BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oogenesis adalah proses pembentukan, pertumbuhan, dan pematangan sel
kelamin betina (oosit). Secara umum, oogenesis dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
tahap
proliferasi
atau
pembentukan
oogonia,
tahap
pertumbuhan
atau
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Oogenesis
2.1.1 Definisi Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan, pertumbuhan, dan pematangan sel
kelamin betina (oosit). Secara umum, oogenesis dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
tahap
proliferasi
atau
pembentukan
oogonia,
tahap
pertumbuhan
atau
Folikel sekunder
Merupakan folikel yang terdiri dari 2-12 lapis sel granulosa. Pada
folikel ini terlihat bahwa jumlah sel granulosa yang semakin meningkat
mengakibatkan diameter folikel semakin membesar akibat desakan sel-sel
tersebut. Pada tahap ini, oosit telah dikelilingi oleh suatu lapisan yang
disebut zona pelusida. Zona pelusida merupakan suatu glikoprotein yang
disekresikan oleh oosit dan sel granulosa dan berperan penting dalam
proses fertilisasi terutama pada proses binding spermatozoa pada oosit.
Lapisan sel-sel teka yang mengelilingi folikel juga mulai terlihat jelas. Selsel teka ini bersal dari sel-sel jaringan ikat ovarium yang kemudian
berdiferensiasi dan melingkupi sebelah luar sel-sel granulosa mengelilingi
folikel (Hamny dkk, 2010).
Folikel tersier
Pada tahap ini, telah terbentuk anthrum folikuli. Anthrum ini berisi
cairan yang mengandung hormon estrogen yang dihasilkan oleh sel-sel
granulosa atas rangsangan FSH dan LH kelenjar hipofisis. Dengan
semakin banyaknya cairan anthrum, oosit mulai bergerak di bagian tepi
folikel. Diameter folikel semakin membesar akibat pembentukan anthrum.
Folikel tersier yang oositnya sudah matur dan siap untuk diovulasikan
disebut folikel de Graaf (Hamny dkk, 2010).
Folikel de Graaf
Di dalam folikel de Graaf, oosit seperti terletak di suatu bukit yang
dibentuk oleh sel-sel folikel. Bukit tersebut disebut kumulus oophorus.
Adakalanya, beberapa penjuluran sel-sel folikel menunjang sebuah sel
oosit
terjadi
bersamaan
dengan
pertumbuhan
folikel.
terjadinya ovulasi.
Setelah ovulasi, korpus luteum tetap mensekresi sejumlah besar
progesteron dan sedikit estrogen serta inhibin. Semua hormon ini
mempunyai efek umpan balik negatif terhadap kelenjar hipofisis anterior
dan hipothalamus sehingga menyebabkan penekanan sekresi FSH, LH,
dan GnRH hingga mencapai kadar terendahnya kira-kira 3-4 hari
dari
rendahnya
kadar
hormon-hormon
tersebut
dengan
10
11
12
Maturasi Oosit
Gambaran Oosit Matur
Oosit matur akan diovulasikan setiap siklus menstruasi atau siklus estrus.
Jumlah oosit yang diovulasikan bergantung pada jenis spesies. Oosit pre ovulasi
di dalam folikel de Graaf akan bergerak ke arah tepi dan siap untuk keluar dari
folikel pada saat ovulasi (Hafizuddin dan Akmal, 2012). Pada saat ini, cairan
folikel yang mengisi anthrum mencapai jumlah maksimal dan kumulus oophorus
mulai berdesintegrasi sehingga oosit berikut selaputnya bebas bergerak dalam
folikel. Pada waktu itu, pada mammalia terjadi pelepasan badan kutub (polar
body) pertama (Soenardirahardjo dkk, 2011). Oosit melepaskan polar body I, yang
mengandung kromosom pelengkap haploid. Setelah pembelahan meiosis pertama
sempurna, pembelahan meiosis kedua dimulai hingga tahap metafase II. Setelah
tahap ini, oosit akan beristirahat sampai terjadi kontak dengan sel spermatozoa
(Mousa, 2002).
Maturasi oosit meliputi maturasi nukleus dan maturasi sitoplasma oosit.
Untuk melihat pematangan sitoplasma oosit in vitro dapat diamati melalui
diferensiasi sel-sel granulosa. Oosit yang sudah mengalami pematangan
sitoplasma, sel-sel granulosanya akan tampak longgar. Sedangkan oosit yang
belum matang, sel-sel granulosa akan tampak rapat dan berwarna hitam
(Widayanti, 1999).
Maturasi oosit merupakan peristiwa yang berhubungan dengan inisiasi
perusakan vesikel germinal (germinal vesicle break down) dan selesainya
pembelahan meiosis yang pertama. Ada beberapa komponen yang esensial untuk
indikasi maturasi, yaitu antara lain: terputusnya membran nukleus yang disebut
13
germinal vesicle breakdown (GVBD), ekstrusi polar body pertama, dan ekspansi
sel-sel kumulus. Ekspansi sel-sel kumulus bertepatan dengan terjadinya
pembelahan meiosis (Widayanti, 1999). Tahap-tahap maturasi oosit secara in
vitro, dapat dilihat pada gambar berikut.
14
15
BAB 3
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam makalah ini, kesimpulan
yang dapat diambil adalah:
TGF- merupakan salah satu faktor lokal ovarium yang mempengaruhi
maturasi oosit dengan menginisiasi sel granulosa folikel ovarium untuk
meningkatkan sensitifitasnya terhadap rangsangan FSH dalam memproduksi
hormon 17-estradiol. Hormon 17-estradiol dan FSH akan meningkatkan
jumlah reseptor LH pada sel teka dimana LH menginduksi maturasi oosit.
16