Makalah Tafsir As Sya Rawi
Makalah Tafsir As Sya Rawi
Penyusun
Penerbit
Tahun Terbit
Jilid
Ahmad al-Masri Husain Jauhar, Al-Syaikh Muhammad Mutawalli Syarawi, (Kairo: Nahdat
Mishr, 1990), h. 11.
2
Ahmad al-Mars Husain Jauhar, Maa Diyah al-Islm al-Syekh Muhammad Mutawalli alSya`rw Imm al-`Asr, (al-Qhirah: Maktabah Nah`ah, t.t), h. 14.
saw. yaitu Hasan ra dan Husein ra.3 Ia dibesarkan dilingkungan keluarga terhormat
yang punya pertalian erat dengan para ulama, para arif bi Allah Serta para wali.4
Ayahnya seorang petani sederhana yang mengelolah tanah milik orang lain.
Walaupun demikian ia mempunyai kecintaan yang sangat besar terhadap ilmu dan
sering mendatangi majelis-majelis mendengarkan petuah-petuah ulama.5 Ia
mempunyai hasrat dan keinginan yang besar untuk mengarahkan anaknya menjadi
seoarang ilmuwan. Untuk merealisasiakan cita-caitanya ini, ia memantau Syarawi
kecil ketika sedang asyik belajar. Ia ingin al-Syarawi kelak masuk ke perguruan alAzhar. Al-Syarawi sndiri mengakui besarnya peranan sang ayah dalam bentuk
kepribadiannya. Kalau dari para gurunya al-Syarawi hanya mengambil 10% maka
yang 90% di peroleh dari ayahnya.6
Daqadus, kota kelahirannya , juga memiliki pesona tersendiri. Di sebelah barat
desa ini mengalir sungai Nil yang membuat desa ini menjadi lahan yang subur untuk
pertanian. Kenyataan ini membawa sebagian besar warganya bermata pencarian
sebagai petani lemon dan gandum. Tidak pernah terlintas dalam hati Syarawi untuk
meninggalkan desa subur yang sangat di cintainya itu. Ia ingin bertani seperti
ayahnya. Begitu cintanya beliau kepada desanya ini, pernah suatu ketika Syarawi
masih belajar di al-Azhar, Syarawi mengirim surat kepada ayahnya. Dalam suratnya
Syarawi mengancam keluar dari al-Azhar kalau ayahnya tidak membelikan kitab,
yang waktu itu mengkin untuk ukuran ayahnya yang sebagai petani sederhana sangat
berat untuk memenuhinya. Al-Syarawi berharap dengan permintaannya yang berat
itu, ayahnya membiarkannya untuk pulang kembali ke desanya dan tidak meneruskan
kuliahnya di al-Azhar. Akan tetapi ancamannya itu tidak berhasil karena ayahnya
mengabulkan permintaannya itu. Malah setelah memiliki beberapa kitab mahal
tersebut, al-Syarawi semakin terpacu untuk belajar lebih giat lagi.
Kota daqadus di penuhi dengan nuansa keagamaan yang kental. Kesibukan harihari besar kagamaan sepanjang tahun mewarnai kota ini. Di kota ini terdapat lima
Syeikh pemimpin tarekat bersama dengan pengikutnya masing-masing memeriahkan
suasana perayaan hari-hari besar keagamaan yang berlangsung setiap bulan
tersebut.Propinsi al-Dakhaliyyat sendiri merupakan sebuah propinsi yang produktif
yang melahirkan generasi bangsa. Dari sini terlahir generasi-generasi jenius yang
banyak memberikan kontribusi berharga bagi negara Mesir yang masih berlangsung
hingga saat ini.
B. Proses Penulisan
Al-Syarawi dalam muqaddimah tafsirnya, menyatakan bahwa: Hasil renungan
saya terhadap al-Quran bukan berarti tafsiran al-Quran, melainkan hanya percikan
3
Sa`d Ab al-`Ainain, Al-Sya`rw An min Sullat Ahl Al-Bait, (al-Qhirah: Akhbr alYawm, 1995), h. 6.
4
Ahmad al-Masri Husain Jauhar, Al-Syaikh Muhammad Mutawalli Syarawi, h.59.
5
Said Abu al-Ainain, Al-Syarawi alladzi la Narifuhu (Mesir: Dar Akhbar al-Yaum, 1995),
h. 16.
6
Said Abu al-Ainain, Al-Syarawi alladzi la Narifuhu, h. 20.
pemikiran yang terlintas dalam hati seorang mukmin saat membaca al-Quran. Kalau
memang al-Quran dapat ditafsirkan, sebenarnya yang lebih berhak menafsirkannya
hanya Rasulullah SAW, karena kepada beliaulah ia diturunkan. Beliau banyak
menjelaskan kepada manusia ajaran al-Quran dari dimensi ibadah, karena hal itu
yang diperlukan umatnya saat ini. Adapun rahasia al-Quran tentang alam semesta,
tidak beliau sampaikan, karena kondisi sosio intelektual saat itu tidak memungkinkan
untuk dapat menerimanya. Jika hal itu di sampaikan akan menimbulkan polemik yang
pada gilirannya akan merusak puing-puing agama, bahkan memalingkan umat dalam
jalan Allah SWT.7
Nama tafsir al-Syarawi di ambil dari nama asli pemiliknya yakni al-Syarawi.
Menurut Muhammad Ali Iyazi, judul yang terkenal dari karya ini adalah Tafsir alSyarawi Khawatir al-Syarawi Haula al-Quran al-Karim. Pada mulanya tafsir ini
hanya di beri nama Khawatir al-Syarawi yang dimaksudkan sebagai sebuah
perenungan (Khawatir) dari diri al-Syarawi terhadap ayat-ayat al-Quran yang
tentunya bisa saja salah dan benar terhadap orang yang menafsirkannya.
Kitab ini merupakan hasil kolaborasi kreasi yang di buat oleh murid al-Syarawi
yakni Muhammad al-Sinrawi, Abd al-Waris al-Dasuqi dari kumpulan pidato-pidato
atau ceramah-ceramah yang dilakukan al-Syarawi. Sementara itu, hadis-hadis yang
terdapat didalam kitab Tafsir al-Syarawi di takrij oleh Ahmad Umar Hasyim. Kitab
ini diterbitkan oleh Ahbar al-Yaum Idarah al-Kutub wa al-Maktabah pada tahun 1991
(yaitu tujuh tahun sebelum al-Syarawi meninggal dunia). Dengan demikian, Tafsir
al-Syarawi ini merupakan kumpulan hasil-hasil pidato atau ceramah al-Syarawi
yang kemudian di edit dalam bentuk tulisan buku oleh murid-muridnya. Tafsir ini
merupakan golongan tafsir bi al-lisan atau tafsir sauti (hasil pidato atau ceramah yang
kemudian di bukukan).8
C. Sitematika Kitab
Tafsir al-Sya`rw ditulis oleh suatu lajnah diantara anggotanya adalah
Muhammad al-Sinrw, `Abdul Writs al-Dsuq. Tafsir ini diterbitkan oleh Akhbr
al-Yawm pada tahun 1991, dan termuat dalam Majallah al-Liw` al-Islmy dari tahun
1986 sampai tahun 1989 nomor 251 sampai 332, sementara yang mentakhrij hadisnya
adalah Ahmad `Umar Hsyim.9
Sistematikanya dimulai dengan muqaddimah, menerangkan makna ta`awuz, dan
tertib nuzul al-Qur`an. Dalam memulai menafsiri setiap surat, beliau mulai dengan
menjelaskan makna surat, hikmahnya, hubungan surat yang ditafsirkan dengan surat
Lihat Al-Syarawi, Tafsir al-Syarawi, jilid 1, h.9. dan Muhammad Ali Iyazy, AlMufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum, (Teheran: Muassasah al-Tabaah wa al-Nasyr) h. 270.
8
http://islamuna-adib.blogspot.com/2010/03/karakterstik-tafsir-as-syarawi.html
9
Muhammad `Al Iyzy, Al-Mufassrn Hayatuhum wa Manhajuhum, op.cit., h. 268.
Ibid., h. 270-271
Mahmud Basuni Faudah, Tafsir-Tafsir al-Qur`n Perkenalan dengan Metodologi Tafsir,
terj. M.Muhtar Zoeni dan Abdul Qad`ir Hamid, (Bandung: Pustaka, 1987), h. 24-25.
12
Muhammad `Al Iyzy, Al-Mufassrn Hayatuhum wa Manhajuhum, op.cit., h. 271.
13
Ahmad Umar Hsyim, Al-Imm al-Sya`rw Mufassirn wa D`iyah, (al-Qahirah: Maktabah
al-Turts al-Islm, t.t.), h. 51.
11
urutan ayat dalam al-Qur`an. Tetapi karena kompleksitas isinya, dan pemaparannya
dimulai dari awal ayat ke ayat selanjutnya, namun secara subtansi tafsir al-Sya`rw
lebih condong ke pola tafsir tematik (Tafsir mawd`). Hal ini dikarenakan sense of
language (hssah lugawiyah) beliau sangat tajam, menjadikannya mampu memahami
suatu kata secara detail dengan membandingkan kata tersebut dengan kata yang sama
di lain ayat sehingga membentuk satu pengertian yang utuh.
D. Tinjauan Kitab
Al-Quran adalah sumber ajaran islam yang menempati posisi sentral dan menjadi
inspirator serta pemandu gerakan-gerakan umat islam selama lebih dari empat belas
abad lamanya. Hal ini disebabkan karena al-Quran adalah kitab suci yang menjadi
sumber hukum syara dan memiliki perangkat aturan untuk sampai pada kebahagiaan
dunia dan akhirat. Keberadaan al-Quran menjadi perhatian yang besar bagi kaum
Muslimin dalam usaha memperbaiki kualitas diri. Oleh karenanya menjadi maklum
jika para ulama dan sarjana bersungguh-sungguh dalam memahami isi dan kandungan
al-Quran melalui penafsiran.
Perkembangan penafsiran al-Quran sesungguhnya telah ada sejak al-Quran itu
diturunkan pada masa Rasulullah Saw. masih hidup, kemudian berlanjut sampai
zaman modern hingga hari ini. Beragam metode dan analisa tafsir diusahakan untuk
dapat mendekati makna al-Quran agar dapat diterima dan benar-benar menjadi
shahih li kulli zaman wa makan, yakni keberadaannya menjadi solusi di segala
kondisi. Al-Quran sebagai teks kitab yang bisa ditafsiri membuka seluas-luas dalam
memahaminya dengan melalui berbagai metode, pendekatan, corak, berbagai sumber
rujukan. Dalam mentafsirinya tentunya seorang mufasir memiliki kekurangan dan
kelebihan yang perlu dikeritik dan dikaji lebih mendalam, seperti yang akan
dijelaskan berikut ini.
a. Metode dan Corak
Dalam kitab al-Mukhtar Fi Tafsir al_quran al-Karim ini, metode yang
digunakan al-Syarawi adalah tahlili, yakni suatu metode tafsir yang bermaksud
menjelaskan makna-makna yang dikandung al-Quran yang disesuaikan dengan
runtutan ayat sebagaimana yang tersusun dalam mushaf. Penjelasannya meliputi
berbagai aspek, diantaranya mengenai kosakata yang diikuti dengan penjelasan global
ayat, munasabah (korelasi) ayat-ayat dengan menjelaskan hubungan dan maksud
ayat-ayat tersebut satu dengan lainnya dan asbab al-nuzul (latar belakang turunnya
ayat) disertai dalil-dalil dari Rasul, Sahabat maupun Tabiin.14
Adapun coraknya adalah al-Adab al-IjtimaI, yaitu salah satu corak penafsiran
yang cenderung kepada persoalan sosial masyarakat melalui gaya bahasa.
Penjelasannya dalam al-Quran dititikberatkan pada segi ketelitian redaksinya
14
Abdul Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir MaudhuI, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Utama,
1996), Cet.2, h. 11.
15
c. Prosedur
Ada bebrapa prosedur yang digunakan oleh Syarawi dalam menafsirkan alQuran yang diantaranya:
Setiap mufasir memiliki acuan dasar tersendiri sebagai pijakan dalam
konstruksi penafsirannya. Al-Syarawi dalam karya tafsirnya merujuk
kepada hasil analisa dan ijtihadnya sendiri yang diperkuat oleh ayat-ayat
al-Quran dan Hadis-hadis Nabi.
Dalam menyusun tafsirnya, Syarawi tunduk kepada aturan metode tahlili
(terperinci). Yakni cara penyajian yang berupaya menjelaskan seluruh
aspek yang dikandung oleh ayat-ayat al-Quran dan mengungkap segenap
pengertian yang ditujunya. Dalam hal ini, Syarawi mengingatkan diri
pada sistematika tartib mushafi (sesuai dengan urutan mushaf) dalam
menjelaskan al-Quran dengan menyingkap segi korelasi (munasabah)
ayat antara ayat ataupun surat demi surat dengan memperhatikan asbab alnuzul, hadis Nabi dan dipadukan dengan hasil pemikirannya serta dikupas
dengan analisa bahasa yang sederhana.
Karya al-Syarawi ini termasuk dalam kategori corak al-adab al-ijtimai,
yakni yang penjabarannya melalui analisa bahasa dan satra Arab. Dalam
hal ini al-Syarawi tidak banyak memberikan perhatian pada pembahasan
kosa kata dan tata bahasa kecuali dalam batas-batas untuk mengantarkan
kepada pemahaman kandungan petunjuk-petunjuk al-Quran. Sedangkan
corak ijtimai adalah sebuah upaya al-Syarawi dalam mengungkapkan
makna al-Quran guna memajukan masyarakat dan mendorongnya kearah
yang lebih positif, dinamis dan konstruktif dalam menjalani kehidupannya
di dunia. Dengan kata lain Syarawi berkeinginan untuk memasyarakatkan
nilai-nilai al-Quran.
d. Kelebihan dan Kekurangan
Dalam dunia tafsir, pola penyajian adalah perangka dant tata kerja yang dipakai
dalam proses penafsiran al-Quran. Secara historis, setiap penfsiran telah
menggunakan suatu pola atau lebih. Pilihan pola tergantung pada kecenderungan dan
sudut pandang penafsir serta latar belakang keilmuan dan aspek-aspek lain yang
melingkupinya.17 Banyak sekali kelebihan yang dimiliki oleh tafsir as-Syarawi yang
diantaranya adalah: Syarawi menyajikan karya tafsirnya dengan nuansa yang
bersentuhan langsung dengan tema-tema kemasyarakatan, melalui teknik bahasa yang
cukup sederhana. Hal ini sebagai upaya meletakan al-Quran pada posisi sebagai
pedoman dalam realitas kehidupan sosial. Serta dalam tafsir as-Syarawi kandungan
didalamnya dapat menjawab persoalan masyarakat yang selalu selalu berkembang
karena menggunakan corak al-Adab al-Ijtimai.
17
Abdul Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2005), Cet.1, h. 27.)
Namun juga ada kekurangan dalam tafsir ini Syarawi tidak banyak memberikan
perhatian kepada pembahasan kosakata atau tata bahasa, kecuali dalam batas-batas
untuk mengantarkan kepada pemahaman kandungan petunjuk petunjuk al-Quran.
Serta tidak adanya sebuah referensi ketika terdapat penyebutan sebuah pendapat
ulama lain. Dan tidak adanya perhatian terhadap sanad hadis.
e. Sumber penafsiran
Sumber-sumber penafsiran as-Syarawi diantaranya: seperti tafsir al-Manar karya
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, tafsir Fi Zilalil Quran yang dikarang oleh
Sayyid Qutub.18 Tafsir at-Thabari karya Ibnu Jarir ath-Thabari, Mafatihul Ghaib karya
Fahruddin ar-Razi. Al-Kasyaf karya az-Zamakhsyari, al-Anwar at-Tanzil wa asrar alTawil karya al-Baidhawi, dan Dur al-Mansur fi Tafsir bil masur karya jalaluddin asSyuyuti.19
18
19
{
{
} ..
[ ]01 : :
} [ ]01 :
{ :
{
} [ ]01 :
.
{:
}[ ]01 :
[} ...]72 :
{:
:
.
()00
[} ...:
{
]01
{ [ } .. ]00 : . :
}[:
{:
]27
[} ... ]00 :
{
}[]10 :
{
9
: :
.
:
{ [} ... ]10 : :
:
{:
[} ...]01 :
.
- -
{:
[} ... ]11 :
: .
{:
[} ...]2 :
.
- -
{ :
[ } .. ]00 :
{:
[} ... ]01 :
.
{ [ } .. ]00 : :
:
.
.
} [ ]00 : : .
{ :
.} ...
{ :
10
DAFTAR PUSTAKA
11