Anda di halaman 1dari 4

SEPAK TERJANG

Prof Dr H Priyatna Abdurrasyid, SH, Ph.D, FCBArb


Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia

Nyumbang Silakan,

Intervensi Jangan
Dijumpai di kantornya di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Prof
Dr H Priyatna Abdurassjid, SH, Ph.D, FCBArb, Ketua Badan Arbitrase
Nasional Indonesia (BANI), menyambut ramah INTEGRITAS. Ruang
kerjanya dihiasi sejumlah penghargaan dari dalam dan luar negeri.
INTEGRITAS - Juni 2013

85

SEPAK TERJANG
Dijumpai di kantornya di Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan, Prof Dr H
Priyatna Abdurassjid, SH, Ph.D, FCBArb,
Ketua Badan Arbitrase Nasional
Indonesia (BANI), menyambut ramah
INTEGRITAS. Ruang kerjanya dihiasi
sejumlah penghargaan dari dalam dan
luar negeri.
SEKILAS tentang perjalanan hidupnya,
pada masa perjuangan kemerdekaan
Priyatna adalah Tentara Pelajar
Indonesia. Setelah berhenti sebagai
tentara pelajar, ia direkrut jadi jaksa.
Pada masa pemerintahan Soeharto ia
dipercaya menjadi Wakil Jaksa Agung.
Namun, dia mengundurkan diri karena
tak mau berkompromi dalam kasus
korupsi di Pertamina. Sebab, Soeharto
tak suka kasus itu dibongkar.
Priyatna--yang
pada
1955-1966
menjadi jaksa tentara, dengan pangkat
mayor tituler--pernah menyelamatkan
orangtua Prabowo Subianto, Ketua
Dewan Pembina Partai Gerindra.
Ceritanya, ketika suhu politik sedang
panas ia dipanggil oleh Bung Karno dan
diperintahkan menangkap ayahanda
Prabowo, begawan ekonomi Sumitro
Djojohadikusumo, dan temannya
Mohammad Natsir.
Kenapa harus ditahan, Pak?
Ditanya begitu, Bung Karno marah.
Pokoknya tahan saja.
Tak lama kemudian Priyatna berangkat
ke rumah Natsir.
Apakah Bapak ada? tanya Prijatna
kepada istri Natsir.
Bapak tak ada, sedang ke Padang.
Dalam hati Priyatna bersyukur. Setelah
itu ia ke rumah Sumitro, ternyata
Sumitro ada.
Presiden
memerintahkan
menahan Anda.

saya

Kenapa mau menahan saya, jawab


Soemitro.
Anda mau ditahan tidak?
Tidak.

86

INTEGRITAS - Juni 2013

Ya, sudah kalau begitu, Anda kabur


saja.
Lho, kok Anda nyuruh saya kabur.
Ya, sudah, Anda kabur saja.
Kemudian Soemitro ia bawa ke Pantai
Anyer untuk melarikan diri. Sejak saat
itulah hubungan saya dengan keluarga
Prabowo terjalin baik, kenangnya,
tertawa.
Modal Sendiri
Pembentukan BANI awal 1977
diprakarsai oleh Prof R Soebekti,
SH, Haryono Tjitrosoebono, SH, AJ
Abubakar, SH, dan Priyatna (yang
waktu itu masih menjabat Jaksa
Agung). Mereka bersepakat BANI harus
independen, tanpa dukungan dan
bantuan pihak mana pun.
Saya juga masih ingat, awal
pembentukan BANI kan perlu uang
operasional. Jadi ,lumayanlah uang
tabungan yang saya simpan selama
ini saya sumbang sekitar 75 juta, Pak
Haryono habis sekitar 100 juta, juga
teman-teman pendiri lainnya, tutur
Priyatna, lagi-lagi diiringi tawa.
Uang yang sudah terkumpul kemudian
digunakan untuk menyewa kantor
dan biaya operasional. Setelah satu
tahun berjalan, ternyata BANI belum
mendapat respons. Namun, Priyatna
dan kawan-kawan tetap teguh dan
tidak mau tergantung kepada pihak
mana pun.
Kalau ada yang ingin menyumbang,
silakan saja. Tapi jangan coba-coba
setelah mereka menyumbang ternyata
membawa kepentingan terselubung
dan mau mengintervensi BANI, pasti
kami tolak. Karena, lembaga yang
kami dirikan ini memang ingin berdiri
mandiri, ujarnya.
Sejak berdiri, BANI tak ingin berorientasi
bisnis, apalagi dengan beriklan di media
massa. Selain itu, BANI juga tak boleh
menawarkan diri kepada perusahaan
yang sedang bersengketa dan meminta
sumbangan. Itu haram karena kode etik
BANI tak mengajarkan seperti itu.

Tujuan BANI adalah menciptakan


lembaga arbitrase yang profesional
dalam
penyelesaian
sengketa
perusahaan. BANI kurang populer
karena BANI memang tak perlu
popularitas.
Kalau BANI ingin populer dengan cara
pemasangan iklan di berbagai media,
itu melanggar kode etik BANI. Sebab,
penyelesaian sengketa perusahaan
juga sifatnya rahasia, dari awal sampai
selesai persidangan. Lalu BANI dikenal
lewat cara apa? BANI dikenalkan ke
publik itu lewat acara diskusi, seminar,
dan wawancara, jelasnya.
Tidak Pasang Tarif
Priyatna menjelaskan, setiap menangani
sengketa BANI tidak menentukan tarif
atau bertanya perihal nilai nominal
sengketa
perusahaan.
Namun,
dalam tahap awal penyelesaian pasti
ditanyakan tingkat kesulitan sengketa
perusahaan itu. Sebelum sengketa
diputus dalam sidang, hakim BANI
selalu merekomendasikan jalan damai
mengingat pengusaha tidak suka
bersengketa.
Ia punya pengalaman. Ada dua
perusahaan
yang
bersengketa
tentang uang satu miliar dolar. Kedua
perusahaan itu juga menjadi pemohon
sidang. Lalu kedua belah pihak
yang bersengketa ditawarkan jalan
damai. Beberapa minggu kemudian
persoalannya selesai. Lantas, ada
yang bertanya, Prof, berapa biaya
operasional yang kami berikan Anda?
Saya jawab, 3.000 dolar saja. Mereka
kaget. Itu juga hanya ganti biaya pulsa
telepon saja, biaya lainnya tak usah
terlalu dipikirkan, tuturnya.
Jadi,
menurut
Prijatna,
dalam
penyelesaian sengketa perusahaan
yang dilihat bukan segi materinya,
melainkan
tingkat
kesulitannya.
Jika sengketa gampang dan cepat
diselesaikan, itu lebih baik sehingga tak
memakan waktu dan tenaga.
Yang paling bikin saya kesal,
masih ada saja oknum pengacara

keputusan final yang mengikat para


pihak. Bila gagal, mereka dapat meminta
bantuan seorang atau beberapa orang
ahli yang mandiri untuk menetapkan
putusan final dan mengikat. Setelah
diputuskan siapa yang akan ditunjuk
untuk bertindak sebagai arbiter maka
sebelumnya harus dipastikan apakah
mereka menerima penunjukannya itu.
Perlu dipahami bahwa proses arbitrase
merupakan
suatu
kesepakatan
perseorangan dari para pihak untuk
menyerahkan sengketanya kepada
keputusan pihak ketiga anggota
majelis.

yang suka mempermainkan kasus


sengketa dengan mengulur waktu.
Tujuannya jelas, mencari keuntungan
materi dari sengketa, kata Prijatna,
kemudian menambahkan batas waktu
penyelesaian sengketa yang dilakukan
BANI hanya enam bulan dan biaya
persidangan terukur dan dilihat dari
kondisinya.
BANI pernah dipersoalkan oleh para
pengacara dan para notaris. Mereka
mengatakan, BANI dengan sengaja ingin
menghilangkan lahan tempat mereka
mencari rezeki. Kepada mereka Prijatna
menegaskan, BANI semaka sekali tak
pernah berniat seperti itu. Tapi, BANI
menawarkan alternatif penyelesaian
sengketa di luar pengadilan. Sebab,
biasanya
penyelesaian
sengketa
perusahaan di pengadilan lama sekali.
Makanya, BANI ada untuk menawarkan
penyelesaian sengketa dengan cepat
karena pengusaha tak ingin lama-lama
menyelesaiakan masalah.
Berkat komitmen yang kuat, pengurus
dan anggota BANI saat ini sering
diundang acara forum arbitrase
dunia dan banyak mengukir prestasi,
sampai Bank Dunia menghormatinya.
BANI sudah memiliki banyak cabang
di berbagai daerah, juga bekerja
sama dengan 11 negara, melakukan
pertukaran arbiter. Banyak arbiter dari

luar negeri ingin mendaftar ke BANI tapi


belum waktunya menerima mereka.
Bisa Sidang di Mana Saja
Cara sidang penyelesaian sengketa yang
dilakukan BANI tidak formal seperti
di pengadilan. Di lokasi mana pun,
sidang BANI dapat digelar. Priyatna
menjelaskan, para pihak diharapkan
menyepakati seorang arbiter tunggal.
Andaikata ini tidak dimungkinkan maka
masing-masing memilih seorang arbiter
dan kedua arbiter tersebut memilih
arbiter ketiga karena akan sangat
bijaksana membentuk majelis dengan
suatu jumlah ganjil sehingga dengan
demikian mencegah situasi yang dapat
mengakibatkan kesulitan pada saat
akhir menetapkan putusan.
Para arbiter harus mampu memahami
permasalahan teknis dan bentuk
sengketanya, juga harus memiliki
pemahaman yang memadai mengenai
hukum dan tata caranya agar dapat
mengambil putusan berdasarkan
hukum yang disepakati.
Bilamana diputuskan oleh para pihak
bahwa majelis terdiri dari dua arbiter
maka sebaiknya atas kesadarannya
menetapkan orang ketiga sebagai
arbiter. Majelis yang dibentuk
diwajibkan dapat menghasilkan suatu

Kesepakatan seperti itu perlu didukung


oleh hukum yang berlaku dan
ditinjau dari segi peraturan lain yang
disepakati. Dukungan yang diberikan
baik oleh undang-undang maupun
oleh peraturan yang berlaku ini dalam
rangka memantapkan wewenang
arbiter yang dalam kerjanya tidak
dapat dicampuri oleh pengadilan,
tanpa alasan hukum, dalam hal ini
para pihak yang bersengketa dapat
pula menambah wewenang arbiter
menjalankan tugasnya.
Ada bentuk formulir yang diperlukan
untuk
menetapkan
wewenang
arbitrator,
yang berbunyi, Bila
terjadi sengketa, para pihak sepakat
untuk menyerahkan sengketa kepada
Badan Arbitrase Nasional (BANI) dan
menerapkan
ketentuan-ketentuan
BANI. Dalam rangka usaha penyelesaian
wewenang diberikan kepada arbiter
yang disepakati oleh para pihak diberi
hak penuh untuk memutus sengketa
secara final dan mengikat.
Setelah disepekati bahwa telah terjadi
suatu sengketa maka langkah berikutnya
adalah bagaimana mengatasinya.
Kiat-kiat dalam mengambil putusan
dapat disepakati, misalnya,
para pihak mengupayakan bantuan
dari seorang pengacara yang bertugas
mendampinginya
dalam
proses
arbitrase.
Setelah mempelajari dokumentasi dan
bukti-bukti yang ada para pengacara
akan mengambil sikap untuk menasihati

INTEGRITAS - Juni 2013

87

SEPAK TERJANG

kliennya apakah ada peluang hukum


demi suksesnya dalam mengupayakan
pembelaannya.
Dari isi perjanjian akan tampak
apakah para pihak telah sepakat
menyelesaikan sengketanya melalui
arbitrase.
Andaikata
sengketa
ditetapkan berada dalam yurisdiksi
arbitrase yang mengikat kedua belah
pihak maka secara hukum sengketanya
harus diserhakan kepada arbiter yang
ditunjuk oleh para para pihak sendiri
atau oleh lembaga arbitrase.
Bilamana salah satu pihak sudah
terlanjut menyerahkan sengketanya
ke pengadilan, maka pengadilan
berdasarkan
permohonan
pihak
lain, harus menolaknya. Ketentuan
ini dapat dilihat pada Pasal 3 UU
Arbitrase 1999 yang berkata, bahwa
Pengadilan Negeri tidak berwenang
untuk mengadili sengketa para pihak
yang telah terikat dalam perjanjian
arbitrase. Penyelesaian sengketa
dapat dimulai pada setiap saat mulai
dari saat sengketa itu timbul sampai
pada saat sebelum arbiter memberikan
keputusannya.
Adalah jauh lebih baik untuk
mempertimbangkan
penyelesaian
sengketa sesegera mungkin daripada
mengulur-ulur
tanpa
kepastian.
Arbitrase biasa dipilih oleh para
pengusaha untuk penyelesaian sengketa
komersialnya karena memiliki beberapa
kelebihan dan kemudahan, antara lain,

88

INTEGRITAS - Juni 2013

para pihak yang bersengketa dapat


memilih para arbiternya sendiri dan
proses majelis arbitrase konfidensial
kerahasiaan terjamin.

hukum kelautan negara kita, yang


dikenal dengan Deklarasi Juanda
(1957) . Betapa hebatnya para
pemimpin bangsa Indonesia waktu itu.

Khusus dalam arbitrase internasional,


menciptakan tata cara penyelesaian
sengketa komersial secara damai
(arbitrase) adalah akibat dari, antara
lain, para pihak ragu mengajukan
sengketanya di peradilan nasional pihak
lawan sengketa.

Yang membuat Amerika Serikat atau


Inggiris hebat adalah karena kita sendiri
yang membangun paradigma bahwa
mereka bangsa yang hebat. Padahal,
bangsa kita sendiri pun sangat hebat.

Apakah putusan arbitrase internasional


berkaitan dengan sengketa yang
melibatkan pihak Indonesia dapat
diajukan banding atau kasasi? Ia
berpendapat, selama ini masih
banyak hakim kita yang lemah dalam
memahami hukum internasional.
Dalam sengketa tingkat internasional
pun pemerintah lebih mempercayai
arbitrase maupun pengacara asing
yang tidak tahu hukum Indonesia.
Herannya, tak satu pun yang pernah
menang, seperti kasus Bank Century.
Padahal, penyelesaian sengketa itu
berlandaskan hukum Indonesia. Selain
itu, banyak juga pengacara asing
melakukan praktik gelap atau tanpa izin
dan sok mengaku ahli hukum Indonesia.
Sebenarnya, masih banyak yang
berkualitas dibandingkan pengacara
asing itu, kata Priyatna.
Pada zaman Soekarno negara kita
bisa
memenangkan
persidangan
internasional tentang batas wilayah

Priyatna memberi contoh, dulu ia


berdebat tentang teori hukum dengan
pengacara asing. Ia berkata, Ah, saya
belum pernah mendengar teori kamu
itu.
Lho, kok Anda belum pernah
mendengar teori hukum yang saya
bicarakan? Padahal, teori hukum itu
saya dapat dari negeri Anda (Inggris).
Mendengar ucapan saya, pengacara itu
terdiam.
Lantas, apa sih prinsip utama Priyatna
dalam dunia kerja? Dia selalu
menghargai orang di sekitarnya.
Jangan pernah meremehkan orang
lain, ujarnya. Tidak mungkinlah saya
itu naik pangkat kalau tanpa dukungan
dari orang-orang sekitar saya. Jadi,
kalau ingin sukses dalam karier, kita
tak boleh memikirkan diri sendiri, tapi
harus saling membantu dan bekerja
sama dalam sebuah lingkungan kerja.
ANDREAS HUTAGALUNG

Anda mungkin juga menyukai