Anda di halaman 1dari 3

Aisyah Basalamah / 135020300111003

FAFE - CA
Kisah Japan Airlines Bangkit dari Bangkrut
VIVAnews Maskapai besar dunia, seperti Jepang Airlines (JAL) juga mengalami kebangkrutan
pada awal tahun lalu. Bahkan limbungnya JAL merupakan kebangkrutan terbesar di Jepang.
JAL Tak kuasa menanggung beban utang korporat sekitar US$25,6 miliar. JAL mengajukan
perlindungan pailit kepada Pengadilan Distrik di Tokyo. Maskapai itu juga dibebani dengan
pembayaran gaji dan pensiun yang terus membengkak dan rute domestik nirlaba yang secara
politis wajib dipertahankan.
JAL resmi mengajukan perlindungan pailit 19 Januari 2010. Maskapai itu harus mengalami
perombakan besar-besaran agar keuangannya bisa sehat kembali dan tidak sampai dilikuidasi.
Dalam proses restrukturisasi itu, JAL terpaksa memberhentikan 15.661 pekerja atau sepertiga
dari total karyawan tetap JAL hingga Maret 2013, mengurangi jatah pensiun pekerja, dan
mengurangi rute layanan, termasuk ke Bali. JAL juga terpaksa mempensiunkan dini semua
armada pesawat Boeing 747 Jumbo yang berjumlah 37 unit, 16 unit pesawat MD-90s. Maskapai
itu menggunakan pesawat yang berkapasitas lebih kecil.Sebelum bangkrut, JAL memiliki 279
pesawat, melayani 220 bandara di 35 negara dan wilayah termasuk 59 bandara domestik.
Jepang membantu menyuntik dana sebesar US$10 miliar agar JAL beroperasi selama
restrukturisasi di bawah perlindungan kepailitan. Para kreditur juga memutihkan utang JAL
sebesar US$8 miliar.
Gagalnya JAL membuat Presiden JAL pada saat itu, Haruka Nishimatsu mengundurkan diri dari
jabatannya. Ia membungkuk di depan para wartawan sebagai pertanda maaf karena gagal
menyelamatkan perusahaan yang dia kelola itu.
Jepang Airlines terus mengudara di bawah perlindungan kepailitan.
Dalam minggu ini, Jepang Airlines dan American Airlines bekerja sama untuk memberikan tarif
murah, dengan rute dan penerbangan di seluruh Pasifik. Regulator Amerika dan Jepang
memberikan persetujuan bagi keduanya untuk memperkuat aliansi pada akhir tahun lalu, dengan
menandatangani kesepakatan "open skies" untuk mendorong perjalanan udara. Kedua
perusahaan itu telah bekerjasama selama 15 tahun terakhir.Dengan aliansi itu, keduanya bisa
menangguk pendapatan 13 miliar yen (US$156 juta). Kerjasama ini juga penting bagi JAL untuk
mengembalikan bisnisnya.Kerjasama itu memperkenalkan tarif murah seperti rute Tokyo-San
Francisco atau Los Angeles (PP) dari 249.000 yen (US$3.000) turun menjadi 69.000 yen
(US$830). Namun tak semua rute menawarkan tarif murah.

Sumber :

Aisyah
Basalamah / 135020300111003
Ahniar, Nur Farida 2011. Kisah Japan Airlines Bangkit dari
Bangkrut.
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/199298-kisah-japan-airlines-bangkit-dari-bangkrut
FAFE - CA
(Diakses 24 Maret 2016)

Kebangkitan Japan Airlines


Penyebab kebangkrutan :
Beban utang yang dimiliki oleh Jepang Airlines (JAL) sekitar US$25,6 miliar.
JAL terpaksa memberhentikan 15.661 pekerja atau sepertiga dari total karyawan tetap
JAL hingga Maret 2013, mengurangi jatah pensiun pekerja, dan mengurangi rute layanan,
termasuk ke Bali. JAL juga terpaksa mempensiunkan dini semua armada pesawat Boeing
747 Jumbo yang berjumlah 37 unit, 16 unit pesawat MD-90s. Maskapai itu menggunakan
pesawat yang berkapasitas lebih kecil dalam kegiatan operasinya.

Penyebab kebangkitan :

Jepang Airlines dan American Airlines bekerja sama untuk memberikan tarif
murah, dengan rute dan penerbangan di seluruh Pasifik. Regulator Amerika dan Jepang
memberikan persetujuan bagi keduanya untuk memperkuat aliansi pada akhir tahun lalu,
dengan menandatangani kesepakatan "open skies" untuk mendorong perjalanan udara.
Kedua perusahaan itu telah bekerjasama selama 15 tahun terakhir.Dengan aliansi itu,
keduanya bisa menangguk pendapatan 13 miliar yen (US$156 juta). Kerjasama ini juga
penting bagi JAL untuk mengembalikan bisnisnya

Lesson learned :
o Perusahaan harus membayar utang utang yang dimilikinya sebelum menumpuk
agar tidak menyusahkan bagi perusahaan saat jatuh tempo pembayaran telah
disampaikan.

o Jumlah pekerja harusnya disesuaikan dengan kebutuhan agar tidak terjadi


kelebihan pekerja yang nantinya ketika mengalami kebangkrutan para pekerja
tidak banyak yang menjadi korban.
o Dana pensiun yang diberikan juga harus didasarkan pada kemampuan membayar
dari perusahaan. Apabila, perusahaan merasa tingkat pendapatannya menurun
dapat diatasi dengan pemangkasan biaya biaya yang dirasa terlalu
memberatkan.

Sumber :
Ahniar, Nur Farida 2011. Kisah Japan Airlines Bangkit dari Bangkrut.
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/199298-kisah-japan-airlines-bangkit-dari-bangkrut
(Diakses 24 Maret 2016)

Anda mungkin juga menyukai