Anda di halaman 1dari 10

The 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS)

FILSAFAT ILMU KALAM


(STUDI ILMU PEMIKIRAN DALAM ISLAM)1
Abdul Rozak2
ABSTRAK
Ilmu Kalam/Teologi Islam, adalah ilmu yang membahas aspek ketuhanan dan segala sesuatu yang
berkait dengan-Nya secara rasional. Berkenaan dengan itu, maka obyek forma teologi yaitu permasalahan
ketuhanan dan segala sesuatu yang berkait dengan-Nya. Sementara metodologinya, yaitu upaya
memahami ayat-ayat al-Qur’an dan al-Sunnah secara mendalam diikuti elaborasi pemaman dengan fakta-
fakta empirik. Biasa dikenal dengan istilah dialog ilmiah keagamaan. Sebagai sebuah disiplin ilmu, teologi
islam, berada satu rumpun dalam disiplin ilmu Pemikiran dalam Islam (Teologi Islam, Filsafat Islam,
dan Tasawuf).
Secara ilmiah, teologi islam, dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: Pertama, teologi islam
klasik teoritik. Disiplin ilmu ini, hanya membahas secara teoritik aspek-aspek ketuhanan dan berbagai
kaitan-Nya, yang selama ini dibicarakan oleh berbagai aliran teologi di dunia Islam. Kedua, teologi islam
kontemporer praktik. Disiplin ilmu ini, secara praktik membahas ayat-ayat Tuhan dan Sunah-sunah Rasul-
Nya yang nilai doktrinnya mengadvokasi berbagai ketimpangan sosial. Teologi kedua ini dapat
dikembangkan lagi menjadi tiga kategori: Pertama, Teologi Lingkungan; kedua, Teologi Pembebasan; dan
ketiga, Teologi Sosial.
Ketiga teologi islam praktik ini, merupakan teologi-teologi yang membahas aspek-aspek ketuhanan
dan berbagai kaitan-Nya, untuk mengadvokasi obyek forma teologi itu. Seperti teologi lingkungan,
maksudnya yaitu pembahasan secara mendalam doktrin-doktrin agama Islam dengan argumen
rasionalnya yang nilainya berupaya mengadvokasi permasalahan lingkungan alam semesta. Di sini dapat
dikaji lebih luas lagi dengan menampilkan kajian seperti: teologi pemeliharaan lingkungan, teologi
sampah, teologi banjir, dan yang sebangsanya.
Teologi transformative. Maksudnya yaitu pembahasan secara mendalam doktrin-doktrin agama Islam
dengan argument rasionalnya yang nilainya berupaya mengadvokasi permasalahan perubahan. Di sini
dapat dikaji lebih luas lagi dengan menampilkan kajian seperti: teologi pembebasan, teologi post
modernisme, teologi sains, dan yang sebangsanya.
Dan teologi sosial. Maksudnya yaitu pembahasan secara mendalam doktrin-doktrin agama Islam
dengan argument rasionalnya yang nilainya berupaya mengadvokasi permasalahan kemasyarakatan. Di
sini dapat dikaji lebih luas lagi dengan menampilkan kajian seperti: teologi populis, teologi perdamaian,
teologi kaum tertindas, teolog gender, teologi feminis, teologi persamaan hak, dan yang sebangsanya.
Di dalam sejarah perkembangannya, teologi -- di dunia Barat -- pada mulanya berkembang dari:
Pertama, sebagai metodologi teologi. Sebagai sebuah metodologi teologi merupakan suatu cara
memahami doktrin Agama melalui pendekatan wahyu dan pemikiran rasionalnya. Kedua, menjadi ilmu
teologi. Sebagai sebuah ilmu, teologi merupakan ilmu yang membahas masalah ketuhanan dan segala
sesuatu yang berkait dengan-Nya. Dan ketiga, menjadi teologi aksiologi. Sebagai sebuah eksiologi teologi
merupakan upaya memahami doktrin Agama secara mendalam untuk mengadvokasi berbagai
permasalahan ketimpangan sosial.
Wilayah kajian teologi menyangkut: Aspek tokoh teologi; karya-karya para teolog; gagasan atau idea
para teolog; sejarah perkembangan (tokoh-tokoh, karya-karya,dan gagasan para teolog); pengaruh timbal
balik antara tokoh, karyakarya, dan gagasan para teolog dengan ipoleksosbudagama; perbandingan
(tokoh, karya-karya, dan gagasan); dan selain hal yang tersebut di depan ini. Berkenaan dengan itu,
maka berbagai metodologi/pendekatan penelitiannya, dapat menggunakan berragam metodologi
penelitian. Hal ini disesuaikan dengan aspek teologi apa yang akan diteliti oleh para pengkajinya.
Umpamanya, untuk meneliti tokoh teolog, dapat digunakan pendekatan historis, atau sosiologis. Untuk
meneliti gagasan teolog, dapat digunakan pendekatan antropologi, fenomenologi, strukturalism, atau
selain pendekatan-pendekatan tersebut.

I. ONTOLOGI
A. Nama dan Definisi Teologi Islam
Teologi Islam diisitilahkan oleh berbagai pakarnya dengan berragam nama, antara lain: Abu
Hanifah (d.150H/767M) memberinya nama dengan istilah ‘ilmu fiqh al-akbar3. Imam Syafi’ie
(d.204H/819 M), Imam Malik (d.179H/795M), dan Imam Ja’far al-Sadiq (148H/765M) memberinya

1
Makalah disampaikan dalam Call for papers bagi Dosen Senior PTAI Annual Conference on Islamc Studies IX Tahun
2009.
2
Guru Besar (Profesor) Sejarah Perkembangan Pemikiran dalam Islam (SPPI) Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung
Djati Bandung.
3
Lihat Mushthafa ‘Abd. Al-Raziq. 1959. Tamhid li tarikh al-falsafah al-Islamiyyah. Hlm. 265
Surakarta, 2-5 November 2009
The 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS)

nama dengan istilah ‘Ilmu al-Kalam, dengan istilah tokohnya disebut sebagai al-Mutakallimun. Imam
al-Asy’ari (d.324H/935M), al-Bagdady (d.429H/1037M), dan beberapa tokoh al-Azhar University
memberinya nama dengan istilah ‘Ilmu Ushul al-Din. Al-Thahawi (d.331H/942M), al-Ghazali
(d.505H/1111M), al-Thusi (d.671H/1272M), dan al-Iji (756H/ 1355M) memberinya nama dengan
istilah ‘Ilmu al-Aqa’id. Abdu al-Jabbar (d.415H/1024M) memberinya nama dengan istilah ‘Ilmu al-
Nadhar wa al-Istidlal. Al-Taftazani memberinya nama dengan istilah ‘Ilmu al-Tauhid wa al-Shifah.
Muhammad ‘Abduh (d.1323H/1905M) memberinya nama dengan istilah ‘Ilmu al-Tauhid4. Harry
Austyn Wolfson memberi nama dengan istilah The Philosophy of Kalam5. Ahmad Mahmud Shubhy
memberinya nama dengan istilah ‘Ilmi al-Kalam6. M Abdel Haleem memberi nama dengan istilah
Speculative Theology7. C A Qadir memberi nama dengan istilah Dialectica Teology8. Sementara itu
Harun Nasution (d.2000 M) memberi nama dengan istilah Teologi Islam9.
Dari beberapa nama yang menjadi istilah, -- berkembang selama ini --, tidak dapat dipungkiri
bahwa sebenarnya istilah ilmu kalam itu merupakan transformasi dari pemikiran teologi (‘Ilmu al-
lahut), yang telah berkembang di dunia Barat pada masa sebelumnya.
Berkenaan dengan itu, terdapat pakar yang mendefinisikan ilmu kalam/Ilmu al-lahut sebagai
discourse or reason concerning God10 ( diskursus atau pemikiran tentang Tuhan). Bahkan dengan
mengutip istilah yang diberikan oleh William Ockham, L Reese menyatakan bahwa Theology to be a
discipline resting on revealed truth and independent of both philosophy and science11 (Teologi
merupakan sebuah disiplin ilmu yang meletakkan kebenaran wahyu, lewat argumen filsafat dan ilmu
pengetahuan yang independen). Dengan nada yang hampir sama Ibn Khaldun seperti dikutip oleh
Mushthafa Abd. Al-Raziq mendefinisikan ‘Ilmu kalam sebagai ‘Ilmu al-Kalam huwa ‘Ilmun
yatadlammanu al-hujjaja ‘an ‘aqa idi al-Imaniyyah bi al-adillah al-‘aqliyyah12 (Ilmu kalam yaitu
sebuah disiplin ilmu berkaitan dengan keimanan yang diperkuat dengan menggunakan
argumentasi-argumentasi rasional).

B. Rumpun Disiplin Ilmu Teolog Islam.


Disiplin ilmu Teologi Islam yang subyek matternya masalah ketuhanan, berpangkal dari bidang
ilmu aqidah13. Ilmu ini bertujuan untuk maksud menyempurnakan nilai-nilai spiritual manusia.
Kondisi ini, disiplin ilmu teologi islam, masih satu rumpun dalam disiplin ilmu-ilmu keislaman rasional.
Rumpun disiplin ini dinyatakan sebagai disiplin ilmu-ilmu pemikiran dalam islam, yang
didalamnya mencakup: Sub disiplin teologi islam sendiri, filsafat islam, dan tasawuf dalam
islam.
Secara ilmiah, -- dalam rangka pengembangan -- sebenarnya, teologi islam ini juga dapat
didekati lewat berbagai metode, sehingga dapat menimbulkan beberapa ranting sub disiplin teologi
islam baru. Antara lain: Dengan pendekatan rasional empirik, teologi islam ini dapat menumbuhkan
disiplin teologi yang bernilai aksiologis. Seperti: teologi sosial, teologi feminis, teologi seni,
teologi ekonomi, teologi masyarakat kelas bawah, teologi kemiskinan, dan selain hal-hal
tersebut.
Sementara itu dengan pendekatan rasional murni (filsafat), akan menumbuhkan disiplin ilmu-ilmu
teologi islam lain seperti teologi transformatif, teologi sunnatullah, dan selain dua hal tersebut.

C. Obyek Kajian teologi islam


Teologi islam sebagai sebuah disiplin ilmu, mempunyai obyek kajian tersendiri. Obyek
kajiannya yaitu ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Berkenaan
dengan itu, maka teologi islam membicarakan keyakinan kebenaran ketuhanan keagamaan islam,
bukan mencari kebenaran keagamaan islam.
C A Qadir mengistilahkan obyek kajian teologi islam ini sebagai problema atas dasar pengakuan
eksistensi Tuhan beserta sifat-sifat-Nya dan segala sesuatu yang berhubungan dengan-Nya.

4
Lihat M Abdel Haleem Early Kalam, dalam Seyyed Hossein Nasr dkk (ed). 1996. “ History of Islamic Philosophy”
Hlm. 74-75.
5
Lihat Harry Austyn Wolfson. 1976. The Philosophy of Kalam.
6
Ahmad Mahmud al-Shubhy. Fi ‘Ilmi al-Kalam: Dirasah Falsafiyah Li Ara’i al-Firaq al-Islamiyyah fi Ushuli al-Din.
7
Lihat M Abdel Haleem, Early ….dst. Hlm. 71
8
Lihat C A Qadir. 1989. Philosophy and Science in the Islamic World. Hlm.46
9
Lihat Harun Nasution menulis beberapa buku tentang teologi, antara lain berjudul Teologi Islam: Aliran-
aliran,Sejarah Analisa Perbandingan .
10
Lihat William L Resse. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion. Hlm. 28
11
Lihat Reese Dictionary …..dst. Hlm. 28-29
12
Lihat Mushthafa ‘Abd. Al-Raziq. 1959. Tamhid li Tarikh al-Falsafah al-Islamiyyah. Hlm. 260-261.
13
CA Qadir. Philosophy and Science …dst. hlm.46
Surakarta, 2-5 November 2009
The 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS)

D. Sejarah Perkembangan Disiplin Ilmu Teologi Islam


Secara historis, teologi islam -- yang di Barat dikenal dengan istilah teologi -- bermula sebagai
sebuah advokasi keagamaan terhadap ketimpangan sosial (teologi sebagai sebuah
axiologi/Theology as Axiology) yang berkembang pada masanya. Untuk kepentingan ini, doktrin
keagamaan diinterpretasikan secara rasional, sehingga dapat dijadikan argumen teologis untuk
membacking pemikiran/gagasan/idea yang substansinya menentang ketimpangan sosial yang sedang
terjadi. Terhadap masalah ini, Philip Bob Cock14 menyatakan Theology is (A) Rational interpretation of
religious faith, practice, and exercise (teologi yaitu upaya memahami keyakinan, perbuatan, dan
pengalaman keagamaan secara rasional).
Belakangan, teologi berkembang menjadi sebuah metodologi (Theology as Method). Sebagai
sebuah metodologi/pendekatan, teologi merupakan salah satu diantara beberapa pendekatan
yang telah digunakan oleh para ahli sains masa lalu. Di dalam perkembangannya, pendekatan ini juga
digunakan oleh para ahli keislaman15.
Seorang pakar yang banyak mengkaji Perbandingan Agama16 menyatakan bahwa Theological
method must always be a secondary matter for comparative theology, subsidiary to converse
interpretations of the specific symbols of a particular religious tradition. It is helpful, therefore, to
reflect on what kind of general theological method may be contemporary comparative theologians
despite otherwise sharp differences among them.
Pada masa-masa berikutnya, barulah teologi berkembang menjadi sebuah disiplin ilmu (Theology
as Science). Sebagai sebuah disiplin ilmu, di dunia islam, teologi islam17 berkembang sejak Abu
Hasyim dan kawannya Imam al-Hasan bin Muhammad bin Hanafiah, para tokoh Mu’tazilah18. Adapun
orang pertama yang membentangkan pemikiran ilmu kalam secara lebih baik lewat logikanya yaitu
Imam al-Asy’ari, seorang tokoh teologi Suni19, dengan karya yang terkenal al-Maqalat, juga al-Ibanah
‘an ushul al-diyanah. Teologi ini selain mempunyai obyek kajian tersendiri, yaitu membicarakan
ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya, maksudnya keyakinan kebenaran
keagamaan islam; ilmu ini juga telah tersusun dengan baik/tersistematisasikan di dalam membahas
obyek kajian itu; dan mempunyai metodologi tersendiri yaitu dialog ilmiah keagamaan, serta
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan salah satu dari tiga unsur keimanan seorang Muslim, yaitu
dalam aspek nuthqun bi al-lisan20.
Berkenaan dengan itu, -- di dunia Barat -- seorang teolog21, menyatakan bahwa di dalam teologi
berkembang istilah Teologica Systematika. Teologi ini menguraikan tentang dogmatika, etika, dan
filsafat agama. Ada juga istilah Teologia Historica. Teologi ini menguraikan tentang kitab suci, sejarah
Gereja, sejarah dogma, dan sejarah agama. Juga ada istilah Teologia Practica. Teologi ini
menguraikan tentang homeletik, katechetik, dan liturgi.
Pada akhir-akhir ini teologi islam, telah berusaha menjadi sebuah advokasi bagi permasalahan
sosial, atau teologi menjadi sebuah axiologi. Hal ini tampak dengan berkembangnya istilah-istilah
seperti teologi feminisme, teologi gender, teologi kemiskinan, teologi kaum tertindas, teologi
transformatif, teologi pembebasan, dan berbagai macam istilah lagi. Semua peristilahan itu pada
dasarnya merupakan sebuah kajian ilmiah yang di dalamnya berbicara mengenai ayat-ayat al-Qur’an
dan sunah Rasul-Nya sebagai sumber primer keagamaan islam yang -- secara tematik --
mengadvokasi hal-hal yang berkait dengan ketimpangan sosial.

14
Lihat Philip Bob Coch (ed). 1987. Webster’s Third New International Dictionary of the English Language. Hlm. 2371.
15
Untuk memahami secara lebih luas kajian ini, anda dapat dibaca buku Abdul Rozak. Cara Memahami Islam
(metodologi Studi Islam).Gema Media Pusakatama.
16
Lihat Mircea Eliade (ed).1987. The Encyclopedia of Religion. Vol.13&14. Hlm. 452.
17
Untuk memperluas pemahaman tentang ilmu ini, baca Abdul Rozak.dkk. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.
18
Baca al- Asy’ari. Maqalat al-Islamiyyin wa Ikhtilaf al-Mushallin. Hlm. 23 menyatakan bahwa Wa kana al-Mu’tazilah
awwalu man isti’ana bi al-falsafah al-Yunaniyah.
19
Lihat Ibrahim Madkur. Fi al-Falsafah al-Islamiyah: Manhaj wa tathbiquh. Jld.II. Hlm.46-47 menyatakan bahwa wala
yazalu al-madzhab al-Asy’ary ‘aqidah Ahlu Sunnah ila al-yaum ; Jo. ‘Abd Lathif Muhammad al-‘Ibr.al-Ushul al-Fikriyah Li
Madzhab Ahl al-Sunnah. Cet.X. Mesir: Dar al-Nahdlah al-‘Arabiyyah.
20
Laboratorium Pancasila IKIP Malang. Pokok-pokok Pembahasan Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia.
Hlm.19. menyatakan bahwa, ada empat unsur bahwa sebuah konstruk dapat dinyatakan sebagai ilmu, yaitu 1) terdapat
obyek tertentu yang dapat diselidiki(obyektif). 2) Dalam mengetahui obyek itu melalui metode tertentu (metodis). 3)
Kesimpulan hasil penyelidikan itu disistematisasikan secara baik dan benar (sistematis). Dan 4) Aktivitas tersebut untuk
tujuan memenuhi kebutuhan dorongan manusia (Science for the seek of science)
21
H Hilman Hadikusuma.1993. Antropologi Agama.Bandung: Citra AdityaBakti. Hlm.10
Surakarta, 2-5 November 2009
The 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS)

Pendekatan dari teologi-teologi itupun telah mengalami perkembangan. Maksudnya, teolog ini
bukan menggunakan pendekatan teologi lagi, tetapi sudah merambah dengan menggunakan
pendekatan empirik berupa sains, dan filsafatnya

II. EPISTEMOLOGI
Dari sisi metodologinya, teologi islam merupakan sebuah disiplin ilmu yang cara menyusun kajian
keilmuannya, bermula dari upaya pengkaji(saintis) mengkaji atau memahami secara mendalam ayat-ayat
al-Qur’an dan al-sunnah Rasulullah Muhammad SAW, lalu diikuti dengan upaya mengelaborasinya,
sebagai penyempurna argumen dengan memberikan fakta-fakta empirik dari pandangan maupun
penemuan para saintis sebagai argumen rasional yang memperkuatnya. Pendekatan semacam ini disebut
sebagai Pendekatan Teologi, atau metode Dialektika Teologis, atau metode Dialog Ilmiah
Keagamaan, atau metode Dialektika22saja. Keempat istilah ini, pada dasarnya bermaksud sama.
Karena yang dimaksud dengan dialektika, (Bhs.Yunani dialektike atau dialektikos, sebagai seni
berbincang-bincang, atau diskusi)23. Seorang ilmuwan menyatakan24 menyatakan bahwa dialectic sebagai
art of logical disputation (seni mengadu logika). Pada mulanya dialektika merupakan ketrampilan seorang
dialektik dalam menggunakan argumen logika atau debat, utamanya pada turnamen-turnamen debat
yang tujuan utamanya untuk membantah sebuah argumen lawan atau mengarahkan lawan agar
argumennya kontradiktif, dilematis, dan paradoks. Upayanya antara lain: mencoba tidak membiarkan
sesuatupun tesis untuk tidak dipertanyakan lewat antitesis, sehingga ketika debat akan berakhir,
diharapkan sampai pada sebuah sintesis. Hal ini dilakukan dengan mengkonter tesis-tesis seorang
dialektis via antitesis-antitesis dengan baik. Dinyatakan dalam teologinya Plato (428-348 SM) dialektika
merupakan metode metafisika. Maksudnya sebagai upaya menghasilkan pengetahuan tertinggi. Dialektika
ini dikritik oleh Aristoteles (384-322 SM) karena dianggap sebagai sama dengan sophistri25. Meski
demikian, -- katanya -- dialektika mampu menjadi sebuah metode kritik. Neoplatonis (Plotinus/205-279)
menganggap bahwa dialektika sebagai bagian dari perdebatan ke jalan menaik menuju yang satu. Lalu, di
tangan teolog Perancis, Peter Abelardus (1079-1142) dan kawan-kawannya, metode dialektika menjadi
metode Skolastisisme. Friedrich Engels (1820-1895) menggunakan istilah dialektika sebagai Materialisme
Dialektis. Tetapi Johann Gottlieb Fichte (1762-1814) merupakan orang pertama yang memaparkan bahwa
proses dialektika perlu melalui tiga tahap: Tesis, Antitesis, dan Sintesis. Pada akhirnya, ketika sebuah
dialog ilmiah keagamaan, telah menggunakan proses dialektika tiga tahapan pendekatan kritis ini, akan
dihasilkan pemikiran yang sangat mendalam.
Adanya metode teologi yang jelas ini, harus diakui bahwa teologi telah memenuhi kelayakan disebut
sebagai sebuah ilmu. Bahkan seorang pakar26 teologi menyatakan bahwa Theology as science claims the
status of science, and this claim is supported by its publications and its place among university disciplines.
Pada saat ini, ketika ayat-ayat al-Qur’an dan al-Sunnah Rasulullah Muhammad SAW, ditambah dengan
argumen-argumrn rasionalnya, telah dijadikan sebagai advokasi bagi ketimpangan sosial, maka istilah ini
juga disebut sebagai teologi. Dan teologi seperti inilah, yang akhir-akhir ini lebih berkembang. Teologi
dalam pengertian ini, secara substansial sebagai teologi axiologi, seperti teologi feminis, dan lain-lainnya.

III. AKSIOLOGI
Sebagai sebuah disiplin ilmu, teologi islam mempunyai manfaat yang sangat banyak, antara lain:
1. Teologi islam sebagai sebuah disiplin ilmu merupakan salah satu dari tiga fondasi islam yang
pemahamannya harus ada di dalam diri seseorang, sehingga ia dapat dianggap sebagai seorang manusia
yang beriman. Dinyatakan bahwa definisi iman itu, Pertama, nuthqun bi al-lisan (menyatakan keislaman
secara lisan) harus berlandaskan ilmu yang kuat, dan ilmu yang menguatkannya antara lain, yaitu Ilmu
kalam ini. Kedua, ‘amalun bi al-arkan (melaksanakan keislaman secara fisikal) harus berlandaskan ilmu
yang hak, dan ilmu yang menjelaskannya antara lain yaitu ilmu fiqh. Ketiga, tashdiqun bi al-
qalbi(membenarkan keislaman dengan hatinya) harus berpangkal dari ilmu batin yang benar, dan ilmu
yang membeberkannya yaitu ilmu tasawuf.
Untuk maksud itu, memahami dan mendalami teologi islam (ketuhanan, sifat, asma Allah SWT, dan segala
sesuatu yang berkait dengan-Nya) menjadi hal yang sangat urgen, karena dapat memberikan landasan

22
Lihat C A Qadir. Philosophy….dst. Hlm. 46-47
23
Bandingkan dengan Paul Edwards (ed. in Chief). The Encyclopedia of Philosophy. Vol.II. New York: Macmillan
Publishing Co. Inc. & The Free Press. Hlm. 385-397; Jo. Lorens Bagus. Kamus Filsafat. Hlm. 161-164.Jo Penulis Rosda.
Kamus Filsafat. Hlm.78-80.
24
A S Hornby. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. Hlm. 238.
25
Sophistry adalah penalaran yang salah secara sengaja untuk menipu, menyesatkan, atau membela sesuatu tanpa
memperhatikan nilai atau kebenarannya.
26
Lihat Mircea Eliade The Encyclopedia…dst. Hlm. 460
Surakarta, 2-5 November 2009
The 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS)

yang kuat bagi kebenaran keyakinan keberislaman atau keberagamaan seseorang. Dalam hal ini, menjadi
kekuatan keimanan seorang beragama (muslim).
2. Aspek-aspek ketuhanan, bahkan merambah mengisi pada berbagai organisasi tertentu, antara lain yang
menyatakan dirinya sebagai aliran kebatinan. Lalu, beberapa tokoh aliran kebatinan telah meyatakan
dirinya sebagai nabi, karena katanya tokoh itu telah menerima wangsit dari Tuhan. Dengan segala
dampaknya, -- sampai hari ini -- hal ini masih saja terjadi. Berikutnya telah menimbulkan banyak konflik
antar maupun internal umat beragama.
Untuk kepentingan pembangunan yang berkelanjutan, agar umat beragama dapat selalu hidup dalam
ketenteraman dan kedamaian -- tidak selalu terlibat dalam konflik, karena eksistensi sumber konflik antara
lain, sebagai dampak dari terdapatnya pernyataan beberapa oknum bahwa sampai hari ini masih terdapat
nabi baru – pernyataan seperti itu diperlukan kajian aspek teologinya yang mendalam, agar dapat terpeta
dengan baik dan ilmiah, apakah pernyataan yang merupakan pemikiran teologi sesuatu tokoh aliran
keagamaan atau sekte tertentu itu masih dalam koridor pemikiran teologi yang selama ini telah diakui
keabsahannya oleh para ahlinya, atau merupakan sebuah pemikiran teologi netral dan mandiri. Dari sini,
lalu hasil kajian ilmiah itu dapat dijadikan sebagai bahan kebijakan oleh pemerintah dalam membuat
keputusan. Dari sini, lalu pemikiran teologi yang berkembang itu layak dikembangkan, atau perlu
dilakukan pelarangan, karena telah minimbulkan konflik antar maupun internal umat beragama. Dari
kajian ini, pada gilirannya keputusan pemerintah tentang pengembangan atau pelarangan pemikiran
teologi itu tidak merugikan berbagai pihak yang berdampak pada diskriminasi, bahkan dapat dianggap
pemerintah telah melanggar HAM.
3. Pada saat yang lain lagi -- aspek ketuhanan --, justru sangat mempengaruhi kehidupan seseorang.
Karena keyakinan terjadinya takdir atau nasib seseorang dapat menjadikan kehidupannya sangat dinamis
atau fatalis. Semua pemikiran itu sangat dipengaruhi oleh belenggu atau tercerahkan pemikirannya orang
itu dalam memahami pemikiran teologi di dalam kehidupannya. Ketika seseorang meyakini bahwa semua
daya manusia tidak mempunyai peranan sama sekali di dalam kehidupannya, disebabkan karena
keyakinan takdir/nasibnya telah ditentukan oleh Tuhannya -- sebagaimana dinyatakan oleh para pengikut
aliran teologi Jabariyah -- karena Tuhan berkuasa secara mutlak, sehingga usaha di dalam kehidupannya
dianggapnya sebagai upaya yang sia-sia saja. Berkenaan dengan itu maka ia akan menjadi manusia yang
sangat fatalis di dalam kehidupannya. Di dalam hal seperti ini, Tuhan tampak berperan di depan manusia
-- seperti peribahasa -- Tuhan ing ngarso sung tulodo.
Tetapi, kalau dengan teologinya manusia meyakini bahwa daya manusia mampu membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk, karena Tuhan telah memberikan daya kepada manusia sejak ia lahir, sehingga
terserah terhadap manusianya apakah dengan daya itu ia akan menjadi manusia yang sukses atau gagal -
- sebagaimana dinyatakan oleh para pengikut aliran teologi Mu’tazilah -- hal semacam ini akan menjadikan
manusia yang berpegang pada pemikiran teologi ini sangat dinamik di dalam kehidupannya. Hal ini,
karena keyakinannya bahwa takdirnya sangat ditentukan oleh sejauh mana ia mengembangkan atau tak
peduli pada bakat dari dayanya. Dari sini lalu Tuhan akan memberikan takdir kepadanya. Di dalam hal
seperti ini, Tuhan tampak berperan di belakang manusia -- seperti peribahasa -- Tuhan tut wuri handayani
terhadap kemauan manusia. Hanya kekurangannya, tipe manusia penganut teologi ini dapat bersifat
arogan, karena nyaris menafikan peran Tuhan di dalam kehidupannya.
Lain halnya, kalau dengan teologinya manusia meyakini, bahwa takdirnya merupakan kerjasama antara
kehendak Tuhan dengan kreasi daya dirinya. Di sini, seseorang berkeyakinan bahwa kehendak Tuhan
merupakan kebijakan bagi dirinya, sementara kreasi daya dirinya merupakan teknis pelaksanaannya --
demikian pemikiran menganut teologi Asy’ariyah yang konvergensis --. Maka keberhasilan atau tidaknya
takdir dirinya akan tampak, sejauhmana besaran daya kreasi teknis dirinya dalam mempengaruhi
kebijakan kehendak Tuhannya. Kalau besaran daya kreasi teknis dirinya melebih kebijakan kehendak
Tuhan, pastilah daya kreasi dirinya akan berhasil atau sukses menjadi takdir bagi dirinya. Tetapi, kalau
besaran daya kreasi teknis dirinya tidak melebihi kebijakan kehendak Tuhan, pastilah kebijakan Tuhannya
yang tetap terjadi, hanya porsinya, besaran daya kreasi teknisnya, telah mengurangi kebijakan kehendak
Tuhannya. Disini Tuhan berperan bekerjasama dengan manusia -- seperti peribahasa -- ing madya
mangun karso.
4. Secara historis, teologi islam sebagai sebuah metodologi, merupakan salah satu cara pandang diantara
berragam cara pandang di dalam memahami nilai-nilai keagamaan. Ia juga telah digunakan oleh para
pakar muslim dalam memahami berbagai fenomena keagamaan maupun sosial, dengan berbagai
kekurangannya.
Untuk itu, dengan segala konsekwensinya, lalu teologi islam dalam persfektif ini merupakan sebuah
disiplin ilmu yang sangat urgen untuk dikaji secara lebih mendalam.
5. Pada akhir-akhir ini, teologi islam sebagai sebuah aksiologi, telah banyak ditulis para pakar. Tulisan itu
dengan maksud untuk mengadvokasi berbagai ketimpangan sosial; baik aspek sosial keperempuanan,
seperti teologi gender, atau teologi feminisme; juga aspek sosial kemiskinan dan ketertindasan, seperti
teologi kemiskinan atau teologi transformatifnya, dan selain hal tersebut di depan.
Surakarta, 2-5 November 2009
The 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS)

Untuk maksud itu, maka mengkaji teologi islam dalam persfektif ini merupakan sebuah upaya
mengadvokasi ketimpangan sosial. Caranya dengan memahami secara mendalam wahyu Tuhan dan
Sunah Rasul-Nya, via mengembangkan disiplin teologi tertentu sesuai dengan obyek yang diinginkannya.
Dengan teologi ini diharapkan ketimpangan sosial yang terjadi dapat tereleminasi atau kalau mungkin
teratasi secara baik dan benar.

IV. Peta Wilayah Kajian dan Penelitian Teologi Islam.


Secara umum, hampir semua disiplin ilmu pengetahuan sosial maupun humaniora, akan selalu
mempunyai lima wilayah kajian. Pertama, berkaitan dengan kajian para tokohnya (Rijal al-‘ilm). Kedua,
berkaitan dengan karya-karyanya (umpamanya kitab-kitabnya). Ketiga, berkaitan dengan gagasan atau
idea yang dikemukakannya (umpamanya isi tulisannya). Keempat, berkaitan dengan sejarah
perkembangannya. Kelima, berkaitan dengan pengaruhnya.
Kelima hal ini, apabila dicontohkan dalam judul penelitian, selain peneliti dapat meneliti aspek
tesisnya, juga seorang peneliti dapat meneliti aspek antitesis, sintesis bahkan komparasinya dengan tesis,
antitesis, atau sintesis lainnya, umpamanya:
1. Model penelitian tokoh, seperti: “Kedudukan Harun Nasution (sebagai seorang teolog Indonesia) ,
diantara beberapa tokoh teolog dunia”.
2. Model penelitian karya-karya tokoh, umpamanya: “ sebuah studi komparatif antara The Philosophy of
the Kalam, karya Harry Austryn Wolfson, dengan al-Milal wa al-Nihal, karya al-Syahrastani”
3. Model Penelitian Gagasan/Ide/isi karya, umpamanya: “ Sebuah tinjauan atas gagasan Creation of the
World dalam The Philosophy of the Kalam karya Harry Austryn Wolfson”. Contoh lain: “Teologi
Kebatinan Sunda karya Abdul Rozak”.
4. Model Penelitian Sejarah Perkembangan, umpamanya:
“ Sejarah perkembangan munculnya para tokoh ilmu kalam selama pemerintahan Shahabat sampai
dengan khilafah Turki Usmani”.

“ Sejarah perkembangan penulisan kitab/buku ilmu kalam di Indonesia dari awal masuknya Islam di
Indonesia, sampai kini”.

“Sejarah perkembangan -- isi gagasan tentang ilmu kalam -- ketuhanan, atau sifat-sifat, atau Asma-
Nya, atau selain ketiga hal itu, di dalam syair-syair, buku-buku sastra, Folklor atau selain itu di
Indonesia”.

5. Model Penelitian Pengaruh, umpamanya:


“Pengaruh pemikiran teologi Harun Nasution terhadap perkembangan pemikiran teologi para alumnus
program Pascasarjana UIN Syahida Jakarta dalam membangun pola fikir keislaman di Indonesia”.

“Pengaruh kitab al-Milal wa al-Nihal karya al-Syahrastani di berbagai organisasi keagamaan Islam di
Indonesia”.

“Pengaruh isi kitab Ilmu Tauhid karya Muhammad ‘Abduh di kalangan mahasiswa IAIN/UIN/STAIN se
Indonesia”.

“ Pengaruh Ipoleksosbudagama dalam kehidupan para tokoh teologi abad pertama hijriyah”.

“Pengaruh tokoh teologi abad ke tiga hijriyah terhadap perkembangan Ipoleksosbudagama”.

Dan lain-lainnya selain sampel-sampel di depan.

V. Metodologi yang digunakan di dalam penelitian teologi.


Ketika seorang peneliti, akan melakukan sebuah penelitian teologi, berkaitan dengan ayat-ayat suci
al-Qur’an atau al-Sunah, lalu metode yang digunakannya berupa metode dengan ayat-ayat al-Qur’an dan
al-Sunnah dikuatkan dengan pemikiran rasional, atau biasa disebut sebagai metode dialog keagamaan,
dan hasilnya, tampak dalam bentuk tafsir-tafsir al-Qur’an atau al-Sunnah, inilah metode teologi yang
sebenarnya, dengan menghasilkan pemikiran teologi. Dapat juga, memahami ayat al-Qur’an dan al-
sunnah, lewat pendekatan sains sosial, humaniora, bahkan kealaman. Dan pasti hasilya akan sangat
berbeda.

Surakarta, 2-5 November 2009


The 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS)

Ketika, seorang peneliti, akan melakukan sebuah penelitian berkait dengan biografi tokoh teologi,
maka seorang peneliti, dapat menggunakan metode historis. Namun, ketika tokoh yang diteliti berkait
dengan aspek pengelolaan organisasinya, seorang peneliti dapat menggunakan metode administrasi atau
leadership atau manajemen atau decition makingnya, dan lain-lain, selain sampel-sampel di depan.
Ketika seorang peneliti akan melakukan penelitian teologi, berkaitan dengan interaksi sosial para
tokohnya, maka seorang peneliti dapat menggunakan metode sosiologi.
Ketika seorang peneliti akan melakukan penelitian teologi, berkaitan dengan gagasan atau pengaruh
teologi seorang tokohnya, maka seorang peneliti dapat menggunakan metode antropologi, strukturalisme,
fenomenologi, politik, filologi, atau psikologi dan berbagai disiplin ilmu lainnya, disesuaikan dengan
gagasan apa yang akan dikaji oleh peneliti itu, sehingga metode dapat sesuai dengan aspek ontologi yang
sedang dikajinya.
Dari sini, dapat dinyatakan bahwa hampir semua disiplin ilmu dapat digunakan sebagai cara
pandang/approach/metode untuk mengkaji berragam aspek keteologian, disesuaikan dengan ontologi apa
yang sedang dikajinya.

Bandung, Agustus 2009

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Abdul Rozak
Tempat/tanggal lahir : Brebes/ 11 Juni 1952
Alamat : Jl. Panineungan I, Blok B.I/05. RT/RW: 01/ 02; Kel Cipadung
Kidul; Kec. Panyileukan; Bandung (40614) Telp.
(022) 780 9335. HP. 081572272119
Pekerjaan : Dosen Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung dan
Dosen Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

B. PENDIDIKAN DAN LATIHAN


1. Pendidikan Formal
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Prapag Kidul 3 tahun lulus (1961)
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Losari Lor 6 tahun lulus (1964)
Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI) Losari 3 tahun lulus (1967)
Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 4 tahun Ketanggungan, Brebes lulus (1968)
Sekolah Persiapan IAIN (SP. IAIN) Syahida Cabang Cirebon 3 tahun lulus (1970)
Sarjana Muda IAIN (Sarmud IAIN) Syahida Cabang Cirebon 3 tahun lulus (1974)
Sarjana Lengkap Jurusan Perbandingan Agama IAIN SGD Bandung lulus (1989)
S.2. IAIN Syahida Jakarta (beasiswa Depag) lulus (1998)
S.3. UIN Syahida Jakarta (beasiswa Depag) lulus (2003)
2. Pendidikan Non Formal/Latihan
Pesantren Tradisional oleh Kiai Ridwan (alm) di Prapag Kidul, Losari, Brebes (1958-1967)
Pesantren Gedongan oleh Kiai Yusuf (alm) di Ender, Cirebon (1968)
Pelatihan Keluarga Berencana di Kab. Serang (1975)
Penataran P4 Juru Penerang Agama Tk. Pusat di Palu (1980)
Diklat Kasubsi MTQ/HBI di Pusdiklat Pegawai Depag Manado (1980)
Diklat Kasi Penais se Indonesia Timur di Pusdiklat Pegawai Depag Manado (1983)
Sekolah Pimpinan Admnistrasi Tingkat Lanjutan (Sepala) Depag A. VI se Indonesia Timur di
Ujung Pandang 1985/1986
Penataran/Pelatihan Pemantapan Kesadaran Bela Negara di Bandung (1991)
Pelatihan Bahasa Arab oleh Pusat Bahasa IAIN S G D Bandung (1993)
Penataran/Pelatihan Calon Penatar P4. (TOT) A.XI Jawa Barat di Bandung (1997)
Pelatihan Bahasa Inggris oleh Pusat Bahasa IAIN SGD Bandung (2002)

C. PENGALAMAN DALAM JABATAN


Kepala Seksi Penais Kandepag Kab. Banggai di Luwuk Sul Tengah (1978-1986)
Kasubag Umum pd Bag. TU Fak Ush IAIN SGD Bandung (1989-1990)
Kabag TU Fak Ushuluddin IAIN Sunan Gunung Djati Bandung (1990-1996).
Ketua Bid Kajian Aqidah-Filsafat pd. Puskaji IAIN SGD Bandung/Lektor Kepala pada Fak Ush IAIN
SGD Bandung (2000-2003)
Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Gunung Djati Bandung (2003-2007)
Surakarta, 2-5 November 2009
The 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS)

Guru Besar (Profesor) SPPI pada Fak. Ush. UIN SGD Bandung (2006-Sekarang)

D. PENGALAMAN KEPEGAWAIAN
Capeg Pengatur Muda Tk. I (II/b) di Kanwil Depag Palu, Sul Tengah (1977)
Peg Neg. Pengatur Muda Tk. I (II/b) di Kanwil Depag Palu, Sul Tengah (1978)
Pengatur (II/c) di Kandepag Kab. Banggai, Luwuk, Sul Tengah (1980)
Pengatur Tk. I (II/d) di Kandepag Kab. Banggai, Luwuk, Sul Tengah (1982)
Penata Muda (III/a) di Kandepag Kab. Banggai, Luwuk, Sul Tengah (1984)
Penata Muda Tk.I (III/b) di Fak Ush IAIN SGD Bandung (1988)
Penata (III/c) di Fak Ush IAIN SGD Bandung (1992)
Penata Tk. I (III/d) di Fak Ush IAIN SGD Bandung (1996)
Pembina (IV/a) di Fak Ush IAIN SGD Bandung (1998)
Pembina Tk I (IV/b) di Fak Ush IAIN SGD Bandung (2000)
Pembina Utama Muda (IV/c) di Fak Ush UIN SGD Bandung (2007)

E. PENGHARGAAN /TANDA JASA


Dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Kab. Serang 1975
Dari Menteri Nakertranskop sebagai Peserta TKS/BUTSI A.VI. Jabar 1976
Dari Bupati Kab. Banggai sebagai Peserta terbaik I Penataran P.4 Angkatan I. Kab. Banggai
Sul Tengah 1980
Dari Gubernur Sul Tengah sebagai Ketua Official MTQ Kab. Banggai 1981
Dari Gubernur Sul Tengah sebagai Peserta terbaik I Penataran Khatib/Muballigh/ GAH Angkatan
.I. 1983
Dari Kepala Badan diklat Depag RI Jakarta, sebagai peserta dengan nilai memuaskan (5 besar)
Sepala A. VI se Indonesia Timur di Ujung Pandang 1986
Dari Gubernur Jabar sebagai Peserta Calon Penatar P 4. TOT 1997.
Dari Presiden Republik Indonesia (Satya Lancana Karya Satya XX Tahun) 2002
Dari Missi Haji Republik Indonesia, Kantor Haji Daerah Kerja Madinah, sebagai Pelaksana
Pelayanan, Pembinaan, dan Perlindungan Jemaah Haji Indonesia 2006.
Dari Presiden Republik Indonesia (Satya Lancana Karya Satya XXX Tahun) 2008
F. KARYA TULIS ILMIAH
1. Buku tercetak
1.1. Etos Kerja, dalam buku Beragama di Abad 21. oleh Penerbit Dzikrul Hakim 1996
1.2. Cara Memahami Islam, Penerbit Gema Media Pusakatama, 2000
1.3. Ilmu Kalam, Penerbit Pustaka Setia, 2001
1.4. Istilah-Istilah dalam Teologi, Penerbit Pustaka Setia, 2001
1.5. Filsafat Umum, Penerbit Gema Media Pusakatama, 2002
1.6. Teologi Kebatinan Sunda, Penerbit Kiblat Buku Utama, 2005
1.7. Dahsyatnya Doa Memelihara Anak Yatim, Penerbit Kultum Media, 2009

2. Penelitian.
1. Penelitian Individual tentang Aliran Kebatinan Perjalanan, dana Depag Pusat Rp 6.000.000,-
th. 1996
2. Ketua Penelitian Kelompok tentang Teologi Kebatinan Subud dan Madraisme, dana Depag
Pusat Rp. 17.500.000,- th. 2002
3. Penelitian Individual tentang Metodologi Studi Islam, dana UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Rp. 6.000.000,- th. 2007

3. Makalah dalam Seminar/Workshop/Saresehan/Diskusi/Lokakarya, dll


a. Makalah dipublikasikan
1. Sebuah Tinjauan terhadap Pandangan S Husein Al-Atas tentang Tesis Weber dan Asia
Tenggara, makalah pada Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya “Wawasan” Fak
Ushuluddin IAIN SGD Bandung, 1989
2. Manusia dan Tantangan Modernitas makalah pada Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya
“Wawasan” Fak Ush IAIN SGD Bandung, 1990.
3. Robiah al-Adawiyah makalah pada Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya “ Wawasan “
Fak Ush IAIN SGD Bandung,1993
4. Jabariah : Pemuka dan Ajarannya makalah pada Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya
“Wawasan” Fak Ush IAIN SGD Bandung No XVI, 1995

Surakarta, 2-5 November 2009


The 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS)

5. Husein al-Hallaj dan Ajarannya makalah pada Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya “
Mimbar Study” IAIN SGD no. 69/XVI/1995
6. Konsepsi Tentang Tuhan dan Hari Akhir dalam Teologi Agama Sunda di Jurnal Ilmu
Agama Islam dan Kebudayaan “ Tajdid” LPP IAID Ciamis, terakreditasi No.17 th XI,
2004
7. Memahami Teologi Aliran Kebatinan Subud dan Madraisme di Jawa Barat pada Jurnal
Penelitian Islam Indonesia “ Istiqra” Ditjen Bagais Vol 2 No.1 2005
8. Kebudayaan Etnik Sunda, makalah pada Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya “
Wawasan “ Fak Ush IAIN SGD Bandung, vol. 28.No.2. th.2005.
9. Nilai-nilai dan Struktur Sosial Etnik Sunda, makalah pada jurnal Ilmiah Agama dan Sosial
Budaya “ Wawasan “ Fak Ush UIN SGD Bandung. Vol 29. No.2. 2006.

b. Makalah tak dipublikasikan


1. Pengendalian Aliran Ali Taetang di Kabupaten Banggai, makalah Sepala Depag A VI di Ujung
Pandang 1985/1986
2. Penyempurnakan Pelaksanaan Penerangan dalam Rangka Memantapkan Keserasian Hubungan
Ideologi Pancasila dengan Ajaran Agama, Makalah Kelompok Sepala Depag A VI di Ujung
Pandang 1985/1986
3. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia, makalah disampaikan pada Penataran P4
Juru Penerang Agama di Palu 1980
4. Sistem Pembinaan Agama Islam di Kalangan Transmigrasi, Makalah disampaikan pada
Penataran Khatib/Muballigh/GAH di Palu 1982
5. Agama dan Ajarannya disampaikan pada Penataran Ketrampilan Praktis Lepasan Lembaga
Pemasyarakatan di Luwuk 1982
6. Kerukunan Hidup Umat Beragama disampaikan pada Santiaji Sosial Politik para Tahanan Politik
di Luwuk 1984
7. Peningkatan Kemampuan dan Ketrampilan Petugas Penerangan Agama Islam dalam rangka
Pembinaan Mental Umat Beragama, disampaikan pada Penataran Kepala Seksi Penerangan
Agama Islam se Indonesia Timur di Manado 1983
8. Penerangan Agama Islam Kabupaten Banggai di Masa Mendatang disampaikan pada Raker
Kandepag Kabupaten Banggai di Luwuk 1985
9. Pembicara pada diskusi di Puskaji IAIN SGD Bandung, tema, Hukum Islam dalam Persfektif
Filsafat. Tahun 1999.
10. Pembicara pada diskusi di MUI Jabar, tema, Wangsit, Occultisme, Klenik, Magic, dan Ilmu
Hikmah tahun 2002
11. Pembicara pada Workshop di Pusat Penelitian IAIN SGD Bandung, tema, Fakultas Ushuluddin
di Masa Depan, tahun 2003
12. Pembicara pada acara pengembangan keilmuan para Dosen yunior IAIN SGD Bandung, tema
Fakultas Ushuluddin dalam Menghadapi Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2003
13. Ketua Panitia Seminar Nasional di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, tema, Masa Depan
Bangsa dan Radikalisme Agama tahun 2004
14. Pembicara pada acara Lokakarya Strategi Penelitian pada Pusat Penelitian IAIN SGD
Bandung, tema, Penelitian dan Arah Pengembangan Ilmu ke-Ushuluddinan, 2004
15. Pembicara pada diskusi bulanan Dosen Fak Ush. oleh Ketua Laboratorium Fak Ush, IAIN SGD
Bandung, tema, Agama Bangsa Jerman Kuno, 2004
16. Pembicara pada Pertemuan Dekan-Dekan Fak Ushuluddin se Indonesia di UIN Jakarta, tema,
Life Skill di Fak. Ushuluddin tahun 2005
17. Makalah pada konsorsium keilmuan IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, tema, Argumen
Filosofis Keilmuan Ilmu Kalam, tahun 2005
18. Pembicara pada bedah buku oleh Jakatarub (Jaringan Kerja Antar Umat Beragama) Jabar,
tema When Religion Becomes Evil, Karya Charles Kimbal, tahun 2005
19. Pembicara pada bedah buku oleh Jakatarub Jabar, tema Islam on the Rise: Islam in the Third
Millenium, Karya Murad W Hofmann, tahun 2005
20. Pembicara pada Pelatihan Kepemimpinan Gereja PGIW Jabar, oleh Pimpinan Gereja Kristen
Jabar, tema Membangun Masyarakat Jawa Barat yang Plural, tahun 2005
21. Pembiaca pada acara Temu wicara antar umat beragama oleh Jakatarub Jabar, tema,
Menyudahi Kekerasan atas nama Agama, tahun 2005
22. Pembicara pada diskusi publik Kopistawa Jabar, tema, Fatwa Sesat MUI kepada jemaah
Ahmadiyah, tahun 2005

Surakarta, 2-5 November 2009


The 9th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS)

23. Pembicara pada Seminar oleh YPKP ’65 Pawopkorba-LPR Krob-Pakorba se Jabar, tema,
Tragedi Kemanusiaan ’65 dan Pelanggaran HAM Berat di tinjau dari Sudut Pandang Moral
dan Agama tahun 2005
24. Pembicara pada acara Studium General Yayasan Darul Mantik Bandung dengan tema:
Memahami Filsafat dengan Mudah, tahun 2005
25. Pembicara dalam diskusi bebas oleh BEM HMJ BSA Fakultas Adab UIN Sunan Gunung Djati
Bandung dengan tema: Bertuhan tapi tak Beragama, tahun 2005
26. Pembicara pada Workshop Peningkatan Wawasan Kepustakaan Keagamaan Guru-Guru
Agama SLTP, di Gedung BKM Kanwil Depag Jabar, tema, Agama dan Kontribusinya dalam
Memecahkan Problematika Sosial, th. 2006
27. Sebagai Key Note Speacker pada acara Seminar terbuka oleh BEM HMJ SA Fakultas
Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung dengan tema: Menggugat Pluralisme dan
Liberalisme sesat atau benar, tahun 2006
28. Pembicara pada pertemuan Dekan-Dekan Fak. Ushuluddin IAIN/UIN se Indonesia di Padang,
tema, Prospek Pengembangan UIN/IAIN, tahun 2006
29. Pembicara pada acara diskusi panel bebas antar Organisasi Islam se Jawa Barat di Mesjid
Muhajirin Suryalaya, Buah Batu, Bandung, dengan tema: Latar belakang terjadinya
perbedaan di dalam Islam dan Solusinya, tahun 2006
30. Pembicara pada acara Diklat Dosen DPK se Jabar dan Banten, di Balai Diklat Keagamaan
Bandung, tema, Pengembangan Bahan Ajar, 2007
31. Pembicara pada acara diskusi Lailah al-Ijtima’, NU Wilayah Jabar, tema, Akar-akar
Ekstrimisme/Radikalisme Dalam Islam. 2007.
32. Pembicara pada diskusi Dosen IPDN Bandung, tema Islam Emansipatoris dan Transformatif.
2007
33. Pembicara pembanding pada acara bedah buku oleh BEM-J REMA Tafsir-Hadits, tema
Selangkah lagi Mahasiswa UIN jadi Kiai oleh Dr Ahmad Luthfi tahun 2007
34 Pembicara pada acara seminar sehari di Gedung PGSD Purwakarta oleh PGRI Purwakarta
dengan tema: Konsep Tauhid sebagai Dasar Pembinaan Karakter didik yang Mandiri dan
Kreatif, tahun 2007
35. Pemakalah pada diskusi bulanan Dosen Fak Ush UIN SGD Bandung, tema UIN di Tengah
Pusaran Liberalisasi Pemikiran, 2007
36. Makalah pada acara seminar internasional antara Indonesia dan Malaysia oleh konsorsium
keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dengan judul: Filsafat Ilmu Kalam (Teologi
Islam), tahun 2007
37. Pemakalah pada diskusi bulanan dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, tema: Kenabian Terakhir, tahun 2007
38. Pembicara pada acara penataran Classroom intensive lecture Daurah Nasional Kader Ulama
Pondok Pesantren di Pesantren al-Ittifaq oleh Kanwil Depag Jabar dengan tema: Wawasan
Keulamaan, tahun 2008
39. Orasi ilmiah pada acara Wisuda Sarjana Unismuh Luwuk, Sul Tengah dengan tema:
Ekosistem dalam perspektif para ahli dan peranan pendidikan terhadapnya, tahun 2008

E mail: Abdulrozak @ Yahoo.Co.id

Bandung, Agustus 2009

Surakarta, 2-5 November 2009

Anda mungkin juga menyukai