Nama
: Nadia Liem
NIM
: 11-2015-169
Dokter penguji
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. I
Umur
: 80 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Status perkawinan
: Menikah
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
Alamat
PASIEN DATANG KE RS
Sendiri / bisa jalan / tak bisa jalan, dituntun oleh keluarga / dengan alat bantu
Diantar oleh keluarga : ya / tidak
Daftar Masalah
No. Masalah aktif
tanggal
6-4-16
tanggal
II. SUBJEKTIF
Auto / allo anamnesis, tanggal : 6 April 2016
1. Keluhan utama :
Pusing seolah-olah badan bergoyang kedepan seperti terdorong setiap kepala menengok
keatas, kebawah, dan kesamping kanan kiri kurang lebih 2-3 detik sejak 1 minggu SMRS
2. Riwayat penyakit sekarang
Sejak 1 minggu yang lalu pasien mulai merasakan pusing pada kepalanya seolaholah badan pasien bergoyang seperti terdorong kedepan setiap kepala menengok keatas,
kebawah, dan kesamping kanan kiri kurang lebih 2-3 detik sejak 1 minggu SMRS.
Pasien mengatakan tidak ada keluhan nyeri pada kedua telinganya, dan kuping tidak
berdengung, tidak ada keluhan kuping terasa penuh serta tidak mengalami penurunan
pendengaran akhir-akhir ini. Pasien mengatakan ada mual namun tidak sampai muntah,
tidak adanya nyeri kepala, penglihatan ganda (-), tidak ada demam dan tidak ada
penurunan kesadaran. Pasien tidak merasakan kelemahan pada kedua tangan dan kaki
Riwayat trauma kepala sebelumnya tidak ada. 1 hari SMRS pasien merasakan keluhan
pusing makin sering saat perubahan posisi kepala, sehingga membuat pasien untuk
datang kedokter.
3. Riwayat penyakit keluarga
Ayah pasien menderita darah tinggi
4. Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi (+) sejak 30 Tahun ini dan masih terkontrol dengan mengkonsumsi Amlodipin
Diabetes Melitus (-)
Sakit jantung (-)
Stroke (-)
5. Riwayat sosial, ekonomi, pribadi
Pasien tidak merokok dan tidak meminum minuman beralkohol
III.OBJEKTIF
1. Status presens
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E4 M6 V5
TD
: 120/90 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu
: 36,50C
Kepala
Leher
Paru
Jantung
Perut
CRT
: < 2 detik
2. Status psikikus
Cara berpikir
: wajar
Perasaan hati
: wajar
Tingkah laku
: baik
Ingatan
: baik
Kecerdasan
: baik
3. Status neurologis
Kepala
Bentuk
: normocephali
Nyeri tekan
: (-)
Simetris
: (+)
Pulsasi
: (-)
Leher
Sikap
: kifosis
Pergerakan
: Tidak terbatas
Kaku kuduk
: (-)
Valsava
: (-)
Lermit
: (-)
Spurling
: (-)
Naffsiger
: (-)
Nervus kranialis
i. N. Olfaktorius (N.I)
Kanan
Kiri
Subjektif
Tidak dilakukan
Dengan bahan
Tidak dilakukan
Kanan
Kiri
Tajam penglihatan
1/60
1/60
Lapangan penglihatan
Normal
Normal
Melihat warna
Normal
Normal
Fundus okuli
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kanan
Kiri
Sela mata
Normal
Normal
Pergerakan bulbus
Baik
Baik
Strabismus
tidak ada
tidak ada
Nistagmus
tidak ada
tidak ada
Exophtalmus
tidak ada
tidak ada
Pupil Besar
2 mm
2 mm
Bentuk
Bulat
Bulat
(+)
(+)
Kiri
Pergerakan mata
Normal
Normal
Sikap bulbus
Normal
Normal
Melihat kembar
tidak ada
tidak ada
v. N.Trigeminus (N.V)
Kanan
Kiri
Membuka mulut
Normal
Mengunyah
Normal
Menggigit
Normal
Refleks kornea
(+)
(+)
Sensibilitas
(+)
(+)
Kanan
Kiri
Normal
Normal
Sikap bulbus
Baik
Baik
Melihat kembar
(-)
(-)
Kanan
Kiri
Mengerutkan dahi
Normal
Normal
Mengangkat alis
Normal
Normal
Menutup mata
Normal
Normal
Memperlihatkan gigi
Normal
Bersiul
viii. N.Vestibulo-Kokhlearis
Bisa
Kanan
Detik arloji
Suara berisik
Kiri
tidak dilakukan
(+)
(+)
Weber
tidak dilakukan
Rinne
tidak dilakukan
Kanan
Kiri
Normal
Sensibilitas
Normal
Pharynx
Normal
x. N. Vagus (N.X)
Arcus pharynx
Kanan
Kiri
sulit dinilai
sulit dinilai
Bicara
(+)
Menelan
Normal
Nadi
Normal
Kanan
Kiri
Mengangkat bahu
Normal
Normal
Memalingkan kepala
Normal
Normal
Kanan
Kiri
Pergerakan lidah
Normal
Normal
Tremor lidah
(-)
(-)
Artikulasi
Normal
Normal
d.
1. Badan
Motorik
i.
ii.
Duduk
iii.
: Baik
belakang
iv.
Sensibilitas
kanan
kiri
Taktil
baik
baik
Nyeri
(+)
(+)
Thermi
(+)
(+)
Diskriminasi
(+)
(+)
Lokalisasi
(+)
(+)
Refleks
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
Refleks Kremaster
: tidak dilakukan
kanan
kiri
Pergerakan
Bebas
bebas
Kekuatan
+5 +5 +5
+5 +5 +5
Tonus
normotonus
normotonus
Atrofi
eutrofi
eutrofi
kanan
kiri
Taktil
Baik
Baik
Nyeri
(+)
(+)
Thermi
(+)
(+)
Diskriminasi
(+)
(+)
Lokalis
(+)
(+)
kanan
kiri
Biceps
Triceps
Radius
Ulna
Tromner-Hoffman
(-)
(-)
kanan
kiri
Pergerakan
Bebas
Bebas
Kekuatan
+5 +5 +5
+5 +5 +5
Tonus
Normal
Normal
Klonus
(-)
b. Sensibilitas
c. Refleks
(-)
Atrofi
Eutrofi
Eutrofi
kanan
kiri
Taktil
Baik
Baik
Nyeri
(+)
(+)
Thermi
(+)
(+)
Diskriminasi
(+)
(+)
Lokalis
(+)
(+)
Refleks
kanan
kiri
Patella
Achilles
Babinski
Chaddock
Schaefer
Oppenheim
Tes lasegue
Tes kernig
Tes Brudzinki
b. Sensibilitas
Cara berjalan
: Normal
Tes Romberg
: (+)
Tendem gait
: (-)
: (-)
Fukuda test
: (-)
Disdiadokokinesia
: (-)
Dismetri
: (-)
Ataksia
: tidak dinilai
Dismetria
: Normal
d.
Gerakan-gerakan abnormal
Tremor
: tidak ada
Miokloni
: tidak ada
Khorea
: tidak ada
e.
IV.
Alat vegetatif
Miksi
: (-)
Defekasi
: Normal
RINGKASAN
Subjektif :
Pasien merasakan pusing pada kepalanya seolah-olah badan pasien bergoyang kedepan
seperti terdorong kedepan setiap kepala menengok keatas, kebawah, dan kesamping kanan kiri
kurang lebih 2-3 detik sejak 1 minggu SMRS. Pasien mengatakan tidak ada keluhan nyeri pada
kedua telinganya, tidak ada kuping terasa berdengung, Pasien mengatakan ada mual, tidak ada
demam dan tidak ada penurunan kesadaran.
Objektif :
o Kesadaran
: Compos Mentis
o GCS
: E4 M6 V5
o TD
: 120/80 mmHg
o Nadi
: 80x/menit
o Pernafasan
: 18 x/menit
o Suhu
: 36,50C
PF Neurologis :
Tes Romberg
: (+)
Tendem gak
: (-)
: (-)
Fukuda test
: (-)
Disdiadokokinesia
: (-)
V.
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
Diagnosis Etilogik
: BPPV
DD
: Menire disease
VI. PENATALAKSANAAN
Masalah
1. Pusing seperti badan terdorong kedepan sejam 1 minggu SMRS saat posisi kepala berubah
Assesment
Planing
Edukasi
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
Tinjauan Pustaka
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
Pendahuluan
Latar Belakang
Vertigo merupakan sekumpulan gejala yang ditandai dengan adanya sensasi gerakan atau
berputar, yang sering dijelaskan sebagai perasaan kehilangan keseimbangan. Berdasarkan
penyebabnya, vertigo diklasifikasikan menjadi dua katagori yaitu vertigo sentral yang
diakibatkan oleh kelainan pada batang otak atau cerebellum, dan vertigo perifer yang disebabkan
karena adanya kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis vestiulocochlearis (N.VIII).
Inflamasi telinga dalam, terutama saluran semisirkular dalah penyebab tersering dari vertigo.
Selain itu, gangguan saraf kranial dan obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan terjadinya
pusing dan ketidakseimbangan tubuh.1 Prevalansi angka kejadian vertigo, terutama pada vertigo
perifer Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) di Amerika Serikat adalah 64 dari 100.000
orang dengan kecenderungan terjadi pada wanita (64%).
Gejala klinis yang ditimbulkan dapat berupa rasa berputar atau obyek sekitarnya
bergerak/berputar saat kepala bergerak atau saat terjadi perubahan posisi, terdapat nistagmus,
gangguan pendengaran dan penglihatan, serta keluhan penyerta lain seperti mual-muntah dan
ketidakseimbangan tubuh. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan neurologis seperti tes Romberg, past pointing test, Dix-Hallpike manoeuvre, tes
kalori, dan pemeriksaan pendengaran. Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan neurofisiologi seperti elektronistagmografi
(ENG), audiometri, dan lain-lain. Tatalaksana untuk vertigo dapat dilakukan secara simptomatik
dengan obat-obatan tertentu sesuai keluhan pasien dan dapat juga dilakukan terapi fisik untuk
membantu mengurangi keluhan.2
Pembahasan
Anamnesis3
Deskripsikan secara jelas keluhan pasien. Kadangkala pasien mengeluh pusing. Pusing
yang dikeluhkan ini dapat berupa sakit kepala, rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak
kemoterapi.
Tindakan tertentu: temporal bone surgery, trans-tympanol treatment.
Penyakit yang diderita pasien; DM , hipertensi, kelainan jantung.
Defisit neurologik: hemihipestesia, baal wajah satu sisi, perioral numbness, disfagia,
hemiparesis, penglihatan ganda, ataksia sereberalis
Pemeriksaan Fisik
Selain anamnesis, pemeriksaan fisik juga penting untuk mengarahkan evaluasi
selanjutnya. Sebelumnya, kita juga harus melihat keadaan umum pasien, kesadarannya, serta
melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV). Setelah itu dapat dilanjutkan dengan
pemeriksaan neurologis, dan saraf kranialis, seperti:2
Pemeriksaan Neurologis
Test Romberg
nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi. Tes fukuda dianggap abnormal jika deviasi ke satu
sisi >300 atau maju/mundur >1 meter. Tes fukuda ini menunjukkan lokasi kelainan disisi kanan
atau kiri.
saccadic) bersumber dari sentral. Bila kacamata frenzel tidak tersedia, tanda- tanda serupa
tentang nistagmus spontan biasanya didapat dari pemeriksaan optalmoskop yaitu dengan
memonitor gerakan balik bola mata seperti bola mata belakang bergerak ke depan, untuk gerakan
horizontal dan vertikal.
Dix-Hallpike Manoeuvre
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang dengan cepat,
sehingga kepalanya meng-gantung 45 di bawah garis horisontal, kemudian kepalanya
dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan
nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral. Pada vertigo
perifer (benign positional vertigo), vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik,
hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang
beberapa kali (fatigue). Sedangkan pada vertigo sentral, tidak ada periode laten, nistagmus dan
vertigo berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (nonfatigue).
menghalangi hantaran gelombang suara yang normal, maka hantaran melalui tulang akan
mengatasi kesulitan ini. Untuk melakukan tes ini, getarkan garpu tala dan pasanglah tangkainya
pada prosesus mastoideus. Garpu tala dengan 512hz adalah yang paling tepat. Jika ia
menunjukkan bahwa ia tidak lagi mendengar suara itu lagi, segera letakkanlah kepala arpu tala
yang sedang bergetar tersebut didekat kanalis eksternus. Biasanya bunyi itu terdengar lagi dan
hasil tes ini postitif. Hasil tes negatif berarti pasien menderita tuli konduktif pada telinga yang
diperiksa.
Tes Weber
Tes ini digunakan untuk menentukan adanya tuli konduktif atau tuli sensorineural.
Getarkan garpu tala dan pasanglah pad puncak kepala. Tanyakan kepada pasien apakah ia
mendengar lebih jelas pada satu telinga daripada telinga lainnya. Biasanya bunyi tersebut yang
terdengar berasal dari garis tengah. Jika tuli konduktif pada satu telinga, suara akan terdengar
lebih keras pada telinga itu. Alasannya adalah bahwa efek peredam yang berasal dari suara gaduh
normal dilatar belakang menjadi berkurang pada telinga tersebut karena adanya gangguan
hantaran. Jika ada tuli saraf pada satu telinga, bunyi tersebut akan lebih terdengar jelas pada
telinga normal. Pada tuli saraf, hantaran bunyi melalui udara dan tulang tidak diteruskan ke
susunan saraf pusat.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu:
Tes Audiologik
Audiogram, digunakan untuk menilai pendengaran. Abnormalitas memberikan kesan
vertigo otologik. Biasanya cukup untuk penegakkan diagnosis. Pemeriksaan dengan audiogram
digunakan sebagai upaya untuk memisahkan vertigo otologik dari sumber vertigo lainnya
Brainstem Auditory Evoked Potensial (BAEP). Test nurofisiologi ini dipergunakan bila
diduga adanya carebello pontine tumor, terutama neuroma akustikus atau multiple sklerosis.
Electrocochleografi (ECOG) adalah sebuah potensi bangkitan yang menggunakan
electrode perekam yang diposisikan dalam gendang telinga. ECOG membutuhkan frekuensi
pendengaran yang tinggi. ECOG yang abnormal memberi kesan penyakit Meniere. Pemeriksaan
ECOG cenderung sulit dan interpretasi dari hasil harus memnuhi penilaian bentuk gelombang.
Tes Vestibular
Elektronistagmografi (ENG) merupakan prosedur beruntun yang dapat mengidentifikasi
vestibular asimetris (seperti yang disebabkan oleh neuritis vestibular) dan membuktikan
nistagmus spontan dan posisi (seperti yang disebabkan oleh BPPV). ENG adalah tes yang
panjang dan sulit. Jika ada hasil yang abnormal dan tidak sesuai dengan gejala klinis sebaiknya
dikonfirmasi denga tes kursi putar dan dikombinasi dengan tes VEMP.
Vestibular evoked myogenic potentials (VEMP) merupakan tes vestibular dasar karena
ini memberikan keseimbangan yang baik untuk keperluan diagnostik dan toleransi pasien. Tes ini
sensitif terhadap sindrom dehiscence kanal superior. Kehilangan vestibular bilateral dan neuroma
kaustik. VEMP secara umum normal pada neuritis dan penyakit Menier.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium biasanya dilakukan bila ada gejala spesifik kompleks dan
digunakan untuk menentukan etiologi vertigo pada kurang dari 1% pasien. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, profil lipid, dan hemostasis.
Pemeriksaan Radiologi
MRI kepala digunakan untuk mengevaluasi kesatuan struktural batang otak, serebelum,
periventrikuler substansia putih, dan kompleks nervus VIII. MRI tidak secara rutin dibutuhkan
untuk evaluasi vertigo tanpa penemuan neurologis lain yang berkaitan.
CT Scan tulang temporal memberikan resolusi tinggi dari struktur telinga dari pada MRI
dan juga lebih baik untuk evaluasi lesi yang melibatkan tulang. CT scan tulang temporal mutlak
dibutuhkan untuk diagnosis dehiscence canal superior. Jenis koronal langsung resolusi tinggi
adalah yang terbaik untuk diagnosis ini. CT Scan tulang temporal banyak memancarkan radiasi
dan untuk alasan ini, tes VEMP direkomendasikan sebagai tes awal untuk dehiscence canal
superior.
Anatomi dan Fisiologi Alat Keseimbangan Tubuh
Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam (labirin), terlindung oleh
tulang yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara umum adalah telinga dalam,
tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat keseimbangan. Labirin terdiri atas labirin tulang
dan labirin membran. Labirin membran terletak dalam labirin tulang dan bentuknya hampir
menurut bentuk labirin tulang. Antara labirin membran dan labirin tulang terdapat perilimfa,
sedang endolimfa terdapat di dalam labirin membran. Berat jenis cairan endolimfa lebih tinggi
daripada cairan perilimfa. Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin membran yang terapung
dalam perilimfa, yang berada dalam labirin tulang. Setiap labirin terdiri dari 3 kanalis semisirkularis (kss), yaitu kss horizontal (lateral), kss anterior (superior) dan kss posterior
(inferior). Selain 3 kanalis ini terdapat pula utrikulus dan sakulus. Keseimbangan dan orientasi
tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya tergantung pada input sensorik dari
reseptor vestibxuler di labirin, organ visual dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga
reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh
pada saat itu. Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan
pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap
Working Diagnosis
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu vertigo perifer dan vertigo
sentral. Vertigo sentral adalah vertigo yang diakibatkan oleh kelainan pada batang otak atau
cerebellum, dan vertigo perifer yang disebabkan karena adanya kelainan pada telinga dalam atau
nervus cranialis vestiulocochlearis (N.VIII).
Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan sekitarnya 3
Persepsi gerakan bisa berupa :
1. Rasa berputar, disebut vertigo vestibular : timbul pada gangguan sistem vestibular
2. Rasa goyang, melayang, mengambang, disebut vertigo nonvestibular: timbul pada
gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual.
Tabel 1. Perbedaan vertigo vestibular dengan vertigo non-vestibular3
Gejala
Sensasi
Tempo serangan
Mual/muntah
Gangguan pendengaran
Gerakan pencetus
Vertigo Vestibular
Rasa berputar
Episodik
+
+/Gerakan kepala
Vertigo Non-vestibular
Melayang, goyang
Kontinyu/konstan
Gerakan objek visual
Vertigo vestibular
Sistem vestibular ; labirin vestibular terdiri dari kanalis semisirkularis dan organ otolitik.
Kanalis semisirkularis: lateral, superior, dan posterior, berfungsi mendeteksi gerakan rotasional
Organ otolitik : utrikulus dan sakulus, berfungsi mendeteksi aselerasi linear.
Jenis vertigo vestibular
Berdasarkan letak lesinya dikenal 2 jenis vertigo vestibular, yaitu:
1. Vertigo vestibular perifer; terjadi pada lesi dilabirin dan nervus vestibularis
2. Vertigo vestibular sentral ; timbul pada lesi di nukleus vestibularis di batang otak, atau
talamus sampai ke korteks serebri.
Tabel 2. Perbedaan vertigo vestibular perifer dengan sentral 3
Gejala
Bangkitan
Beratnya vertigo
Pengaruh gerakan kepala
Mual/muntah/keringatan
Gangguan pendengaran
Tanda fokal otak
Perifer
Lebih mendadak
Berat
++
++
+/-
Sentral
Lebih lambat
Ringan
+/+
+/-
Vertigo vestibular perifer, timbulnya lebih mendadak setelah perubahan posisi kepala,
dengan rasa berputar yang berat, disertai mual/muntah dan keringatan. Bisa disertai gangguang
pendengaran berupa tinitus atau ketulian, dan tidak disertai gejala neurologik fokal seperti
hemiparesis, diplopia, perioral parestesia, paresis fasialis.
Vertigo vestibular sentral timbulnya lebih lambat, tidak terpengaruh oleh gerakan kepala.
Rasa berputarnya ringan, jarang disertai rasa mual/muntah, kalau ada ringan saja. Tidak disertai
gangguan pendengaran. Bisa disertai gejala neurologik fokal seperti disebutkan diatas.
Penyebab Vertigo
1. Vertigo vestibular perifer: benign paroxysmal positional vertigo (BBPV), menieres
disease, neuritis vestibularis, oklusi arteri labirin, labirinitis, obat ototoksi, autoimun,
tumor N.VIII, microvascular compression.
2. Vertigo vestibular sentral : migrain, CVD, tumor, epilepsi, dimielinisasi, degenerasi
dan labrinitis, serta pada operasi dan neuritis vestibular sebelumnya, meskipun gejala tidak
terjadi bertahun-tahun setelah episode. 13
Differential Diagnosis
Neuroma Akustikus
Neuroma akustik merupakan Schwannoma jinak yang berasal dari sel-sel Schwann
bagian vestibularis saraf kranialis VIII (akustikus). Walaupun jinak, ukuran tumor ini dapat
menimbulkan gejala-gejala gangguan serebelum atau batang otak. Gejala mungkin berupa
penurunan pendengaran unilateral, tinitus, vertigo, diplopia, dan penurunan lakrimasi. Tumor
dapat didiagnosis dengan uji evoked-response auditorius batang otak. Konfirmasi diagnosis
dibuat dengan pencitraan resonans magnetik otak dan kanalis auditorius internus. Apabila tumor
meluas ke dalam kranium, maka pengangkatannya menjadi prosedur pembedahan saraf.14
Menieres Disease
Menieres disease adalah suatu kelainan yang mempunyai trias gejala yang khas, yaitu
gangguan pendengaran, tinitus, dan serangan vertigo. Terutama terjadi pada wanita dewasa.
Menieres disease disebabkan karena adanya fluktuasi tekanan pada cairan telinga tengah
(endolymph). Hal ini dapat terjadi idiopatik atau sekunder akibat infeksi dari virus atau bakteri
pada telinga. Manifestasi klinisnya berupa vertigo disertai muntah yang berlangsung antara 15
menit sampai beberapa jam dan berangsur membaik. Disertai penguranngan pendengaran, tinitus
yang kadang menetap, dan rasa penuh di dalam telinga. Serangan pertama biasanya terjadi hebat
sekali, dan dapat disertai dengan gejala vegetatif. Serangan lanjutan biasanya lebih ringan
meskipun frekuansinya bertambah.13,14
Akut Vestibular Neuritis
Akut vestibular neuritis merupakan suatu kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan
pusing berat dengan mual, muntah yang hebat, nistagmus, serta tidak mampu berdiri atau
berjalan. Hal ini biasanya berhubungan dengan adanya inflamasi sel saraf vestibular akibat
adanya infeksi virus. Gejala-gejala ini menghilang dalam tiga hingga empat hari. Sebagian
pasien perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mengatasi gejala dan dehidrasi. Serangan
menyebabkan pasien mengalami ketidakstabilan dan ketidakseimbangan selama beberapa bulan,
serangan episodik dapat berulang. Pada fenomena ini biasanya tidak ada perubahan
pendengaran.13
Tabel 2. Perbedaan BPPV.13
Gejala
BPPV
Episode
Beberapa detik
Neuritis
Beberapa
serangan
Etiologi
sampai minggu
Endapan kalsium Infeksi virus
atau jam
Fluktuasi
pada
tekanan
Fungsi
Disease
hari Beberapa menit Bertahap dan lambat
kanalis
semisirkularis
Dapat terganggu
Neuroma Akustikus
Tidak terganggu
pendengaran
Schwannoma jinak
cairan
dalam telinga
Ketajaman
Penurunan
pendengaran
pendengaran,
menurun, tuli
biasnya unilateral
Gejala Klinis
Gejala klinis pada pasien dengan vertigo perifer (BPPV) terdiri dari dua gejala utama
yaitu, gejala primer yang merupakan akibat utama dari gangguan sensorik dan gejala sekunder
yang merupakan gejala penyertanya, yaitu:15
Gejala Primer
f. Sensasi berputar baik dirinya sendiri maupun lingkungannya. Vertigo
dapat horizontal, vertikal atau melingkar.
g. Sensasi pergerakan, biasanya digambarkan sebagai perasaan didorong atau
miring yang singkat. Perasaan ini menunjukkan adanya disfungsi dari
apparatus otolith di telinga dalam atau proses sentral yang merangsang
otolith.
h. Osilopsia adalah ilusi pergerakan lingkungan sekitar yang dipicu oleh
pergerakan kepala. Pasien dengan gangguan vestibuler bilateral tidak
dapat melihat apabila kepalanya sedang bergerak karena osilopsia. Pasien
dengan gangguan vestibuler unilateral selalu mengeluhkan lingkungan
sekitar berputar apabila mereka memutar kepalanya berlawanan dengan
telinga yang sakit.
i. Ataksia, cara berjalan yang tidak stabil, hampir secara universal terdapat
pada pasien dengan vertigo sentral atau perifer.
j. Gangguan pendengaran. Vertigo sering diikuti oleh tinnitus, reduksi atau
distorsi pendengaran, dan aura.
Gejala sekunder
c. Mual dan muntah
d. Mudah lelah
e. Pusing dan Sakit kepala
f. Penglihatan yang sensitif
Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala yang penyebabnya beragam, antara lain akibat
kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak
aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan
melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf
yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam
telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan didalam otaknya sendiri.
Keseimbangan tubuh dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang
posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum vertigo:16
VI. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
VII.
VIII.
terjadi pada usia rata-rata 51-57 tahun dan jarang pada usia di bawah 35 tahun tanpa adanya
riwayat trauma kepala.2
Patofisiologi
Vertigo dapat timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke
pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau
keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan.
Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan
nuklei
vestibularis
dengan
nuklei
N.
III,
IV
dan
VI,
susunan
dan keluhan vertigo. Pergeseran masa otokonia tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang
menyebabkan adanya masa laten sebelum timbulnya nistagmus dan keluhan vertigo. Gerakan
posisi kepala yang berulang akan menyebabkan otokonia terlepas dan masuk ke dalam endolimf
hal ini yang menyebabkan timbulnya fatique, yaitu kekurangan atau menghilangnya
nistagmus/vertigo, disamping adanya mekanisme kompensasi sentral.3
Teori Canalithiasis
Tahun1980 Epley mengemukakan teori canalithiasis, partikel otolith bergerak bebas di
dalam kanalis semisirkularis. Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel ini berada pada
posisi yang sesuai dengan gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala direbahkan ke
belakang partikel ini berotasi ke atas sarnpai 900 di sepanjang lengkung kanalis semisirkularis.
Hal ini menyebabkan cairan endolimfe mengalir menjauhi ampula dan menyebabkan kupula
membelok (deflected), hal ini menimbulkan nistagmus dan pusing. Pembalikan rotasi waktu
kepala ditegakkan kernbali, terjadi pembalikan pembelokan kupula, muncul pusing dan
nistagmus yang bergerak ke arah berlawanan. Model gerakan partikel begini seolah-olah seperti
kerikil yang berada dalam ban, ketika ban bergulir, kerikil terangkat sebentar lalu jatuh kembali
karena gaya gravitasi. Jatuhnya kerikil tersebut memicu organ saraf dan menimbulkan pusing.
Dibanding dengan teori cupulolithiasis teori ini lebih dapat menerangkan keterlambatan "delay"
(latency) nistagmus transient, karena partikel butuh waktu untuk mulai bergerak. Ketika
mengulangi manuver kepala, otolith menjadi tersebar dan semakin kurang efektif dalam
menimbulkan vertigo serta nistagmus. Hal inilah yag dapat menerangkan konsep kelelahan
"fatigability" dari gejala pusing.
Tabel 3. Kriteria Diagnosis Untuk Vertigo Vestibular dan BPPV3
Vertigo vestibular ( salah satu kriteria ini harus ada)
1. Vertigo rotasional spontan
2. Vertigo posisional
3. Recurrent dizziness dengan mual, dan osilopsia atau imbalans.
BPPV ( A-D harus ada)
A. Vertigo vestibular rekuren
B. Durasi serangan selalu kurang dari 1 menit
C. Gejala bisa diprovokasi oleh perubahan posisi kepala :
Dari duduk ke telentang
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat muncul pada pasien vertigo berupa adanya peningkatan
resiko terjadinya cedera fisik. Hal tersebut diakibatkan karena pada pasien dengan vertigo
ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis),
sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri ataupun berjalan dan
meningkatkan resiko terhadap cedera oleh karena terjatuh.
Tatalaksana
Non-Medikamentosa
Terapi nonmedikamentosa yang dapat diberikan pada pasien vertigo biasanya berupa
terapi rehabilitasi vestibular (vestibular rehabilitation therapy/VRT. VRT merupakan terapi fisik
untuk menyebuhkan vertigo. Tujuan terapi ini adalah untuk mengurangi pusing, meningkatkan
keseimbangan, dan mencegah seseorang jatuh dengan mengembalikan fungsi sistem vestibular.
Pada VRT, pasien melakukan latihan agar otak dapat menyesuaikan dan menggantikan penyebab
vertigo. Keberhasilan terapi ini bergantung pada beberapa faktor pasien yang meliputi usia,
fungsi kognitif (memori, kemampuan mengikuti pentunjuk), kemampuan kordinasi dan gerak,
dan kesehatan pasien secara keseluruhan (termasuk sistem saraf pusat), serta kekuatan fisik.
Dalam VRT, pasien yang datang ke dokter, akan menjalani beberapa latihan yang akan melatih
keseimbangan dalam tingkat yang lebih tinggi, meliputi gerakan kepala, gerakan mata, dan
berjalan.
Menurut Akademi Neurologi Amerika (American Academy of neurology) metode yang
paling efektif untuk BPPV yang disebabkan oleh kristal kalsium di telinga bagian kanal posterior
adalah menggunakan teknik reposisi kanalit (canalith repotitioning) atau Epley Manuever. Pada
prosedur ini, dokter akan meminta pasien untuk menggerakkan kepala dan tubuh. Kemudian
kristal kalsium akan keluar dari kanal posterior, dan masuk ke dalam kanal telinga bagian dalam
yang selanjutnya akan diabsorbsi oleh tubuh. Pada terapi ini, pasien digerakkan dalam 4 langkah,
dimulai dengan posisi duduk dengan kepala dimiringkan 45o pada sisi yang memicu, kemudian
dilakukan beberapa langkah dibawah ini:
Pasien diposisikan sama dengan posisi Hall-pike sampai vertigo dan nistagmus mereda.
Kepala pasien kemudian diposisikan sebaliknya, hingga telinga yang terkena berada di
atas dan telinga yang tidak terkena berada di bawah.
Seluruh badan dan kepala kemudian dibalikkan menjauhi sisi telinga yang terkena pada
posisi lateral dekubitus, dengan posisi wajah menghadap ke bawah.
Langkah terakhir adalah mendudukkan kembali pasien dengan kepala ke arah yang
berlawanan pada langkah
Medikamentosa
Terapi medikamentosa yang dapat diberikan pada pasien vertigo perifer (BPPV) pada
umumnya bersifat simptomatik untuk mengurangi keluhan pasien, yaitu:18
Antihistamin
Ada beberapa obat antihistamin yang mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang
dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin.
Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti-kolinergik di susunan
saraf pusat. Mungkin sifat anti-kolinergik ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat
antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo
yang berat efek samping ini memberikan dampak yang positif.
Dimenhidrinat (Dramamine) memiliki lama kerja sekitar 4-6 jam dan dapat diberi per
oral atau parenteral melalui suntikan intramuscular dan intravena. Obat ini diberikan dengan
dosis 25 mg 50mg (1 tablet), 4 kali sehari, dan dapat menyebabkan efek samping berupa
mengantuk.
Difhenhidramin Hcl (Benadryl) memiliki lama kerja yang sama dengan dimenhidrinat,
diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga
diberikan parenteral. Efek samping yang ditimbulkan berupa rasa kantu.
Betahistin merupakan suatu analog histamin dapat digunakan untuk meningkatkan
sirkulasi ditelinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping
betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali rash di kulit.
Antagonis Kalsium
Obat golongan antagonis kalsium dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat
antagonis kalsium, seperti cinnarizine (stugeron) dan flunarizine (sibelium) sering digunakan.
Obat ini merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung
banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti
anti kolinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi
vertigo belum diketahui.
Cinnarizine (Stugerone). Obat ini mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular serta
dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis yang diberikan biasanya
15 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping yang ditimbulkan berupa rasa
mengantuk (sedasi), rasa lelah, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan rash pada kulit.
Fenotiazin
Kelompok obat ini mempunyai sifat anti emetik yang efektif untuk nausea yang
diakibatkan oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
Promethazine (Phenergan) merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif
mengobati vertigo. Lama kerja obat ini ialah 4 6 jam, diberikan dengan dosis 12,5 mg
25 mg (1draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atauintravena).
Efek samping yang sering dijumpai ialah sedasi, sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih
sedikit dibanding obat fenotiazin lain.
Klorpromazin (Largactil) memiliki lama kerja sekitar 20-30jam, biasanya pada penderita
dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral.
Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) - 50 mg, 3 4 kali sehari.Efek samping ialah sedasi dan
efek ekstrapiramidal.
Simpatomimetik
Obat ini dapat digunakan untuk menekan gejala vertigo. Obat simpatomimetik yang biasa
digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.
Efedrin memiliki lama kerja sekitar 4 6 jam, dengan dosis 10 -25 mg, 4 kali sehari.
Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya. Efek
samping yang biasa timbul ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi
gelisah/gugup.
Antikolinergik
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem vestibular dan
dapat mengurangi gejala vertigo.
Skopolamin mempunyai khasiat sinergistik dan dapat dikombinasi dengan efedrin. Dosis
skopolamin yang biasa digunakan yaitu 0,3 mg 0,6 mg, 3 4kali sehari.
Prognosis
Prognosis dari vertigo umumnya baik, tergantung pada penyebab dan bagaimana respon
tubuh terhadap terapi yang diberikan. Pada serangan vertigo berat dan tidak responsif terhadap
pengobatan, prognosisnya cenderung lebih buruk, terutama pada pasien lansia. Selain itu, adanya
gangguan pada vestibuler perifer dapat menyebabkan hilangnya pendengaran secara progresif.
Kesimpulan
Vertigo merupakan sekumpulan gejala yang ditandai dengan adanya sensasi gerakan atau
berputar, yang sering dijelaskan sebagai perasaan kehilangan keseimbangan. Berdasarkan
penyebabnya, vertigo diklasifikasikan menjadi dua katagori yaitu vertigo sentral dan vertigo
perifer. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan penyebab utama vertigo
perifer. Onsetnya lebih seriang terjadi pada lansia dan disebabkan oleh pergerakan otolith dalan
kanalis semisirkularis pada telinga dalam. Prevalansi angka kejadian vertigo, terutama BPPV di
Amerika Serikat adalah 64 dari 100.000 orang dengan kecenderungan terjadi pada wanita (64%).
Gejala klinis yang ditimbulkan dapat berupa rasa berputar atau obyek sekitarnya
bergerak/berputar saat kepala bergerak atau saat terjadi perubahan posisi, terdapat nistagmus,
gangguan pendengaran dan penglihatan, serta keluhan penyerta lain seperti mual-muntah dan
ketidakseimbangan tubuh. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan diantaranya pemeriksaan
neurologis seperti tes Romberg, past pointing test, Dix-Hallpike manoeuvre, tes kalori, dan
pemeriksaan pendengaran. Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan neurofisiologi seperti elektronistagmografi (ENG),
audiometri, dan lain-lain. Tatalaksana untuk vertigo dapat dilakukan secara simptomatik dengan
obat-obatan tertentu sesuai keluhan pasien dan dapat juga dilakukan terapi fisik, yaitu Epley
Maneuver untuk membantu mengurangi keluhan.
Daftar Pustaka
1. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Ed 3. Jakarta: EGC; 2009. h.378.
2. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Diagnosis dan tatalaksana penyakit saraf.
Jakarta: EGC; 2009. h.111-4.
Stepping
Test.
Diunduh
tanggal
14
April
2016
dari
http://neurologicaltx.medicalph.com.
6. Tendem
Gait
Test.
Diunduh
tanggal
14
April
2016
dari
http://sportsconcussionaustalasia.com.
7. Dix-Hallpike Manoeuvre. Diunduh tanggal 14 April 2016 dari http://medscape.com.
8. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Kedokteran klinis. Ed 6. Jakarta: Erlangga; 2005.
h.10-2.
9. Tes Rinne dan Tes Weber. Diunduh tanggal 14 April 2016 dari http://user.medunigraz.at.
10. Perbedaan pemeriksaan pendengaran. Diunduh tanggal 13 Januari 2015 dari
http://clinicaljunior.com.
11. Bashiruddin J, Hadjar E, Alviandi W. Buku ajar telinga, hidung, tenggorok. Ed 6. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2008. h. 94-101.
12. Anatomi Alat Keseimbangan Tubuh. Diunduh tanggal 14 April
2016 dari
http://biologisel.com.
13. Ginsberg L. Neurologi. Ed 8. Jakarta: Erlangga; 2007. h.36-8.
14. Gruendemann BJ, Fernsebner B. Buku ajar perioperatif. Jakarta: EGC; 2006. h.69.
15. Antunes MB. CNS Causes of Vertigo. WebMD LLC. 10 September 2009. Diunduh
tanggal 14 April 2016 dari http://emedicine.medscape.com.
16. Turner B, Lewis NE. Symposium neurology: Systemic approach that needed of estabilish
of vertigo. The Practitioner September 2010 254 (1732): 19-23.
17. Epley Maneuver. Diunduh tanggal14 April 2016 dari http://medicastore.com.
18. Kee JL, Hayes ER. Farmakologi. Jakarta: EGC; 2005. h.515-9.