Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Penyakit AIDS merupakan suatu syndrome/kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh
retrovirus yang menyeran system kekebalan atau pertahanan tubuh. Dengan rusaknya system kekebalan
tubuh maka orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit-penyakit lain yang berakibat fatal,yang
dikenal dengan infeksi oportunistik. Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika
serikat pada tahun 1981 dan virusnya ditemukan oleh Luc Montagnier pada tahun 1983.

Penyakit AIDS dewasa ini telah terjangkit di hamper setiap Negara di dunia (Pandemi),termasuk di
antaranya Indonesia. Hingga November 1996 diperkirakan terdapat sebanyak 8.400.000 Kasus didunia
yang terdiri dari 6.7 juta orang dewasa dan 1.7 juta anak-anak. Di Indonesia berdasarkan datat-data yang
bersumber dari Direktorat Jendral P2M dan PLP Depertemen Kesehatan RI sampai dengan 1 Mei 1998
jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 685 Orang yang dilaporkan oleh 23 Propinsi di Indonesia. Data
jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia pada dasarnya Bukan lah merupakan gambaran jumlah pendrita
yang sebenarnya.Pada penyakit ini berlaku Teori “Gunung Es” dimana penderita yang kelihatan hanya
sebagian kecil dari yang semestinya. Untuk itu WHO mengistimewakan bahwa dibalik 1 penderita yang
terinfeksi telah terdapat kurang lebih 100-200 penderita HIV yang belum ketahui.

Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu singkat terjadi peningkatan
jumlah penderita dan melandas semakin banyak Negara. Dikatakan pula bahwa epidemi yang terjadi
tidak saja menyenal penyakit (AIDS),virus (HIV) tetapi juga reaksi atau dampak negatif berbagai
bidanseperti kesehatan,social,ekonomi,politik,kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan tantanga
yang harus dihadapai baik oleh Negara maju maupun Negara berkembang.

1
B. Tujuan Penulisan

1.Tujuan Umum

Mahasiswa mampu Mengetahui gambaran umum tentang AIDS dan proses keperawatannya.

2. Tujuan Khusus

 Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian dan etiologi AIDS


 Mahasiswa mampu mengetahui epidemologi AIDS
 Mahasiswa mampu mengetahui tantda dan gejala AIDS
 Mahasiswa mumpu mengetahui tentang patofisiologi dan pathway AIDS
 Mahasiawa mampu mengetahui tentang pemeriksaan diagnostic pada AIDS
 Mahasiswa mampu mengetahui tentang penatalaksanaan medis dan keperawan pada
AIDS
 Membuat asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit AIDS

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

AIDS adalah merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh menurunnya imunitas
tubuh sebagai akibat dari serangan Humanlmunodeficiency virus. Karena imunitas tubuh yang diserang
oleh virus HIV,maka penderita mudah diserang berbagai macam penyakit infeksi dan kanker yang tidak
biasa.Kasus HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Hingga September
2008, penderita AIDS yang dilaporkan berjumlah 13,958 orang. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
(1997-2007) terjadi peningkatan kasus AIDS lebih dari 40 kali.

AIDS adalah Syndrome akibat defisiensi immunitas selluler tanpa penyebab lain yang diketahui,
ditandai dengan infeksi oportunistik keganasan berakibat fatal. Munculnya Syndrome ini erat
hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan tubuh yang prosesnya tidaklah terjadi seketika
melainkan sekitar 5-10 tahun setelah seseorang terinfeksi HIV.

B. Epidemiologi Penyakit Terkait ( Di Dunia / Di Indonesia)

AIDS pertama kali dilaporkan oleh Gottlied dari Amerika pada tahun 1981. Sejak saat itu jumlah
Negara yang melapor kasus-kasus AIDS meningkat dengan cepat. Dewasa ini penyakit HIV/AIDS telah
merupakan pandemi, menyerang jutaan penduduk dunia,dewasa,pria,bahkan anak-anak. WHO
memperkirakan bahwa sekitar 15 juta orang diantarannya 14 juta remaja dan dewasa terinfeksi HIV.
Setiap hari 5000 orang ketularan HIV.

Menurut etimasi WHO pada tahun 2000 sekitar 30-40 juta orang terinfeksi virus HIV 12-18 juta
orang akan menunjukkan gejala-gejala AIDS dan setiap tahun sebanyak 1,8juta orang akan meninggal
karena AIDS. Pada saat ini laju infeksi pada wanita jauh lebih cepat dari pada pria. Dari seluruh infeksi,
90% akan terjadi di Negara berkembang, terutama asia.

Pandemi global AIDS telah sampai di Indonesia. Kasus AIDS pertama di Indonesia pada tahun 1987
seorang wisatawan Belanda yang meninggal di Bali pada tahun 1988. Enam tahun kemudian virus HIV
telah terdeteksi di Sembilan propinsi di Indonesia.

Menurut data Ditjen PPM dan Departemen kesehatan pada bulan Mei 1998 telah tercatat 685 kasus
HIV/AIDS, diantaranya 184 penderita AIDS dan 501 penderita HIV yang dilaporkan oleh 23 propinsi di
Indonesia. Hal berarti terjadi peningkatan sebanyak 100 kali sejak tahun 1987 yang pada waktu baru
tercatat 6 kasus.

3
B. Anatomi dan Fisiologi Organ Terkait
Organ tubuh manusia yang diserang oleh HIV/AIDS adalah:
1. Sistem saraf pusat ( SSP )
2. Sistem imun
3. Hati

D. Etiologi

Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang di sebut human
Immunodeficiency Virus (HIV). Virus in pertama kali di isolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di
prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV),sedangkan gallo di
Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesempatan internasional pada
yahun 1989 nama firus di rubah menjadi HIV.

Muman Immunodeficiency Virus adlah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli
merupakan partikel yang inert,didak dapat mengembang atau melukai at5au ia masuk ke sel target. Sel
target virus ini terutama sel lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk firus HIV yang di sebut CD-
4 Didalam sel lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yag lain,dapat tetep hidup lama
dalam sel dalam keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu di anggap
infektieous yang setiap saat dapat aktf dan dapat di tularkan selama hidup penderita tersebut.

Secara mortotologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung
(envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusn atar dua untaian RNA (Ribonocleic Acid). Enzim
reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipit dan gliprotein (gp 41
dan gp 120). Gp 120 berhubungan engan resertor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus
sensitive terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih,sinar matahari dan mudah di matikan dengan
berbagai disinfektan seperti eter,aseton, jodium hipoklorit dan sebagainya ,tetepi telatif resisten radiasi
dan sinar ultraviolet.

Virus HIV hidup dalam darah,savila,semen,air mata dan mudah mati di luar tubuh. HIV juga
dapat di temukan dalam sel monosit,makrotag dan sel gila jaringan otak.

CARA PENULARAN

Secara umum ada 5 faktor yang perlu di perhatikan pada penularan suatu penyakit yaitu sumber
infeksi,vehukulum yang membawa agent,host yang rentan,temap keluar kuman dan tempat masuk
kuman(port’d entrée).

Virus HIV smpa sat ini terbukti hanya menyerang sel Lymfosit T dan sel otak sebagai organ
sasarannya. Virus HIV sangat lemah dan mudah mati di luar tubuh.sebagai vihigulum yang dapat
membawa virus HIV kelur tubuh dan menularkan kepada orang lain adalah berebagai cairan

4
tubuh.Cairan tubh yang terbukti menularkan di antaranya semen, cairan vagina atau servik dan darah
penderita.

Banyak yang di duga menjadi cara penularan virus HIV,namun hingga kini cara penularan HIV yang
di ketahui melalui:

1. Tranmisi Seksual
Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun Heterokseksual merupakan
penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan semen da
cairan vagina atau serik.Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada pasangan
seksnya. Resiko penularan HIV tergantung pada pasangan seks,jumlah pasangan seks dan jenis
hubungan seks. Pada penelitian Darrow (1985) di temuka resiko seropositive untuk zat anti terhadap
HIV cenderuk naik pada hubungan seksual yang di lakukan pada pasangan tidak tetep.
Orang yang sering berhubungan seksusl dengan berganti pasangan merupakan kelompok
manusia yang beresiko tinggi terinfeksi virus HIV.

a. Homoseksul

Dinunia berat,Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas homoseksual menderita


AIDS, berumur antara 20-40 tahun dari semua golongan rusial.

Cara hubungan seksual anogenetal merupakan perilaku seksual dengan dengan resiko tinggi
bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari
seorang pengidap HIV .Hal ini berhubungan dengan mukosa rectum yang sangat tipis dan
mudah sekali mengalami pertukaran pada saat berhubungan secara anogenital.

b. Heteroseksual
Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui berhububgan heteroseksual pada
promiskuitas dan penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual aktif baik pria maupun
wanita yang mempunyai banyak pasangan dan berganti-ganti.

5
E. Manifistasi klinik

Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS adalah
diidentifikasi sulit karena symptomnya yang di tuju pada umumnya adalah bemula dari gejala-gejala
umum yang lajim didapati pada bebagai penderita penyakit lain, namun secara umum dapat kiranya
dikemukakan sebagai berikut :

 Rasa lelah dan lesu


 Berat badan menurun secara drastic
 Demam yang sering dan berkeringat di waktu malam
 Mencret dan kurang nafsu makan
 Bercak-bercak putih dilidah dan dimulut
 Pembekakan leher dan lipatan paha
 Radang paru-paru
 Kanker kulit

Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal antara lain tumor dan
infeksi oportunistik :

1. Manifestasi tumor diantaranya :


a. Sarkoma Kaposi ; kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi
kejadiannya 36-50% biasanya terjadi pada homoseksual, dan jarang terjadi pada
heteroseksual serta jarang menjadi sebab kematian primer.
b. Limfoma ganas ; terjadi seyelah sarcoma kaposi dan menyerang syaraf , dan bertahan
kurang lebih 1 tahun .
2. Manifestasi oportunistik diantaranya
a. Manifestasi pada paru-paru
 Pneumonia pneumocystis (PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru-
paru PCP dengan gejala sesak napas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan
demam.
 Cytomegalo virus (CMV)
Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru tetapi
dapat menyebabkan pneumocytis. CMV merupakan penyebab kematian 30%
penderita AIDS.
 Mycobacterium avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit
disembuhkan
 Mycobacterium tuberculosis

6
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke
organ lain organ diluar paru,
3. Manifestasi pada gastroitestinal
Sekitar 10% kasus AIDS menunjukkan manifestasi neorologis, biasanya timbul pada
fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah ensefilitis, meningitis, demensia,
mielopati dan neuropari perifer.

Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam yang menyerupai flu biasa
sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya berupa penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat
badan semula, berkeringat malam, diare kronik, kelelahan, limfadenopati. Beberapa ahli klinik telah
membagi beberapa fase infeksi HIV yaitu :

1. Infeksi HIV Stadium Pertama


Pada fase pertama terjadi pembentukan antibodi dan memungkinkan juga terjadi
gejala-gejala yang mirip influenza atau terjadi pembengkakan kelenjar getah bening.
2. Persisten Generalized Limfadenopati
Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal, keringat pada waktu
malam atau kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas dan sariawan oleh jamur
kandida di mulut.
3. AIDS Relative Complex (ARC)
Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan sehingga mulai terjadi
berbagai jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah oleh kekebalan tubuh. Disini
penderita menunjukkan gejala lemah, lesu, demam, diare, yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya dan berlangsung lama, kadang-kadang lebih dari satu tahun, ditambah dengan
gejala yang sudah timbul pada fase kedua.
4. Full Blown AIDS
Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat rentan terhadap
infeksi sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu. Sering terjadi radang paru pneumocytik,
sarcoma kaposi, herpes yang meluas, tuberculosis oleh kuman opportunistik, gangguan
pada sistem saraf pusat, sehingga penderita pikun sebelum saatnya. Jarang penderita
bertahan lebih dari 3-4 tahun, biasanya meninggal sebelum waktunya.

7
F. Patofisiologi

Virus memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4.
Kelompok terbesar yang mempunyai molekul CD4 adalah limfosit T4 yang mengatur reaksi sistem
kekebalan manusia. Sel-sel target lain adalah monosit, makrofag, sel dendrit, sel langerhans dan sel
mikroglia. Setelah mengikat molekul CD4 melalui transkripsi terbalik. Beberapa DNA yang baru
terbentuk saling bergabung dan masuk ke dalam sel target dan membentuk provirus. Provirus dapat
menghasilkan protein virus baru, yang bekerja menyerupai pabrik untuk virus-virus baru. Sel target
normal akan membelah dan memperbanyak diri seperti biasanya dan dalam proses ini provirus juga ikut
menyebarkan anak-anaknya. Secara klinis, ini berarti orang tersebut terinfeksi untuk seumur hidupnya.

Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi diaktifkan. Aktifasi
sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen, sitokin (TNF alfa atau interleukin 1) atau
produk gen virus seperti sitomegalovirus (CMV), virus Epstein-Barr, herpes simpleks dan hepatitis.
Sebagai akibatnya, pada saat sel T4 yang terinfeksi diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV
akan terjadi dan sel T4 akan dihancurkan. HIV yang baru dibentuk ini kemudian dilepas ke dalam
plasma darah dan menginfeksi sel-sel CD4+ lainnya. Karena proses infeksi dan pengambil alihan sel T4
mengakibatkan kelainan dari kekebalan, maka ini memungkinkan berkembangnya neoplasma dan
infeksi opportunistik.

Sesudah infeksi inisial, kurang lebih 25% dari sel-sel kelenjar limfe akan terinfeksi oleh HIV
pula. Replikasi virus akan berlangsung terus sepanjang perjalanan infeksi HIV; tempat primernya adalah
jaringan limfoid. Kecepatan produksi HIV diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang yang
terjangkit infeksi tersebut. jika orang tersebut tidak sedang menghadapi infeksi lain, reproduksi HIV
berjalan dengan lambat. Namun, reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang
menghadapi infeksi lain atau kalau sistem imunnya terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode
laten yang diperlihatkan oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi HIV. Sebagian besar orang yang
terinfeksi HIV (65%) tetap menderita HIV/AIDS yang simptomatik dalam waktu 10 tahun sesudah
orang tersebut terinfeksi.

HIV tergolong ke dalam kelompok virus yang dikenal scbagai retrovirus yang menunjukkan bahwa
virus tersebut membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dalam asam
deoksiribonukleat (DNA). Virion HIV (partikel virus yang lengkap dan dibungkus oleh selubung
pelindung) mengandung RNA dalam inti berbentuk peluru terpancung dimana p24 merupakan
komponen struktural yang utama. Tombol yang menonjol lewat dinding virus terdiri atas protein gp120
yang terkait pada protein gp41. Bagian yang secara selektif  berikatan dengan sel-sel CD4-posisitf
(CD4+) adalah gp120 dari HIV. 3

8
Sel-sel  CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper (yang
dinamakan sel-sel CD4+ kalau dikaitkan dengan infeksi HIV); limfosit T4 helper ini merupakan sel
yang paling banyak di antara ketiga sel di atas.3-5 Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper, HIV
akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper. Dengan menggunakan
enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase, HIV akan melakukan pemrograman ulang materi
genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas-ganda). DNA ini
akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen.3          
Menurut Smeltzer3 siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel  yang terinfeksi
diaktifkan. Aktivasi  sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen, sitokin (TNF alfa
atau interleukin l) atau produk gen virus seperti sitomegalovirus (CMV; cytomegalovirus), virus
Epstein-Barr, herpes simpleks dan hepatitis. Sebagai akibatnya, pada saat sel T4 yang terinfeksi
diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 akan dihancurkan. HIV yang
baru dibentuk ini kemudian dilepas ke dalam plasma darah dan menginfeksi sel-sel CD4+ lainnya.
Infeksi HIV pada monosit dan makrofag tampaknya berlangsung secara persisten dan tidak
mengakibatkan kematian sel yang bermakna, tetapi sel-sel itu menjadi reservoir bagi HIV sehingga
virus tersebut dapat tersembunyi dari sistem imun dan terangkut ke seluruh tubuh lewat sistem itu untuk
menginfeksi berbagai jaringan tubuh. Sebagian besar jaringan itu dapat mengandung molekul CD4+
atau memiliki kemampuan untuk memproduksinya.3
Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa sesudah infeksi inisial, kurang-lebih 25% dari sel-sel
kelenjar limfe akan terinfeksi oleh HIV pula. Replikasi virus akan berlangsung terus sepanjang
perjalanan infeksi HIV; tempat primernya adalah jaringan limfoid. Ketika sistem imun terstimulasi.
replikasi virus akan terjadi dan virus tersebut menyebar ke dalam plasma darah yang mengakibatkan
infeksi berikutnya pada sel-sel CD4+ yang lain. Penelitian yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa
sistem imun pada infeksi HIV lebih aktif daripada yang diperkirakan sebelumnya sebagaimana
dibuktikan oleh produksi sebanyak dua milyar limfosit CD4+ per hari. Keseluruhan populasi sel-sel
CD4+ perifer akan mengalami "pergantian (turn over)" setiap 15 hari sekali.3,6
Kecepatan produksi HIV diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang yang terjangkit
infeksi tersebut. Jika orang tersebut tidak sedang berperang melawan infeksi yang lain; reproduksi HIV
berjalan dengan lambat. Namun, reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang
menghadapi infeksi lain atau kalau sistem imunnya terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode
laten yang diperlihatkan oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi HIV. Sebagai contoh, seorang
pasien mungkin bebas dari gejala selama berpuluh tahun; kendati demikian, sebagian besar orang yang
terinfeksi HIV (sampai 65%) tetap menderita penyakit HIV atau AIDS yang simtomatik dalam waktu
10 tahun sesudah orang tersebut terinfeksi.3,7
Dalam respons imun, limfosit T4 memainkan beberapa peranan yang penting, yaitu: mengenali
antigen yang asing, mengaktifkan Limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T
9
sitotoksik, memproduksi limfokin dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi
limfosit T4 terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki
kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan sakit yang serius. Infeksi dan malignansi yang timbul
sebagai akibat dari gangguan sistem imun dinamakan infeksi oportunistik.3

G. Pemeriksaan Penunjang

Terdapat dua uji yang khas digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV. Yang pertama,
enzymelinked immunosorbent assay (ELISA), bereaksi terhadap adanya antibodi dalam serum dengan
memperlihatkan warna yang lebih jelas apabila terdeteksi antibodi virus dalam jumlah besar. Karena
hasil positif-palsu dapat menimbulkan dampak psikologis yang besar, maka hasil uji ELISA yang positif
diulang, dan apabila keduanya positif, maka dilakukan uji yang lebih spesifik, Western blot. Uji
Western blot juga dikonfirmasi dua kali. Uji ini lebih kecil kemungkinannya memberi hasil positif-palsu
atau  negatif-palsu. Juga dapat terjadi hasil uji yang tidak konklusif, misalnya saat ELISA atau Western
blot bereaksi lemah dan agak mencurigakan. Hal ini dapat terjadi pada awal infeksi HIV, pada infeksi
yang sedang berkembang (sampai semua pita penting pada uji Western blot tersedia lengkap), atau pada
reaktivitas-silang dengan titer retrovirus tinggi lain, misalnya HIV-2 atau HTLV-1. Setelah konfirmasi,
pasien dikatakan seropositif HIV. Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan klinis dan imunologik lain
untuk mengevaluasi derajat penyakit dan dimulai usaha-usaha untuk mengendalikan infeksi.

HIV juga dapat dideteksi dengan uji lain, yang memeriksa ada tidaknya virus atau komponen virus
sebelum ELISA atau Western blot dapat mendeteksi antibodi. Prosedur-prosedur ini mencakup biakan
virus, pengukuran antigen p24, dan pengukuran DNA dan RNA HIV yang menggunakan reaksi berantai
polimerase (PCR) dan RNA HIV-1 plasma. Uji-uji semacam ini bermanfaat dalam studi mengenai
imunopatogenesis, sebagai penanda penyakit, pada deteksi dini infeksi, dan pada penularan neonatus.
Bayi yang lahir dari ibu positif-HIV dapat memiliki antibodi anti-HIV ibu dalam darah mereka sampai
usia 18 bulan, tanpa bergantung apakah mereka terinfeksi atau tidak.

PENTINGNYA dari sistem limfatik

Diposisikan pada lokus yang unik di mana kerja sistem kekebalan tubuh, peran penting dalam
melindungi terhadap kanker dan penyakit menular, dan peran potensialnya dalam pengobatan
autoimmunity unik bersekutu penyakit. Banyak akan mendapatkan keuntungan dari penelitian kemajuan
limfatik. "

lymphedema. Gangguan limfatik yang paling lazim adalah insufisiensi limfatik, atau
lymphedema. Merupakan akumulasi cairan limfatik dalam jaringan interstisial menyebabkan bengkak,
paling sering di lengan (s) dan / atau kaki (s), dan kadang-kadang di bagian lain dari tubuh. Tingkat
10
keparahan penyakit ini bervariasi dari komplikasi yang sangat ringan sampai kondisi, menodai
menyakitkan dan melumpuhkan. In addition, patients are often susceptible to serious life-threatening
cellulite infections(deep skin), Selain itu, pasien sering rentan terhadap infeksi serius yang mengancam
jiwa selulit (dalam kulit), dan jika tidak diobati, bisa menyebar secara sistemik atau memerlukan
intervensi bedah. Ini tetap menjadi masalah fungsional membutuhkan perawatan seumur hidup sehari-
hari untuk pemeliharaan. Akhirnya kulit menjadi fibrosis (penebalan kulit dan jaringan subkutan)
dengan hilangnya arsitektur normal, fungsi dan mobilitas.

Lymphedema Primer adalah kondisi diwariskan pada sekitar 0,6% dari kelahiran hidup. Kapal
limfatik yang baik hilang atau rusak dan dapat mempengaruhi dari satu sampai sebanyak empat anggota
dan / atau bagian lain dari tubuh, termasuk organ internal. Hal ini dapat hadir pada saat kelahiran,
berkembang pada masa pubertas atau hadir dalam dewasa, tanpa penyebab jelas.

penyakit limfatik lainnya termasuk lipedema, hygromas cystic, lymphangiomas, lymphangiectasias,


lymphangiomatosis dan lainnya campuran vaskular / sindrom malformasi limfatik dan kondisi, seperti
Turner-Weber dan Klippel Trenauney Sindrom.

Hal ini dapat terjadi setelah trauma apapun, infeksi atau operasi yang mengganggu saluran limfatik
atau hasil hilangnya kelenjar getah bening.

Infeksi / HIV dan Sistem limfatik secara langsung terhubung ke sistem limfatik. Kemampuan untuk
secara efektif mengendalikan HIV memerlukan peningkatan pengetahuan dari limfatik. penelitian
Lanjutan akan mengarah pada pemahaman tentang bagaimana organisme menular menyerang sistem
limfatik dan mengatasi peran normal pelindung. Pemahaman yang lebih besar dari jalur dan fisiologi
dari limfatik, juga akan meningkatkan kemampuan kami untuk memberikan obat antibiotik dan anti-
virus ke jaringan dan organ yang terinfeksi.
H. Komplikasi

AIDS menyebabkan destruksi progresif fungsi imun. Namun, morbiditas dan mortalitas terutama
disebabkan oleh infeksi oportunistik yang timbul karena gagalnya surveilans dan kerja sistem imun.
Pasien dengan AIDS rentan terhadap beragam infeksi protozoa, bakteri, fungus, dan virus, dan sebagian
dari mikroorganisme ini relatif jarang dijumpai, misalnya Cryptosporidium dan Mycobacterium avium-
intracellulare (MAI). Infeksi-infeksi ini bersifat menetap, parah, dan sering kambuh. Pasien biasanya
mengidap lebih dari satu infeksi pada suatu saat.

Pneumonia Pncumocystis carinii (PPC) adalah infeksi serius yang paling sering didiagnosis pada
pasien dengan AIDS. Gambaran penyakit ini sering atipikal dibandingkan dengan PPC pada pasien
kanker. Pada AIDS, gejalanya mungkin hanya demam; gejala lain misalnya intoleransi olah raga, batuk
kering nonproduktif, rasa lemah, dan sesak napas bersifat indolen atau berkembang bertahap. Dalam
11
mengevaluasi secara klinis setiap pasien yang terbukti atau dicurigai positif HIV, tingkat kecurigaan
akan PPC harus tinggi. Terapi profilaktik atau supresif sangat penting karena keparahan dan kekerapan
PPC pada pasien AIDS. Trimetoprim-sulfamatoksazol (Bactrim, Septrim) merupakan obat pilihan.
Pentamidin adalah obat alternatif yang dapat diberikan secara parenteral atau dalam bentuk aerosol pada
kasus yang ringan.

Pada orang sehat, infeksi oleh Toxoplasma gondii umumnya asimtomatik, walaupun sebagian
mengalami limfadenopati. Belum ada profilaksis untuk infeksi ini. Pasien dengan AIDS memiliki risiko
30% terjangkit toksoplasmosis dalam masa 2 tahun, biasanya sebagai reaktivasi infeksi sebelumnya.
Agen spesifik yang menentukan reaktivasi tidak diketahui. Pada pasien AIDS, terjadi penyakit SSP
yang ditandai dengan lesi tunggal atau jamak yang dapat diamati dengan CT scan.(Gbr. 15-7).

Cryptosporidium, Microsporidium,dan Isospora belli merupakan protozoa yang tersering


menginfeksi saluran cerna dan menimbulkan diare pada pasien HIV. Infeksi menular melalui rute feses-
oral; kontak seksual, makanan, minuman, atau hewan. Infeksi dapat menimbulkan gejala beragam, dari
diare swasirna atau intermiten pada tahap-tahap awal infeksi HIV sampai diare berat yang mengancam
nyawa pada pasien dengan gangguan kekebalan yang parah. Berbeda dengan kriptosporidiosis atau
mikrosporidiosis, isosporiasis berespons baik terhadap terapi trimetoprim-sulfametoksazol (Bactrim).

Infeksi oleh MAI terjadi secara merata pada semua kelompok risiko dan merupakan penyulit tahap
lanjut pada AIDS. Walaupun infeksi ini jelas memberi kontribusi pada morbiditas,namun hubungannya
dengan mortalitas masih belum jelas. Gejala mencakup demam, rigor, diare, dan kejang perut.
Profilaksis yang dianjurkan untuk MAI masih diperdebatkan, tetapi obat yang paling sering disarankan
adalah rifabutin.

Mycobacterium tuberculosis, penyebab tuberculosis (TB), bersifat endemik di lokasi-lokasi


geografik tertentu, dan sebagian besar kasus TB-AIDS merupakan reaktivasi infeksi sebelumnya. TB-
AIDS biasanya merupakan tanda awal AIDS, terjadi saat sel T relatif masih tinggi (lebih dari 200/µl).
Manifestasi TB-AIDS serupa dengan TB normal, dengan 60 sampai 80% pasien mengidap penyakit di
paru. Namun, penyakit ekstraparu dijumpai pada 40 sampai 75% pasien dengan infeksi HIV, yaitu
terutama dalam bentuk TB limfatik dan TB milier. Pasien berespons baik terhadap regimen obat
tradisional yaitu isoniazid (INH), rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Pasien yang berisiko tinggi
terjangkit TB mungkin dapat memperoleh manfaat dari pemberian INH profilaksis. Seiring dengan
timbulnya AIDS yang disertai menurunnya imunokompetensi, banyak pasien menjadi anergik; dengan
demikian uji kulit PPD memiliki masalah tersendiri. Uji PPD yang positif pada orang yang terinfeksi
HIV didefinisikan sebagai daerah indurasi dengan garis tengah sama atau lebih besar daripada 5mm,
dan uji negatif tidak menyingkirkan infeksi TB. Selain itu, pasien yang terinfeksi HIV dengan biakan

12
sputum positif dan BTA sputum positif mungkin memperlihatkan gambaran radiografi toraks yang
normal.

Infeksi fungus mencakup kandidiasis, kriptokokosis, dan histoplasmosis. Kandidiasis oral sering
terjadi pada pasien AIDS dan menyebabkan kekeringan dan iritasi mulut (lihat Gambar Berwarna 5
sampai 7). Kandidiasis bronkus, paru, trakea, atau esofagus patognomonik untuk diagnosis AIDS.
Pasien jarang mengalami penyakit sistemik. Infeksi Cryptococcus neoformans terjadi pada 7% pasien
AIDS, dengan gambaran utama berupa meningitis. Terapi dengan flukonazol hanya menghasilkan
profilaksis terbatas baik untuk infeksi Cryptococcus neoformans maupun kandidiasis oral. Pada pasien
AIDS, gejala-gejala infeksi Histoplasma capsulatum bervariasi dengan nonspesifik, termasuk demam,
menggigil, berkeringat, penurunan berat, mual, muntah, diare, lesi kulit, pneumonitis, dan depresi
sumsum tulang. Amfoterisin B digunakan sebagai terapi induksi, dengan dosis yang lebih rendah
sebagai pemeliharaan.

Infeksi oportunistik yang disebabkan oleh invasi virus sangat beragam dan merupakan penyebab
semakin parahnya patologi yang terjadi. Infeksi oleh virus herpes simpleks (HSV) pada pasien AIDS
biasanya menyebabkan ulkus genital atau perianus yang mudah didiagnosis dengan biakan virus. HSV
dapat menyebar melalui kontak kulit langsung. HSV juga menyebabkan esofagitis serta dapat
menimbulkan pneumonia dan ensefalitis. Asiklovir adalah obat pilihan untuk HSV dan herpes zoster.

Pada seseorang yang terinfeksi oleh HIV, timbulnya herpes zoster (shingles) dapat menandakan
perkembangan penyakit. Infeksi di kulit dan mata mungkin mendahului infeksi-infeksi oportunistik.
Setomegalo virus (CMV) sering ditemukan pada pasien AIDS; virus ini menyebabkan penyakit
diseminata dengan empat penyakit yang batasannya jelas: korioretinistis (Gmb. 15-8 dan 15-9),
enterokolitis, pneunomia, dan adrenalitis. Individu asimtomatik dapat mengeluarkan CMV. Pneumonia
CMV sulit dibedakan dari pneumonia lain dan dapat timbul secar simultan dengan patogen lain seperti
Pneumocystis carinii. Mungkin terdeteksi gejala-gejala insufisiensi adrenal. Untuk penyakit-penyakit
terkait CVM, diindikasikan terapi dengan gansiklovir atau foskarnet (Goldschmidt, Dong, 1995).

Leukoensefalopati miltifokus progresif adalah suatu penyakit yang berkembang secara cepat yang
disebabkan oleh suatu papovavirus. Secara klinis, pasien mengalami perubahan kepribadian serta defisit
motorik dan sensorik. Gejala-gejala mungkin mencakup nyeri kepala, tumor, gangguan koordinasi dan
keseimbangan, kelemahan, dan tanda-tanda lain disfungsi serebelum. Virus Epstein-Barr (EBV)
diperkirakan berperan menyebabkan timbulnya leukoplakia oral berambut (lihat Gambar Berwarna 8),
pneumonitis pada anak, dan limfoma serta sering ditemukan dari bilasan tenggorok pasien AIDS.

13
Infeksi bakteri

 pneumonia bakteri. Puluhan jenis bakteri dapat menyebabkan pneumonia bakteri, yang dapat
mengembangkan sendiri atau setelah Anda menderita infeksi pernafasan atas seperti pilek atau flu.
 Mycobacterium avium complex (MAC). Infeksi ini disebabkan oleh sekelompok mikobakteri disebut
dengan nama tunggal – MAC bakteri yang biasanya menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan.
Tapi jika Anda sudah mahir infeksi HIV dan jumlah limfosit CD4 Anda kurang dari 50, Anda akan
lebih mudah untuk mengembangkan infeksi sistemik yang bisa mempengaruhi hampir semua organ,
termasuk sumsum tulang Anda, hati atau limpa. MAC menyebabkan gejala tidak spesifik seperti
demam, keringat malam, penurunan berat badan, sakit perut dan diare.
 Salmonellosis. Anda kontrak ini infeksi bakteri dari makanan yang terkontaminasi atau air. Gejala
termasuk diare berat, demam, menggigil, sakit perut dan, kadang-kadang, muntah-muntah.
 Gejala termasuk diare berat, demam, menggigil, sakit perut dan, kadang-kadang, muntah-muntah.
Sering menyerupai sarkoma Kaposi, tetapi dapat menyebabkan penyakit di bagian lain dari tubuh
Anda, termasuk hati dan limpa.

C. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medik terdiri atas:

1) Pengobatan suportif

2) Pencegahan serta pengobatan infeksi oportunistik

3) Pengobatan Antiretroviral

J. Pathway

Manifestasi klinis penyakit AIDS menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai setiap
sistem organ. penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit AIDS terjadi akibat infeksi,
malignasi dan atau efek lansung HIV pada jaringan

Riwayat atau terdapat bukti penyalah gunaan obat dgn cara menyuntik sendiri karena banyak
pengguna obat intravena adalah karier hepatitis dan resiko terjadi AIDS tinggi pada kelompok ini .
Seperti : hepatitis, malaria, sifilis dan AIDS. Setiap calon donor harus ditanyakan dahulu apakah
pasien pernah menderita penyakit tsb dan apakah klien pernah atau baru saja datang dari daerah
endemis malaria. Intervensi keperawatan pada reaksi transfusi

14
K. Dokumentasi ASKEP ( Pengkajian- Evaluasi) Teoritis

Pengkajian keperawatan mencakup pengenalan faktor resiko yang potensial, termasuk praktik
seksual, dan penggunaan obat-bius (IV). Status fisik dan psikologis klien harus dinilai. Fokus
pengkajian meliputi status nutrisi, kulit dan membran mukosa, status respiratoirus, status neurologis,
status cairan dan elektrolit, dan tingkat pengetahuan.3
Pendapat lain mengatakan bahwa dasar data pengkajian meliputi; aktivitas/istirahat, sirkulasi,
integritas ego, eliminasi, makanan/cairan, higiene, neurosensori, nyeri / kenyamanan, pernapasan,
keamanan, seksualitas, dan interaksi sosial.6

Aktivitas /Istirahat
Gejala  : mudah lelah, toleransi terhadap aktivitas berkurang, progresi kelelahan/malaise, perubahan
pola tidur
Tanda   :  kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologis terhadap aktivitas seperti
perubahan tensi, frekuensi jantung, dan pernapasan
 
Sirkulasi
Gejala  : penyembuhan luka lambat (bila anemia), perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi)
Tanda   : Takikardia, perubahan tensi postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat/sianosis,
perpanjangan pengisian  kapiler.
 
Integritas Ego
Gejala  : faktor stres berhubungan dengan kehilangan, mis. dukungan keluarga/orang lain, penghasilan,
gaya hidup, distres spiritual, mengkhawatirkan penampilan ; alopesia, lesi cacat, menurunnya berat
bedan (BB). Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah,
kehilangan kontrol diri, dan depresi.
Tanda   : Mengingkari, cemas, depesi, takut, menarik diri, perilaku marah, postur tubuh mengelak,
menangis, dan kontak mata yang kurang. Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan
gejala yang sama.
 
Eliminasi
Gejala  : diare yang intermiten, terus menerus, disertai / tanpa kram abdominal. Nyeri panggul, rasa
terbakar saat miksi.
Tanda   : feses encer disertai / tanpa mukus atau darah, diare pekat yang sering, nyeri tekan abdominal,
lesi atau abses rektal, perianal, dan perubahan dalam jumlah, warna, dan karakteristik urin.
 
Makanan / Cairan

15
Gejala  : Tidak napsu makan, mual/muntah, perubahan kemampuan mengenali makanan, disfagia, nyeri
retrosternal saat menelan dan penurunan BB yang progresif
Tanda   :  bising usus dapat hiperaktif, kurus, menurunnya lemak subkutan/masa otot, turgor kulit buruk,
lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna pada mulut. Kesehatan gigi/gusi
yang buruk, adanya gigi yang tanggal, dan edema (umum, dependen)
 
Higiene
Gejala  : tidak dapat menyelesaikan aktivitas sehari-hari
Tanda   : memperlihatkan penampilan yang tidak rapi, kekurangan dalam perawatan diri, dan aktivitas
perawatan diri.
 
Neurosensori
Gejala  : pusing, sakit kepala, perubahan status mental, berkurangnya kemampuan diri untuk mengatasi
masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun. Kerusakan sensasi atau indera posisi dan
getaran, kelemahan otot, tremor, perubahan ketajaman penglihatan, kebas, kesemutan pada ekstrimitas
(paling awal pada kaki).
Tanda   : perubahan status mental kacau mental sampai dimensia, lupa konsentrasi buruk, kesadaran
menurun, apatis, respon melambat, ide paranoid, ansietas, harapan yang tidak realistis, timbul reflak
tidak normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan ataksia, tremor, hemoragi retina dan eksudat,
hemiparesis, dan kejang.
 
Nyeri / Kenyamanan
Gejala  : nyeri umum atau lokal, sakit, rasa terbakar pada kaki, sakit kepala (keterlibatan SSP), nyeri
dada pleuritis
Tanda   : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan, penurunan rentang gerak (ROM),
perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi bagian yang sakit.
 
Pernapasan
Gejala  : napas pendek yang progresif, batuk (sedang-parah), batuk produktif/nonproduktif, bendungan
atau sesak pada dada
Tanda   : takipnea, distres pernapasan, perubahan bunyi napas/bunyi napas adventisius, sputum kuning
(pada pneumonia yang menghasilkan sputum)
 
Keamanan
Gejala  : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka lambat sembuh, riwayat transfusi berulang, riwayat
penyakit defisiensi imun (kanker tahap lanjut), riwayat infeksi berulang, demam berulang ; suhu rendah,
peningkatan suhu intermiten, berkeringat malam
16
Tanda   : perubahan integritas kulit ; terpotong, ruam, mis. ruam, eksim, psoriasis, perubahan warna,
mudah terjadi memar, luka-luka perianal atau abses, timbul nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe  pada
dua area atau lebih ( mis. leher, ketiak, paha). Kekuatan umum menurun, perubahan pada gaya berjalan.
 
Seksualitas
Gejala  : riwayat perilaku berisiko tinggi yaitu hubungan seksual dengan pasangan positif HIV,
pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks anal. Menurunnya libido,
terlalu sakit untuk melakukan hubungan seksual, dan penggunaan kondom yang tidak konsisten.
Menggunakan pil KB yang meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan
dapat terpajan karena peningkatan kekeringan vagina.
Tanda   : kehamilan atau resiko terhadap hamil, pada genetalia manifestasi kulit (mis. herpes, kutil), dan
rabas.
 
Interaksi Sosial
Gejala : kehilangan kerabat/orang terdekat, rasa takut untuk mengungkapkan pada orang lain, takut akan
penolakan / kehilangan pendapatan, isolasi, kesepian, mempertanyakan kemampuan untuk tetap
mandiri, tidak mampu membuat rencana.
Tanda   : perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang tidak terorganisasi,
perubahan penyusunan tujuan.

17
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Kasus

Tn. K berumur 35 tahun masuk kerumah sakit dengan diagnosa medis AIDS, pasien
mengatakan sering sakit kepala badannya terasa nyeri secara keseluruhan, dan sakit tenggorokan,
tidak bisa fokus dan sering lupa. Pasien keliahatan kurus tidak nafsu makan, diare, dan kelihatan
lemah. Pasien juga mengatakan dia takut karena merasa lemah sehingga bergangtung kepada orang
lain secara keseluruhan pasien juga mengatakan dia tidak punya semangat hidup serta mudah putus
asa. Hasil pemeriksaan tekanan darah=140/110 mmHg Nadi=110x/menit, RR=30x/menit, Suhu= 38
̊C.

DO:

- pasien kelihatan kurus tidak nafsu makan diare dan kelihatan lemah
- Hasil pemeriksaan tekanan darah=140/110 mmHg Nadi=110x/menit, RR=30x/menit, Suhu=
38 ̊C

DS:

- Tn. K berumur 35 tahun masuk kerumah sakit dengan diagnosa medis AIDS, pasien
mengatakan sering sakit kepala badannya terasa nyeri secara keseluruhan, dan sakit
tenggorokan, tidak bisa fokus dan sering lupa.
- Pasien juga mengatakan dia takut karena merasa lemah sehingga bergangtung kepada orang
lain secara keseluruhan pasien juga mengatakan dia tidak punya semangat hidup serta mudah
putus asa.

18
2. ANALISA DATA

ANALISA DATA

Nama : Tn. K No. Registrasi : 08130419

Umur : 35tahun Diagnosa medis : AIDS

Ruang rawat : Bangsal Anggrek RS B Alamat : Jln. majapahit No 123

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


20/04/2010 DS : Tn. K berumur 35 tahun Sakit kepala karena Nyeri kronis
07:00 masuk kerumah sakit dengan infeksi sistem saraf
diagnosa medis AIDS, pasien pusat
mengatakan sering sakit kepala
badannya terasa nyeri secara
keseluruhan tidak bisa fokus
dan sering lupa.
DO: pasien kelihatan kurus
tidak nafsu makan diare dan
kelihatan lemah.
20/04/2010 DS: Pasien juga mengatakan dia Ketidak berdayaan Ketakutan
07:15 takut karena merasa lemah
sehingga bergangtung kepada
orang lain secara keseluruhan
pasien juga mengatakan dia
tidak punya semangat hidup
serta mudah putus asa
DO: Hasil pemeriksaan tekanan
darah=140/110 mmHg
Nadi=110x/menit,
RR=30x/menit, Suhu= 38 ̊C

20/04/2010 DS: badannya terasa nyeri Kurang dari Kekurangan Nutrisi


07:30 secara keseluruhan,dan sakit kebutuhan tubuh
tenggorokan
DO: pasien kelihatan kurus
tidak nafsu makan diare dan
kelihatan lemah

19
DIAGNOSA

1. Nyeri kronis berhubungan dengan Sakit kepala karena infeksi sistem saraf pusat ditandai : Tn. K
berumur 35 tahun masuk kerumah sakit dengan diagnosa medis AIDS, pasien mengatakan sering
sakit kepala badannya terasa nyeri secara keseluruhan tidak bisa fokus dan sering lupa,, pasien
kelihatan kurus tidak nafsu makan diare dan kelihatan lemah.

2. Ketakutan berhubungan dengan ketidak berdayaan ditandai: Pasien juga mengatakan dia takut karena
merasa lemah sehingga bergangtung kepada orang lain secara keseluruhan pasien juga mengatakan
dia tidak punya semangat hidup serta mudah putus asa.

3. Kekurangan Nutrisi berhubungan dengan kurang dari kebutuhan tubuh ditandai: badannya terasa
nyeri secara keseluruhan,dan sakit tenggorokan.

20
RENCANA TINDAKAN

Nama Klien : Tn. K No Register : 08130419

Umur : 35 tahun Diagnosa Medis : AIDS

Ruang Rawat : Bangsal Anggrek RS B Alamat : Jalan majapahit no 123

N Nama
Diagnosa Tujuan dan
O TGL/JAM Intervensi Rasionalisasi dan
Keperawatan Kriteria Hasil
TTD

1 11/03/2010 Nyeri kronis Setelah dilakukan 1. Kaji Sakit kepala karena infeksi 1. Dengan
tindakan sistem saraf pusat mengkaji tanda
berhubungan
08:00 WIB keperawatan 2. Kaji ketidak berdayaan klien vital dapat
dengan Sakit kepala selama 2x24 jam 3. Kolaborasi dengan tim medis menentukan
diharapkan nyeri dalam pemberian obat analgesic tindakan
karena infeksi
berat (skala 5) 4. Ajarkan pasien teknik pernafasan selanjutnya
sistem saraf pusat menjadi ringan atau dalam 2. Dengan
tidak ada (skala 5. Bantu pasien memilih posisi mengkaji skala
2/1) dengan nyeri kita dapat
nyaman untuk
kriteria: mengetahui
- Tidak adanya seberapa
keluhan nyeri intensitas nyeri
- Menunjukan 3. Kolaborasi
napas yang dengan tim
efektif medis dalam
- Respirasi pasien pemberian
24x/menit analgesic dapat
Suhu 38 ̊C memblokir
rangsang
21
terhadap nyeri
4. Mengurangi
rasa nyeri
5. Memberikn
rasa nyaman

2 20/03/2010 Ketakutan Setelah dilakukan Romani


1. Berikan posisi yang 1. Agar pasien
berhubungan tindakan
08:15 WIB menyenangkan bagi pasien. tampak lebih rileks TTD
dengan adanya keperawatan
ancaman kematian kepada klien
2. Jelaskan mengenai penyakit dan 2. pasien mampu
yang selama 3x24 jam,
diagnosanya. menerima keadaan
dibayangkan,kurang maka klien akan
dan mengerti
pengetahuan mendemonstrasika 3. Ajarkan teknik relaksasi
sehingga dapat
tentang penyakitnya n klien mampu
diajak kerjasama
4. Bantu dalam menggala sumber
memahami dan
dalam perawatan
koping yang ada.
menerima
keadaannya dengan 3. Mengurangi
5. Pertahankan hubungan saling
criteria hasil : ketegangan otot
percaya antara perawat dan pasien.
dan ketakutan
- Klien
6. Kaji faktor yang menyebabkan
mampu 4. Pemanfaatan
timbulnya rasa takut.
beradaptasi sumber koping
dengan 7. Bantu pasien mengenali dan yang ada secara
keadaannya. mengakui rasa ketakutannya. konstruktif sangat
- Respon non bermanfaat dalam
verbal klien mengatasi stress.
tampak

22
lebih rileks
5. Hubungan saling
dan santai
percaya membantu
proses terapeutik

6. Tindakan yang
tepat diperlukan
dalam mengatasi
masalah yang
dihadapi klien dan
membangun
kepercayaan dalam
mengurangi
ketakutan.
Rasa cemas
merupakan efek
emosi sehingga
apabila sudah
teridentifikasi
dengan baik,
perasaan yang
mengganggu dapat
diketahui.
3 20/03/2010 Kekurangan Nutrisi Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada pasien tentang 1. Pengertian pasien Romani
berhubungan tindakan pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit tentang nutrisi
08:30 WIB TTD
dengan kurang dari keperawatan kepada it yang di tentukan dan tanyakan mendorong klien
23
kebutuhan tubuh klien selama 1x24 kembali apa yang telah di jelaskan. untuk
jam, maka klien akan 2. Bantu pasien dan keluarga mengkonsumsi
mendemonstrasikan mengidentifikasi dan memilih makanan sesuai diit
kebutuhan nutrisi makanan yang mengandung kalori yang ditentukan dan
terpenuhi dengan dan protein tinggi. umpan balik klien
criteria hasil : 3. Sajikan makanan dalam keadaan tentang penjelasan
menarik dan hangat. merupakan tolak
- Nafsu makan
4. Anjurkan pada pasien untuk menjaga ukur penahanan
meningkat
kebersihan mulut. klien tentang nutrisi
- Mual dan
5. Monitor kenaikan berat badan 2. Untuk memenuhi
muntah
6. Kolaborasi dengan dokter dalam kebutuhan nutrisi
berkurang
pemberian vitamin. pasien
hingga hilang
3. Dengan penyajian
- Hb normal
yang menarik
14-16 g/dl
diharapkan dapat
meningkatkan
selera makan.
4. Dengan kebersihan
mulut menghindari
rasa mual sehingga
diharapkan
menambah rasa.
5. dengan monitor
berat badan
merupakan sarana

24
untuk mengetahui
perkembangan
asupan nutrisi klien.
6. Dengan pemberian
vitamin membantu
proses
metabolisme,
mempertahankan
fungsi berbagai
jaringan dan
membantu
pembentukan sel
baru.

25
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Tn. K No Register : 08130419

Umur : 38 tahun Diagnosa Medis : AIDS

Ruang Rawat : Bangsal Anggrek RS B Alamat : Jalan ABC no 123

No Nama dan
Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
DX TTD

1 20-04-10 08.15 1. Mengkaji Sakit kepala karena infeksi Tanggal 22-03-10, pukul 14.00 Romani
sistem saraf pusat
08.15 TTD
2. Mengkaji ketidak berdayaan klien
08.17 S : Pasien mengatakan sesak nafas serta nyeri dada

3. Berkolaborasi dengan tim medis dalam berkurang


08.20
pemberian obat
08.22
4. Mengajarkan pasien teknik pernafasan
dalam O: RR 30 x/mnt ; Nadi 106 x/mnt, nafas mulai

26
08.22 regular, suara vesikuler paru kiri
5. Membantu pasien memilih posisi yang
nyaman untuk
A: Tujuan tercapai sebagian

P: Lanjutkan intervensi2,3,4,5,6

2 20-04-10 08.30 Tanggal 22-03-10, pukul 14.00 Romani


1. Memberikan posisi yang menyenangkan
bagi pasien. TTD

S:Pasien mengatakan masih mual dan muntah, klien


2. Mengjelaskan mengenai penyakit dan
hanya makan ½ porsi makan RS. Klien mengatakan
diagnosanya.
sudah mengerti tentang diit yg dijelaskan oleh

3. Mengajarkan teknik relaksasi perawat

08.30
4. Membantu dalam menggala sumber koping
yang ada. O: mukosa bibir dan konjungtiva masih pucat. Klien
dan keluarga tampak memahami apa yg dijelaskan
5. Mempertahankan hubungan saling percaya oleh perawat
antara perawat dan pasien.

6. mengkaji faktor yang menyebabkan


A: Tujuan belum tercapai
timbulnya rasa takut.
08.35

7. Membantu pasien mengenali dan mengakui


rasa ketakutannya. P: lanjutkan intervensi 3,4,5,6

27
08.35

08.40

3 20-04-10 08.45 1. Menjelaskan pada pasien tentang pentingnya Tanggal 22-03-10, pukul 14.00 Romani
nutrisi bagi tubuh dan diit it yang di tentukan
TTD
dan tanyakan kembali apa yang telah di
08.45 jelaskan. S: Pasien mengatakan mulai paham tentang
2. Membantu pasien dan keluarga penyakitnya
mengidentifikasi dan memilih makanan yang
08.50 mengandung kalori dan protein tinggi.
3. menyajikan makanan dalam keadaan menarik O: Pasien terlihat lebih rileks dan mengerti tentang
dan hangat. penyakitnya
08.55 4. menganjurkan pada pasien untuk menjaga
kebersihan mulut.
08.55
5. Mecatat kenaikan berat badan
6. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
vitamin.
08.55
A: tujuan tercapai

P: pertahankan intervensi 2,5

28
BAB IV

PEMBAHASAN ( MEMBANDINGKAN ANTARA TEORI- PRAKTEK)

HIV adalah virus yang mengakibatkan AIDS. AIDS atau Sindrom Kehilangan Kekebalan Tubuh adalah sekumpulan gejala
penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh,
penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. Selain itu
penderiat aids sering kali menderita keganasan, khususnya sarkoma kaposi dan limfoma yang hanya menyerang otak.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah merupakan kumpulan gejala penyakit yang,disebabkan oleh menurunnya
umunitas tubuh sebagai akibat dari serangan Human Imunodeficiency Virus. Karena imunitas tubuh yang diserang oleh virus HIV,
maka penderita mudah diserang berbagai macam penyakit infeksi dan kanker yang tidak biasa. Kasus HIV/AIDS di Indonesia dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hingga September 2008, penderita AIDS yang dilaporkan berjumlah 13.958 orang. Dalam
kurun waktu 10 tahun terakhir (1997-2007) terjadi peningkatan kasus AIDS lebih dari 40 kali.

29
 AIDS atauAcquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan
tubuh oleh vurus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh
Dapatan. Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan Immune : Sistem kekebalan tubuh. Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit.
 Kerusakan progrwsif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah
terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan
menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.
 AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor
luar ( bukan dibawa sejak lahir ).
 AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human
Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare ).
 AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan
gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan
dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention )

30
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit AIDS merupakan suatu syndrome/kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh retrovirus yang menyeran system
kekebalan atau pertahanan tubuh. Dengan rusaknya system kekebalan tubuh maka orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit-penyakit
lain yang berakibat fatal,yang dikenal dengan infeksi oportunistik. Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika serikat pada
tahun 1981 dan virusnya ditemukan oleh Luc Montagnier pada tahun 1983.
AIDS adalah Syndrome akibat defisiensi immunitas selluler tanpa penyebab lain yang diketahui, ditandai dengan infeksi oportunistik
keganasan berakibat fatal. Munculnya Syndrome ini erat hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan tubuh yang prosesnya tidaklah
terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun setelah seseorang terinfeksi HIV.

31
B. Saran
Harapan saya, bagi mahasiswa keperawatan dengan adanya makalah ini dapat membantu dalam dalam pembuatan asuhan keperawatan
dan memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai masalah kesehatan yang biasa ditemui didunia kesehatan khususnya AIDS/HIV

DAFTAR PUSTAKA

Bruner, Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta : EGC. 2002

http://andaners.wordpress.com/asuhan-keperawatan/

http://hidayat2.wordpress.com/2009/05/12/askep-aids/

Adobe reader-[who_ilo_guidelines_indonesian.pdf]. Pedoman Bersama ILO/ WHO tentang Pelayanan Kesehatan dan HIV/ AIDS.September
2005.
Adobe Reader-[HIV-AIDSbooklet_part3.pdf].
http://lukmanrohimin.blogspot.com/2008/04/asuhan-keperawatan-aids.html

32
33

Anda mungkin juga menyukai