Anda di halaman 1dari 8

Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi

dengan individu lain.[1] Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa
diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.[1]

Teori kepribadian psikodinamika


Sigmund Freud dan Carl Jung, tokoh teori kepribadian psikodinamika

Teori psikodinamika berfokus pada pergerakan energi psikologis di dalam manusia, dalam
bentuk kelekatan, konflik, dan motivasi.[2]

Teori Freud

Sigmund Freud berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari tiga sistem utama: id, ego, dan
superego. [2] Setiap tindakan kita merupakan hasil interaksi dan keseimbangan antara ketiga
sistem tersebut.[2]

Teori Jung

Carl Jung pada awalnya adalah salah satu sahabat terdekat Freud dan anggota lingkaran
koleganya, tetapi pertemanan mereka berakhir dalam pertengkaran tentang ketidaksadaran.[2]
Menurut Jung, di samping ketidaksadaran individual, manusia memiliki ketidaksadaran kolektif
yang mencakup ingatan universal, simbol-simbol, gambaran tertentu, dan tema-tema yang
disebutya sebagai arketipe.[2]

Faktor-faktor penentu kepribadian


Faktor keturunan

Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu.[1] Tinggi fisik, bentuk wajah, gender,
temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik
yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa
orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari
individu.[1]

Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap
argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian
seseorang.[1] Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen
anak-anak. [1] Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir.[1] Dasar
ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.[1]

Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor
keturunan.[3] Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif
dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan.[3] Temuan ini mengemukakan bahwa
beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi
faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.[3]

Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak
lahir dan dibesarkan secara terpisah.[4] Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir
setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak
kembar ternyata terkait dengan faktor genetis.[1] Penelitian ini juga memberi kesan bahwa
lingkungan pengasuhan tidak begitu mempengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata
lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata
lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik
dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.[1]

Faktor lingkungan

Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah
lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan
kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami.[1] Faktor
lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang.[1] Sebagai contoh,
budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang
secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang
lain.[1] Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan,
kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui
buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius
dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan
hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan
karier.[1]

Sifat-sifat kepribadian
Berbagai penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk
mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan perilaku individu
seseorang.[1] Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah malu,
agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut.[5] Karakteristik-karakteristik tersebut jika
ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat kepribadian.[5] Sifat kepribadian menjadi
suatu hal yang mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti telah lama meyakini bahwa
sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan
dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan karier.[5]
Cara identifikasi kepribadian
Terdapat sejumlah upaya awal untuk mengidentifikasi sifat-sifat utama yang mengatur perilaku.
[6]
Seringnya, upaya ini sekadar menghasilkan daftar panjang sifat yang sulit untuk
digeneralisasikan dan hanya memberikan sedikit bimbingan praktis bagi para pembuat keputusan
organisasional.[6] Dua pengecualian adalah Myers-Briggs Type Indicator dan Model Lima Besar.
[6]
Selama 20 tahun hingga saat ini, dua pendekatan ini telah menjadi kerangka kerja yang
dominan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sifat-sifat seseorang.[6]

^ Myers-Briggs Type Indicator

Myers-Briggs Type Indicator (MBTI)[7] adalah tes kepribadian menggunakan empat karakteristik
dan mengklasifikasikan individu ke dalam salah satu dari 16 tipe kepribadian. Berdasarkan
jawaban yang diberikan dalam tes tersebut, individu diklasifikasikan ke dalam karakteristik
ekstraver atau introver, [sensitif]] atau intuitif, pemikir atau perasa, dan memahami atau
menilai[6]. Instrumen ini adalah instrumen penilai kepribadian yang paling sering digunakan.[8]
MBTI telah dipraktikkan secara luas di perusahaan-perusahaan global seperti Apple Computers,
AT&T, Citgroup, GE, 3M Co., dan berbagai rumah sakit, institusi pendidikan, dan angkatan
bersenjata AS.[8]

^ Model Lima Besar

Myers-Briggs Type Indicator kurang memiliki bukti pendukung yang valid, tetapi hal tersebut
tidak berlaku pada model lima faktor kepribadian -yang biasanya disebut Model Lima Besar.[6]
Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah besar penelitian mendukung bahwa lima dimensi dasar
saling mendasari dan mencakup sebagian besar variasi yang signifikan dalam kepribadian
manusia.[9] Faktor-faktor lima besar mencakup ekstraversi, mudah akur dan bersepakat, sifat
berhati-hati, stabilitas emosi, dan terbuka terhadap hal-hal baru.[9]

Menilai kepribadian
Sepuluh kartu yang digunakan dalam Rorschach Inkblot test

Alasan paling penting mengapa manajer perlu mengetahui cara menilai kepribadian adalah
karena penelitian menunjukkan bahwa tes-tes kepribadian sangat berguna dalam membuat
keputusan perekrutan.[1] Nilai dalam tes kepribadian membantu manajer meramalkan calon
terbaik untuk suatu pekerjaan.[1]

Terdapat tiga cara utama untuk menilai kepribadian[1]:

 Survei mandiri
 Survei peringkat oleh pengamat
 Ukuran proyeksi (Rorschach Inkblot test dan Thematic Apperception Test)

Sifat kepribadian utama yang memengaruhi perilaku


organisasi
Evaluasi inti diri

Evaluasi inti diri adalah tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka
sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan apakah mereka merasa
memegang kendali atau tidak berdaya atas [lingkungan]] mereka.[10] Evaluasi inti diri seorang
individu ditentukan oleh dua elemen utama: harga diri dan lokus kendali.[10] Harga diri
didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat sampai mana individu
menganggap diri mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang manusia.[10]
Machiavellianisme

Machiavellianisme adalah tingkat di mana seorang individu pragmatis, mempertahankan jarak


emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses.[10] Karakteristik kepribadian
Machiavellianisme berasal dari nama Niccolo Machiavelli, penulis pada abad keenam belas yang
menulis tentang cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.[10]

Narsisisme

Narsisisme adalah kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang
berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri.[1] Sebuah
penelitian mengungkap bahwa ketika individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yang
lebih baik bila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai
mereka sebagai pemimpin yang lebih buruk.[1] Individu narsisis seringkali ingin mendapatkan
pengakuan dari individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka sehingga individu narsisis
cenderung memandang rendah dnegan berbicara kasar kepada individu yang mengancam
mereka.[1] Individu narsisis juga cenderung egois dan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan
sikap yang dimiliki individu lain untuk keuntungannya[1].

Pemantauan diri

Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor
situasional eksternal.[11] Individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi menunjukkan
kemampuan yang sangat baik dalam menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasional
eksternal[11]. Bukti menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi
cenderung lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pandai menyesuaikan diri bila
dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat pemantauan diri yang rendah.[11]

Kepribadian proaktif

Kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan
tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi proaktif menciptakan perubahan
positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan.[1]

Referensi
1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku
Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat. Hal.126-127
2. ^ a b c d e Wade, C.;Tavris, C. Psikologi Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2008, hal. 194-204.
3. ^ a b c Stein, M. B.; Jang, K. L.; Livesley, W. J. (en)”Heritability of Social Anxiety-
Related Concerns and Personality Characteristics” A Twin Study”, New York: Viking,
2002. hal. 219-224.
4. ^ Arvey, R. D.; Bouchard, T. J. (en)”Genetics, Twins, and Organizational Behavior”,
Greenwich, CT: JAI Press, 1994. hal. 65-66.
5. ^ a b c Buss, A. H. "Personality as a Traits," American Psychologist, November 1989, hal.
1378-1388.
6. ^ a b c d e f Arvey, R. D. (en)"Genetics, Twin, and Organizational Behavior," Research in
Organizational behavior, vol. 16, Greenwich CT: JAI Press, 1994, hal 65-66.
7. ^ McCrae, R. R. (en)"Reinterpreting the Myers-Briggs Type Indicator from the
Perspective of the Five Factor Models of Personality," Journal of Personality, Ney York:
Wiley, Maret 1989, hal. 17-40
8. ^ a b "Identifying How We Think," Hardvard Business Review, Juli-Agustus 1997, hal.
114-115.
9. ^ a b McCrae, R. R. (en)"Special Issue: The Five-Factor Model: Issue and
Applications," Journal of Personality, Juni 1992. hal. 304-315.
10. ^ a b c d e Judge, T. A. "A Rose by any Other Name," Personality Psychology in the
Workplace, Washington DC: American Psychological Association, hal. 93-118.
11. ^ a b c Snyder, M. "the Psychology of Self-Monitoring," Psychology Bulletin, Juli 2000,
hal. 530-555.
Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam
memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir
yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:

Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun,
merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan
yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi
(seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.

Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun,
merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata
dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.
Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang
dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.

Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam
kehidupan dan dapat bertindak. Seperti sorang anak yang mengatakan, “Pohon itu bergoyang-
goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh.” Sedangkan Intuitif adalah anak-anak mulai
menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan.
Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran
rasional.

Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga
11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis
menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang
spesifik atau konkrit.

Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15
tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui
dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.

Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka
dapat berpikir seperti apakah orangtua yang ideal dan membandingkan orangtua mereka dengan
standar ideal yang mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan
bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang mereka lakukan.

Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke ketahap berikutnya bila tahap
sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada
pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan.
Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada anak yang
lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama.

Daftar Pustaka
Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 1.
Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai