Anggun Nan Tongga adalah kaba tentang Kisah kasih Anggun Nan Tongga
Magek Jabang dengan Siti Gandoriah, gadis sepesusuan di Pariaman. Kisah
sastra klasik ini dimulai dengan cerita Anggun Nan Tongga. Ibunya meninggal
ketika ia dilahirkan. Ayahnya pergi ke Gunung Ledang bertarak atau bersemedi.
Setelah ditinggal ibunya, Nan Tongga dibesarkan oleh mandeh (ibu) Suto Suri,
adik ibunya.
Pariaman, sebuah kota perdagangan yang ramai dan pencalang dari Banten
dan Aceh, Portugis, Inggeris dan Cina banyak berlabuh di sana. Ketiga mamak
Anggun Nan Tongga ikut merantau dan tak pernah pulang. Anggun Nan Tongga
menjadi seorang pemuda yang kekar dan telah mengalahkan Nangkodoh Bahar
(Nakhoda Bahar). Namun, Anggun dianggap pengecut oleh orang di gelanggang,
karena tidak berani merantau. Ia takut meninggalkan tunangannya Siti Gandoriah,
anak mamaknya di Tiku. Semenjak itu besar keinginannya untuk merantau
mencari mamaknya. Salah seorang di antaranya adalah ayah Gandoriah. Dengan
berat hati Suto Suri merelakan keinginan Anggun Nan Tongga untuk berlayar
membangkit batang terandam, mencari mamaknya.
Ketika Anggun akan berangkat dengan dandang panjang, milik Malin Cik
Mas, Gandoria berpesan kepada Anggun agar ia dikirimi kelak burung nuri 700.
Akhirnya Anggun telah mengunjungi berbagai pelabuhan. Sampailah ia ke sebuah
pulau bernama Binuang Sakti yang dikuasai oleh perompak Palimo Bajau.
Dandang Panjang berpapasan dengan lanun Palimo Bajau yang dapat dikalahkan
Anggun.
Sumber : A.A. Navis, Cerita Rakyat dari Minangkabau, Gramedia Grassindo, 1992