Pendahuluan
Miopia adalah penyakit mata yang sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat. Miopia
dapat terjadi karena bola mata yang terlalu panjang atau karena kelengkungan kornea yang
terlalu besar sehingga cahaya yang masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak
buram. Penderita penyakit ini tidak dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong dengan
menggunakan kacamata negatif (cekung).
Miopia (minus) dapat diklasifikasikan sebagai miopia simpleks dan miopia patologis.
Miopia simpleks biasanya ringan dan miopia patalogis hampir selalu progresif. Keadaan ini
biasanya diturunkan orang tua pada anaknya. Miopia tinggi adalah salah satu penyebab kebutaan
pada usia dibawah 40 tahun. Miopia tinggi adalah miopia dengan ukuran 6 dioptri atau lebih.
Penderita dengan minus diatas 6 dioptri mempunyai risiko 3-4 kali lebih besar untuk terjadinya
komplikasi pada mata.1
Pembahasan
Pasien anak perempuan umur 10 tahun datang dibawa oleh orang tuanya ke poli umum
Ukrida dengan keluhan kabur pada saat melihat jauh. Pasien sering memicingkan mata bila
melihat TV atau melihat obyek yang didepannya. Pasien juga sesekali mengucek kedua matanya,
tidak ada mata merah atau berair, tidak ada riwayat alergi. Pada pemeriksaan ketajaman
penglihatan, mata kanan 6/60 dan mata kiri 6/18, mata kanan dapat terkoreksi menjadi 6/6 tapi
mata kiri terkoreksi menjadi 6/10.
1.
Anamnesis
A. Menanyakan identitas pasien (nama, usia, pekerjaan, alamat)
Pada skenario yang didapat, pasien anak perempuan berusia 10 tahun.
B. Menanyakan keluhan utama
Keluhan utama pasien ini adalah pandangannya kabur saat melihat jauh.
C. Menanyakan riwayat penyakit sekarang termasuk:
-mengarahkan anamnesis lanjutan untuk menyingkirkan penyakit lain pada keluhan
utama
-mencari hubungan keluhan utama dengan penyakit lain
-penyakit herediter
Gangguan tajam penglihatan:
-Sejak kapan pasien mengalaminya? Progresivitasnya mendadak atau perlahan?
-Melihat saat ini seperti apa? Apakah seperti berkabut/berasap, silau saat melihat
cahaya, buram saat melihat jauh/dekat.
-Apakah lebih jelas saat melihat di tempat terang atau gelap
-Apakah pasien ada melihat seperti halo (lingkaran pelangi) di sekitar cahaya?
-Apakah disertai nyeri/sakit?
-Adakah rasa pegal setelah membaca dekat?
-Apakah sering melihat dobel pada saat kedua mata dibuka kemudian hilang jika
salah satu mata ditutup? Atau melihat dobel pada satu mata?
-Apakah melihat seperti bintik yang berterbangan?
-Apakah melihat seperti tertutup tirai & tampak kilatan cahaya
-Apakah ada keluhan mata merah atau berair?
D. Riwayat Penyakit Dahulu
-Menanyakan riwayat mata sebelumnya, apakah pernah menggunakan kaca mata?
-Apakah pernah menggunakan lensa kontak?
-Penggunaan obat-obatan mata seperti steroid
-Riwayat operasi mata
-Riwayat trauma mata
-Riwayat penyakit sistemik seperti DM, hipertensi, tiroid, TB.
-Riwayat alergi
E. Riwayat Penyakit Keluarga
-Riwayat penyakit mata pada anggota keluarga
2.
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Fisik mata
bersama.
Pemeriksaan kornea, normalnya kornea tampak halus dengan pantulan cahaya seperti
Pada
skenario
didapatkan hasil:
6/6. Visus OS 6/18
koreksi 6/10.
Tajam penglihatan dikatakan normal bila 6/6 atau 20/20, yang berarti 6m yang bisa dilihat oelh
pasien dan 6m yang bisa dilihat oleh orang normal.
Apabila pasien tidak dapat melihat huruf terbesar yang ada di Snellen Chart, maka
dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
Pasien diminta menyebutkan jari yang ditunjuk oleh pemeriksa mulai dari jarak 1m, 2m, 3m,
sampai maksimal 5m. Pemeriksaan dilakukan sampai jarak terjauh pasien dapat menyebutkan
jumlah jari pemeriksa dengan benar sampai jarak 1m, maka tajam penglihatan dinyatakan 1/60.
Apabila pasien tidak dapat melihat jari pemeriksa dari jarak 1m, dilakukan gerakan lambaian
tangan pada jarak 1m dari pasien. Jika pasien dapat melihat lambaian tangan, maka tajam
penglihatan dinyatakan 1/300. Apabila pasien tidak dapat melihat lambaian tangan pemeriksa,
mata pasien disinari dengan senter dari sisi atas, bawah, kiri, dan kanan di tempat yang gelap.
Jika pasien dapat menentukan arah sinar dengan benar maka dinyatakan 1/~ atau light
projection/LP proyeksi baik. Jika dapat melihat tetapi tidak dapat menentukan arah sinar dengan
benar dinyatakan 1/~ proyeksi salah. Jika tidak dapat melihat sinar sama sekali, maka dinyatakan
nol atau no light perception (NLP).
Uji Crowding Phenomena
Pasien diminta membaca huruf kaftu Snellen sampai huruf terkecil yang
dibuka satu per satu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan
pasien disuruh melihat sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam
penglihatan dari huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut adanya
-
3.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
1.
2.
3.
4.
Uji konvergensi
Uji tutup mata
Pemeriksaan refraksi2
4. Diagnosis kerja
Dari keluhan dan pemeriksaan yang didapat di skenario, diagnosis kerja kasus ini adalah
miopia. Pada miopia, panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau atau kekuatan
pembiasan media refraksi terlalu kuat. Sinar-sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata
tanpa akomodasi dibias di depan retina. Tajam penglihatan selalu kurang dari pada 5/5.
Menurut derajat beratnya miopia dibagi menjadi:
5.
Ambliopia
Ambliopia adalah berkurangnya tajam penglihatan yang terjadi karena tidak normalnya
perkembangan visus yang dialami sejak usia dini, yaitu sejak lahir hingga usia 10 tahun.
Kepekaan perkembangan yang abnormal dari visus terutama terjadi pada usia beberapa bulan
dan menurun sesudahnya, dapat mengenai 1 atau 2 mata, pada umumnya disebabkan oleh
pengenalan yang kurang terhadap bayangan detail terfokus.
Penyebab ambliopia yang tersering adalah strabismus di mana satu mata digunakan terus
menerus untuk fiksasi, sedang mata yang lain tidak digunakan. Pada strabismus yang alternating,
biasanya tidak ditemukan ambliopia. Penyebab yang kedua bisa karena gangguan refraksi
(anisometropia) tinggi, apabila gangguan refraksi ini tidak dikoreksi dengan lensa kaca mata.
Kelainan fiksasi juga bisa menjadi penyebab ambliopia misalnya pada nistagmus usia dini.
Ketiga kelompok penyebab ini disebut ambliopia fungsional yaitu secara anatomis tidak terlihat
kelainan pada masing-masing mata tetapi didapati gangguan fungsi penglihatan binokular.
Kekeruhan pada media lintasan visual, misalnya katarak pada bayi adalah penyebab ambliopia
yang sering tidak terlihat sampai timbulnya strabismus.
Hal yang sama dapat terjadi bila kita melakukan oklusi total pada salah satu mata
misalnya karena adanya ulkus kornea pada anak usia di bawah 6 tahun. Kelompok ini
digolongkan pada ambliopia ex-anopsia yaitu adanya gangguan penerusan sinar pada medi
lintasan visual, baik gangguan organik maupun gangguan karena penutupan total terlalu lama
pada anak usia dini.
Pada kelompok ambliopia fungsional dan ambliopia ex-anopsia keduanya dapat dicegah
dan atau diobati, misalnya dilakukan koreksj strabismus pada usia dini, koreksi kaca mata pada
anak usia di bawah 6 tahun, operasi katarak pada usia sedini mungkin, serta tidak melakukan
oklusi total mata pada anak usia kurang dari 6 tahun.
Kelompok lain ambliopia adalah ambliopia toksik, oleh karena obat-obatan atau
meminum minuman keras yang mengandung metil alkohol. Ambliopia pada keadaan ini adalah
permanen hingga timbul kebutaan.
Bila ambliopia ini ditemukan pada usia dibawah 6 tahun maka masih dapat dilakukan
latihan untuk perbaikan penglihatan makula.2
Terdapat beberapa tanda pada mata dengan ambliopia, seperti :2
-
6.
Etiologi
Penyebab miopia adalah sumbu mata (jarak kornea-retina) terlalu panjang yang
dinamakan miopia sumbu (miopia aksial). Bisa juga karena daya bias kornea, lensa atau akuos
humor terlalu kuat, yang dinamakan miopia pembiasan (miopia indeks). Penyebab myopia yang
lain antara lain:3
1.
Genetika (Herediter)
Penelitian genetika menunjukkan bahwa miopia ringan dan sedang biasanya bersifat
poligenik, sedangkan miopia berat bersifat monogenik. Penelitian pada pasangan kembar
monozigot menunjukkan bahwa jika salah satu dari pasangan kembar ini menderita
miopia, terdapat risiko sebesar 74 % pada pasangannya untuk menderita miopia juga
dengan perbedaan kekuatan lensa di bawah 0,5 D.
2.
Nutrisi
Nutrisi diduga terlibat pada perkembangan kelainan-kelainan refraksi. Penelitian di
Afrika menunjukkan bahwa pada anak-anak dengan malnutrisi yang berat terdapat
3.
4.
oleh
bagaimana
seseorang
menggunakan
penglihatannya, dalam hal ini seseorang yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan
komputer atau seseorang yang menghabiskan banyak waktunya dengan membaca tanpa
5.
disebabkan oleh kesulitan mata untuk memfokuskan cahaya dan membesarnya pupil, keduanya
karena kurangnya cahaya, menyebabkan cahaya yang masuk kedalam mata tidak difokuskan
dengan baik. Dapat juga terjadi keadaan pseudo-miopi atau miopi palsu disebabkan ketegangan
mata karena melakukan kerja jarak dekat dalam waktu yang lama. Penglihatan mata akan pulih
setelah mata diistirahatkan.3
7.
Epidemiologi
Di Indonesia sudah cukup banyak penderita miopia atau rabun jauh, hal ini dikarenakan
kebiasaan buruk yang sering kali dilakukan, ada pula karena faktor keturunan. Diperkirakan
penderita miopia atau rabun jauh antara 800 juta -2,3 milyar orang. Keturunan kulit hitam
biasanya bebas dari kelainan ini.4
Menurut National Eye Institute Study, miopia merupakan penyebab kelima tersering
yang mengganggu penglihatan dan merupakan penyebab kutujuh yang tersering kebutaan di
Amerika Serikat, sedangkan di Inggris merupakan penyebab kebutaan tersering.4
8.
Patofisiologi
Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih belum diketahui. Sama
halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini, seperti degenerasi
korioretina, ablasio retina dan glaukoma. Menurut perjalanan, miopia dikenal bentuk :2
1.
2.
3.
atau
miopia
mata
sampai
terbentuk
stafiloma
postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina.
Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi
ruptur membran Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya
neovaskularisasi subretina. Pada miopia dapat terjadi bercak Fuch berupa hiperplasi
pigmen epitel dan perdarahan, atrofi lapis sensoris retina luar, dan dewasa akan terjadi
degenerasi papil saraf optik.
9.
Gejala Klinik
Gejala yang biasanya timbul adalah penglihatan untuk melihat jauh itu kabur, sedangkan
untuk melihat dekat sangat jelas. Jika derajat miopinya terlalu tinggi, sehingga letak pungtum
remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu harus melihat dalam posisi
konvergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan (astenovergen). Mungkin juga posisi
konvergensi itu menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen (esotropia).
Gejala subjektif miopia antara lain :6
1.
Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka penderita miopia
hanya dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan pengglihatan jauh akan
2.
kabur.
Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari miopinya dapat
3.
disembuhkan.
Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk mendapatkan
4.
Miopia simpleks :6
Dimulai pada usia 7-9 tahun dan akan bertambah sampai anak berhenti tumbuh + 20
-
2.
tahun.
Berat kelainan refraktif biasanya kurang dari -5 D atau -6 D.
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar.
Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai
kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.
Miopia patologi :6
Miopia bertambah secara cepat (-4 Dioptri / tahun).
Biasanya terjadi bila miopia lebih dari -6 D.
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks.
Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada:6
makula.
Retina bagian perifer : berupa
perifer.
Seluruh
lapisan
fundus
yang
dan
retina.
ini maka
Akibat
bayangan
Cara optik
Cara operasi
Cara optik
Kacamata (Lensa Konkaf)
Koreksi miopia dengan kacamata, dapat
dilakukan dengan menggunakan lensa konkaf
(cekung/negatif) karena berkas cahaya yang
melewati suatu lensa cekung akan menyebar.
Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila bola mata terlalu
panjang seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan meletakkan lensa sferis
konkaf di depan mata. Lensa cekung yang akan mendivergensikan berkas cahaya sebelum masuk
ke mata, dengan demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke arah retina. Seorang dengan
miopia diberi lensa (S-) yang terkecil. Diberikan (S-) agar ia tanpa akomodasi dapat melihat
baik.7
Lensa kontak
Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea. Lensa ini tetap
ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara lensa kontak dan
permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak adalah menghilangkan hampir semua
pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea, penyebabnya adalah air mata mempunyai
indeks bias yang hampir sama dengan kornea sehingga permukaan anterior kornea tidak lagi
berperan penting sebagai dari susunan optik mata. Sehingga permukaan anterior lensa kontaklah
yang berperan penting.7
Cara operasi pada kornea
Ada beberapa cara, yaitu :7
-
Radikal keratotomy (dengan pisau) yaitu operasi dengan menginsisi kornea perifer
sehingga kornea sentral menjadi datar. Hal ini menyebabkan sinar yang masuk ke
Cara operasi di atas masih mempunyai kekurangan kekurangan, oleh karena itu para ahli
mencoba untuk mencari jalan lain yang dapat mengatasi kekurangan tersebut dengan jalan
mengambil lensa mata yang masih jernih (clear lens extraction/CLE).7
11.
Komplikasi
Apabila terdapat miopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain, dapat
terjadi ambliopia pada mata yang miopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan menggulir ke
temporal yang di sebut strabismus divergen (eksotropia). Komplikasi dari miopia yang sering
terdapat pada miopia tinggi berupa ablasio retina, perdarahan vitreous, katarak, perdarahan
koroid dan juling (strabismus) esotropia atau juling ke dalam biasanya mengakibatkan mata
berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling ke luar mungkin fungsi satu mata telah
berkurang atau terdapat ambliopia.5
12.
Pencegahan
Kebanyakan anak-anak miopia hanya dengan miopia tingkat rendah hingga menengah,
tapi beberapa akan tumbuh secara progresif menjadi miopia tinggi. Faktor resiko terjadinya hal
tersebut antara lain faktor etnik, refraksi orangtua, dan tingkat progresi miopia. Pada anak-anak
tersebut, intervensi harus diperhitungkan. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
miopia:4
1.
2.
3.
4.
5.
perih.
Hindari menonton TV terlalu dekat secara terus menerus.
Hindari memakai komputer dengan monitor terlampau dekat.
Sekali-sekali pandanglah ke tempat yang jauh. Cahaya atau pantulan cahaya pada
monitor juga dapat membuat mata terasa cepat lelah, kepala pusing, mata seperti orang
mengantuk. Bila perlu gunakan kaca pelapis untuk monitor komputer agar pantulan
6.
7.
8.
13.
Prognosis
Pada tingkat ringan dan sedang dari miopia simple prognosisnya baik bila penderita
miopia memakai kacamata yang sesuai dan mengikuti petunjuk kesehatan. Prognosis buruk pada
progresif miopia, terutama bila di sertai oleh perubahan koroid dan vitreus, sedangkan pada
miopia maligna prognosisnya sangat jelek.8
14.
Kesimpulan
Penderita miopi terlalu sering menggunakan akomodasi mata. M.ciliaris menjadi lebih
rigid, tonusnya meningkat dan fleksibilitasnya menurun, sehingga lambat laun panjang m.Ciliaris
semakin memendek. Selain itu, bentuk orbita dengan jarak superior dan inferior yang pendek
menyebabkan kecenderungan terjadinya miopi. Solusi bagi penderita miopi adalah mengurangi
konvergensi dengan menambahkan lensa cekung (minus) di depan mata. Penanganan penderita
anak-anak memerlukan perhatian khusus karena tujuan penanganannya berbeda dengan
penderita dewasa. Pada penderita dewasa, tujuan penanganan adalah mendapatkan visus terbaik
sedangkan pada anak ada dua tujuan : menghasilkan bayangan yang terfokus di retina dan
mendapatkan keseimbangan antara akomodasi dan konvergensi. Secara khusus, orang tua
penderita perlu mendapatkan edukasi tentang progresifitas alami miopia dan kemungkinan
perubahan resep kacamata yang cukup sering.
15. Daftar pustaka
1. Gleadle J. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005.h. 44.
2. Ilyas HS. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-4. Jakarta: FKUI; 2013.h. 14-21, 76-8, 245-6.
3. Ilyas HS. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Cetakan II.
Jakarta: FK UI; 2010.h. 46-7.
4. Rabun jauh (myopia). Diunduh dari: http://www.matarabun.com/rabun-jauh-myopia/. 17
Maret 2014. 07.12pm.
5. Miopia. Diunduh dari: http://eyescure.com. 17 Maret 2014. 07.36pm.
6. Ilyas HS. Penuntun ilmu penyakit mata, Cetakan I. Jakarta: FKUI; 2005.h. 65-6.
7. Hartono, Utomo PT, Yudono RH. Refraksi dalam: ilmu penyakit mata. Yogyakarta:
Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM: 2007.h. 185-7.
8. Ilyas HS. Dasar-dasar pemeriksaan mata dan penyakit mata. Cetakan I. Jakarta: FKUI;
2003.h.45.