Anda di halaman 1dari 13

ABSTRAK

Percobaan pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat ini bertujuan untuk
memahami prinsip dasar isomer ruang khususnya isomer geometri serta memahami
perbedaan sifat fisik antara senyawa yang berisomer cis dan trans. Dalam hal ini senyawa
yang berisomer cis dan trans adalah asam maleat dan asam fumarat. Prinsip dari
percobaan ini adalah reaksi adisi-eliminsi, yaitu memutuskan ikatan phi dengan reaksi
adisi dan kemudian membentuk kembali dengan menggunakan reaksi eliminasi. Metode
yang digunakan yaitu metode refluks, selain itu juga menggunakan metode kristalisasi,
dan metode rekristalisasi (pemurnian Kristal dari larutan pengotor).
Asam maleat dan asam fumarat dapat dibedakan sifat fisiknya berdasarkan perbedaan
titik lelehnya. Titik leleh asam maleat lebih rendah dari pada asam fumarat. Titik leleh
asam maleat adalah

sedangkan titik leleh asam fumarat adalah

PERCOBAAN V
PENGUBAHAN ASAM MALEAT MENJADI ASAM FUMARAT
I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1. Memahami prinsip dasar isomer ruang khususnya isomer geometri
I.2. Mengetahui perbedaan sifat fisik antara senyawa yang berisomer cis dan trans
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Isomer geometri dalam Alkena
Isomer geometri adalah isomer yang diakibatkan oleh ketegaran dalam molekul dan
hanya dijumpai dalam dua kelas senyawa, yaitu alkena dan senyaw siklik. Atom dan
gugus yang terikat hanya oleh ikatan dapat berputar sedemikian sehingga bentuk
keseluruhan sebuah molekul selalu berubah berkesinambungan, tetapi gugus yang terikat
oleh oleh ikatan rangkap tak dapat berputar dengan ikatan rangkap itu sebagai sumbu,
tanpa mematahkan ikatn phi itu. Dua gugus yang terletak pada satu titik ikatan phi
disebut Cis, sedangkan gugus yang terletak pada sisi yang berlawanan disebut trans.
(Fessenden, 1992)
II.2. Perbedaan sifat fisis senyawa cis dan trans
Sifat-sifat fisik, seperti titik didih senyawa berisomer cis dan trans berbeda. Cis dan trans
bukan isomer structural, karena urutan ikatan atom-atom dan lokasi ikatan rangkapnya
sama. Pasangan isomer ini masuk dalam kategoristereoisomer. Isomer cis dan trans pada
suatu senyawa dapat mempengaruhi titik didihnya, sehingga senyawa berisomer cis dan
transdapat dipisahkan dengan destilasi.
(Fessenden, 1992)
II.3. Reaksi Adisi
Reaksi adisi hanya dapat terjadi pada senyawa yang mempunyai ikatan rangkap dua atau
rangkap tiga. Suatu pereaksi di adisikan kepada alkena tanpa terlepasnya atom-atom lain.
Karakteristik utama senyaw tak jenuh adalah adisi pereaksi kepada ikatan phi.
Senyawa yang mengandung ikatan phi biasanya berenergi lebih tinggi daripada senyawa
yang mengandung hanya ikatan sigma, sehingga suatu reaksi adisi biasanya eksoterm.
(Fessenden, 1992)
II.4. Jenis-jenis reaksi adisi
a. Adisi markovnikov
Jika suatu alkena tak simetris (gugus yang terikat pada kedua karbon SP 2 tidak sama),
akan terdapat kemungkinn diperoleh dua produk yang berlainan.
b. Adisi antimarkovnikov

Adisi HBr terhadap alkena kadang-kadang berjalan mematuhi aturan markovnikov,


tetapi kadang-kadang tidak.
Adisi Br kepada Alkena :
CH3CH = CH2 + Br
CH3CHCH2
Br

bukan

CH3CHCH2
Br
(Fessenden, 1992)

II.5. Reaksi Eliminasi


Reaksi eliminasi adalah reaksi dimana terjadi pelepasan gugus-gugus tertentu dari sutu
senyawa. Raksi ini terjadi pada senyawa-senyawa yang jenuh. Produk organic suatu
reaksi eliminasi suatu alkil halide adalah suatu lkena.
Jenis-jenis reaksi eliminasi :
a. Reaksi eliminasi I (E1)
Suatu karbokation adalah suatu zat antara yang tidak stabil dan berenergi tinggi. Salah
satu cara karbokation mencapai produk yng stabil adalah dengan bereaksi dengan
sebuah nukleofil, namun terdpat sutu alternative, yaitu karbokation itu dapat
memberikan sebuah proton kepada suatu basa dalam suatu reaksi eliminasi, dalam hal
ini reaksi E1 menjadi sebuah alkena, contoh :

b. Reaksi Eliminasi II (E2)


Reaksi E2 berjalan tidak lewat suatu karbokation sebagai zat antara melainkan berupa
reaksi serempak, yakni terjadi pada suatu tahap, mekanismenya :

1. Basa membentuk ikatan dengan hydrogen


2. Electron C-H membentuk ikatan phi
3. Br bersama sepasang elektronnya meninggalkan ikatan sigma C-Br
Dalam reaksi E2 alkil halide tersier bereaksi palinh cepat dan alkil halide primer paling
lambat.
(Fessenden, 1992)
II.6. Alkena
Golongan senyawa ini mempunyai sifat-sifat fisika yang hampir sama dengan alkana,
tetapi sifat-sifat kimianya sangat berbeda . alkena mempunyai 2 atom H lebih sedikit
daripada alkana dan dan merupakan senyawa tidak jenuh. Rumus untrue alkana C nH2n.
isomer pada alkena di tentukan oleh susunan rantai karbonnya juga ditentukan oleh
kedudukan dari ikatan rangkapnya :
Contoh :
CH2=CHCH2CH3
CH3CH=CHCH3

CH3
CH2=CCH3

1-butena

2-butena

metil propena

(Respati, 1986)
II.7. Asam dikarboksilat
Untuk asam-asam alifatik yang penting ialah asam-asam yang mempunyai gugus COOH
yang terletak diujung rantai. Rumus untuk HOOC-(CH2)n-COOH. Asam diksrboksilat
pada keadaan normal berupa zat padat, makin jauh letak gugus COOH (makin besar n)
sifat asamnya makin lemah.
(Respati, 1986)
II.8. Kristalisasi
Merupakan metode pemisahan dengan cara pembentukan Kristal sehingga campuran
dapat dipisahkan.
Prinsip dasar kristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan
dengan kelarutan zat-zat yang tidak diinginkan (zat pengotor). Cammpuran senyawa yang
akan dimurnikan dilarutkan dalam pelarut yang cocok untrue krustalisasi :
a. Memiliki tittik didih rendah agar mempermudah proses penyaringan
b. Titik didih pelarut lebih rendah dari titik didih zat padatnya agar tidak terurai saat
penguapan
c. Hanya melarutkan zat-zat yang ingin dimurnikan
d. Pelarut harus inert, artinya tidak bereaksi dengan zat yang akan dimurnikan.
(Cahyono, 1991)
II.9. Proses-proses dalam kristalisasi
1. Kristalisasi dengan penguapan
Kelarutan sutu bahan yang berkurang sedikit demi sedikit dengan menurunnya suhu.
Kondisi lewat jenuhnya dapat dipakai dengan penguapan sebagian pelarut (yang
artinya pemikatan larutan).
2. Kristalisasi dengan pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang drastis dengan menurunnya
temperature, kondisi lewat jenuh dicapai dengan pendinginan larutan panas yang
jenuh. Untuk mengkristalisasi dari lelehan, dapat juga dilkukan.
3. Kristalisasi dengan salting out
Pemisahan bahan organic dari larutan akuatik dapat dilakukan dengan penambahan
suatu garam yang harganya murah. Garam ini larut lebih baik dari pada bahan yang
diinginkan. Sehingga terjadi penambahan bahan padat terkristalisasi. Hal ini
merupakan proses fisika.
4. Kristalisasi secara adiabatik
Metode ini sering disebut metode vakum, merupakan gabungn antara kristalisasi
dengan pendinginan dan penguapan. Pendinginan bertujuan untuk memperkecil daya
larut, sedangkan maksud dari penguapan adalah untuk membuat tekanan total dengan

permukaan lebih kecil dari tekanan uap pada suhu tersebut. Sehingga perubahan ini
secara adiabatic karena pendinginan yang terjadi pada system penguapan itu sendiri.
(Cahyono, 1991)
II.10. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah melakukan tahapan kristalisasi sekali lagi pada Kristal yang telah
dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang sukar larut dalam
pelarut dan terdapat dalam jumlah banyak. Penambahan pelarut panas pada kristalisasi
pertama hanya melarutkan sedikit kotoran tersebut dan setelah dingin kotoran akan
mengkristal dan mengkontaminasi produk, oleh karena itu perlu dilakukan rekristalisasi.
(Cahyono, 1991)
II.11. Pengukuran titik leleh
Alat pengukur titik leleh yang sederhana yaitu dngan pemanas listrik yang dilengkapi
dengan magnifier optic untuk memudahkan pengamatan sampel. Suhu maksimal alat ini
umumnya 2200 250 0C. molekul Kristal tersusun dalam pola teratur. Ketika Kristal
dipanaskan, gerak getaran molekul meningkat sehinnga pola keteraturannya terganggu.
Titik leleh dicapai saat pola molekul pecah dan padatan meleleh berubah menjadi cair,
senyawa Kristal murni umumnya memiliki titik didih tajam, yaitu meleleh pada selang
suhu yang sangat kecil (0,50 10C). Adanya sedikit kotoran yang terlarut dalam Kristal
dapat menurunkan titik leleh.
(Wilcox, 1995)
II.12. Titik lelah
Suatu titik dimana suatu zat padat berubah menjadi cair. Suatu senyawa murni memiliki
titik leleh yang tajm karena adanya sedikit zat pengotor didalamnya. Jika cairan
didinginkan maka akan terjadi padatan. Pada senyawa murni, titik leleh = titik beku.
Cair
Padat
Cair
Padat
Waktu
Bila energy dikurangi maka fasa cair berubah menjadi fasa padat dan jika ditambah fasa
padat akan berubah menjadi fasa cair.
(Fessenden, 1999)
II.13. Refluks
Proses pendidihan atau pendestilasian dengan kolom fraksionasi sehingga uap yang
terbentuk berkondensasi dan mengalir lagi kebawah akibatnya terjadi proses alir balik
dan proses ini berlaku kontinyu. Proses ini berdasarkan kesetimbangan uap air dengan
mempertahankan titik leleh karena adanya pengontrolan suhu yang cukup efektif.

(Fessenden, 1999)
II.14. Hubungan Asam maleat dan Asam fumarat
Keduanya mempunyai rumus struktur HO2CCH = CHCO2H (asam butendionat). Asam
maleat dapat dengah mudah membentuk membentuk konorer anhidrat dari pemanasan
atau treatment dengan menggunakan dehydrating agents, contohnya air. Asam fumarat
tidak dengan mudah membentuk suatu anhidrit tetapi pada pemanasan yang terusmenerus. Asam fumarat dapat diubah menjadi anhidrida maleat. Asam maleat adalah
isomer cis dan asam fumarat isomer trans. Asam maleat dapat diperoleh dari oksidassi
benzena.

(Wilcox, 1995)
II.15. Analisa bahan
2.15.1. Aquadest
Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tak berasa, memilki titik didih 1000C, dan
titik beku 00C, mempunyai ikatan hydrogen dan mempunyai tetapan dielektrik
tinggi.
(Basri, 1996)
2.15.2. HCl
Berwarna kekuningan, mengandung feriklorida, mengeluarkan asap putih, sangat
higroskopis, BM = 36,42 g/mol, densitas 1,268 g/ml, titik leleh -114,22 0C, titik
didih 860C, tidak berwarna, bersifat korosif.
(Basri, 1996)
2.15.3. Anhidrid Maleat
BM = 98,06, Densitas = 1,5, titik leleh 57-60 0C, Titik didih 20210C, Molekul
berbentuk Kristal putih
Struktur molekul :
(Daintith, 1994)
2.15.4. Benzena
Berbentuk cair tak berwarna, mudah terbakar, berbau khas, tergolong senyawa
dihidrokarbon lingkar titik jenuh (aromatic) paling sederhana dengan rumus kimia
C6H6, Titik leleh = 5,50C, Titik didih 80,10C, Densitas 0,88

Struktur molekul :

(Daintith, 1994)
III. METODE PERCOBAAN
III.1.
Alat dan bahan
III.1.1.
Alat
1. Erlenmeyer
2. Alat refluks
3. Penyaring
4. Penangas air
5. Labu alas bulat
III.1.2.
Bahan
1. Anhidrid maleat
2. Benzena
3. HCl pekat
4. Aquadest

III.2.

6. Pipet
7. Gelas bekker
8. Gelas ukur
9. Corong bucher

Skema Kerja
Aquadest 20 ml
Erlenmeyer
Pemanasan sampai mendidih

Penambahan 15 g anhidrid maleat


Larutan jernih
Erlenmeyer
Pendinginan hingga asam maleat mengendap

Penyaringan dengan corong bucher


Residu
LabuPenambahan
alas
HCl pekat 15 ml
Refluks 10 menit
bulat

Pendinginan pada suhu kamar


Penyaringan dengan corong bucher
Kristalisasi dengan pelarut air
Penentuan titik leleh asan fumarat
Hasil

Filtrat

Penentuan titik leleh


asam maleat

Hasil

IV. DATA PENGAMATAN


No
1

Perlakuan
20 ml Aquadest + 15 g Anhidrid

2
3
4
5
6
7
8
9

maleat, pemanasan
Pendinginan
Penyaringan
Penentuan titik leleh asam maleat
Residu di refluks selama 10 menit
Pendinginan larutan pada suhu kamar
Penyaringan dengan corong bucher
Kristalisasi
Penentuan titik leleh asam fumarat

Hasil

Ket

V. HIPOTESA
Percobaan ini bertujuan untrue mengubah asam maleat menjadi asam fumarat dengan
memahami prinsip dasar isomer geometrid an perbedaan sifat fisik. Senyawa yang berisomer
cis dan trans. Dari tujuan tersebut dapat diperkirakan prosedur dan mekanisme percobaan,
karena bahan yang tersedia adalah anhidrid maleat yaitu gabungan 2 molekul asam maleat
yang tidak mengandung air, maka anhidrid maleat perlu dirubah menjadi asam maleat
dengan bantuan air yang bertemperatur tinggi. Selanjutnya asam maleat diubah menjadi
asam fumarat dengan bantuan HCl pekat dalam reaksi adisi dan reaksi eliminasi trans.
Sehingga didapatkan suatu asam fumarat.

VI. PEMBAHASAN
Percobaan pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat ini bertujuan untuk
memahami prinsip dasar isomer ruang khususnya isomer geometri serta memahami
perbedaan sifat fisik antara senyawa yang berisomer cis dan trans. Dalam hal ini senyawa
yang berisomer cis dan trans adalah asam maleat dan asam fumarat. Prinsip dari percobaan
ini adalah reaksi adisi-eliminsi, yaitu memutuskan ikatan phi dengan reaksi adisi dan
kemudian membentuk kembali dengan menggunakan reaksi eliminasi. Metode yang
digunakan yaitu metode refluks ( yaitu Proses pendidihan atau pendestilasian dengan kolom
fraksionasi sehingga uap yang terbentuk berkondensasi dan mengalir lagi kebawah
akibatnya terjadi proses alir balik dan proses ini berlaku kontinyu), selain itu juga
menggunakan metode kristalisasi (pemisahan endapan dari larutan berdasarkan perbedaan
kelarutan), dan metode rekristalisasi (pemurnian Kristal dari larutan pengotor).
Asam maleat dan asam fumarat memiliki rumus molekul yang sama, yaitu
HOOCCHHCHCOOH tetapi memiliki susunan yang berbeda dalam ruang. Isomer geometri
adalah isomer yang diakibatkan oleh ketegaran dalam molekul dan hanya dijumpai dalam
dua kelas senyawa, yaitu alkena dan senyawa siklik. Asam-asam maleat mempunyai struktur
cis sedangkan asam fumarat mempunyai struktur trans.

Proses yang pertama adalah perubahan maleat anhidrid menjadi asam maleat. Digunakan
maleat anhidrid karena lebih stabil dari pada asamnya, yang disebabkan oleh kebebasan
maleat anhidrid untuk bergerak dari pada asm maleat yang kaku (ada ikatan phi-nya). Maleat
anhidrid terdiri dari 2 molekul asam maleat yang tidak mengandung air. Sehingga untuk
merubahnya menjadi asam maleat diperlukan hidrolisis pada suhu tinggi.
Hidrolisis terjadi sesuai reaksi :

Untuk memecah anhirid maleat diperlukan energy yang besar untuk memutus ikatan C-O
sehingga reaksi dilakukan pada suhu yang tinggi. Oleh karena itu aquadest (yang bertujuan untuk
menghidrolisis/memcah anhidrid maleat menjadi asam maleat) yang akan ditambahkan dalam
keadaan panas. Suhu tinggi (pemanasan aquadet) ini dimaksudkan untuk memutuskan ikatan CO, selain itu aquadest dipanaskan supaya anhidrid maleat mudah larut. Setelah anhidrid maleat
larut dalam air, larutan ini didinginkan dalam air es sampai asam maleat yang terbentuk
mengendap sempuna. Proses pendinginan tersebut bertujuan untuk proses kristalisasi dengan
menurunkan kelarutan produk asam maleat. Perubahan suhu yang terjadi dapat mempengaruhi
struktur morfologi Kristal, baik pada bentk maupun ukurannya. Jika perubahan suhunya sangat
besar, Kristal yang terbentuk berukuran besar. Namun jika perubahan suhunya tidak begitu besar
dibutuhkan waktu yang lama untuk membentuk Kristal dan Kristal yang terbentuk lebih kecil
dan halus. Karena perubahan suhu yang besar ini akan menyebabkan daya larut dari suatu larutan
akan semakin kecil, dengan semakin kecilnya daya larut suatu laruatan maka larutan tersebut
akan semakin cepat untuk membentuk Kristal.
Setelah lautan tersebut membentuk endapan, kemudian disaring dengan tujuan untuk
memisahkan endapan asam maleat dari hasil larutan hidrolisisis anhidrid maleat. Dari percobaan
ini titik leleh dari asam maleat adalah
Filtrate hasil penyaringan akan diproses lebih lanjut untuk pembuatan asam fumarat dengan
menggunakan reaksi adisi dan elimiasi.
1. Reaksi Adisi

Pada tahap ini, filtrate hasil penyaringan yang berupa larutan asam maleat ditambah
dengan HCl pekat. HCl berfungsi untuk mengadisi ikatan rangkap C=C pada asam maleat.
Reaksi ini merupakan reaksi adisi elektofilik karena serangan awal dilakukan oleh sebuah
elektrofil. Reaksi adisi ini menghasilkan ikatan tunggal C-C yang mudah berotasi sehingga
terjadi perubahan letak gugus-gugus yang terikat pada dua atom C tersebut. Molekul ini dapat
mengalami rotasi karena gugus-gugusnya hanya terikat oleh ikatan sigma, bukan ikatan
rangkap (ikatan phi), sehingga brntuk keseluruhan sebuah molekul selalu berubah
berkesinambungan. Sebuah molekul bukanlah partikel static yang berdiam diri, melainkan
bergerak, memutar dan membengkokkan diri. Hal inilah yang menyebabkan molekul
cenderung untuk berotasi. Akibat rotasi ini, gugus karbonil yang pada awalnya terletak pada
satu sisi (cis) berubah menjadi saling berseberangan (isomer trans).
Setelah ditambah dengan HCl, larutan direfluks. Proses refluks bertujuan untuk
mempercepat reaksi adisi, karena untuk memecah ikatan phi (ikatan rangkap) menjadi ikatan
sigma (ikatan tunggal) karbon-karbon membutuhkan energy yang tinggi dan energy ini tidak
tersedia untuk molekul pada temperature kamar, sehingga pendidihan pada proses refluks ini
dapat menyediakan energy bagi molekul untuk memecahkan ikatan phi (ikatan rangkap).
Mekanisme reaksinya :

2. Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi bertujuan untuk membentuk kembali ikatan rangkap karbon-karbon
sehingga bisa terbentuk asam fumarat. Reaksi eliminasi yang terjadi merupakan reaksi
eliminasi pertama (E1) karena berlangsung lewat zat antara karbokation.
Mekanisme reaksinya :

Setelah direfluks, larutan didinginkan, dengan tujuan untuk pendinginan tersebut bertujuan
untuk proses kristalisasi dengan menurunkan kelarutan produk asam fumarat. Setelah lautan
tersebut membentuk endapan, kemudian disaring dengan tujuan untuk memisahkan endapan
asam fumarat dari larutan. Dari percobaan ini titik leleh dari asam fumarat adalah
Titik leleh asam maleat lebih rendah dari pada asam fumarat karena pada asam maleat. Hal
ini menandakan adanya perbedaan sifat fisik antara senyawa berisomer cis dan trans. Senyawa

berisomer Cis memiliki titik leleh lebih kecil karena adanya tolakan antara dua gugus
karboksilat yang bersebelahan mengakibatkan senyawa ini kurang stabil. Sedangkan senyawa
yang berisomer trans memiliki tolakan yang lebih kecil sehingga senyawanya relative stabil.
Dengan demikian titik leleh asam fumarat lebih tinggi dari pada asam maleat.

VII. KESIMPULAN
1. Asam maleat dan asam fumarat merupakan isomer geometric is-trans. Asam maleat
berisomer cis, sedangkan asam fumarat berisomer trans.
2. Prinsip dasar pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat adalah berdasarkan reaksi
adisi-eliminasi
3. Asam maleat dan asam fumarat dapat dibedakan sifat fisiknya berdasarkan perbedaan
titik lelehnya
4. Titik leleh asam maleat lebih rendah dari pada asam fumarat. Titik leleh asam maleat
adalah

sedangkan titik leleh asam fumarat adalah..

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Basri, 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta
Cahyono, Bambang, 1991, Segi praktisi dan Metode pemisahan senyawa organic, Kimia
MIPA UNDIP, Semarang
Daintith, 1994, Chemistry dictionary complete, Oxford : New york
Fessenden, 1999, Kimia Organic chemistry, Willard Grant Press, Boston
Respati, 1986, Pengantar Kimia Organik, Aksara baru, Jakarta
Wilcox, 1995, Experimental Organic Chemistry, Prentice Hall, New jersey

Anda mungkin juga menyukai