Ilman Basthian S.
15205025
2008
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I P E N D A H U L U A N .....................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................3
1.2 Pernyataan Masalah...............................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................5
BAB II P E M B A H A S A N ......................................................................................6
2.1 Tinjauan Pustaka...................................................................................6
2.1.1 Kenyamanan Termal ....................................................................6
2.1.2 Transfer Panas .................................................................. 7
2.1.3 Aliran Udara ..................................................................... 8
2.2 Tinjauan Faktual Objek Studi..................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................22
IDENTITAS KARYA TULIS
1. Judul
1. Penulis
2. Mata Kuliah
Kode : AR 4195
Judul : Seminar Arsitektur
Kelompok Keahlian : Teknologi Bangunan
Dosen Pembimbing : Ir. Tri Yuwono
Semester : I (satu)
Tahun Akademik : 2008/2009
1
ABSTRAK
Pendidikan adalah sebuah bagian penting dari kehidupan manusia, usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Proses yang menjadi inti dari pendidikan
adalah kegiatan belajar. Kegiatan belajar adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Di antara berbagai
pertimbangan desain arsitektural, yang perlu menjadi perhatian utama dalam menciptakan
ruang belajar yang kondusif dan berkualitas adalah kenyamanan termal.
Fenomena saat ini, kebanyakan pengguna bangunan dan beberapa perancang secara
praktis menggunakan instalasi pengkondisian udara mekanis ( Air Conditioner-AC) untuk
mencapai kenyamanan termal ruang. Padahal itu sama sekali bukan merupakan solusi yang
ilmiah. Untuk mencapai kenyamanan termal alami dibutuhkan pemahaman terhadap
karakter klimatik spesifik daerah setempat. Salah satu komponen karakter klimatik tersebut
adalah pergerakan udara (angin). Desain arsitektur ruang belajar yang mempertimbangkan
dan merespon aliran udara di dalam dan sekitar bangunan akan menciptakan kenyamanan
termal yang berwawasan lingkungan dan memenuhi aspek keberlanjutan.
Objek studi yang diambil untuk pembahasan ini adalah Ruang Studio Barat Lantai 6
Labtek IX B Institut Teknologi Bandung. Ruang tersebut digunakan sebagai tempat
melangsungkan kegiatan perkuliahan Studio Perancangan Arsitektur. Kondisi yang terjadi
saat ini, kebutuhan pengguna akan kenyamanan termal lingkungan ruang tidak terpenuhi,
terutama pada waktu-waktu puncak kegiatan. Hal ini menimbulkan berbagai dampak, salah
satunya terhadap pengguna langsung menambah beban psikologis.
Metode yang dilakukan adalah dengan pengolahan data primer dan sekunder.
Pengolahan data primer yaitu studi faktual objek melalui pengamatan langsung dan
wawancara tidak terstruktur. Pengolahan data sekunder yaitu studi literatur pada buku teori,
jurnal, dan hasil penelitian terkait, yang kemudian digunakan untuk menunjang pengolahan
data primer.
Hasil yang diharapkan dari pembahasan ini adalah berupa preskripsi desain yang
secara umum dapat diterapkan guna memperbaiki rancangan pergerakan udara pada ruang
yang mewadahi kegiatan belajar, tujuannya tidak lain adalah mencapai kenyamanan termal.
2
BAB I
PENDAHULUAN
Proses yang menjadi inti dari pendidikan adalah kegiatan belajar. Kegiatan
belajar adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Dari definisi tersebut dapat diambil empat komponen dalam
kegiatan belajar: peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Di
antara keempatnya yang berada dalam domain perencanaan dan perancangan
arsitektur adalah komponen terakhir yaitu lingkungan belajar. Permasalahan dasar
secara arsitekturalnya adalah bagaimana menyediakan sebuah ruang sebagai wahana
belajar yang kondusif dan berkualitas.
Hal-hal yang menjadi pertimbangan desain untuk sebuah ruang belajar secara
fungsional diantaranya adalah aspek standar, kejelasan sirkulasi, keamanan,
kenyamanan visual, dan termal, selain secara operasional-maintenance terdapat
pertimbangan usia bangunan, standar pengelolaan, dan perawatan.
Kegiatan belajar sangat menuntut pikiran pelakunya untuk bekerja keras, butuh
fokus dan konsentrasi tinggi. Selain itu beberapa kegiatan belajar juga menuntut
banyak gerak motorik yang menghasilkan buangan panas dan keringat. Dibutuhkan
penyelesaian desain yang khusus untuk menjaga kenyamanan termal ruang, juga agar
tidak menambah beban bagi pelakunya sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung
dengan baik.
3
Saat ini, kebanyakan pengguna bangunan juga beberapa perancang secara
praktis beranggapan bahwa mencapai kenyamanan termal ruang adalah dengan
menggunakan instalasi pengkondisian udara mekanis ( Air Conditioner-AC). Padahal itu
sama sekali bukan merupakan solusi yang ilmiah. Secara logis, jika tubuh kita
kepanasan maka yang perlu didinginkan adalah tubuh kita, bukan seluruh udara dalam
ruangan. Karena kemudian dengan kita kepanasan seorang diri di sana, akan
dibutuhkan ribuan watt energi listrik untuk mendinginkannya, ini sangatlah tidak
efektif. Terlebih lagi dalam menanggapi isu degradasi lingkungan di era global
warming ini, kenyamanan termal perlu diupayakan untuk dicapai secara alami,
sehingga desain menjadi lebih berwawasan lingkungan dan memenuhi aspek
keberlanjutan.
Tinjauan lebih spesifik mengenai kegiatan belajar di sini adalah yang dilakukan
pada jalur pendidikan formal, jenjang pendidikan tinggi, dalam satuan pendidikan
perguruan tinggi untuk program studi Arsitektur. Objek studi yang diambil adalah
Ruang Studio Barat Lantai 6 Labtek IX B Institut Teknologi Bandung.
4
Namun pada kenyataannya, terutama saat jam-jam puncak kesibukan studio
terjadi beberapa permasalahan lingkungan termal ruang yang secara relatif
merupakan indikator belum tercapainya kenyamanan:
Terutama mahasiswa, dalam kondisi ruang yang tidak nyaman secara termal
sering merasa sulit mendapatkan konsentrasi, dan kegiatan perkuliahan seperti
mendesain, presentasi, serta diskusi semakin tidak berjalan dengan fokus. Akibatnya
target perkuliahan yang telah ditentukan kerap kali tidak tercapai.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pertama, ambient air temperature atau suhu udara sekitar lokasi titik
pengukuran di sebuah lingkungan/ruang. Sebagai komponen yang paling
mendasar dalam pengukuran kenyamanan.
6
tetap lebih besar dari pada pemanasan sampai suhu udara mencapai kira-kira
40C, di mana efek pemanasan akan lebih besar.
Edward Allen dalam bukunya How Buildings Work – The Natural Order of
Architecture, 2005, menjelaskan bahwa tiap material yang digunakan pada
konstruksi bangunan memiliki sejumlah karakteristik fisik masing-masing yang
unik terkait aliran panas. Ada tiga mekanisme dasar perpindahan panas:
7
Kedua, konduksi atau aliran panas melalui
material yang padat. Panas dikonduksikan ke atau dari
kulit manusia jika kulit bersentuhan dengan benda
yang lebih panas atau lebih dingin, seperti kentang
panas atau balok es.
Agar pembahasan dapat cukup spesifik dan aplikatif, sebagai objek studi diambil
Ruang Studio Barat Lantai 6 Labtek IX B Institut Teknologi Bandung Jalan Ganeca 10.
8
Kegiatan belajar dalam satuan pendidikan perguruan tinggi untuk program studi
Arsitektur ini memiliki beberapa karakter khusus yang terkait aspek tempat, pelaku,
perabot, kegiatan, dan waktu.
Ketiga, perabot yang digunakan: meja (80 x 120 cm), kursi (60 x 60 cm), panel
(120 x 240 cm; menempel di dinding), dan sumber belajar: media literatur (dalam
bentuk buku, laporan, jurnal, dsb), situs web, serta data hasil observasi (diakses
dengan notebook). Berkaitan dengan komponen kenyamanan termal rata-rata suhu
pancaran.
Kelima, waktu penggunaan ruang secara aktif telah terjadwal empat hari dalam
seminggu dalam masa perkuliahan semester yaitu pada hari Selasa, Rabu, Kamis, dan
Jumat pukul 09.00-17.00. Berkaitan dengan komponen kenyamanan termal suhu
udara sekitar, kelembaban relatif, dan pergerakan udara.
9
BAB III
PENYELESAIAN
10
TABEL PENJELASAN KOMPONEN ANALISIS
11
No. Komponen Releva Komple Peng Keterangan
nsi ksitas aruh
12
6. Bangunan Ya Rendah 4 Bentuk massa, dimensi (tinggi-
tebal), tingkat permeabilitas udara,
material eksterior-interior.
Keterangan:
Relevansi = sesuai sebagai aspek yang diatur dalam desain arsitektur.
Kompleksitas = tingkat kerumitan komponen, menyangkut:
1. Keterkaitan dengan disiplin ilmu lain
2. Perlu dilakukan penelitian mendalam untuk aplikasi
Pengaruh = seberapa besar komponen secara langsung mempengaruhi persepsi
kenyamanan termal dalam ruang manusia.
(skala 1(paling tidak berpengaruh) s/d 5(paling berpengaruh)).
Pada lingkungan termal indoor pun tidak seluruhnya diatur dalam desain
arsitektur. Tergolong relevan untuk menjadi perhatian utama yaitu suhu udara sekitar,
kelembaban relatif, dan pergerakan udara. Dari ketiganya, pergerakan udara
merupakan komponen kunci yang dapat mempenagruhi dua komponen relevan yang
lain. Pergerakan udara yang cukup dapat menyebabkan penurunan suhu udara dan
kelembaban relatif dalam ruang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang terpenting
untuk diperhatikan dalam perbaikan kenyamanan termal tidak lain adalah pergerkan
udara.
Sebagai preskripsi desain untuk perbaikan pergerakan udara dalam ruang,
berikut beberapa komponen rancangan arsitektur yang perlu diatur:
13
1. Bukaan
Sebagai media keluar-masuknya udara, yang memungkingkan terjadinya
pergerakan udara (angin) dalam ruang dari daerah bertekanan positif (+)
menuju ke daerah bertekanan negatif (-).
a. Penempatan dan orientasi
Menentukan akan berhadapan dengan karakter angin seperti bagaimana
berdasarkan posisi relatif bangunan terhadap komponen termal outdoor
seperti angin, vegetasi, topografi, pagar, dan bangunan sekitar. Karakter
angin yang dimaksud adalah berkaitan dengan sudut, arah, dan
kecepatannya.
b. Ukuran dan perbandingan
Berkaitan dengan kemampuan bangunan memodifikasi kecepatan angin yang
masuk ke dalam ruang. Mengalirkan sebagaimana kecepatan awalnya,
mempercepat, atau memperlambat, atau bahkan menghambat.
c. Jenis
Berkaitan dengan peran bukaan secara fungsional bagi manusia, juga
menyangkut mekanisme pergerakan udara yang direncanakan, pergerakan
yang disebabkan oleh perbedaan tekanan atau oleh daya angkat.
Jendela
Pintu
Monitor atap
Ventilator
Desain bukaan khusus
2. Modifikasi bukaan
a. Proyeksi horizontal
Mengubah arah dan kecepatan angin secara horizontal.
b. Ekstensi vertikal
Mengubah kecepatan angin secara vertikal.
c. Penghalang
Mengatur skenario menghambat, mengurangi, atau mengarahkan
pergerakan udara ke dalam ruang baik secara temporer maupun permanen.
d. Vegetasi
Mengatur skenario menghambat, mengurangi, atau mengarahkan
pergerakan udara di sekitar dan di dalam ruang secara permanen.
3. Modifikasi interior
a. Dimensi ruang
Membantu dalam memodifikasi tekanan udara yang berpengaruh terhadap
sudut pergerakan udara. Tekanan yang tidak seimbang menyebabkan
kecenderungan udara untuk lebih condong ke arah tertentu. Dimensi dan
proporsi ruang yang optimal dapat mewujudkan skenario pergerakan udara
yang direncanakan secara optimal.
b. Pembagian ruang
14
Mengarahkan pergerakan udara pada jalur tertentu atau untuk tujuan
melemahkan dan mengambat aliran udara.
Pada ruangan yang menjadi objek studi, panas yang muncul adalah berasal
dari komponen berikut:
1. Manusia
2. Perabot
15
mempengaruhi lingkungan termal melalui pemindahan panas secara
radiasi dan konduksi. Udara sekitar akan menjadi lebih panas jika terdapat
benda yang memantulkan atau memancarkan panas, apalagi jika dalam
jumlah banyak.
- Lampu
- Notebook
3. Lingkungan
16
Panas yang
berasal dari
lingkungan sekitar
ruang juga
mempengaruhi
lingkungan termal di
dalam, seperti panas
matahari dan panas
dari aktifitas
ruangan di sekitarnya. Penyebarannya bisa melalui mekanisme radiasi,
konduksi, dan konveksi. Letak ruang studio pada lantai paling atas sangat
memungkinkan ia untuk menerima panas dari banyak arah. Atap dan
sebagian besar dinding menerima panas langsung dari matahari (sangat
terasa pada tengah hari di musim kemarau), dinding lain mungkin
menyalurkan panas dari ruang di sebelahnya, dan lantai dapat meyalurkan
panas dari ruang yang berada di bawah. Untuk menjaga kenyamanan
termal komponen merupakan suatu yang alamiah yang perlu
dipertimbangkan.
17
Bagian bangunan yang menjadi penerima arah datangnya angin
bertekanan positif (+), cocok sebagai tempat masuknya udara ke dalam
ruangan. Bagian bangunan pada sisi dan belakang arah datangya angin
bertekanan negatif (-), cocok sebagai tempat keluarnya udara dari dalam
ruangan sehingga udara akan mengalir dari daerah bertekanan positif menuju
ke daerah yang bertekanan negatif.
1. Daya angkat (bouyancy) udara panas hasil buangan aktifitas manusia dan
perabot dalam ruangan. Menurut teori, secara alamiah udara panas yang
bertekanan tinggi akan selalu bergerak ke tempat yang lebih tinggi.
3. Tipe jendela projection sash yang tidak pada terbuka maksimal sehingga
mengarahkan pergerakan udara ke atas pula.
18
Hal lain yang juga mengganggu kinerja bukaan jendela ini adalah
pemberian penutup tirai yang bersifat menghalangi/ mengurangi kecepatan
pergerakan udara yang masuk. Kemungkinan maksud awalnya adalah untuk
mengurangi konduksi – masuknya sinar matahari secara langsung ke dalam
ruangan. Namun, perlu dipertimbangkan cara lain karena tirai ini justru
membuat pergerakan udara tidak optimal.
Penggunaan 4
buah attic fan
pada langit-
langit sudah
merupakan
upaya
menghilangkan
udara panas yang cenderung bergerak ke atas,
namun masih belum cukup efektif. Pergerakan
udara vertikal yang disebabkan oleh daya
angkat sangat kecil efeknya, tidak sesignifikan
pergerakan udara horizintal akibat perbedaan
tekanan.
1. Ada saat penggunaan ruangan tertentu di mana laju pertambahan panas dalam
ruangan begitu besar, yang dihasilkan oleh manusia, perabot, dan
lingkungannya.
2. Laju pertambahan panas tersebut tidak diimbangi dengan laju pendinginan yang
efektif dari sistem penghawaan melalui pergerakan udara.
19
4. Solusi yang bisa diusulkan adalah mengarahkan pergerakan udara hingga dapat
melintas pada ketinggian tubuh manusia. Dengan begitu, panas hasil buangan
aktifitas dapat dengan cepat dibawa keluar dan digantikan oleh udara baru yang
lebih sejuk.
b. Jenis
Jendela
20
Monitor atap
Ventilator
a. Proyeksi horizontal
21
bawah. Namun perlu dipertimbangkan ketebalan sirip dan jumlahnya
sehingga tidak terlalu menghalangi dan mengurangi kecepatan pergerakan
udara yang masuk.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Boutet, Terry S., Controlling Air Movement – A Manual for Architects and Builders ,
McGraw-Hill Book Company, New York, 1987.
2. Allen, Edward, How Buildings Work – The Natural Order of Architecture , Oxford
University Press, Inc., New York, 2005.
3. Roaf, Sue, Ecohouse: A Design Guide, Architectural Press, Oxford, 2001.
4. Lippsmeier, Georg, Tropenbau – Building in the Tropics, 1980.
5. American Section of the International Solar Energy Society, Passive Cooling –
International Passive and Hybrid Cooling Conference – Miami Beach 1981 , American
Section of the International Solar Energy Society, Newark, Delaware, 1981.
6. Egan, M. David., Concepts in Thermal Comfort, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs,
New Jersey, 1975.
7. Conklin, Groff, The Weather Conditioned House, Reinhold Publishing Corporation, New
York, 1958.
8. Ikatan Arsitek Indonesia, Rumah Tinggal Karya Arsitek Indonesia , Pustaka
Rumahkebun, Jakarta, 2008.
9. Astri, Lutik, Hera – dalam Keping-Keping Cerita Kehidupan, Karya, dan Kenangan , Cipta
Citra Persada, Jakarta, 2007.
10. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia, KILAS No.2/2001 – Jurnal
Arsitektur, Jakarta, 2001.
11. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia, KILAS No.1/2000 – Jurnal
Arsitektur, Jakarta, 2000.
23