Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP DASAR KONSELING


Guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konseling Agama
Agus Maemun, M.Pd

Oleh:
Angga Kusuma

1114500110

<<Anggota Dua>>

<<NPM>>

<<Anggota Tiga>>

<<NPM>>

Semester 4 A

YAYASAN PENDIDIKAN PANCASAKTI TEGAL

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
Jalan Halmahera KM. 1 (0283) 357122
2016

Kata Pengantar

Pertama dan yang utama, penulis memanjatkan puji dan syukur kepada
Allah Yang Maha Kuasa. Karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah di tentukan.
Penulis juga sangat berterima kasih kepada pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah,
Agus Maemun, M.Pd. Atas bimbingannya lah penulis dapat menulis makalah ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Konseling Agama. Berharap makalah ini dapat diterima, dan bermanfaat
bagi semuanya saja, tidak hanya kepada penulis tetapi kepada setiap individu yang
membacanya.
Tiada gading yang tak retak. Dari peribahasa itu, penulis menyadari
makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena memiliki banyak kekurangan
baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisan. Oleh sebab itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, mohon maaf dan terimakasih penulis
sampaikan.

Tegal, 5 April 2016

Penulis

Daftar Isi

Halaman Judul ...............................................................................................

Kata Pengantar ..............................................................................................

ii

Daftar Isi

.....................................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN

A.
B.
C.
D.

Latar Belakang .....................................................................................


Rumusan Masalah ................................................................................
Tujuan Pembuatan ...............................................................................
Manfaat ................................................................................................

BAB II

PEMBAHASAN

A. <<Sub Bab-1>> ...................................................................................


B. <<Sub Bab-2>> ...................................................................................
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan ..............................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah terlepas dari
berbagai masalah. Masalah yang menimpa manusia terkadang membuat
manusia menjadi frustasi, tak berdaya, nelangsa dan putus asa.Bahkan tak
jarang orang yang begitu banyak diterpa berbagai masalah hidup lebih
memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena tak kuasa
menghadapi masalah tersebut.Hal ini diakibatkan oleh tidak adanya
pengetahuan, ilmu, serta pengalaman, dalam menghadapi masalah.Oleh sebab
itu manusia harus mendapat bimbingan agar mampu membantu keluar dari
masalah yang sedang dihadapinya, termasuk bimbingan dalam hal
pendidikan.
Pendidikan yang bermutu (Syamsu dan Juntika, 2008:4) adalah yang
mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang
administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikuler, dan
bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling). Pendidikan yang hanya
melaksanakan bidang administratif dan pengajaran dengan mengabaikan
bidang bimbingan mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar
dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau
kematangan dalam aspek psikososiospiritual. Karena bidang pembinaan siswa
(bimbingan dan konseling) terkait dengan program pemberian layanan
bantuan

kepada

peserta

didik

(siswa)

dalam

upaya

mencapai

perkembangannya yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan


lingkungannya.Personil yang paling bertanggung jawab ini adalah guru
pembimbing atau konselor.Jadi, betapa pentingnya peranan bimbingan dan
konseling dalam pendidikan, sehingga kita harus tahu terlebih dahulu konsepkonsep dasar mengenai bimbingan dan konseling.

Namun disini, penyusun hanya akan mencoba menguraikan tentang


konsep-konsep dasar konseling tersebut. Sehingga mudah-mudahan akan
mempermudah pembaca dalam memahami konsep dasar konseling, serta
menerapkannya dalam pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Dengan merujuk pada latar belakang permasalahan yang telah
diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah konsep dasar dan pengertian konseling?
2) Bagaimanakah pendekatan yang dilakukan dalam konseling?
3) Bagaimanakah teknik-teknik dalam melaksanakan konseling?
C. Tujuan Pembuatan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini yakni sebagai berikut:
1) Mengetahui konsep dasar dan pengertian konseling
2) Mengetahui pendekatan konseling
3) Mengetahui teknik-teknik yang digunakan dalam melaksanakan
konseling.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konseling
Konseling itu berasal dari kata counsel, yang diambil dari bahasa
Latin yaitu counsilium yang artinya bersama atau bicara bersama. Yang
dimaksud bicara bersama disini yaitu pembicaraan antara konselor
(counselor) dengan seorang atau beberapa klien (counselee).

Konseling yang dulu disebut sebagai penyuluhan sekarang mulai


tidak diperdebatkan lagi maknanya. Dulu memang diperdebatkan, para pakar
menerangkan bahwa kata penyuluhan tidak lagi layak dipakai dalam era
sekarang. Andi menerangkan kedua istilah tersebut, bahwa yang lebih penting
adalah kesamaan persepsi akan makna yang terkandung dalam istilah itu.
Secara kronologis diterangkan oleh Shertzer dan Store, definisi
konseling sebagai berikut:
1) Definisi yang mula-mula, awal, memberi penekanan pada ha-ikhwal
(melakukan

penafsiran

fakta-fakta)

sedangkan

definisi

terbaru

menekankan pengalaman afektif ( memberi makna pribadi bagi tingkahlaku) disamping dimensi-dimensi kognitif.
2) Definisi-definisi awal menekankan konseling sebagai hubungan empatmata (satu-per-satu) sedangkan definisi mutakhir lazim mengacu pada
adanya lebih dari dua konseli.
3) Semua difinisi menegaskan bahwa konseling suatu proses. Proses
(sejumlah fenomena yang menunjukkan

perubahan terus-menerus

sepanjang waktu) menegaskan bahwa konseling bukanlah suatu kejadian


tunggal

melainkan

melibatkan

tindakan-tindakan

beruntun

dan

berlangsung maju-berkelanjutan ke arah suatu tujuan.


4) Difinisi umumnya menetapkan bahwa terjalin suatu saling-hubungan dan
bahwa hubungan itu ditandai oleh kehangatan, suasana pembolehan
(permissiveness), pemahaman, penerimaan, dan sebagainya.
5) Beberapa definisi melukiskan pula para partisipan; konselor sebagai
seorang profesional atau sebagai lebih dewasa atau sebagai lebih matang
atau memiliki pengetahuan khusus; klien sebagai bermasalah, mengalami
kecemasan, merasa terganggu, atau mengalami frustasi.

6) Sebagian besar definisi menunjukan bahwa pengaruh hasil, konseling


adalah peningkatan atau perubahan tingkah laku.1
Sumber lain menjelaskan (Menurut Geaffary, dalam situsnya) makna
konseling secara singkat:
1) Suatu hubungan saling membantu dimana dua orang:
seorang konselor dan seorang klien.
2) Bekerja sama dalam upaya membantu klien menolong
dirinya sendiri; menyelesaikan masalah-masalah tertentu
dalam hidupnya; lebih dapat mengerti dirinya; lebih dapat
menyesuaikan

dirinya;

berkomunikasi

secara

terampil

untuk mengenali hal-hal yang menjadi masalah bagi klien.


Nandang juga menyebutkan definisi atau pengertian
konseling, yaitu suatu hubungan antara pemberi bantuan
yang terlatih dengan seorang yang mencari bantuan yang
diberikan berupa keterampilan dan penciptaan suasana yang
membantu orang lain agar dapat belajar untuk berhubungan
dengan dirinya sendiri dan orang lain melalui cara-cara yang
lebih tumbuh dan produktif.
Sehingga dari berbagai pengertian konseling diatas
tahulah kita bahwa konseling adalah proses pemberian
bantuan yang diberikan oleh seorang yang profesional atau
ahli (konselor) kepada seorang yang membutuhkan bantuan
1 Andi Mappiare AT, Pengantar Konseling dan Psikoterapi Edisi Kedua,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 13-14.

(konseli/klien) dalam rangka mengentaskan masalah yang


dihadapi dan juga mengembangkan potensi-potensi yang ada
dalam diri konseli.
B. Tujuan Konseling
Krumboltz menjelaskan sendiri tujuan dari konseling, yaitu :
1.

Mengubah perilaku yang salah penyesuaian


Para ahli konseling dan psikoterapi berpandangan bahwa tujuan
konseling adalah mengubah tingkah laku klien yang salah penyesuaian
menjadi perilaku yang tepat penyesuaiannya. Seseorang yang salah
penyesuaian perlu mendapatkan konseling, jika tidak dibantu maka dapat
berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya.
Terkadang ada klien yang tidak dapat memahami diri dan perilakunya
sendiri, jika klien memang ingin penyesuaian yang baik maka klien harus
menyadari dan memiliki kemauan untuk berubah, agar proses konseling
dapat berjalan lancar.

2.

Belajar membuat keputusan


Dalam proses konseling juga harus belajar dalam membuat keputusan.
Memang tidak gampang dalam mengambil keputusan, tetapi klien harus
belajar dan berani dalam hal itu. Karena yang lebih tahu dan paham
tentang masalah tersebut adalah klien itu sendiri.
Setiap keputusan yang diambil pasti memiliki konsekuensi positif dan
negatif, menguntungkan dan merugikan, yang menunjang maupun yang

menghambat. Maka dari itu, dorongan dari konselor juga diperlukan


tetapi dengan risiko yang sudah dipertimbangkan sebelumnya sebagai
konsekuensi alamiah.
3.

Mencegah munculnya masalah


Mencegah munculnya masalah mengandung tiga pengertian, yaitu
mencegah jangan sampai mengalami masalah di kemudian hari,
mencegah jangan sampai masalah yang dialami bertambah berat atau
berkepanjangan, mencegah jangan sampai masalah yang dihadapi
berakibat gangguan yang menetap (Notosoedirdjo dan Latipun,1999)
Ketiga tujuan tersebut bersifat kontinum. Maksudnya bahwa

konseling tersebut dapat dicapai secara bertahap, dan pada akhirnya hendak
mencapai tujuan akhirnya. Karena tujuan akhir tidak akan tercapai jika tidak
melalui tujuan yang sebelumnya.

Nandang menyebutkan beberapa tujuan dari konseling yaitu:


perubahan perilaku, pengentasan

masalah, kesehatan mental, keefektifan

pribadi, pengambilan keputusan.


1) Perubahan perilaku
Seperti yang telah dikatakan oleh Carl Rogers sebagai tokoh humanistik
mengenai tujuan konseling, Thus theraphy produces a change in
personality organization and structure, and a change in behavior, both of
which are relatively permanent.. Krumboltz (1965) juga mengungkapkan

hal demikian. Dia menganjurkan tujuan konseling ditulis dalam rumusan


perubahan tingkah-laku-tampak.
2) Pengentasan masalah
Pengentasan masalah merupakan tujuan utama menurut konselor saat ini.
Karena klien biasa datang kepada konselor ketika ada masalah.
3) Kesehatan mental
Jika mental sehat dicapai maka individu memiliki integrasi, penyesuaian,
dan identifikasi positif terhadap orang lain.
4) Keefektifan pribadi
Blocher menjelaskan pengertian keefektifan pribadi:
a. Pribadi yang tampak menyelaraskan diri

dengan

cita-cita,

memanfaatkan waktu dan tenaga, dan bersedia mengambil tanggung


jawab ekonomi, psikologis, dan fisik
b. Orang yang punya pribadi demikian tampak mempunyai kemampuan
(kompetensi) mengenal, merumuskan dan memecahkan masalahmasalah.
c. Orang demikian itu tampak relatif ajeg (konsisten) dalam menjalani
situasi khusus peranannya.
d. Orang demikian itu menampak dapat berpikir lain dan asli, yaitu
secara kreatif.
e. Orang demikian itu mampu mengontrol dorongan-dorongan (impuls)
dan melakukan respons yangtepat terhadap frustasi, permusuhan, dan
pertentangan.
5) Pengambilan keputusan
Reaves dan Reaves menyatakan bahwa The primary objective in
counseling is that of stimulating the individual to evaluate, make, accept
and act upon his choice.
C. Pendekatan-pendekatan Konseling
1. Pendekatan Psikoanalitik

Dalam pendekatan ini menekankan pentingnya riwayat hidup klien yang


pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman
dini. Motif-motif dan konflik-konflik tak sadar adalah sentral dalam
tingkah laku sekarang. Kekuatan-kekuatan irrasional kuat, orang didorong
oleh dorongan-dorongan seksual dan agresif. Perkembangan dini penting
karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa
kanak-kanak yang direpresi.
2. Pendekatan Humanistik
Istilah humanistik hubungannya dengan konseling yaitu memfokuskan
pada potensi individu dan sifat dari kondisi manusia yang mencakup
kesanggupan untuk menyadari diri, bebas untuk menentukkan nasib
sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur
dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna,
berada sendirian dan berada dalam hubungan dengan orang lain,
keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan untuk mengaktualkan diri
serta membuat keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya
sendiri dan lingkungannya.
3. Pendekatan Client Centered
Memandang manusia secara positif, setiap manusia memiliki suatu
kecendrungan ke arah untuk menjadi berfungsi penuh. Dalam konteks
hubungan konseli, konseli mengalami perasaan-perasaan yang sebelumnya
diingkari. Seorang konseling mengaktualkan potensi dan bergerak kearah

yang lebih meningkatkan kesadaran, spontanitas, percaya diri, dan


keterarahan dalam menata hidupnya.
4. Pendekatan Behavioral
Konselor membantu klien untuk belajar cara bertindak yamg baru dan
pantas, atau membantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi
tingkah laku yang berlebih. Konselor behavioral yang efektif beroperasi
dengan perspektif yang luas dan terlibat dengan klien dalam setiap fase
konseling.
5. Pendekatan Gestalt
Manusia terdorong ke arah keseluruhan dan itegrasi pemikiran perasaan
serta tingkah laku. Pandangannya anti deterministik dalam arti yaitu
individu dipandang memiliki kesanggupan untuk menyadari bagaimana
pengaruh masa lampau berkaitan dengan kesulitan-kesulitan sekarang.
6. Pendekatan Analisis Transaksional
Manusia dipandang memiliki kemampuan memilih. Apa yang sebelumnya
ditetapkan, bisa ditetapkan ulang. Meskipun manusia bisa menjadi korban
dari putusan-putusan dini dan sekenario kehidupan, aspek-aspek yang
mengalihkan diri bisa diubah dengan kesadaran.
7. Pendekatan Tingkah Laku
Manusia debentuk dan dikondisikan oleh pengondisian social budaya,
pandangannya diterministik, dalam arti tingkah laku, dipandang sebagai
hasil belajar dan pengondisian.
8. Pendekatan Rasional Emotif

Yaitu manusia dilahirkan dengan potensi untuk berfikir rasional, tetapi


juga dengan kecenderungan-kecenderungan kea rah berfikir curang.
Mereka cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan-keyakinan yang
irrasional dan untuk mereindoktrinasi dengan keyakinan-keyakinan yang
irrasional tersebut. Tetapi beroriantasi kognitif -tingkah laku-tindakan, dan
menekankan berfikir, menilai, menganalisis, melakukan dan memutuskan
ulang. Miodelnya adalah didaktif , direktif, terapi dilihat sebagai proses
reduksi.
9. Pendekatan Realitas
Manusia membutuhkan identitas dan mampu mengembangkan identitas
kegagalan . Pendekatan realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan
antideterministik.

D. Teknik-teknik Konseling
Konseling pada dasarnya merupakan pekerjaan professional dan
dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya, seorang konselor perlu
memiliki pemahaman dan keterampilan yang memadai dalam menggunakan
berbagai pendekatan dan teknik dalam konseling. Tanpa didukung oleh
penguasaan-penguasaan teknik-teknik konseling bisa terjadi bantuan yang
diberikan kepada klien tidak akan berjalan efektif. Berikut akan kami
paparkan mengenai teknik-teknik konseling:
1. Perilaku Attending

Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup


komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending
yang baik dapat :
Meningkatkan harga diri klien
Menciptakan suasana yang aman
Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas
Contoh perilaku attending yang baik

Contoh perilaku attending yang tidak

Kepala : melakukan anggukan jika

Kepala : kaku

baik
setuju

Muka

kaku,

ekspresi

melamun,

Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum

mengalihkan pandangan, tidak melihat

Posisi tubuh : agak condong ke arah

saat klien sedang bicara, mata melotot.

klien, jarak antara konselor dengan Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar,
klien agak dekat, duduk akrab

miring, jarak duduk dengan klien

berhadapan atau berdampingan.

menjauh, duduk kurang akrab dan

Tangan : variasi gerakan tangan/lengan


spontan

berpaling.

berubah-ubah, Memutuskan

pembicaraan,

berbicara

menggunakan tangan sebagai isyarat,

terus tanpa ada teknik diam untuk

menggunakan

memberi kesempatan klien berfikir

tangan

untuk

menekankan ucapan.

dan berbicara.

Mendengarkan : aktif penuh perhatian,


menunggu
selesai,

ucapan
diam

kesempatan

klien

hingga

(menanti

bereaksi),

Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh


gangguan luar.

saat

perhatian

terarah pada lawan bicara.


2. Empati
Empati ialah kemampuan konselor untu merasakan apa yang
dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau

tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa


perilaku attending mustahil terbentuk empati.
Terdapat dua macam empati, yaitu: Empati primer yaitu bentuk
empati yang hanya berusaha memhami perasaan, pikiran dan kegiatan klien,
dengan tujuan agar kita dapat terlibat dab terbuka. Contoh ungkapan empati
primer: saya dapat merasakan bagaimana anda. saya dapat memahami
pikiran anda. saya mengerti keinginan anda.
Kedua yaitu Empati tingkat tinggi yaitu, empati apabila kepahaman
konselor terhadap perasaan, pikiran, keinginan serta pengalaman lebih
mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan
tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka
untuk mengemukakan isi hati terdalam berupa perasaan, pikiran, pengalaman
termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan empati tingkat tinggi: saya
dapat merasakan apa yang anda rasakan dan saya ikut terluka dengan
pengalaman anda itu.
3. Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memntulakn kembali kepada klien
tentang perasaan, pikiran dan pengalamn sebagai hasil pengamatn terhadap
prilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi yaitu:
a.

Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat


memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku
verbal dan non verbal klien. Contoh: tampaknya yang anda katakan
adalah

b.

Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memntulkan ide, pikiran, dan


pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan

c.

non verbal klien. Contoh: tampaknya yang anda katakan


Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memntulkan pengalamanpengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan
non verbal klien. Contoh: tampaknya yang Anda katakan suatu...

4. Eksplorasi
Adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran dan pengalaman
klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia
batin, menutup diri atau tidak mampu mengngkapkan pendapatnya. Dengan
teknik inimemungkinkan klien untuk berbicara tanpa rasa takut tertekan dan
terancam. Seperti halnya pada tekni refleksi terdapat tiga jenis eksplorasi
yaitu:
a.

Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien


yang tersimpan. Contoh: bisakah Anda menjelaskan apa perasaan yang

b.

dimaksudkan?.
Eksplorasi pikiran yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran dan pendapat
klien. Contoh: saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda

c.

tentang sekolah sambil bekerja.


Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali
pengalaman-pengalaman

klien.

Contoh:

saya

terkesan

dengan

pengalaman yang Anda lalui namun saya ingin memahami lebih jauh
tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan anda
5. Menangkap Pesan ( paraphrasing )

Menangkap pesan ( Paraphrasing ) adalah untuk menyatakan kembali


esensi atau inti ungkapan klien dengan teliti, mendengarkan pesan utama
klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai
dengan kalimat awal: adakah atau nampaknya, dan mengamati respon kita
terhadap konselor.
Tujuan paraphrasing adalah :
a.

Untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia

b.
c.
d.

dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien.


Mengendapkan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan.
Member arah wawancara konseling dan,
Pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan.

Contoh dialog:
Klien : itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya.
Saya tidak tahu mengapa demikian?
Konselor : tampaknya Anda masih ragu.

6. Pertanyaan Terbuka ( opened question )


Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa atau
konselor agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan
pemikirannya dapat digunakan teknik pertanyaan terbuka ( opened question ).
Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak

menggunakan kata Tanya

mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien,
jika dia tidak tahu alas an atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik
gunakan kata apakah, bagaimana, adakah, dapatkah. Contoh: apakah Anda
merasa ada sesuatu yang ingin kita biacrakan?

7. Pertanyaan Tertutup
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan
terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup,
yang harus dijawab dengan kata YA atau Tidak atau dengan kata-kata
singkat. Tujuan pertanyaan tertutup untuk :
a.

Mengumpulkan informasi

b.

Menjernihkan atau memperjelas sesuatu dan,

c.

Menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang

jauh.
Contoh dialog :
Klien

: saya putus asa.. dan saya nyaris.. ( klien menghentikan

pembicaraan )
Konselor : ya
Klien

: nekad bunuh diri

Konselor : lalu?
8. Interpretasi
Yaitu teknik mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien
dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor,
dengan tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan
berubah melalui pemahaman dasar hasil rujukan baru tersebut.
Contoh dialog :

Klien

: saya pikir dengan berhenti sekolah dan memusatkan perhatian


membantu orang tua merupakan bakti saya pad keluarga, karena
adik-adik saya banyak dan amat membutuhkan biaya.

Konselor : Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi
warga Negara. Terutama hidup dikota besar seperti Anda. Karena
tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia
Indonesia yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus,
namun mungkin disayangkan jika orang seperti Anda yang
tergolong akan meninggalkan SMA.

9. Mengarahkan ( directing )
Yaitu untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu.
Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau
menghayalkan sesuatu.
Contoh dialog :
Klien

: ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi
menahan diri. Akhirnya terjadi pertengkaran sengit.

Konselor : bisakah Anda mencobakan di depan saya, bagaimana sikap dan


kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda.

10. Menyimpulkan Sementara ( summarizing )


Yaitu teknik menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah
pembicvaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk:

a.

Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik

b.
c.
d.

dari hal-halk yang telah dibicarakan


Menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap
Meningkatkan kualitas diskusi
Mempertajam focus pada wawancara konseling.

Contoh :
setelah kita berdiskusi beberapa waktu alangkah baiknya jika simpulkan
dulu agar

semakin jelas hasil penbicaraan kita. Dari materi materi

pembicaraan yang kita diskusikan, kita sudah sampai pada dua hal : pertama,
tekad Anda untuk bekerja sambil kuliah makin jelas, kedua namun masih ada
hambatan yang akan Anda hadapi, yaitu : sikap orang tua Anda yang
menginginkan Anda segera menyelesaikan studi, dan waktu bekerja yang
penuh sebagaimana tuntutan dari perusahaan yang akan Anda masuki.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
<<Your text. Your text. Your text. Your text. Your text. Your text.
Your text. Your text. Your text. Your text. Your text. Your text.>>
B. Saran
<<Your text. Your text. Your text. Your text. Your text. Your text.
Your text. Your text. Your text. Your text. Your text. Your text:>>
1. <<Your text>>;
2. <<Your text>>;
3. <<Your text>>.

Daftar Pustaka

AT, Andi Mappiare. 2011. Pengantar Konseling dan Psikoterapi Edisi Kedua.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Fahru,

Atinamaliana.

2013.

Tujuan

Konseling.

(Online),

(http://atinafm.blogspot.co.id/2013/06/tujuan-konseling.html, diakses
pada 6 April 2016)
Nugraha,

Geaffary

Aji.

__.

Konsep

Dasar

Konseling.

(Online),

(https://geaffary.wordpress.com/komunikasi/konsep-dasar-konseling/,
diakses pada 5 April 2016).

Anda mungkin juga menyukai