Dokumen - Tips - Remaja Pendidikan Dan Sekolah
Dokumen - Tips - Remaja Pendidikan Dan Sekolah
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari sekian fase yang dilewati manusia selama masa
perkembangannya, masa remaja merupakan fase yang paling
menarik untuk dikaji. Harold Alberty (1957) mengatakan bahwa masa
remaja adalah periode perkembangan seseorang dengan berakhirnya
masa kanak-kanak sampai dengan masa awal dewasa, maka dari itu
pada masa remaja tranformasi seseorang dari masa kanak-kanaknya
yang jauh dari tanggung jawab dan di masa dewasanya dituntut
tanggung jawab atas segala tindakannya.
Pada masa perkembangan ini, remaja mulai merasa bahwa
dirinya bukan anak-anak lagi, dan tidak suka jika belum diakui
kedewasaannya hingga mengakibatkan kegelisahan di dalam dirinya,
kurang tenang dengan keadaan lingkungan. Remaja juga sangat
tertarik kepada kelompok sebaya, mencari perhatian di dalam
lingkungannya, emosi yang meluap-luap, serta pertumbuhan fisik
mengalami perubahan yang pesat. Di sisi lain, kehidupan remaja
sangat kompleks dengan berbagai kreatifitas dan keinginan untuk
mencoba hal-hal baru, baik dalam bidang pergaulan maupun
intelektual. Olehnya itu dibutuhkan suatu wadah agar bakat, minat
serta keinginan berprestasi dapat diwujudkan.
Pendidikan merupakan wadah bagi para (pendidik) dengan
rencana dan program yang terkendali untuk menyiapkan remaja
melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan bagi peranannya
di masa yang akan datang. Dengan pendidikan itulah, remaja
mengeksplor segala potensi yang dimilikinya melalui alat atau media
pendidikan. Sehingga remaja mampu menemukan aktivitasnya sendiri
dan menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik pendidikan selama remaja?
2. Apa saja faktor-faktor yang
pendidikan pada masa remaja?
3. Bagaimana
peranan
perkembangan remaja?
mempengaruhi
pendidikan
terhadap
perkembangan
tugas-tugas
pemilihan
dan
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan selama remaja
2. Untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
perkembangan pendidikan pada masa remaja
mempengaruhi
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidikan
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
dalam pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik
melalui proses pembelajaran.
Tujuan pendidikan juga disebut dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 dalam pasal 3, yaitu Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggungg jawab.
B. Karakteristik Pendidikan Remaja
Proses belajar akan berhasil apabila sesuai dengan minat dan
kebutuhan bagi seorang individu. Pilihan jenis pekerjaan yang diidamkan
di masa yang akan datang merupakan faktor penting yang mempengaruhi
minat dan kebutuhan bagi remaja untuk belajar. Oleh karena itu, remaja
secara sadar telah mengetahui pula bahwa untuk mencapai jenis
pekerjaan yang diidamkan itu memerlukan pengetahuan dan keterampilan
tertentu yang harus dimiliki. Hal inilah yang membimbing remaja
menentukan pilihan jenis pendidikan yang akan diikuti.
Remaja pada usia 13-14 tahun atau pada usia awal remaja (preadolescence) di mana jenjang pendidikan berada pada Sekolah
Menengah Pertama, mereka mulai mengenal sistem baru dalam sekolah.
Misalnya, perkenalan dengan banyak guru yang memiliki berbagai macam
sifat dan kepribadian. Hal ini menunjukkan perlunya kemampuan untuk
menyesuaikan diri terhadap situasi yang beragam. Begitu pula anak mulai
mengenal berbagai mata pelajaran yang harus dipelajari dengan berbagai
karakteristiknya. Di SMP belum ada masalah pemilihan jurusan, tetapi
untuk tingkat SMA yaitu saat anak berusia sekitar 15-18 tahun, pemilihan
jurusan itu telah diperkenalkan.
10
11
12
13
14
15
16
17
B. Saran
Sekolah merupakan sarana pendidikan yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Dengan adanya
guru, dan pemimpin sekolah diharapkan peserta didik mampu
mngembangkan potensi yang dimilikinya untuk dapat mimilih karir yang
sesuai dengan keinginanannya, tentunya disertai dengan dukungan dari
orang tua dan masyarakat. Pada masa sekolah remaja menghadapi
transisi yang harus dilalui dan dibutuhkan penyesuaian diri.
18
Contoh Kasus
Sistem sekolah berstandar internasional membuat beberapa
perbedaan dengan peserta didik regular. Mulai dari materi hingga
pengajarnya. Kelas internasional hanya diisi oleh pengajar yang dikenal
ahli dibidangnya. WAN merupakan salah satu murid yang beruntung untuk
masuk dalam kelas tersebut dengan urutan ketujuh dari 163 peserta didik
yang ikut seleksi. WAN merupakan peserta didik yang pandai, dari
sekolah dasar dia selalu menjadi peringkat pertama dan ia mudah
bersahabat dengan orang lain, sehingga ia memiliki banyak teman.
Namun, semenjak ia masuk di kelas tersebut perlahan-lahan ia mulai tidak
terlihat lagi bersama dengan teman-temannya, namun perlahan-lahan
prestasinya juga mulai menurun, hingga akhirnya dia memilih untuk keluar
dan masuk ke kelas regular, di kelas ini ia kembali memiliki teman dan
juga prestasinya kembali membaik. Dari salah satu temannya yang
berinisial JS, mengaku bahwa WAN pernah beberapa kali bercerita
tentang pengalaman dan perasaannya tentang kelas tersebut semenjak ia
masuk ke kelas regular yang sama dengan JS.
WAN sempat beberapa kali jatuh sakit akibat sering menunda makan
karena harus menyelesaikan tugas. Ia juga mengalami kesulitan di kelas
karena materi yang ia dapat kebanyakan dalam bahasa inggris. Ia sangat
jarang berkomunikasi dengan peserta didik di kelasnya karena semua
teman-temannya sibuk dengan urusan masing-masing dan merasa tidak
penting untuk berkomunikasi karena mereka merasa bersaing satu sama
lain, sehingga teman tidak begitu penting bagi mereka. Hal ini menjadi
tekanan yang berat bagi WAN dan sangat berdampak pada prestasinya,
terakhir ia sempat mendapat nilai 4.0 untuk ujian matematikanya. Alasan
inilah yang akhirnya membuat WAN memilih untuk pindah dari kelas RSBI.
Dengan kelas baru dan teman yang banyak membuat WAN kembali
memperoleh prestasinya, meskipun di tingkat regular.
Analisis :
1. WAN belum siap secara psikis menerima pendidikan yang
berstandar internasional.
2. WAN kesulitan mengembangkan sosialisasinya dengan peserta
didik yang lain karena perasaan bersaing yang dimiliki peserta didik
di kelas berstandar internasional.
3. Kesehatan fisiknya terganggu akibat tugas yang terlalu banyak
untuk peserta didik normal hingga akhirnya melewatkan jam
19
20
21
Contoh Kasus
Pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di
sejumlah sekolah di Depok masih nyeleneh. Peserta didik baru di
beberapa sekolah masih terlihat mengenakan atribut aneh seperti kalung
permen dan topi karton, kalung dari minuman dan name tag berukuran
besar.
Di SMK Setia Negara misalnya yang meminta peserta didik baru
mengenakan kalung permen dan topi karton. Pihak sekolah mengaku hal
itu masih dipertahankan tanpa maksud lain. Dengan cara itu, maka mental
peserta didik baru bisa teruji.
Pihak sekolah juga bukan tanpa alasan menyuruh peserta didik
memakai kalung permen. Kalung itu juga sebagai indikator kedisiplinan.
Jika peserta didik terlambat datang selama MPLS maka satu permen akan
dicopot satu per satu.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi D DPRD Kota Depok
Rezky M Noor meminta sekolah tidak melaksanakan praktik perpeloncoan
selama MPLS. Dia mengarahkan agar sekolah lebih melaksanakan
kegiatan yang positif. Dia juga menyarankan agar pihak kepolisian
dilibatkan dengan memberikan materi yang berkaitan dengan peserta
didik. Misalnya materi untuk mengatasi masalah tawuran, antisipasi
kenakalan remaja dan bahaya narkoba.
Sumber :
MOS di Depok Masih Diwarnai Kegiatan Nyeleneh (diunduh dari
http://m.merdeka.com pada tanggal 21 November 2015)
Analisis Kasus
Ospek atau Masa Orientasi Peserta didik (MOS) pada dasarnya
merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan dan
memberikan
lingkungan tempat belajar sebagai suatu lingkungan
akademis serta memahami mekanisme yang berlaku di dalamnya.
Meskipun demikian, hingga sekarang dalam prakteknya masih sangat
banyak lembaga pendidikan mulai dari tingkat SMP hingga perguruan
tinggi yang justru menerapkan sistem negatif.
Kegiatan Ospek dan MOS di Indonesia sering kali diisi dengan
kekerasan dalam bentuk verbal maupun non verbal hingga kekerasan
fisik. Dengan konsep junior harus patuh kepada senior, apapun
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, H. (2006).Psikologi Perkembangan Ekologi Kaitannya dengan
Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Refika Aditama
Desmita. (2009). Mengembangkan Resiliensi Remaja dalam Upaya
Mengatasi Stres Sekolah. Tadib, 12. 121-459-1-PB.
Henderson, V.L., & Dwesk, C.S. (1990)/ Motivation and achievement,
dalam: S.S. Feldman & G.R. Elliott (Eds.), At the Threshold: The
Developing Adolescent, Cambridge, MA: Harvard University Press.
Santrock, J.W. (2003). Adolscence Perkembangan Remaja (Edisi ke 6).
Jakarta: Erlangga
Santrock, J. W. (2007). Remaja Jilid 2 (Edisi ke 11). Jakarta: Erlangga
Sunarto. H. & Agung, B.H. (1999). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Syah. M. (2000). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Yufran, A. (n.d.). Pendidikan pada Masa Remaja (diunduh dari
www.academia.edu pada tanggal 17 Oktober 2015)