Anda di halaman 1dari 16

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KESANTUNAN

BERBAHASA INDONESIA

MAHASISWA AKPAR MEDAN PADA PRAKTIK RESERVASI

DISUSUN OLEH ; MUHAMMAD YUNUS FERDY YUSUF

DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA AKADEMI PARIWISATA MEDAN 2011

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Industri pariwisata adalah industri pelayanan dimana bahasa yang baik dan santun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan itu. Para pelaku industri pariwisata, dari para penentu kebijakan sampai pelayan di tingkat bawah, semuanya dituntut untuk tidak hanya melayani dengan baik, namun juga menggunakan bahasa yang efektif dan sopan dalam pelayanan itu. Sedemikian pentingnya hal ini sehingga sering dikatakan bahwa bahkan ketika orang-orang yang dilayani (klien/pelanggan) melakukan atau mengucapkan hal-hal yang tidak menyenangkan, para pelaku pariwisata dituntut untuk tetap menjaga sikap, tetap bersikap santun kepada orang-orang yang bersangkutan. Berbahasa yang baik/efektif dan sopan memerlukan penguasaan yang baik atas bahasa yang digunakan, bahasa apapun itu. Tentu saja keefektifan dan kesantunan yang diharapkan adalah keefektifan dan kesantunan menurut ukuran budaya yand darinya bahasa tersebut berasal (Muslich, 2006: 1). Akan menjadi aneh, misalnya, bila kesantunan yang dipakai oleh seseorang yang menggunakan bahasa Inggris adalah kesantunan menurut ukuran budaya orang Indonesia/para penutur asli bahasa Indonesia. Lawan bicara yang merupakan penutur asli bahasa Inggris akan merasa sangat terganggu apabila seorang waiter atau room maid yang menggunakan standar kesantunan masyarakat Indonesia menanyakan pertanyaan-pertanyaan seperti How many children do you have? atau Where are you going?1. Berkenaan dengan hal di atas, penelitian ini berfokus kepada keefektifan dan kesantunan berbahasa mahasiswa AKPAR Medan ketika sedang melakukan simulasi reservasi kamar hotel pada saat praktik. Dari pengamatan awal peneliti, mahasiswamahasiswa AKPAR Medan terlalu berfokus kepada bahasa Inggris dan bagaimana menggunakannya secara efektif dan santun. Merekea cenderung mengabaikan perlunya belajar keefektifan dan kesantunan dalam berbahasa ibu mereka sendiri, yakni bahasa Indonesia. Akibatnya, ketika mereka/para mahasiswa menggunakan bahasa Indonesia
1

Dalam budaya masyarakat Inggris, pertanyaan-pertanyaan tersebut dianggap bersifat pribadi dan tidak seharusnya

ditanyakan oleh orang yang baru dikenal.

dalam praktik, mereka terlihat canggung dan menggunakan ragam bahasa yang tidak standar/yang tidak seharusnya digunakan dalam situasi resmi/formal, tidak sebagaimana yang biasanya digunakan dalam setiap segi pelayanan dalam industri pariwisata. Dan ini sebenarnya sangat kontraproduktif dengan fakta bahwa wisatawan yang banyak mendatangi objek pariwisata dan menginap di hotel-hotel di Sumatera Utara adalah wisatawan domestik yang tentunya mengharapkan orang-orang yang melayani mereka menggunakan bahasa Indonesia yang baik, sopan, dan dengan demikian, menyenangkan bagi mereka/para wisatawan tersebut. Oleh karena itulah, penelitian ini menjadi penting untuk mendeskripsikan tingkat kemahiran berbahasa Indonesia para mahasiswa terutama dalam hal keefektifan dan kesantunannya, menyelidiki faktor-faktor apa yang melatarbelakangi tingkat kemahiran mereka, dan, pada akhirnya, memberikan gambaran dan saran bagi arah pembelajaran mata kuliah bahasa Indonesia yang efektif dan mendukung terhadap penggunaan bahasa yang baik dan santun dalam pelayanan industri pariwisata.

2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : kurangnya kemampuan mhs dalam kesantunan bahasa Indonesia dari sudut : diksi, kalimat dan intonasi.

3. Tujuan Penelitian

1. Untuk memperoleh informasi tentang kesantunan bahasa bagi mahasiswa akpar

2. Untuk melatih mahasiswa dalam menggunakan kesantunan berbahasa 3. KEGUNAAN PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah ilmu pengetahuan bagi penulis b. Membuka kemampuan penulis secara kiritis

2. Manfaat Praktik

a. Memberikan masukan pada mahasiswa dalam penggunaan diksi, kalimat

dan intonasi
b. Untuk mendukung program pengajaran bahasa indonesia.

3. LANDASAN TEORI Kesantunan sangat kontektual, artinya berlaku dalam masyarakat, tempat , atau situasiu tertentu, tetapi belim tentu berlaku bagi masyarakat, tempat, atau situasi lain. Kesantunan selalu memiliki dua kutup, seperti antara anak dan orang tua, antara tuan rumah dan tamu, antara pria dan wanita , antara murid dan guru, antara mahsiswa dan dosen, dan sebagainya. ( Muslich , 2006.1) Komunikasi untuk menjalin hubungan sosial dilakukan dengan menggunakan beberapa strategi, misalnya dengan menggunakan ungkapan kesopanan , ungkapan implisit dan basa basi. Strategi tersebut dilakukan pembicara dan lawan bicaranya, agar proses komunikasi berjalan baik, dalam arti pesan tersampaikan tanpa merusak hubungan sosial di anatara keduanya. Sehingga pembicaraan memberikan kesan mendalam seperti. Kesan simpati, sopan, ramah dan santun 5. METODE PENELITIAN A. Alasan Menggunakan Metode kualitatif : lebih mudah untuk menganalisa dan menguraikan data-data yang didapatkan dalam penelitian b. Tempat penelitian

Lokasi penelitian di akademi pariwisata medan. c. Sampel Sumber data penelitian Penulis mengabil sampel dari para mahasiswa jurusan MDK. d. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan datanya melalui penyebaran angket dan wawancara e. Teknik Analisis Data Penulis akan menganalisis melalui pengamatan langsung dan test saat praktik di Akademi Pariwisata Medan d. Rencana pengujian Keabsahan data Melalui analisis tes data dari praktik yang dilakukan.

6. JADWAL PENELITIAN Jadwal penelitian dilaksanakan pada awal mei s/d Akhir juni 2011 7. DAFTAR PUSTAKA

____________. 1989. The Rustle of Language . California : University Of California Press. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta . Cullers, Jonathan. 1975. Structuralist Poetics. Ithaca : Cornell University. Denzin, Norman K. Dan Yvonna S. Lincoln (eds). 1995. Handbook of Qualitative

Research. Thousand Oaks, London, dan new Delhi : Sage Publications Djajasudarma, T. Fatimah.1993. Metode Penelitian dan Pengkajian Bandung : Eresco. ____________1992. Sebuah Pengantar Menuju Logika Kebudayaan. Jakarta. Fokkema. D.W. 1978. Theories of Literature in the Twentieth century. London : C. hurst & Corporation. Hall, D.G.E. 1968. A History of South East asia, New York : St. Metode Linguistik Ancangan

Martins Press Halliday . M.A.K. 1970. Language as a Social Semiotics. London : Edward Arnold. Holderoft, D. 1991. Saussure, signs, System and Arbitrariness, Cambridge : Cambridge Universitty Press. Legge, J.D., 1964. Indonesia. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. Marckward, Albert H. dkk (eds.), 1990. Webster Comprehensive Dictionary (volume 2). Chicago: Ferguson Publishing Company. Moleong, J. Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung : Remaja Rosdakarya. Ridwan, A. T. 2006. Bahasa dan Linguistik. Jakarta : Mestika _____________ 2006. Bahasa dalam Konteks Sosial Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Sinar, T. Silvana 2004 Ideologi Wacana kekuasaan: Daya Semiotik Ideational dan Interpersonal. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap USU Medan. ______________ 2007 Pemakalah Seminar Internasional Aktualisasi Bahasa Dalam Pencerdasan Bangsa 28-29 Mei 2007 Laboratorium Parriwisata USU Medan Verhaar. 1987. Pengantar Linguistik. Yogyakarta. Gajah Mada

University Press.

BIAYA PENELITIAN KESANTUNAN INDONESIA

BERBAHASA

MAHASISWA AKPAR MEDAN PADA PRAKTIK RESERVASI

N o 1

Uraian Kegiatan/Jenis Pengeluaran ATK

Volume 1 paket

Biaya Satuan per Kegiatan (Rp) 1,000,000

Jumlah Biaya per Kegiatan 1,000,000

Keterangan

Video merekam kegiatan mahasiwa praktik)

(utk saat 2 org x 7 800,000 hari 5,600,000 250,000 1,500,000 3,000,000 2,000,000

Honor Peneliti

4 5

Flashdisk 8 GB Pengetikan dan Penggandaan Dokumen Konsumsi Peneliti TOTAL TERBILANG

125,000 1,500,000

2 org x 3 x 7 hari

60,000

4,200,000 14,550,000

Empat Belas Juta Lima Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah

Medan,

April

2011

Mengetahui, Ka. UPPM AKPAR Medan Ketua Tim

Drs. Muhammad Zulfan, M.Pd. NIP. 19671013 199703 1 001

Drs. Muhammad Yunus, M.Hum. NIP. 1970004141995031002

Menyetujui Plt. Direktur AKPAR Medan

Drs. Bahagia Tondang, SH., MAP. NIP. 19630103 199403 1 001

PELESTARIAN MUSIK TRADISIONAL DALAM MENDUKUNG KEPARIWISATAAN SUMATERA UTARA

1.

Pendahuluan Bangsa Indonesia sepakat bahwa kebudayaan yang terdapat di Indonesia terdiri

dan , beragam-ragam kebudayaan suku-suku bangsa yang terdapat di wilayah Republik Indonesia. ini merupakan komitmen bangsa yang tercantum di dalam Undang Undang Dasar 1945. Kesenian sebagai salah satu dan unsur kebudayaan dengan sendirinya

menjadi bagian dan komitmen mi. Musik adalah salah satu unsur dari kesenian yang dimaksud. Dengan logik dialektis itu maka seluruh jenis musik yang dihasilkan
oleh bangsa Indonesia, dan yang tradisional sampal yang modern, adalah Musik Indonesia. Dengan demikian musik merupakan salah satu unsur yang dapat mendukung kesenian dan kebudayaan dalam pengembangan kita akan kepariwistaan., apalagi bila dikaitkan dengan kebanggaan

tradisi yang ada khususnya di Sumatera Utara. Musik yang bagaimana yang dapat disebut memiliki jatidiri dan merepresentasikan kebangsaan Indonesia, nasional, dan daerah itu? Ada yang secara spekulatip berpendapat bahwa musik dengan sistem tangganada diatonis (Barat) adalah musik nasional; yang pentatonis adalah musik daerah. Pendapat lain dibatasi dengan pendekatan bahasa yang dipakai di dalam teks lagu, yaitu: lagu-lagu yang berbahasa Indonesia memiliki lagu-lagu nasional, dengan sendirinya lagu-lagu yang berbabasa daerah kedudukannya menjadi lagu daerah. Dengan demikian seolah-olah definisi menjadi musik Indonesia adalah bahasa Indonesia yang dipakai di dalam sebuah lagu. padahal musik tidak hanya menggunakan bahasa tekstual, tetapi bahasa rnusik: bunyi dan berbagai unsur lain yang secara teknis memiliki ciri-ciri dan karakter yang berbeda serta unik dan satu daerah ke daerah lain. Pendapat lainnya adalah dengan menyampur unsur musik dan berbagai daerah, misalnya musik Karo iramu dan dikombinasikan (misalnya) dengan musik, Melayu, Nias, Jawa. Kemudian hasilnya dinarasikan sebagai musik Indonesia. Pendekatan yang terakhir ini sering kita lihat pada acara pertunjukan kesenian untuk perayaan nasional di Jakarta, melalui siaran-siaran TV yang dipancarkan secara nasional. Mengangkat jatidiri musik tradisional suku-suku bangsa di

Indonesia, dengan dirinya merupakan salah satu unsur untuk memperkuat dalam mendukung kepariwistaan.. Pedoman mikronya adalah kesenian atau musik itu sendiri, baik dilihat melalui pendekatan seni itu sendiri, kontekstual, intra-kultural, maupun universal. Dengan Pendekatan mikro

ini kita dapat terhindar dari pandangan yang semata-mata bersifat merasa rendah dengan musik tradisional kita, yang tidak ketinggalan di tengahtengah zaman yang sangat canggih sekarang ini. Apakah musik tradisional kita tidak ketinggalan apabila tidak memakai keyboard? Apakah kita tidak menjadi kampungan karena musik tradisional kita tidak memiliki notasi.. Sebagai ilustrasi: seandainya dalam alat musik yang disebut hesek di dalam ensambel musik Toba, maka sekalipun tampak sederhana, namun musik Toba dapat memberikan nuanasa yang dapat menciptakan hasil irama yang sangat unik dan enak di dengar.

2.

Pembinaan Terhadap Musik Tradisional Orang yang paling paham terhadap seni musik tradisional adalah

pemilik tradisi musik tersebut. Merekalah yang paling tahu konsep, fungsi, dan kegunaan musik bagi masyarakat di dalam kebudayaan ini. Seandainya tidak ada program secara yang diciptakan musik untuk membina dan musik suatau tradisional dan program tersebut dibuat oleh orang luar (outsider) yang mengenal mendalam tradisional kebudayaan, tentu program tersebut layak untuk tidak dipercaya. Namun dalam konteks kekinian, dimana udara Indonesia begitu terbuka lebar oleh arus informasi yang menggunakan teknologi canggih, permasalahannya tidak lagi sederhana. Pengaruh berbagai kebudayaan di luar kebudayaan bersangkutan akan dapat memberi warna yang sekaligus dapat merupakan erosi dan nilai-niiai di dalam bersangkutan. Pengaruh tersebut mau tidak mau akan keadaan seperti itu tampak bahwa kesadaran tentang kegiatan mewarnai sikap dan yang dapat mengring tradisional bersifat sabuah kebudayaan

pandangan hidup seseorang atau masyarakat yang Iebih luas. Dalam pentingnya akan pelestarian musik tetapi

sangat dubutuhkan , karena dapat membuat jati diri bangasa semakin kuat. Hal ini jangan diartikan sebagai menggurui zaman yang begitu cepat dewasa ini. Musik lebih mengajak untuk lebih waspada dengan perkembangan dan perubahan memiliki materi yang

masing-masing diwarnai oleh konsep budaya, dimana musik tersebut berada. Salah satu materi yang paling utama dalam musik adalah bunyi.. Kekhasan bunyi yang dinginkan oleh pencipta (individu maupun suatu komunitas) musik itu memunculkan Kebutuhan berbagai jenis alat musik dari bentuknya sangat sederhana sampai kepada bentuk yang paling istimewa. terhadap bunyi tertentu memunculkan teknologi di dalam pembuatan alat musik agar produknya dapat mengakomodasikan bunyi sesuai dengan rasa yang diinginkan.Bunyi-bunyii tersebut kemudian dikelompokkan kepada fungsinya di dalam musik. Bunyi yang berfungsi teknologi pembuatan untuk mewujudkan suasan ritmis memunculkan

gendang, dan berbagai jenis alat perkusip. Bunyi yang berfungsi untuk melodi melahirkan berbagai jenis alat musik melodis seperti seru serunai, dsb. Dan bunyi-bunyi yang dihasilkan alat musik ini kemudian muncul fenomena Iainnya dalam musik, yaitu ritem, melodi, harmoni, dan berbagai gaya dan bentuk komposisi serta parameter-parameter lainnya. Keseluruhan itu diwarnai oleh konsep budaya musik yang terdapat di dalam kebudayaan pemilik musik tersebut. Sebagai contoh konnsep ritmis di dalam memainkan gendang antara gondang Mandailing dengan gondang Toba sudah sangat berbeda. Demikian pula konsep dan sistem tangganada di dalam melodi.

Kalau di Karo cara orang menyanyi harus memasukkan unsur estetika yang terdapat di dalam ornamentasi melodi dan disebut rengget, orang Melayu menyebutnya grenek, orang Jawa menyebutnya cengkok, dsbnya. Konsep-konsep musik yang kemudian memunculkan ciri-ciri khas dan unik dan musik yang dihasilkan itulab yang disebut dengan jati diri. Seandainya sebuah nyanyian yang menggunakan bahasa Karo tetapi gaya musiknya bulat-bulat meniru dari musik film India, tentu saja secara konseptual musik tersebut sulit diterima sebagai musik Karo. Ia akan tetap merepresentasikan musik film India. Demikian pula misalnya seorang penyanyi asal Toba menyanyikan lagu-lagu berbahasa Toba dengan gaya blues musik Amerika, Batak, maka kedudukannya bukanlah merepresentasikan melainkan

musik Blues Amerika yang berbahasa Batak itu. Jatidiri yang ditampilkan oleh kedua contoh kasus tadi adalah kebudayaan darimana musik itu ditiru. Dengan demikian bahasa yang dipakai di dalam teks lagu tidak menjamin bahwa sebuab karya musik dapat mewakili gaya dan musik dari budayaan tertentu. Contoh lainnya: sekalipun musik brass yang ditampilkan untuk upacara-upacara kematian di tengah-tengah orang harmoni, konsep

Toba menggunakan alat musik Barat, seperti trombone, saxophone, dsbnya, namun gaya musiknya unik. Mereka menggunakan namun harmoni yang dipakai tidak bisa dikatakan mewakili harmoni Barat. OIeh karena keterbatasan pengetahuan dan persepsi terhadap konsep harmoni Barat, maka rasa keindahan yang dominan di komposisinya akan sangat terbatas dan mengacu kepada rasa keindahan. Dan hasilnya memang sangat khas Batak. Sekalipun musik brass ini tidak sepenuhnya dapat dikatakan mewakili budaya Batak, tetapi proses tehnik komposisi, tehnik dan kehadiran alat akulturasi budaya terdapat disana. Kehadirannya tidak bisa disamakan dengn musik brass manapun, baik dari orkestrasi, tehnik memainkan alat-alat musiknya, musik tradisional, sulim, di dalam komposisinya.

3.

Modal sebagai Daya Tarik Wisatawan Seandainya musik yang disajikan di hotel-hotel yang ada di

Parapat serupa dengan ala memilih pergi memiliki ke Spanyol

musik Spanyol, dan di Bali serupa dengan dari pada ke Parapat, atau ke New York untuk

New York Philharmonic Orchestra, maka wisatawan mancanegara akan daripada ke Bali. Tetapi apabila musik-musik yang terdapat di Parapat jati diri musik khas Batak, maka satu-satunya cara melihat musik tersebut dengan cara harus pergi ke Parapat.. Karena di mspanyol tidak ada musik Batak. Apa yang menyebabkan Bali menjadi pusat perhatian dunia dalam dunia pariwisata, tidak lain karena kebudayaan Bali sangat jelas dan dari kuat sekali digelar di setiap saat. Bali sangat unik dan berbeda

setiap tujuan

wisata

yang

ada

di Indonesia. Daya

tarik

inilah

yang

seharusnya menjadi perhatian penuh oleh segenap pemerhati pariwisata, baik seniman , pemerhati pariwisata , dan khususnya pemerintah dalam pengembangannya. Ada satu keyakinan yang ahrus tertanam dalam diri kita, bahwa tanpa pengemasan kebudyaan yang ada dari setiap objek wisata tidak diperhatikan, maka jangan terlalu berharap bahwa pariwisata kita akan dapat berkembang dan maju, seperti menjadikan negara-negara yang lain.Harus ada komitmen dari semua pihak dalam mendukung pariwisata, yang pada akhirnya dapat pariwisata sebagai penghasil devisa yang terbanyak , dibandingkan dari sektor-sektor lainnya.

Penutup Dalam mensiasati perkembangan pariwisata selama ini, sangat

dibutuhkan perhatian yang penuh terhadap

pelestarian budaya-budaya

daerah, diantaranya musik tradisional. Pelestarian ini harus dikdukung oleh jatidiri bangsa yang kuat sehingga dapat memberikan kontribusi atau manfaat yang tidak sedikit, baik dari sudut pandang kepuasaan pribadi pemusik itu sendiri . Musik tradisional merupakan aset di dalam mendukung kesenian daerah, khususnya dalam mengisi kegiatan seni mendukung kepariwisataan Indonesia , khususnya Penampilan musik tradisional dibeberapa dapat memberikan kesan berkunjung di daerah tujuan wisata tersebut. budaya Sumatera dalam Utara.

tempat, misalnya di hotel,

yang begitu mendalam bagi wisatawan yang

ABSTRAK

Melestarikan musik tradisional yang berasal dari berbagai sukusuku yang ada di Indonesia, dengan dirinya merupakan salah satu unsur untuk memperkuat dalam mendukung kepariwistaan. Meskipun musik tradisional memiliki kelengkapan alat musik yang tidak begitu canggih seperti musik modren, namun dapat menuangkan hasil yang begitu memukau, yang belum tentu dimiliki oleh alat musik lainnya. Keunikkan inilah yang dapat memberikan kesan yang tidak terlupakan oleh para pendengar, khususnya para wisatawan yang sedang berkunjung di suatu objek wisata yang didatanginya. Kekhasan inilah yang merupakan daya tarik terse

Anda mungkin juga menyukai