I.PENDAHULUAN
Pada tahun 1720, seorang ahli anatomi berkebangsaan Jerman,
Abraham Vater, mendeskripsikan anatomi normal dan abnormal dari
duktus
biliaris.
Pada
tahun1852,
Douglas,
pertama
kali
Terdapat
beberapa
teori
berkenaan
Gambar 1.
Konsentrasi
yang
tinggi
dari
enzim
pankreas
sering
kista
duktus
koledokus,
mukosa
duktus
biliaris
Gambar 2.
IV.KELAINAN PENYERTA
Kelainan pada pertemuan duktus pankreatikobiliaris sering dijumpai.
Hilar duct strictures dapat dijumpai pada kista tipe IV. Todani et al,
1998, melaporkan terdapat18 kasus dengan hilar duct stricture dari 55
pasien dengan kista tipe IV. Kelainan lain yang dilaporkan yaitu duktus
biliaris ganda, duplikasi kandung empedu danagenesis kandung
empedu.
Terjadinya
malformasi
diluar
kandung
empedu
jarang
yaitu
anomali pada
traktus
urinarius
(Dudin
et
VI.PRENATAL DIAGNOSIS
Kista duktus koledokus dapat terdeteksi secara rutin dengan
pemeriksaan prenatal ultrasonografi yang dilakukan pada minggu ke
15 kehamilan (Schroeder et al., 1989;Bancroft et al ., 1994; Stringer et
al., 1995; Redkar et al ., 1998). Kista mungkin sulit dibedakan dengan
atresia duodenum, kista ovarium ataupun kelainan lain. Kista ini dapat
terlihat secara tipikal, tetapi tipe dari kista tidak dapat ditentukan.
Menurut Redkar, MacKenzie dan kolega, walaupun maternal
ultrasonografi berguna, tetapi tidak akurat dan tidak dapat diandalkan
dalam membedakan kista duktus koledokus dengan malformasi yang
terjadi padi traktus biliaris. Tetapi bagaimanapun juga, apabila terdapat
kecurigaan akan diagnosis kista duktuskoledokus, harus dilakukan
ultrasonografi
koledokus
postnatal.
dapat
Apabila
dibuktikan,
kecurigaan
maka
dilakukan
akan
kistaduktus
penatalaksanaan
sehubungandengan diagnosis.
VII.PRESENTASI KLINIS
Kista duktus koledokus dapat terlihat pada semua usia, tetapi lebih dari
setengahnya pertama kali terlihat pada dekade pertama kehidupan.
Manifestasi klinis akan berbeda sesuai dengan usia pada saat
permulaan gejala. Gejala pada pasien dengan kista duktus koledokus
dapat diklasifikasikan menjadi gejala pada anak bayi dan pada anak
yang lebih besar. Pada bayi, dengan rentang usia 1 sampai 3 bulan,
gejala yang muncul adalah obstruktif jaundice, feses yang akholis, dan
hepatomegali. Tampilan klinis pada kelompok ini tidak dapat
dibedakan dari atresia biliaris. Kadang-kadang disertai juga dengan
fibrosis hati. Pasien pada kelompok ini tidak harus terdapatgejala nyeri
pada abdomen ataupun massa pada abdomen.
Pada kelompok umur yang lebih besar, biasanya manifestasi klinis
akantampak pada anak setelah usia 2 tahun. Pada anak yang lebih
besar, gejalanya dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu massa
pada perut kanan atas dengan jaundice intermittent karena obstruksi
biliaris, yang umumnya dijumpai pada pasien dengan kista duktus
koledokus sakuler, dan nyeri perut akibat pankreatitis, yang biasanya
tampak pada bentuk yang fusiform. Pada kelompok umur ini, classic
triad berupa nyeri perut, terabanya massa, dan jaundice yang
dikemukan oleh Alonso-Lej dan kolega biasanya dijumpai. Karena
obstruksi yang terjadi pada kelompok umur inihanya parsial, maka
gejala bersifat intermiten.
Rekuren kolangitis dapat menjadi ciri dari gejala kista duktus
koledokus pada anak yang lebih besar. Bagaimanapun, sangat penting
ditekankan bahwa gejala pada anak yang lebih besar sering tidak ketara
dan bersifat intermitan, sehingga sering tidak terdiagnosis, yang
mengakibatkan kerusakan hati yang terus berlanjut, sehingga pasien
biasanya datang dengan kondisi sirosis hati dan manifestasi hipertensi
portal.
Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan presentasi klinis
gejala berdasarkan usia dari penelitian yang dilakukan di the Academic
Hospital of the Vrije Universiteit Medical Center, Amsterdam, the
Netherlands. Pada penelitian ini dapatterlihat bahwa nyeri perut
merupakan gejala tersering (76%), dengan insidensi terbanyak terjadi
pada Grup C (kelompok usia >16 tahun). Jaundice merupakan
gejalayang paling sering terjadi pada kelompok A (kelompok usia <2
tahun)
VIII.DIAGNOSIS
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak mampu untuk menegakkan diagnosis
dari kistaduktus koledokus, tetapi dapat menggambarkan kondisi klinis
dari pasien. Oleh karena gejala tersering adalah jaundice, hasil
laboratorium
terpenting
adalah
conjugated
hiperbilirubinemia,
menggambarkan
ukuran,
bentuk,
duktus
proksimal,
transhepatic
cholangiography
retrogradecholangiopancreatography
gambaran
yang
akurat
(ERCP)
darisistem
dan
dapat
endoscopic
memeberikan
pancreaticobiliary.
Tetapi,
resonance
cholangiopancreatography
(MRCP)
dapat
IX.PENATALAKSANAAN
Eksisi kista merupakan terapi definitif yang terpilih untuk kista duktus
koledokus karena tingginya morbiditas dan tingginya resiko terjadinya
karsinoma setelahdrainase interna. Bervariasi pendekatan telah
diusahakan sejak dahulu untuk penanganan pembedahan mulai dari
bahwa
choledochocystoduodenostomy
sebagai
X.TEKHNIK OPERASI
Posisi pasien supine diatas meja operasi. Dilakukan insisi subcostal
kanan yang dapat diperlebar kemudian. Bila dibandingkan dengan tipe
kista yang fusiform, biasanya terjadi adesi antara tipe kista yang kistik
dengan struktur disekitarnya seperti vena porta dan arteri hepatika,
terutama pada anak yang lebih tua. Dilakukan insisi transverse pada
dinding anterior kista, akan tampak dinding posterior kista dari dalam,
sehingga kista dapat dibebaskan dari jaringan sekitarnya termasuk vena
porta dan arteri hepatica.
Gambar 10.
Gambar 11
junction
(gambar
12).
Setelah
dilakukan
redundansi
Roux
limb.
Kami
merekomendasikan
limb, situasi yang kami temui pada satu pasien yang dioperasi ditempat
lain.
XI.KOMPLIKASI
Dari beberapa literatur disebutkan dapat terjadi komplikasi pasca eksisi
kista baik awal maupun lanjut seperti cholangitis, pembentukan batu,
striktur anatomosis, pancreatitis, disfungsi hepar dan keganasan.
Fenomena pembentukan batu setelah operasi pertama kali diungkapkan
olehTsuchida et al. Uno dan kawan-kawan, pada penelitiannya tentang
batu intrahepatik yang terjadi setelah eksisi kista, menerangkan bahwa
selalu terjadi striktur sebagaikejadian awal. Cetta juga melaporkan
bahwa stasis dari bile akibat striktur dari duktus merupakan kejadian
yang
mendahului,
bukan
mengikuti,
untuk
terbentuknya
ke
arah
malignansi.
Pankreatitis
akut
Daftar Pustaka
1. Oneill JA. Choledochal Cyst. Dalam: Grosfeld JL, ONeill JA,
Coran AG, FonkalsrudEW, Pediatric Surgery. Edisi ke-6.
Philadelphia: Mosby Elsevier; 2006. h. 1620-31.
2. Stringer MD. Choledochal cys. Dalam: Surgery Of The Liver
Bile Ducts and Pancreasin Children. Edisi ke-2. London:
Elsevier Saunders; 2002. h. 149-64.
3. Yamataka Y, Yoshifumi Kato, Miyano T. Dalam: Ashcrafts
Pediatric Surgery. Edisike-5. Philadelphia: Elsevier Saunders;
2010. h. 566-73.
4. By J.S. de Vries, S. de Vries, D.C. Aronson, et al. Choledochal
Cysts: Age of Presentation, Symptoms, and Late Complications
Related to Todanis Classification. JPediatr Surg 2002;37:156873.
5. Shigeru O, Shigesa F, et al. Long-term outcomes after
hepaticojejunostomy for choledochal cyst: a 10- to 27 year
follow up. J Pediatr Surg 2001; 45: 1617-22.
6. Long Li, Atsuyuki Yamataka. Ectopic Distal Location of the
Papilla of Vater inCongenital Biliary Dilatation: Implications
for Pathogenesis. J Pediatr Surg 2010; 36:376-78
7. Matos C, Nicaise N et al. Choledochal cyst: comparison of
findings
retrograde
atcholangiopancreatography
and
cholangiopancreatography
endoscopic
ineight