
daripada
molekul-molekul
yang
kurang
polar.
Anti Bakteri
meliputi
golongan
antibakteri,
antimikotik,
dan
antiviral
mikroba
lain.
Senyawa
antibakteri
dapat
bekerja
secara
Malachite Green
Malachite green merupakan zat warna utama triphenylmethane dengan berat
dimethylazanium
dengan
rumus molekul C23H25N2+. MG memiliki kelarutan yang tinggi dalam pelarut asam
organik namun rendah dalam air (Hidayah N dkk, 2013)
Malachite green sering digunakan pada industri tekstil untuk pewarnaan wool
dan kain sutra, serta kertas pada industri kertas (Zhou dkk, 2013). Selain itu
malachite green juga sering digunakan pada industri akuakultur sebagai
desinfektan yang efektif melawan protozoa dan infeksi jamur (Long dkk, 2008).
Malachite green dilarang digunakan sebagai bahan tambahan makanan, namun
pada beberapa kasus, malachite green masih digunakan sebagai pewarna
makanan, dan bahan tambahan makanan (Chen dkk, 2007).
bersifat
karsinogenik,
fotosintesis (Jalil dkk, 2013). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat warna
tersebut memiliki toksisitas yang tinggi pada sel mamalia dan berperan sebagai
agen yang memicu tumor. Selain itu juga dapat menurunkan populasi hewan
10
dalam lingkungan air, menyebabkan kerusakan pada hati, limpa, ginjal, hati,
menimbulkan luka pada kulit, mata, paru-paru, serta tulang (Singh, 2012).
Malachite green dapat direduksi dalam lingkungan air menjadi senyawa
metabolitnya yaitu leukomalachite green (Chen dkk, 2007) yang reaksinya
ditunjukkan pada Gambar 2.2 (Mitrowska dkk, 2005). Malachite green dan
leukomalachite green berpotensi membahayakan kesehatan manusia (Chen dkk,
2007), sehingga Komisi Eropa (European Commission) telah menentapkan bahwa
metode yang dapat digunakan untuk menentukan residu malachite green dalam
daging ikan harus memenuhi minimum required performance limit (MRPL) yaitu
2 g/kg (Mitrowska dkk, 2005).
III.
PROSEDUR PENEITIAN
III.1 Material
Seng nitrat hexahydrate murni (Zn(NO3)26H2O, AR 99%, Merck), tetra-nbutil titanat (Ti(OC2H9) 4, AR 99%, Aldrich), urea (CO(NH2) 2, AR 99%,
Merck), asam nitrat 1:1 (HNO3, Fisher Scientific), asam klorida (HCl, Fisher
11
3 2
+20H2O
12
max
).
milimeter pada setiap wadah dan dicatat nilainya. Setiap konsentrasi dilakukan
13
sebanyak tiga rangkap dan dihitung nilai rata rata untuk diperoleh aktivitas
antibakteri yang paling baik.
14
selama
2 jam menunjukkan sifat produk yang dihasilkan adalah amorf (Gambar 4.1.1).
Sedangkan sampel yang dikalsinasi pada suhu 700 selama 2 jam
menunjukkan kristalinitas sampel dengan jenis ilmenit ZnTiO 3 dan fase sekunder
yaitu jenis inverse-spinel kubik Zn2TiO4 berdasarkan data (ICDD nomor 25-1164)
dan rutile TiO2 berdasarkan (ICDD nomor 65-192), spinel merupakan salah satu
jenis struktur kristal yang memiliki dua sub struktur, yaitu struktur tetrahedral
(bagian A) dan struktur oktahedral (bagian B). Pembentukan kedua sub struktur
15
16
k
cos
di mana d adalah dimensi rata-rata Kristal yang tegak lurus terhadap fase yang
dipantulkan, adalah panjang gelombang sinar-X, 'k' adalah Scherer yang
konstan (0.92), '
17
refleksi Bragg termasuk perluasan instrumental dan ' ' adalah sudut Bragg.
Ukuran rata-rata Kristal sampel yang didapat adalah 16 nm. Kisi dan parameter
struktural nanokristalin ZnTiO3 keramik dirangkum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Parameter kristal dari keramik nanokristalin ZnTiO3
Tingkat
Notasi
Oksidasi
Wyckoff
Zn
2+
Ti
O
Atom
Okupansi
6c
0,0000
0,0000
0,3580
4+
3b
0,0000
0,0000
0,5000
2-
18f
0,3050
0,0150
0,2500
Sistem kristal : rhombohedral, space group: R3 (148); point group: 3, hexagonal axis.
18
max
serapan UV-vis pada sampel yang dikalsinasi pada suhu 800C selama 2 jam. Hal
ini dapat dikaitkan dengan eksitasi foto elektron dari pita valensi ke pita konduksi.
Energi optik band gap (Eg) diperkirakan (Gambar 4.1.3.1 (b)) dengan metode
yang diusulkan oleh Wood dan Tauc, menurut persamaan berikut:
( hv ) ( hvEg )
di mana ' ' adalah absorbansi, 'h' adalah konstanta Planck, ' v ' adalah
frekuensi, ' Eg ' adalah energi optik band gap dan 'n' adalah konstanta yang
berhubungan dengan berbagai jenis transisi elektron (n = 1/2, 2, 3/2 atau 3). Nilai
Eg keramik ZnTiO3 adalah ~3.6 eV dan telah sesuai dengan literatur.
19
Gambar 4.1.3.1 (a) spektrum UV-Vis, (b) energi optik band gap keramik ZnTiO3
nanokristalin
4.1.4 Analisis Morfologi
Gambar 4.1.4.1 (a) dan (b) menunjukkan gambar FE-SEM keramik
nanokristalin ZnTiO3 dikalsinasi pada 800 selama 2 jam. Mikrograf
mengungkapkan bahwa partikel yang hampir berbentuk bulat, memiliki ukuran
seragam dan distribusi. Partikel-partikel yang teraglomerasi tinggi terjadi karena
adanya pelengketan partikel selama kalsinasi. Spektroskopi dispersi energi
digunakan untuk menganalisis komposisi kimia dari ZnTiO3 keramik. Tidak ada
unsur selain Zn, Ti dan O yang terlihat pada spektroskopi energi dispersif
(Gambar 4.1.4.1 (c)).
Gambar 4.1.4.1 (a) dan (b) FE-SEM, (c) Mikrograp EDS keramik ZnTiO3
nanokristalin
20
Selanjutnya, Zn: Ti: O dalam rasio atom 19:19:61, yang sangat dekat dengan
komposisi yang diharapkan. Gambar TEM dari ZnTiO3 keramik (Gambar 4.1.4.2
(a)) menunjukkan bahwa partikel yang diperoleh dalam ukuran nano dan memiliki
rata-rata ukuran partikel sebesar 10 nm. Gambar HR-TEM (Gambar 4.1.4.2 (b))
menunjukkan bahwa keramik ZnTiO3 berbentuk kristal dengan jarak kisi sebesar
0,23 nm. Hasil ini cocok dengan hasil yang diperoleh dari metode DebyeScherer's.
Gambar 4.1.4.2 (a) TEM dan (b) HR-TEM keramik ZnTiO3 nanokristalin
4.1.5 Profil Permukaan
Profil permukaan diuji berdasarkan pada pengukuran optik interferometry.
Tampilan 2D, 3D, dan grafik garis profil permukaan ditunjukkan pada Gambar
4.1.5.1 (a), (b) dan (c). Kekasaran rata-rata (Ra), kekasaran rata-rata RMS (Rq),
tinggi maksimum profil (Rpv), tinggi puncak maksimum (Rp), kedalaman lembah
maksimum (Rv), putaran simetri profil (Rsk), kekasaran maksimum parameter
kedalaman / ketinggian (Rz) dan keacakan puncak (RKU) ditabulasi dalam Tabel
2. Nilai rata-rata dan standar deviasi Rsk dan RKU menetapkan morfologi
permukaan nano dari sampel. Pada tampilan 2D, 3D dan grafik garis gambar
profil permukaan menegaskan kehadiran butir yang teraglomerasi dengan
keseragaman dan konektivitas melalui batas butir. Muhammad Awais dkk.
melakukan studi adsorpsi zat warna NOx dan dalam studi mereka menemukan
bahwa kekasaran permukaan yang lebih tinggi adalah adsorpsi zat warna.
21
Gambar 4.1.5.1 (a) tampilan 2D, (b) tampilan 3D, dan (c) tampilan grafik garis
dari keramik ZnTiO3 nanokristalin
4.2 Studi Adsorpsi
Penelitian adsorpsi telah dilakukan dengan menggunakan zat warna organik
kationik berbahaya Malachite Green (MG). MG merupakan zat warna utama
triphenylmethane dengan berat molekul 327. MG memiliki nama IUPAC [4-[(4dimethylaminophenyl)-phenylmethylidene]-1-cyclohexa-2,5-dienylidene]
dimethylazanium dengan rumus molekul C23H25N2+. MG memiliki kelarutan yang
tinggi dalam pelarut asam organik namun rendah dalam air. Struktur kimia dan
spektrum UV-Vis MG ditunjukkan pada gambar 4.2.1.
22
23
24
warna MG oleh keramik ZnTiO3 nanokristalin. Hasil penelitian ini didukung oleh
pendapat peneliti lain seperti Gokulakrishnan, dkk (2012) yang mengatakan
bahwa Malachite green efektif terdegradasi pada pH 3-9, baik secara adsorpsi,
fotokatalitik (Nihalni, dkk 2012), dan degradasi elektrokimia menggunakan
elektroda besi (Singh dkk, 2013). Sedangkan menurut Liu dkk (2011), Malachite
green mudah terdegradasi pada pH diatas 7.
4.2.4 Pengaruh Konsentrasi Awal
Pengaruh konsentrasi awal zat warna juga menjadi paramter lain yang harus
dipehitungkan. Hal ini sangat menarik untuk dicatat bahwa persentasi adsorpsi
untuk larutan zat warna 5 ppm sangat rendah karena ketersediaan molekul zat
warna terhadap adsorben lemah. Dengan peningkatan konsentrasi zat warna
menjadi 7,5 ppm, penyerapan zat warna selanjutnya sedikit meningkat hingga
konsentrasi MG menjadi 10 ppm, dan persentasi adsorpsi oleh keramik ZnTiO 3
nanokristalin tinggi (96%). Penelitian ini mengahsilkan hasil yang jelas, dimana
menjelasan bahwa ketersediaan molekul zat warna untuk berinteraksi dengan
adsorben harus dalam kisaran optimum. Konsenrasi awal zat warna yang
ditingkatkan dari 5 ppm ke 7,5 ppm, 7,5 ppm ke 10 ppm pada adsorpsi MG oleh
keramik ZnTiO3 nanokristalin mengindikasikan bahwa konsentrasi awal yang
tinggi memberikan kekuatan pendorong untuk mengatasi perlawanan transfer
massa antara fasa berair dan fasa padat.
25
tetapi, hasil yang diperoleh dari adsorben yang telah diperbaharui tidak signifikan
dan menunjukkan efisiensi penyerapan yang rendah setelah penggunaan pertama.
Sehingga, ZnTiO3 tidak dapat didaur ulang dan digunakan kembali sebagai
adsorben untuk zat warna Malachite green dalam larutan berair.
26
dc
KC
=k r
dt
(1+ KC )
(1)
dc
=k r KC =kC
dt
(2)
C0
=kt
C
(3)
27
Gambar 4.3.1 Zona tes inhibisi untuk nanokristalin ZnTiO3 (a) K. aerogenes, (b)
E. coli, (c) S. aureus dan (d) P. desmolyticum.
28
Bahan
semikonduktor
di
ketahui
dapat
menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara berdifusi kedalam sel bakteri. ZnTiO3 juga
merupakan nanopartikel oksida logam. Menurut Ayu Azhari dalam penelitiannya
yang berjudul Penggunaan Komposit CuO-Fe2O3 untuk Antibakteri mengatakan
bahwa Semua nanopartikel Oksida logam yang diuji menunjukkan adanya
aktivitas antimikroba. Nanopartikel CuO menunjukkan aktivitas paling besar,
diikuti ZnO,NiO, dan Sb2O3. Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas antibakteri
dari nanokristalin ZnTiO3 dapat disebabkan karena adanya ZnO dan TiO yang di
preparasi tersebut. Faktor berikut mungkin memberikan respon untuk kegiatan
antibakteri yaitu, peningkatan stabilitas nanopartikel komposit dari kombinasi
ZnO dengan TiO2, ukuran ionik nanokristalin ZnTiO3 dan pembentukan spesies
oksigen reaktif (ROS). Menurut Jawetz et al 2005 metode difusi di pengaruhi
beberapa faktor kimia dan fisika, selain faktor antara obat dan organisme
(misalnya sifat medium dan kemampuan difusi, ukuran molekular dan stabilitas
obat). Meskipun demikian, standardisasi faktor-faktor tersebut memungkinkan
melakukan uji kepekaan dengan baik.
Efek antibakteri nanokristalin ZnTiO 3 dilihat dari pola struktural ionik dan
kolosal yang baik dengan pharmacophore tersebut. Kehadiran ini membantu
senyawa tersebut untuk berinteraksi atau menembus lebih dengan membran sel
bakteri dan dengan demikian dapat menonaktifkan mereka. Mekanisme yang lain
29
yaitu
30
IV.
KESIMPULAN
reaksi
orde
pertama.
Aktivitas
antibakteri
dilakukan
dengan
g), ZnTiO
3
nanokristalin bertindak sebagai agen antibakteri yang sangat baik dalam melawan
bakteri gram negatif negative K. aerogenes, E. coli, P. desmolyticum dan bakteri
gram positif S. Aureusbacteria dengan metode difusi agar.
31