Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN TUTORIAL BLOK 12 SKENARIO A

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

Anggota Kelompok:

Rani Iswara Satria Wisnu Murti Rahmatul Ikbal Atia Julika Renal Yusuf Ira Meliani Ririn Tri Sabrina Gina Sonia Fensilia Yolanda Kristian Sudana Hartanto Sri Aryasatyani Binti Boonie Muhammad Syahrin Faris Bin Haji Adnan

04111401001 04111401007 04111401009 04111401010 04111401015 04111401074 04111401076 04111401082 04111401085 04111401088 04111401094

Tutor : dr. Sutomo Tanzil, SpFK, M.Sc

PENDIDIKAN DOKTER UMUM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSTAS SRIWIJAYA TAHUN 2012

KATA PENGANTAR

Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada Dosen pembimbing yang telah membimbing tutorial pertama di blok 12 ini sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan sangat baik. Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua, yang telah memberi dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlah nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tutorial pertama di blok 12 ini hingga selesai. Ucapan terima kasih juga kepada para teman-teman sejawat dan senasib sependerita-an di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya atas semua semangat dan dukungan nya sehingga perjalanan blok per blok yang seharusnya sulit dapat dilewati dengan mudah. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata mendekati sempurna.Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di penyusunan laporan berikutnya.Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, 4 Desember 2012

Penyusun Kelompok 1

DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................................................................................... 2 Daftar Isi ............................................................................................................................ 3 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ................................................................................... 4

1.2. Maksud dan Tujuan ............................................................................. 4 BAB II Pembahasan 2.1. Data Tutorial ....................................................................................... 5 2.2. Skenario Kasus .................................................................................... 6 2.3. Paparan I. II. III. IV. BAB III Penutup 3.1. Kesimpulan ......................................................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 51 Klarifikasi Istilah ....................................................................... 7 Analisis Masalah ........................................................................ 8 Learning Issues ......................................................................... 31 Kerangka Konsep ....................................................................... 49

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Blok anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan blok 12 pada semester 3 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis

memaparkan kasus yang diberikan mengenai hubungan antara obat, nutrisi, dan disfungsi ereksi. Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu: 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenario ini.

1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenario ini.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial Tutor Moderator : dr. Sutomo Tanzil, SpFK, M.Sc : Renal Yusuf

Sekretaris Meja : Rani Iswara Sekretaris Papan : Atia Julika Hari, Tanggal Rule Peraturan : Selasa, 4 Desember 2012 : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan 2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat (aktif) 3. Dilarang makan dan minum

2.2 Skenario Kasus Seorang lelaki gendut (mild obesity), berusia 35 tahun, sudah satu tahun mengalami disfungsi ereksi (DE). Penyuka makanan terolah sejak sekolah dasar ini terdiagnosis hipertensi ketika berumur 33 tahun. Mulai saat itu, dia secara rutin mengkonsumsi bukan hanya preparat anthipertensi (atenolol), tetapi juga diuretika (furosemide), serta obat pereduksi lemak darah (statin). Sebelum ketiga jenis obat itu dimakan, kehidupan seksual bersama istrinya baik-baik saja. Sementara, pengganggu berlatar belakang masalah psikososial bisa diabaikan. Riwayat Pangan (Makanan yang biasa disantap selama 3 bulan terakhir) Pagi Snack pukul 10.00 Makan siang Snack pukul 16.00 Makan malam Tugas : Lakukan eksplorasi untuk mencari latar belakang disfungsi ereksi ini! : mie instan 2 bungkus dan kopi 1 gelas. : crackers 2 porsi. : nasi dan ayam goring KFC 2 porsi, soft drink 2 kaleng. : Dunkin Donat dan 1 kaleng soft drink. : Pizza (ukuran medium), 1 kaleng soft drink.

2.3 Paparan I. Klarifikasi Istilah 1. Mild Obesity : kegemukan akibat kelebihanberat badan antara 20 30 % dari berat badan ideal. 2. Disfungsi ereksi : ketidakmampuan untuk memulai ereksi atau

mempertahankan ereksi. 3. Makanan terolah : makanan yang diolah dari bahan baku ditambah atau tidak dengan bahan tambahan makanan. 4. Hipertensi : tingginya tekanan darah arteri melebihi ambang batas normal. 5. Atenolol : obat antihipertensi golongan beta-bloker yang menurunkan tekanan darah melalui penurunan curah jantung. 6. Furosemide : suatu diuretik kuat yang digunakan pada pengobatan edema akibat gagal jantung kongestif, penyakit hati, atau penyakit ginjal dan pada pengobatan hipertensi biasanya

dikombinasikan dengan obat-obat lain, diberikan per oral, intramuskular, atau intravena. 7. Statin : obat yang berperan sebagai kompetitif inhibitor terhadap HMG-CoA reductase, yaitu enzim yang berfungsi untuk biosintesis kolesterol. 8. Obat antihipertensi 9. Obat diuretika 10. Obat pereduksi lemak darah : obat untuk mengatasi tekanan darah tinggi. : obat yang merangsang diuresis. : obat yang berfungsi menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

II. Analisis Masalah 1. Seorang lelaki gendut (mild obesity), berusia 35 tahun, sudah satu tahun mengalami disfungsi ereksi (DE). a. Adakah hubungan antara umur dan disfungsi ereksi? Penuaan merupakan penyebab natural penurunan libido, arteri menjadi kaku atau mengalami obstruksi aliran darah ke genital atau melemahnya respon otot yang juga menyebabkan penurunan libido. Ada 3 tahapan proses penuaan dan penurunan disfungsi ereksi?. Tahap pertama adalah fase subklinik (usia 25-34 tahun). Dalam tahap ini, secara fisiologis belum terdapat tanda-tanda penuaan. Tetapi mulai terjadi penurunan berbagai hormon seperti testosterone, growth hormone dan juga estrogen. Di usia ini, juga mulai terdapat peningkatan radikal bebas yang akan menyebabkan kerusakan sel dan DNA dalam tubuh. Tahap ke dua adalah fase transisi (terjadi pada usia 35-45 tahun). Pada tahap ini, mulai terjadi penurunan massa otot hingga 1 kg/tahun. Di periode ini, mulai terjadi penurunan energi diikuti meningkatnya berat badan. Serta terjadi resistensi insulin dan meningkatnya resiko terkena penyakit jantung. Gejala-gejala yang muncul berupa menurunnya elastisitas dan meningkatnya pigmentasi kulit, serta menurunnya daya ingat. Tahapan ketiga adalah fase klinik (terjadi pada usia di atas 45 tahun). Di sini, terjadi penurunan hormon secara terus menerus, terjadi gangguan penyerapan nutrisi, vitamin dan mineral. Mulai terjadi penurunan densitas tulang dan berbagai penyakit kronik, seperti kegagalan pada sistem organ dan yang cukup ditakuti adalah terjadinya Disfungsi Seksual (DE).

b. Apa hubungan antara mild obesity dan disfungsi ereksi? Mild obesity menunjukan terdapat banyaknya lemak visceral. Tingginya lemak visceral menyebabkan sel adiposa meningkatkan TNF- dalam plasma.
8

TNF- memproduksi sitokin dan memacu cell signaling melalui interaksinya dengan reseptor TNF- sehingga meny Meningkatnya jaringan adiposa visceral dapat meningkatkan mobilisasi derivat jaringan adiposa, yaitu free fatty acid, ke hati. Sedangkan meningkatnya lemak subkutan abdomen menyebabkan pelepasan produk lipolisis ke sirkulasi sistemik. FFA yang dilepaskan oleh jaringan adiposa mengurangi sensitivitas insulin di otot dengan menghambat uptake glukosa yang diperantarai insulin, hal ini menyebabkan meningkatnya glukosa darah, meningkatnya sekresi insulin yang menyebabkan hiperinsulinemia. Di hati, FFA meningkatkan produksi glukosa, trigliserida, dan sekresi VLDL. Hal ini mengakibatkan berkurangnya glukosa yang diubah jadi glikogen dan akumulasi trigliserida. Insulin merupakan hormon antilipolitik. Keadaan Hiperglisemia bisa berlangsung lama dan menimbulkan glucotoxicity yang dapat merusak endotel pembuluh darah. Pada kasus resistensi insulin, meningkatnya jumlah simpanan

triasilgliserol di jaringan adiposa memproduksi lebih banyak asam lemak yang dapat menghambat efek antilipolitik insulin dan meningkatkan aktivitas lipolisis. Sindrom metabolik dapat meningkatkan trombogenisitas darah sirkulasi, lalu meningkatkan plasminogen activator tipe 1 dan adipokine levels yang menyebabkan disfungsi endotel. Sindrom metabolik juga meningkatkan resiko kardiovaskular dengan meningkatnya kekakuan arteri. Kerusakan atau disfungsi endotel dapat membuat kolesterol membentuk plaque yang menghambat aliran darah, menurunkan nitric oxide (NO) vasodilator yang dihasilkan endotel pembuluh darah. Hal ini menyebabkan aliran darah ke penis terhambat dan pembuluh darah penis (corpus cavernosum) gagal berdilatasi sehingga ereksi tidak terjadi.

c. Jelaskan klasifikasi obesitas! Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:


Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40% Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
9

Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).

Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index, BMI) BMI Klasifikasi

< 18.5

berat badan di bawah normal

18.524.9

normal

25.029.9

normal tinggi

30.034.9

Obesitas tingkat 1

35.039.9

Obesitas tingkat 2

40.0

Obesitas tingkat 3

BMI

merupakan

suatu

pengukuran

yang

menghubungkan

(membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan "indeks", BMI sebenarnya adalah rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih.

Rumus: Satuan Metrik menurut sistem satuan internasional :

Rumus :
10

Dimana

adalah berat badan dalam satuan metrik kilogram dan

adalah

tinggi badan dalam meter.

d. Bagaimana patofisiologi disfungsi ereksi? Mekanisme terjadinya disfungsi ereksi menurut Hilsted dan Low (1993) merupakan kombinasi neuropati otonom dan keterlibatan arteriosklerosis arteri pudenda interna. Menurut Moreland (sebagaimana dikutip oleh Wibowo, 2007) ada dua pandangan utama patofisiologi kasus disfungsi ereksi, pada hipotesis pertama perubahan yang dipengaruhi tekanan oksigen pada penis selama ereksi ditujukan untuk mempengaruhi struktur korpus kavernosum dengan cara menginduksi sitokin yang bermacammacam. Faktor vasoaktif dan faktor pertumbuhan pada kondisi tekanan oksigen yang berbeda akan mengubah metabolisme otot polos dan sintesis jaringan ikat. Penurunan rasio antara otot polos dengan jaringan ikat pada korpus kavernosum dihubungkan dengan meningkatnya vena difus dan kegagalan mekanisme penyumbatan vena. Hipotesis tersebut menyertakan bukti adanya perubahan pada fase ereksi penis malam hari dan perubahan sirkadian hubungannya dengan oksigenasi yang penting dalam pengaturan ereksi sehat. Hipotesis yang lain menyatakan bahwa disfungsi ereksi adalah hasil dari ketidakseimbangan metabolik antara proses kontraksi dan relaksasi di dalam otot polos trabekula, misalnya dominasi proses kontraksi. Kedua hipotesis ini dikaitkan dengan strategi penanganan DE. Menurut Barton dan Jouber (2000), pada kasuskasus dengan penyebab biologis jelas (misal neuropati diabetika), pengobatan dan akibat dalam jangka panjang kelainan seksual sekunder tersebut akan terpengaruh juga oleh faktor psikoseksual. Penyebab organik DE termasuk vaskuler, neurologik (saraf), hormonal, penyakit, atau obatobatan tertentu dan sejumlah orang mempunyai faktor penyebab ganda. Pada faktor neurologik dapat berupa: stroke, penyakit demielinasi, kelainan dengan bangkitan atau kejang, tumor atau trauma sumsum belakang dan kerusakan saraf tepi. Dua pertiga kasus DE adalah organik dan kondisi komorbid sebaiknya dievaluasi secara aktif. Penyakit vaskular dan jantung ( terutama yang
11

berhubungan dengan hiperlipidemia, diabetes, dan hipertensi ) berkaitan erat dengan disfungsi ereksi. Kombinasi kandisi-kondisi ini dan penuaan meningkatkan resiko DE pada usia lanjut. Permasalahan hormonal dan metabolik lainnya, termasuk hipogonadisme primer dan sekunder,

hipotiroidisme, gagal ginjal kronis, dan gagal hati juga berdampak buruk pada DE (Vary, 2007). Penyalahgunaan zat seperti intake alkohol atau penggunaan obat-obatan secara berlebihan merupakan kontributor utama pada DE. Merokok merupakan salah satu penyebab arterio oklusive disease. Psikogenik disorder termasuk depresi, disforia dan kondisi kecemasan juga berhubungan dengan peningkatan kejadian disfungsi seksual multipel termasuk kesulitan ereksi. Cedera tulang belakang, tindakan bedah pelvis dan prostat dan trauma pelvis merupakan penyebab DE yang kurang umum (Wibowo, 2007). DE iatrogenik dapat disebabkan oleh gangguan saraf pelvis atau pembedahan prostat, kekurangan glisemik, tekanan darah, kontrol lipid dan banyak medikasi yang umum, digunakan dalam pelayanan primer. Obat anti hipertensi khususnya diuretik dan central acting agents dapat menyebabkan DE. Begitu pula digoksin psikofarmakologic agents termasuk beberapa antidepresan dan anti testosteron hormon. Kadar testosteron memang sedikit menurun dengan bertambahnya usia namun yang berkaitan dengan DE adalah minoritas pria yang benar-benar hipogonadisme yang memiliki kadar testosteron yang rendah Hipertensi menyebabkan timbulnya resiko kesehatan pada pembuluh darah dan dapat mengakibatkan penyakit yang lebih serius seperti penyakit jantung dan stroke. Pengobatan terhadap gejala hipertensi pada pria dapat mengakibatkan efek samping pada fungsi tubuh yaitu munculnya masalah seksual seperti disfungsi ereksi dan ejakulasi dini. Impotensi atau disfungsi ereksi adalah salah satu penyakit lain yang mungkin muncul akibat dari penggunaan obat-obatan untuk menyembuhkan Hipertensi. Obat hipertensi seperti Beta blockers dan Diuretik bekerja dengan cara mengurangi dan mempertahankan tekanan darah tetap rendah ketika darah mengalir ke penis.

12

Beberapa

pasien

hipertensi

mungkin

akan

merasakan

kesulitan

memperoleh ereksi dari tingkat rendah yakni masih mampu mengalami ereksi tapi tidak keras atau terlambat ereksi, sampai tingkat paling parah yaitu sama sekali tidak mampu mencapai ereksi. Beberapa faktor lain turut mempengaruhi masalah ereksi yang muncul diantaranya faktor usia, kesehatan tubuh secara umum, kondisi sakit yang sudah ada dan kemungkinan adanya pengaruh dari obat-obatan jenis lain yang pernah di konsumsi. Kesemua faktor tersebut mempengaruhi tingkat disfungsi ereksi yang diderita pasien. Obat tekanan darah tinggi (hipertensi) yang paling mungkin menyebabkan disfungsi ereksi adalah ACE inhibitor, alpha blockers, calcium channel blockers dan Agiotensin receptor blockers. Hipertensi dapat menyebabkan stres dan kerusakan pada pembuluh darah kecil pada penis. Setelah diobati pembuluh darah tersebut menjadi lebih tebal dan lebih lambat untuk melebar ketika menanggapi rangsangan seksual yang terjadi. Hal ini pada akhirnya akan menghambat aliran darah ke penis, dan akibatnya pasien hipertensi akan sering mengalami kesulitan mendapatkan dan mempertahankan ereksinya. Beberapa pasien yang berhasil mendapatkan ereksi yang keras biasanya akan kesulitan mempertahankan kekerasan ereksinya sampai hubungan seksual selesai.

2. Penyuka makanan terolah sejak sekolah dasar ini terdiagnosis hipertensi ketika berumur 33 tahun. a. Apa hubungan obesitas dan hipertensi? Data yang diperoleh dari NHANES pada populasi orang Amerika Serikat memberikan gambaran yang jelas mengenai hubungan linier antara kenaikan rasio lingkar pinggang dan pinggul dengan tekanan darah sistolik dan diastolik serta tekanan nadi. Farmingham study (2007) melaporkan risiko terjadinya hipertensi sebesar 65% pada wanita dan 78% pada laki-laki berhubungan langsung dengan obesitas dan kelebihan berat badan. Mekanisme penyebab utama terjadinya hipertensi pada obesitas diduga berhubungan dengan kenaikan volume tubuh, peningkatan curah jantung, dan menurunnya resistensi vaskuler
13

sistemik. Beberapa mekanisme lain yang berperan dalam kejadian hipertensi pada obesitas antara lain peningkatan sistem saraf simpatik, meningkatnya aktivitas renin angiotensin aldosteron (RAAS), peningkatan leptin, peningkatan insulin, peningkatan asam lemak bebas (FFA),peningkatan endotelin 1, terganggunya aktivitas natriuretic peptide (NP), serta menurunnya nitrit oxide (NO). b. Apa hubungan antara umur dengan hipertensi? Usia, faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Semakin tua seseorang pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium) terganggu, sehingga banyak zat kapur yang beredar bersama darah. Banyaknya kalsium dalam darah (hypercalcidemia) menyebabkan darah menjadi lebih padat, sehingga tekanan darah menjadi meningkat. Endapan kalsium di dinding pembuluh darah (arteriosclerosis)

menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah menjadi terganggu. Hal ini dapat memacu peningkatan tekanan darah. Bertambahnya usia juga menyebabkan elastisitas arteri berkurang. Arteri tidak dapat lentur dan cenderung kaku, sehingga volume darah yang mengalir sedikit dan kurang lancar. Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi, maka jantung harus memompa darah lebih kuat lagi. Keadaan ini diperburuk lagi dengan adanya arteriosclerosis, tekanan darah menjadi semakin meningkat. Oleh karena pembuluh darah yang bermasalah pada orang tua adalah arteri, maka hanya tekanan sistole yang meningkat tinggi. Tekanan sistole dan tekanan diastole pada orang tua memiliki perbedaan yang besar. Sebagai tambahan informasi, sebanyak perempuan dan 2/3 laki- laki berumur 75 tahun atau lebih mengalami hipertensi, sementara pada yang berusia 20 s.d. 74 tahun hanya terjadi pada dari populasi. Oleh karena itu, factor umur sebagai kausa primer pada skenario ini dapat kita abaikan mengingat penderita baru berusia 35 tahun.

14

c. Jelaskan klasifikasi hipertensi! Klasifikasi Hipertensi menurut WHO Kategori Optimal Normal Tingkat 1 (hipertensi ringan) Sub grup : perbatasan Tingkat 2 (hipertensi sedang) Tingkat 3 (hipertensi berat) Hipertensi sistol terisolasi Sub grup : perbatasan Sistol (mmHg) < 120 < 130 140-159 140-149 160-179 180 140 140-149 Diastol (mmHg) < 80 < 85 90-99 90-94 100-109 110 < 90 < 90

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7 Kategori Normal Pre hipertensi Hipertensi tahap 1 Hipertensi tahap 2 Sistol (mmHg) Diastole (mmHg) <120 120-139 140-159 160 <80 80-89 90-99 100

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia Kategori Normal Pre hipertensi Hipertensi tahap 1 Hipertensi tahap 2 Hipertensi sistol terisolasi Sistol (mmHg) <120 120-139 140-159 160 140 Diastole (mmHg) <80 80-89 90-99 100 < 90

15

d. Bagaimana dampak mengkonsumsi makanan terolah dalam jangka panjang? World Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural Organization (FAO) menyatakan bahwa ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap kesehatan manusia dibagi dalam 3 kategori yaitu : aspek toksikologis: kategori residu bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap organ-organ tubuh; aspek mikrobiologis: mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan; aspek imunopatologis: keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan tubuh. Penggunaan zat aditif yang berlebihan dan dikonsumsi secara terus menerus dapat menimbulkan dampak negatif yang nyata bagi kesehatan. Dampak negatif zat aditif yang terkandung dalam makanan cepat saji bisa terjadi sacara langsung maupun tidak langsung,bisa terjadi dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak zat aditif yang terkandung dalam makanan cepat saji dapat dilihat di bawah ini: Sulfit menyebabkan sesak napas, gatal-gatal dan bengkak. Zat pewarna ditambahkan ke dalam makanan bertujuan untuk menarik selera dan keinginan konsumen. Jika penggunaan bahan-bahan sintetis tersebut secara terus menerus dan melebihi dari kadar yang sudah ditentukan, maka akan terakumulasi dalam tubuh yang akhirnya akan merusak jaringan atau organ tubuh seperti hati dan ginjal. Bahan-bahan sintetis ini tidak saja menganggu kesehatan jika terakumulasi, tetapi juga dapat menyebabkan nilai gizi pada makanan tertentu berkurang. Zat Warna menimbulkan alergi, menimbulkan kanker hati, menyebabkan hypertrophy, hyperplasia, carcinomas kelenjar tiroid. Monosodium Glutamat (MSG) adalah salah satu penyedap sintetis yang merupakan senyawa kimia yang dapat memperkuat atau memodifikasi rasa makanan sehingga makanan tersebut terasa lebih gurih dan nikmat. Tetapi bila dibandingkan, rasa bumbu alami tentu lebih nikmat dan segar dibandingkan MSG, meskipun sangat gurih kadang meninggalkan rasa pahit atau rasa tidak enak di mulut. MSG dapat memicu reaksi alergi seperti gatal-gatal, bintik-bintik merah di kulit, keluhan mual, muntah, sakit kepala dan migren. Dalam jumlah tertentu MSG masih dianggap aman. Namun
16

demikian, untuk kesehatan konsumen, sebagai antisipasi adanya efek buruk yang mungkin terjadi bila mengkonsumsi dalam jumlah besar,

penggunaannya harus dibatasi (Yulianti 2007). Menurut WHO batas aman penggunaan MSG yaitu 120 mg/kg BB/hari. MSG menyebabkan kerusakan otak, kelainan hati, trauma, hipertensi, stress, demam tinggi, mempercepat proses penuaan, alergi kulit, mual, muntah, migren, asma, ketidakmampuan belajar, dan depresi. BHT dan BHA menyebabkan kelainan kromosom pada orang yang alergi terhadap aspirin. Zat pemanis. tingkat kemanisan pemanis sintetis jauh lebih tinggi dari pemanis alami. Hal tersebut mengakibatkan terus meningkatnya

penggunaan pemanis sintetis terutama sakarin dan siklamat. Rasa manis yang dirasakan dari pemanis sintetis biasanya menimbulkan rasa ikutan pahit yang semakin terasa dengan bertambahnya bahan pemanis ini. Dalam kehidupan sehari-hari, pemanis buatan sakarin dan siklamat maupun campuran keduanya sering ditambahkan ke dalam berbagai jenis jajanan anak-anak seperti makanan ringan (snack), cendol, limun, makanan tradisional dan sirop (Yulianti 2007). Menurut WHO batas aman penggunaan bahan pemanis sintetis yaitu 0-5 mg/kg BB/hari. Pemanis menyebabkan kanker kantong kemih (saccarin), gangguan saraf dan tumor otak (aspartan), mutagenik. Bahan pengawet adalah bahan yang dapat menghambat atau memperlambat proses fermentasi, penguraian, atau pengasaman yang disebabkan oleh mikroorganisme. Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan bahan pengawet, bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba, baik yang bersifat patogen yang menyebabkan keracunan maupun non-patogen yang menyebabkan kerusakan bahan makanan seperti pembusukan. Namun dari sisi lain, bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang apabila pemakaiannya berlebihan kemungkinan besar akan menimbulkan kerugian bagi orang yang mengkonsumsi baik langsung misalnya keracunan maupun tidak langsung atau kumulatif misalnya kanker.

17

Selain itu untuk para perempuan sebaiknya lebih waspada lagi karena fast food dapat menyebabkan kegemukan dan obesitas. Kandungan lemak yang tinggi dalam makanan fast food juga dapat merangsang pertumbuhan kanker terutama kanker payudara.Kandungan kolesterol dan kalori yang cukup tinggi pada makanan cepat saji merupakan penyebab kegemukan dan berbagai gangguan metabolisme dan jantung. Efek samping konsumsi makanan yang mengandung zat kimia berlebih untuk jangka pendek yaitu sakit perut, diare, demam, sakit kepala, mual, dan muntahmuntah sedangkan pada jangka panjang dapat menyebabkan penyakit kanker, tumor, dan gangguan saraf, gangguan fungsi hati, iritasi lambung, dan perubahan fungsi sel.

e. Apa hubungan antara disfungsi ereksi dengan makanan terolah? Konsumsi makanan terolah dalam jumlah banyak dan jangka panjang dapt menyebabkan disfungsi ereksi. Makanan terolah mengandung lemak, garam dan gula tambahan, pemanis, dan chemical additive yang tidak baik untuk kesehatan. British Journal of Psychiatry menghubungkan konsumsi makanan terolah dengan depresi yang menyebabkan disfungsi ereksi. Makanan yang berlemak dan digoreng Makanan berlemak dan yang digoreng mengandung lemak jenuh yang tinggi. Lemak jenuh dapat menyebabkan atherosclerosis dan mengurangi aliran darah ke penis. Lemak jenuh juga dapat meningkatkan kolesterol darah (LDL). Lemak jenuh terdapat pada whole milk cheese, mentega, red meat, kulit ayam, dan kacang. White flour Ketika tepung terigu diproses menjadi white flour, hal ini menyebabkan hilangnya tiga perempat kandungan zinc nya, zinc penting untuk reproduksi pria. Konsentrasi zinc tertinggi di tubuh manusia ditemukan di kelenjar prostat yang memproduksi semen. Tingginya konsumsi refined grains (white flour) berhubungan dengan resisten insulin, prekursor diabetes, yang bisa mempercepat penyempitan arteri, meningkatkan resiko penyakit jantung dan disfungsi ereksi.
18

Soft drinks Nitric oxide diperlukan untuk terjadinya ereksi. Soft drinks mengandung fruktosa yang mengarah ke penumpukan lemak yang akan menyebabkan disfungsi endotel sehingga menurunkan produksi NO. Soft drinks juga mengandung kalori dan pemanis buatan dalam jumlah banyak yang dapat meningkatkan resiko obesitas, diabeter, heart disease, dan impotensi.

Trans Fats Trans fat terdapat pada minyak sayur yang telah mengalami pemanasan berulang kali sehingga menyebabkan pemanjangan rantai lipid. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya HDL, peningkatan LDL dan

meningkatkan tekanan darah. Excitotoxins Eksositosin yang terdapat pada makanan terolah adalah glutamat. Glutamat dapat menyebabkan gangguan di hipotalamus. Ketika hipotalamus perlahan mengalami kerusakan, maka tiroid dan gonad juga akan terganggu kerjanya. Eksositosin terdapat pada burger. KFC, dan nugget. Hetercyclic Amines Makanan terolah yang mengalami pembakaran dengan suhu tinggi akan menghasilkan residu hitam pada daging. Residu hitam dan herecyclic amine masuk ke aliran darah menuju prostat dan dapat menyebabkan kanker prostat.

3. Dia secara rutin mengkonsumsi bukan hanya preparat anthipertensi (atenolol), tetapi juga diuretika (furosemide), serta obat pereduksi lemak darah (statin). Sebelum ketiga jenis obat itu dimakan, kehidupan seksual bersama istrinya baik-baik saja. a. Jelaskan farmakokinetik dan farmakodinamik Atenolol! Drug classes : Beta 1-selective adrenergic blocking agent Antianginal Antihypertensive
19

Aksi Terapeutik (Farmakodinamik) Memblok reseptor beta adrenergik saraf simpatis di jantung dan apparatus jukstaglomerular di ginjal, mengurangi eksitabilitas jantung, mengurangi cardiac output dan konsumsi oksigen, mengurangi pelepasan renin, dan menurunkan tekanan darah.

Indikasi Treatment angina pectoris yang mengalami atherosklerosis Hipertensi Treatment infark miokard

Kontraindikasi Kontraindikasi dengan sinus bradikardia, heart block tingkat 2 atau 3, cardiogenic shock, gagal jantung. Penggunaan perlu diperhatikan pada penderita gagal ginjal, diabetes, ibu menyusui, dan respiratory disease.

Bentuk Tablets25, 50, 100 mg Injection5 mg/10 mL

Dosis Dewasa Hipertensi: Awal, 50 mg sekali sehari; setelah 1-2 minggu, dosis bisa ditingkatkan menjadi 100 mg/day Angina pectoris: Awal, 50 mg setiap hari. Jika tidak optimal setelah pemakaian selama 1 minggu, dosis ditingkatkan menjadi 100 mg per hari; jika diperlukan bisa ditingkatkan sampai 200 mg/hari. Acute MI: Awal, 5 mg diberikan intravena 5 menit sesegera mungkin setelah diagnosis; diikuti dengan injeksi intravena 5 mg 10 menit kemudian. Ganti dengan 50 mg PO 10 menit setelah IV dosis terakhir; diikuti dengan 50 mg PO 12 jam kemudian. Kemudian, pemakaian 100 mg PO per hari atau 50 mg PO untuk 69 hari atau sampai keluar dari rumah sakit.
20

Pasien Geriatrik atau pasien dengan gangguan ginjal Pengurangan dosis diperlukan karena atenolol diekskresikan melalui ginjal. Creatinine Clearance mL/min 1535 < 15 1627 > 27 50 mg/day 25 mg/day Half-life (hr) Maximum Dosage

Untuk pasien hemodialisis, diberikan 50 mg setiap setelah dialisis, perhatikan jika terjadi hipotensi berat.

Farmakokinetik Atenolol diabsorbsi secara tidak sempurna (sekitar 50%), tetapi sebagian besar dosis yang diabsorbsi mencapai sirkulasi sistemik. Terdapat keragaman antarindividu yang relatif kecil dalam konsentrasi plasma atenolol; konsentrasi puncak pada pasien yang berbeda beragam dalam rentang empat kali lipat. Obat ini banyak diekskresi dalam bentuk tidak berubah dalam urin, dan waktu paruh eliminasinya sekitar 5-8 jam. Obat ini terakumulasi pada pasien gagal ginjal, dan dosis harus disesuaikan untuk pasien yang memiliki creatinin clearance < 35 ml/ menit. Route Oral IV Onset Varies Immediate Peak 24 hr 5 min Duration 24 hr 24 hr

Metabolism: T1/2: 67 jam Absorbsi: Sebagian besar obat-obatan ini dapat diabsorpsi dengan baik diusus Distribusi: puncak kadar di dalam plasma tercapai sekitar 1-3 jam Bisa menembus plasenta dan masuk ke ASI. Metabolisme: dimetabolisme di hati
21

Ekskresi: ekskresi obat melalui ginjal (urine 40-50%) Bile dan feses 50-60%

b. Jelaskan farmakokinetik dan farmakodinamik Furosemide! Farmakodinamik Obat ini menghambat NKCC2, yakni transporter Na+/K+/2Cl- di lumen, dalam cabang asenden tebal ansa Henle. Dengan menghambat transporter ini, diuretic loop menurunkan reabsorpsi NaCl dan juga mengurangi potensial positif di lumen akibat siklus kembali K+. potensial positif ini normalnya memicu reabsorpsi kation divalent di ansa Henle, dan dengan menurunkan potensial ini, diuretic loop meningkatkan ekskresi Mg2+ dan Ca2+. Penggunaan yang berkepanjangan dapat menyebabkan hipomagnesium yang signifikan pada beberapa pasien. Karena absorpsi Ca2+ di usus yang dipicu vitamin D dapat ditingkatkan dan Ca2+ aktif direabsorpsi di TCD, diuretic loop umumnya tidak menyebabkan hipokalsemia. Namun, pada gangguan yang menyebabkan hiperkalsemia, ekskresi Ca2+ dapat ditingkatkan dengan pemberian kombinasi diuretic loop dan infus saline.

FARMAKOKINETIK FUROSEMID : Diuretic loop ini cepat diabsorbsi dan di eleminasi oleh ginjal melalui filtrasi glomerulus dan sekmen tubulus. Absorbsi (oral) menimbulkan efek 2 hingga 3 jam setelah pemakanan. Waktu paruh obat ini tergantung pada fungsi ginjal itu sendiri. Penurunan sekresi dapat terjadi oleh karena pemberian agen, seperti OAINS/probenesid yang mengurangi sekresi asam lemah di tubulus proximal. Absorbsi : peroral cepat, pada pemakaian intravena efeknya segera dan sangat kuat sehingga perlu pertimbangan fungsi ginjal dan jantung. Ekskresi : Terjadi dalam bentuk utuh atau sebagian mengalami metabolisme Efek Samping : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Hiperuresemia Gangguan pendengaran (ketulian) Sediaan : Tablet 20, 40, 80 mg dan injeksi
22

c. Jelaskan farmakokinetik dan farmakodinamik Statin! Statin merupakan hipolipidemik yang paling efektif dan aman. Obat ini terutama efektif untuk menurunkan kolestrol. Pada dosis tinggi dapat juga menurunkan trigliserida yang disebabkan oleh peningkatan VLDL

Farmakodinamik Statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolestrol dalam hati, dengan menghambat enzim HMG CoA reduktase. Akibat penurunan sintesis kolestrol ini, maka SREBP yang terdapat pada membran dipecah oleh protease, lalu diangkut ke nukleus. Faktor faktor transkripsi kemudian akan berikatan dengan gen reseptor LDL, sehingga terjadi peningkatan sintesis reseptor LDL. Peningkatan jumlah reseptor LDL pada membran sel hepatosit akan menurunkan kolestrol darah lebih besar lagi. Selain LDL, VLDL, dan IDL juga menurun, sedangkan HDL meningkat.

Farmakokinetik Semua statin, kecuali lovastatin dan simvastatin berada dalam bentuk asam Bhidroksi. Kedua statin disebut di atas merupakan prodrug dalam bentuk lakton dan harus dihidrlisis lebih dahulu menjadi bentuk aktif asam B-Hidroksi. Statin diabsorpsi sekitar 40-75%,kecuali fluvastatin yang diabsorpsi hampir sempurna. Semua obat mengalami metabolisme lintas pertama di hati. Waktu paruhnya berkisar 1-3 jam, kecuali atorvastin (14 jam) dan rosuvastin (19 jam). Obat obat ini sebagian besar terikat protein plasma. Sebagian besar diekskresi oleh hati ke dalam cairan empedu dan sebagian kecil lewat ginjal.

Efek samping dan interaksi obat Efek samping statin terjadi peningkatan kadar trans aminase pada 1-2 % pasien, menyebabkan miopati dan rabdomiolisis.

23

d. Bagaimana interaksi antara obat dan makanan dalam kasus ini? Beta blocker Konsumsi obat pada saat perut kosong. Makanan terutama daging

meningkatkan efek obat dan menyebabkan pusing serta hipotensi. Alkohol juga dilarang diminum bersama dengan obat-obat penurun tekanan darah tinggi golongan beta-blocker seperti propanolol. Kombinasi alcohol - beta blocker dapat menurunkan tekanan darah secara drastis dan membahayakan. Statin Hindari minum alcohol karena dapat meningkatkan resiko kerusakan hati. Hindari minun lovastatin dan simvastatin bersama jus grapefruit karena dapat meningkatkan terjadinya efek samping akibat terjadinya peningkatan kadar obat dalam tubuh. Furosemid Makanan menurunkan bioavaolabilitas dan efek diuretik.

e. Bagaimana keterkaitan antara ketiga obat yang dikonsumsi dengan disfungsi ereksi? Antihipertensi beta blocker mengurangi central symphatetic outflow, termasuk yang menuju ke penis, sehingga vasodilatasi arteri di corpora cavernosa terganggu dan ereksi sulit terjadi (disfungsi ereksi). Loop diuretic seperti furosemide memicu diuresis melalui hambatan reabsorbsi natirum, kalium, klorida dan air pada ansa henle. Diuresis mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke penis. Pada diuresis ini juga ikut terbuang mineral Zinc yang dibutuhkan untuk sintesis testosteron. (Simonsen, U.. 2002. Interactions between drugs for erectile dysfunction and drugs for cardiovascular disease. International Journal of Impotence Research) Statin menghambat laju sintesis kolesterol (HMG-CoA reductase) dan menghambat sintesis derivat hormon steroid dari kolesterol, termasuk testosteron sehingga menurunkan libido. Simvastatin mnyebabkan perubahan minor dalam sirkulasi androgen. Simvastatin hanya membutuhkan 14% dari metabolisme obat bersirkulasi dalam plasma untuk aktif menghambat sintesis
24

kolesterol. Atorvastatin menyebabkan HMG-CoA reductase menghambat 30 % sintesis hormon steroid. (Rizvi, Kash, John P. Hampson dan John N. Harvey. Do lipid-lowering drugs cause erectile dysfunction? A systematic review. Oxford journal)

f. Bagaimana hubungan antara ketiga obat tersebut dengan perubahan gizi? Zat gizi yang mengalami deplesi akibat konsumsi obat: Loop diuretics (furosemide) : Ca, Mg, vitamin B6,K, Zn, C. Obat pereduksi lemak darah (statin) : Zn, Cu, Se, Co enzyme Q10. Beta blockers (atenolol) : Co enzyme Q10.

4. Riwayat Pangan (Makanan yang biasa disantap selama 3 bulan terakhir) Pagi Snack pukul 10.00 Makan siang Snack pukul 16.00 Makan malam : mie instan 2 bungkus dan kopi 1 gelas. : crackers 2 porsi. : nasi dan ayam goreng KFC 2 porsi, soft drink 2 kaleng. : Dunkin Donat dan 1 kaleng soft drink. : Pizza (ukuran medium), 1 kaleng soft drink.

a. Sebutkan kandungan gizi dari riwayat pangan! Kandungan Mie Instan Mie dibuat dari campuran tepung, minyak sayur, garam, dan beberapa bahan aditif seperti natrium polifosfat (berfungsi sebagai pengemulsi/penstabil), natrium karbonat dan kalium karbonat yang berfungsi sebagai pengatur asam. Selain itu, mie juga ditambahkan zat pewarna kuning (tartrazine). Selain mie itu sendiri, ada pula bumbu mie yang banyak mengandung garam, cabe, dan bumbu-bumbu lain. Bumbu mie instan juga tak lepas dari zat aditif makanan seperti MSG (monosodium glutamat) yang berfungsi sebagai penguat rasa.

Kandungan fast food Tinggi kalori, rata - rata makanan fast food mengandung sebanyak 50% dari jumlah kalori yang diperlukan sehari, berkisar antara 400 kalori sampai 1500 kalori. Hamburger yang besar, kentang goreng, milk shake mengandung
25

1.200 kalori, yang merupakan total kalori perhari yang diperlukan tubuh untuk seorang yang sedang menjalani diet. Mengurangi asupan makanan. Tinggi lemak, berkisar antara 40 - 60% kalori dalam fast food berasal dari lemak. Bahan seperti keju, mayonaise, kream dan metode deep frying mengandung tinggi lemak dalam makanan ini. Makanan yang diolah dengan cara deep frying adalah lemak sapi dan mengandung telur yang juga mengandung tinggi kolesterol. Tinggi garam. beberapa jenis makanan mengandung tinggi natrium. Misalnya cheese burger mengandung 1.400 mg Natrium, yang merupakan lebih dari 1/3 gram maksimum yang dianjurkan perhari yang besarnya 3.300 mg atau 1.5 sendok teh garam perhari. Tinggi kandungan gula. Asupan gula terbesar dari minuman dan desert. Misalnya sekaleng minuman ringan mengandung 8 sendok teh gula, doughnut mengandung 6 sendok teh gula. Kandungan gula yang cukup tinggi ini memberikan kontribusi yang cukup besar pada jumlah kalori yang dimakan. Rendah kandungan serat. Makanan fast food biasanya mengandung rendah serat, kecuali salad. Makanan khas fried chicken sekali makan yang biasanya terdiri dari 2 potong ayam, mashed potatoes dan soft drink, total mengandung kurang dari 1 gram serat makanan, yang jumlahnya tak berarti dibanding dengan anjuran serat sebanyak 40 gram per hari.

Kandungan Kopi Secangkir kopi mengandung 115 milligram kafein, secangkir espresso (dan kopi tubruk/saring) mengandung sekitar 80 mg kafein, sedangkan kopi instan mengandung sekitar 65 mg kafein. Kopi de-kafein ternyata tidak bebas kandungan kafein, masih mengandung sekitar 3 mg kafein.

Kandungan Pizza Kandungan tiap porsi pizza dengan keju tawar, ternyata mengandung 600 kalori dan 25 gram lemak. Ini termasuk 10 gram lemak jenuh berbahaya bagi pembuluh darah arteri, dan masukan lemak itu lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah kalori ideal yang didapat dari lemak ditambah lagi jumlah kalori

26

dan lemak pada satu porsi pizza akan bertambah, tergantung dari topping yang ditambahkan.

Kandungan Soft Drink Satu kaleng Coca-Cola mengandung sekitar 23 mg kandungan kafein, Pepsi Cola 25 mg. Kandungan Kimia Minuman Soda 1. Air: komponen utama soft drink 2. CO2: sama dengan gas buang pernafasan kita berguna untuk memperbaiki flavour minuman menghasilkan rasa masam yang enak dan rasa krenyes krenyes dan menggelitik di tenggorokan 3. Gula/ pemanis buatan: Softdrink reguler : sukrosa (gula tebu),sirup ( fruktosa) / HFCS (high fructose corn syrup) Softdrink diet: pemanis sintetis aspartam,sakharin / siklamat

4. Kafein (terutama pada jenis cola dan coffee cream): kadarnya cukup tinggi,membantu sesorang untuk tetap terjaga / tidak mengantuk , jantung dapat berdegup kencang, sehingga tidak direkomendasikan bagi mereka yang hipertensi berpotensi serangan jantung koroner / stroke 5. Zat pengawet: umumnya soft drink diawetkan dengan sodium benzoat, suatu bahan pengawet sintetis. 6. Zat pewarna: ditemukan pada beberapa jenis soft drink,tidak terdapat pada soft drink jernih. 7. Flavour buatan: seperti rasa jeruk,rasa strawberry, rasa nanas, dsb.secara umum kita ketahui bahwa kandungan yang sangat membahayakan kesehatan yang terdapat dalam kandungan minuman soda adalah bahan pewarna ,bahan pengawet serta bahan pemanis buatan.

b. Bagaimana hubungan antara riwayat pangan dengan disfungsi ereksi? Makanan terolah banyak mengandung kolesterol yang dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat LDL dan menurunkan kadar kolesterol baik HDL dan juga meningkatkan kadar lipoprotein dan trigliserida yang berpotensi
27

menghambat arteri pada penis. Sehingga mengurangi dan menghambat aliran darah menuju penis (disfungsi ereksi). Riwayat pangan dalam kasus ini faktor penyebab terjadinya obesitas. Obesitas itu sendiri salah satu faktor terjadinya hipertensi. Jadi, pada penderita hipertensi terjadi disfungsi endothel menyebabkan penurunan produksi nitrit oxide ( NO ) sehingga sel endotel tidak dapat relaksasi akan terjadi terus bervasokonstriksi, dan permeabelitasnya menjadi berkurang sehingga lama- kelamaan dinding pembuluh darah menjadi kaku sehingga lumen pembuluh akan menyempit. Kejadian ini tidak hanya di bagian pembuluh darah jantung, dan otak melainkan juga di bagian genital, akibatnya aliran darah ke genital berkurang sehingga gangguan ereksi pun sangat mungkin terjadi. Keparahan hipertensi

mempengaruhi fungsi seksual. Hubungan antara hipertensi dan disfungsi ereksi bahkan menjadi lebih kompleks dengan keterlibatan obat antihipertensi. Diuretik dan beta blocker memiliki efek negatif menyebabkan disfungsi ereksi karena efeknya yang dapat menurunkan aliran darah ke penis, dan penurunan jumlah zink dalam tubuh yang diperlukan untuk pembentukan hormon testosteron. Beta blocker berpengaruh terhadap disfungsi ereksi karena kerjanya yang mempengaruhi sistem saraf sehingga terjadi penurunan impuls saraf ke penis.

c. Bagaimana hubungan antara riwayat pangan dengan obesitas? Riwayat pangan dari lelaki gendut itu sangat tidak baik dan sangat berlebih dalam makanan nya sehari hari. Karena dia makan berlebih ini lah, lelaki ini mnjadi obesitas. Jenis makanan yang kita konsumsi hendak nya seimbang antara karbohidrat,protein dan lemak. Komposisi yang disarankan 55-65 % karbohidrat, 10-15 % protein, 5-35 % lemak. Golongan protein biasanya yang di konsumsi adalah nasi, kentang, roti, mie dan bihun. Sedangkan protein terbagi 2 macam yaitu protein hewanii dan nabati. Jika hewani contoh nyya daging, telur, susu. Sdgkan nabati adalah tahu, tempe dan kacang kacangan. Lemak contoh nya daging dari hewani.

28

d. Bagaimana hubungan antara riwayat pangan dengan hipertensi? Kopi mengandung kafein yang berperan meningkatkan psikomotorik, memberi efek segar. Kafein mengandung sebuah molekul yang memiliki kemampuan mengikat reseptor adenosine, nukleotida di dalam otak yang merespon rasa lelah, kafein menyebabkan meningkatnya aktivitas otak dan terlepasnya hormon epineprin. Hormon epineprin mampu menaikan kerja jantung, dan menambah tensi darah (hipertensi). Mie instant, misalnya pada bumbu penyedap digunakan MSG

(Monosodium Glutamat), atau vetsin. Natrium sebenarnya mineral essensial yang berguna bagi tubuh. Mineral ini berfungsi menjaga keseimbagan cairan dalam tubuh dan mengatur kontraksi dan relaksasi otot sehingga tetap diperlukan, namun asupannya harus dibatasi sesuai keperluan tubuh. Permasalahannya Jika natrium dikonsumsi berlebihan. Ginjal yang berfungsi mengatur kebutuhan natrium di dalam tubuh tidak bisa membuang kelebihan natrium, akibatnya menumpuk di dalam darah. Karena natrium menarik dan menahan air, volume darah meningkat, jantung memompa darah lebih keras sehingga tekanan dalam arteri meningkat. Kondisi itulah yang menjadikan hipertensi. Ayam goreng KFC, termasuk fastfood. Kebiasaan mengkomsumsi makanan cepat saji salah satu faktor penyebab terjadinya obesitas. Manifestasi utamanya pada sistem pembuluh darah. Crackers, dan donat adalah makanan dengan kalori ekstra dan gula, keduanya dapat menyebabkan obesitas. Makan- makanan ini berpotensi mengidap tekanan darah tinggi, kelebihan berat badan membuat banyak sumbatan di jantung dan memperlambat kerja darah. Kandungan dalam softdrink adalah, carbonated water( air soda),merupakan kandungan utama yang terdapat dalam softdrink, yaitu sekitar 86%. Air soda berperan sebagai salah satu sumber air pada tubuh manusia. Di dala air soda terdapat kandungan gas berupa, pada dasarnya softdrink itu mengandung glukosa yang cukup tinggi jika dikonsumsi terus menerus dalam jangka waktu panjang,akan membuat kadar gula dalam tubuh meningkat, di dalam softdrink juga terdapat kandungan sodium yang bisa mempengaruhi tekanan darah.
29

Pizza, termasuk makanan cepat saji yang berisi banyak daging. Kandungan gizi daging sapi adalah protein 100 gram daging sapi mengandung 19 - 20 gram protein, lemak mengandung sekitar 22 gram lemak per 100 gram, vitamin, dan mineral. Kolesterol dalam darah umumnya berasal dari pola makanan yang dikonsumsi. Kolesterol yang tinggi dapat diperoleh dari kebiasaan makanan yang berlemak. Jadi semakin tinggi kadar kolesterol total semakin tinggi kemungkinan terjadinya hipertensi. Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol pada lapisan endotel dinding pembuluh darah. Semakin lama proses ini bergantung maka endapan tersebut akan menyumbat lumen pembuluh darah, dan menganggu proses hemodinamik dan makin memperparah kondisi hipertensi. Jadi, riwayat pangan atau kebiasaan makan- makanan terolah secara terus menerus salah satu faktor terjadinya obesitas yang merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi.

e. Bagaimana pola makan yang baik? Diet rendah garam Garam yang dimaksud dalam diet rendah garam adalah garam natrium. Garam ini terdapat dalam garam yang biasa digunakan untuk memasak sehari-hari. Selain garam dapur (NaCI), beberapa bahan makanan lain juga memiliki kandungan natrium cukup tinggi . Sumber natriumi ni juga perlu dibatasi penggunaannya, yaitu soda kue (NaHCO3), baking powder, natriumbenzoat, dan vetsin (monosodium glutamat).Ketidaktahuan sumber natrium lain seringkali menyebabkan penggunaan garam di dalam pengolahan makanan sehari-hari cukup tinggi. inilah yang menyebabkan asupan natrium harian umumnya lebih tinggi. Padahal tubuh hanya membutuhkan garam natrium minimum 500 mgperhari. Jumlah kebutuhan natnium harian sebenarnya tidak ada angka pasti. Badan kesehatandunia ( World Health Organization! WHO) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapurhingga 6 gram sehari atau setara dengan 2400 mg natnium. Konsumsi garam tergolong tinggi, berkisar 30-40 gram perhari. Angka ini setara dengan 12-16 gram natrium (1gram garam dapur 400 mg Na).
30

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam diet rendah garam, yaitu Kecukupan energi, protein, mineral, vitamin, serat dan air. Kesesuaian bentuk makanan dengan kondisi penyakit. Kesesuaian jumlah natrium dengan berat tidaknya retensi garam atau air dan/atau hipertensi. Selain ketiga syarat tersebut, satu hal terpenting untuk menunjang keberhasilan diet rendahgaram adalah kesadaran dan disiplin penderita. Golongan Berat Umur badan 20-45thn 56 Tinggi badan 165 Energy (kkal) 2800 Protein (g) 55 Natrium Kalium Kalsium (mg) (mg) (mg) 5002000 500-800 2400

III. Learning Issues 1. Disfungsi Ereksi Definisi disfungsi ereksi Disfungsi ereksi yang dikenal juga dengan sebutan impotensi adalah suatu ketidakmampuan untuk mendapatkan atau menjaga agar tetap ereksi untuk berhubungan seksual. Penyebab disfungsi ereksi Disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh psikis (stress), obat (misalnya golongan diuretik untuk antihipertensi seperti hidroklorotiazid karena dapat menghambat aliran darah ke penis), hormonal (kekurangan hormon testosteron sehingga mangalami penurunan libido), komplikasi penyakit (diabetes mellitus, hipertensi), pola hidup tidak sehat (merokok, alkoholik) Penatalaksanaan terapi Dalam terapi disfungsi ereksi, yang menjadi sasaran terapi (bagian yang akan diterapi) adalah ereksi penis. Berdasarkan sasaran yang diterapi, maka tujuan terapi adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas ereksi penis yang nyaman saat berhubungan seksual. Kualitas yang dimaksud adalah kemampuan untuk mendapatkan dan menjaga ereksi. Sedangkan kuantitas yang dimaksud adalah seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menjaga ereksi (waktu untuk tiap-tiap orang berbeda untuk
31

mencapai kepuasan orgasme,tidak ada waktu normal dalam ereksi). Sebelum memilih terapi yang tepat, perlu diketahui penyebab atau faktor resiko pada pasien yang berperan dalam menyebabkan munculnya disfungsi ereksi. hal ini terkait dengan beberapa penyebab disfungsi ereksi yang terkait. Dengan demikian, jika diketahui penyebab disfungsi ereksi yang benar maka dapat diberikan terapi yang tepat pula. Terapi untuk disfungsi ereksi dapat dibedakan menjadi dua yaitu terapi tanpa obat (nonfarmakologis-pola hidup sehat dan menggunakan alat ereksi seperti vakum ereksi) dan terapi menggunakan obat (farmakologis). Yang pertama kali harus dilakukan oleh pasien disfungsi ereksi harus memperbaiki pola hidup menjadi sehat. Beberapa cara dalam menerapkan pola hidup sehat antara lain olah raga, menu makanan sehat, kurangi dan hindari rokok atau alkohol, menjaga kadar kolesterol dalam tubuh, mengurangi berat badan hingga normal), dan mengurangi stres. Jika dengan menerapkan pola hidup sehat, pasien sudah mengalami peningkatan kepuasan ereksi maka pasien disfungsi ereksi tidak perlu menggunakan obat atau vakum ereksi. Obatobatan yang digunakan untuk pengobatan disfungsi ereksi antara lain golongan phosphodiesterase inhibitor5 (sildenafil, vardenafil, dan tadalafil), alprostadil (disuntikkan di penis-intracevernosal dan dimasukkan dalam ureter-intrauretral), papaverine, trazodone, dan dengan testosteron replacing hormone (penambahan homon estrogen). Obat yang digunakan sebagai obat pilihan untuk pengobatan disfungsi ereksi adalah sildenafil. Obat Pilihan Sildenafil Nama generik :sildenafil Merk dagang : Viagra Golongan : phosphodiesterase inhibitor5 Penggunaan :harus dengan resep dokter Ketersediaan bentuk generik : tidak ada Bentuk sediaan : tablet Viagra salut film, berwarna biru, bentuk bulat, atau seperti intan. Kekuatan tiap tablet Penyimpanan Indikasi : :25 mg, 50 mg, dan 100 mg

: tablet Viagra disimpan dalam suhu ruangan (15-300C)

32

Sildenafil diindikasikan untuk terapi disfungsi ereksi (impotensi) yang disebabkan secara organik (karena penyakit pada sistem vaskuler-hipertensi, sistem saraf atau hormonal) dan psikis. Dosis dan aturan pakai: Dewasa; dosis yang dianjurkan adalah 25-100 mg/hari. Untuk pengobatan yang pertama kali diberikan dosis sebesar 50 mg 30 menit-4 jam sebelum berhubungan seksual. Jika dibutuhkan dosis dapat ditambah 25 mg dan maksimal dosis 100 mg/hari. Sildenafil digunakan hanya sekali dalam sehari (dosis maksimal 100mg.hari) dan berefek maksimal jika digunakan pada saat perut kosong. Efek sildenafil akan muncul setelah 30 menit-1jam pemberian sildenafil dan durasi efeknya selama 4 jam. Ketika sildenafil digunakan bersamaan dengan makanan (terlebih daging) maka efek yang timbul akan lebih lama sekitar 2 jam kemudian setelah pemberian sildenafil. Kontra indikasi : Sildenafil tidak boleh digunakan pada pasien dengan fungsi ereksi normal karena dapat menyebabkan ereksi terlalu lama/prolong erection (menimbulkan nyeri yang sangat pada penis); pasien yang menggunakan nitrat (isosorbid dinitrat/mononitrat-untuk pengobatan angina pektoris) karena dapat

meningkatkan efek hipotensi dari nitrat sehingga tekanan darah menjadi terlalu rendah (shock hipotensi), pasien dengan terapi simetidin, eritromisin, ketoconazole, itraconazole karena meningkatkan resiko munculnya efek samping sildenafil Efek samping : Efek samping sildenafil tidak sering muncul. Efek samping sidenafil antara lain: muka memerah, pusing, nyeri perut, mual, diare, sensitif pada cahaya (fotosensitif), kepekaan mendengar berkurang, kepala pening. Peringatan : Tidak dianjurkan untuk anak. Pasien dengan riwayat sakit jantung (aritmia, pernah mengalami serangan jantung, hipertensi) perlu monitoring dan modifikasi dosis. Pasien dengan penurunan fungsi ginjal atau penurunan fungsi hepar : dosis awal dikurangi menjadi 25 mg/hari. Hati-hati pada pasien yang mengalami kerusakan penis dan pasien yang mempunyai bentuk sel darahnya bulan sabit (sickle cell disease).
33

Informasi bagi pasien: Pasien diberi informasi jika tidak berefek untuk meningkatkan ereksi harus kembali ke dokter Pasien diharapkan kembali ke dokter jika efek ereksi melebihi 4 jam. Pasien harus mematuhi aturan pakai. Nutrisi yang dibutuhkan : Calcium I, Zinc, Cordyceps, Beneficial dan Vitality

2. Atenolol Atenolol adalah obat golonhgan beta blocker ada 2 mekanisme anti hipertensi beta blocker yg diterima saat ini, 1. Beta blocker menghambat reseptor beta 1 di jantung sehingga menurunkan curah jantung. Awalnya penurunan curah jantujg akan mengakibatkan reflek peningkatan resistensi perifer tapi, lambat laun terjadi vaso dilatasi perifer sebagai mekanisme adaptasi pembuluh darah terhadap penurunan curah jantung , 2. Berdasarkan hambatan sekresi renin, pelepasan renin dari ginjal di stimulasi oleh beta1 agonis dan efek ini dihambat oleh beta blocker . Efek samping atenolol berkaitan dengan hambatan reseptor beta seperti= gagal jantung, bradi aritmia, broncospasme, gangguan sirkulasi perifer, hipoglikemi dll Cara Kerja Obat: Atenolol adalah obat yang disebut beta-blocker. Beta-blocker mempengaruhi jantung dan peredaran darah (darah mengalir melalui arteri dan vena).

Indikasi: Hipertensi Angina pectoris Mengatasi atau mencegah serangan jantung

Kontraindikasi: Terdapat blok jantung derajat II atau III, syok kardiogenik. Bradikardia, hipotensi, asidosis metabolik, gangguan sirkulasi perifer berat, "sick sinus syndrome", feokromositoma yang tidak diobati, gagal jantung tidak terkontrol.
34

Dosis: Hipertensi: 50 atau 100 mg sekali sehari. Angina pektoris: 100 mg sekali sehari atau 50 mg 2 kali sehari. Intervensi infark miokard: 100 mg sehari.

Peringatan dan Perhatian: Kapasitas jantung buruk, gagal jantung tidak terkontrol, penyakit penyumbatan paru kronis atau asma. Penghentian -bloker harus bertahap pada pasien dengan penyakit jantung iskemik. Dapat memperparah kelainan sirkulasi arterial perifer. Pasien dengan riwayat reaksi anafilaksis. Hamil & menyusui. Memodifikasi takhikardia pada hipoglikemia. Blok jantung derajat I, angina Prinzmetal, tirotoksikosis, hipoglikemia. Bisa mengganggu kemampuan untuk mengendarai atau mengoperasikan mesin.

Efek Samping : Anggota gerak dingin, lelah, gangguan saluran pencernaan, bradikardia. Kadang-kadang : sakit kepala, perubahan suasana hati, pusing, & kemunduran gagal jantung. Jarang : gangguan tidur, kebotakan, trombositopenia, purpura, reksi kulit bentuk psoriasis, eksaserbasi (kambuhnya penyakit atau gejala penyakit secara mendadak) psoriasis, gangguan penglihatan, psikosis, halusinasi, blok jantung, hipotensi postural yang mungkin berhubungan dengan sinkope (kehilangan kesadaran sementara karena berkurangnya aliran darah ke otak). Klaudikasi intermiten (kompleks gejala terdiri atas rasa nyeri pada kaki atau tungkai sewaktu berjalan dan sembuh sehabis beristirahat). Fenomena Raynaud. Bronkhospasme.

35

Ruam dan mata kering, parestesi (gangguan perasaan kulit seperti kesemutan).

3. Obat Diuretika (Furosemide) Furosemide termasuk golongan obat diuretik kuat, obat ini bekerja di ansa henle asendens bagian epitel tebal dengan cara menghambat co- transpor natrium kalium dan florida dan menghambat resorpsi air dan elektrolit . Efek samping obat furosamide mengakibatkan hiperkalsiuria. Furosemide merupakan obat golongan diuretic. Tepatnya adalah diuretic loop bersama dengan asam etakrinat, bumetanid, dan torsemid. Farmakokinetik Diuretic loop cepat diabsorpsi dan dieliminasi oleh ginjal melalui filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus. Absorpsi furosemide 2-3jam dan absorpsinya hampir penuh pads pemberian intravena. Durasi afek furosemide biasanya 2-3 jam. Waktu paruhnya bergantung pada fungsi ginjal. Karena agen loop bekerja pada sisi lumen tubulus, aktivitas diuretiknya berkaitan dengan sekresinya di tubulus proksimal. Penurunan sekresi di diuretic loop dapat terjadi akibat pemberian berbagai agen, seperti OAINS atau probenesid, yang mengurangi sekresi asam lemah di tubulus proksimal. Farmakodinamik Obat ini menghambat NKCC2, yakni transporter Na+/K+/2Cl- di lumen, dalam cabang asenden tebal ansa Henle. Dengan menghambat transporter ini, diuretic loop menurunkan reabsorpsi NaCl dan juga mengurangi potensial positif di lumen akibat siklus kembali K+. potensial positif ini normalnya memicu reabsorpsi kation divalent di ansa Henle, dan dengan menurunkan potensial ini, diuretic loop meningkatkan ekskresi Mg2+ dan Ca2+. Penggunaan yang berkepanjangan dapat menyebabkan

hipomagnesium yang signifikan pada beberapa pasien. Karena absorpsi Ca2+ di usus yang dipicu vitamin D dapat ditingkatkan dan Ca2+ aktif direabsorpsi di TCD, diuretic loop umumnya tidak menyebabkan hipokalsemia. Namun, pada gangguan yang menyebabkan hiperkalsemia, ekskresi Ca2+ dapat ditingkatkan dengan pemberian kombinasi diuretic loop dan infus saline.
36

Diuretik loop memicu sintesis prostaglandin ginjal yang berperan dalam kerja diuretic ini di ginjal. OAINS dapat mengganggu kerja diuretic loop dengan menurunkan sintesis prostaglandin di ginjal. Gangguan ini minimal pada pasien normal tapi signifikan pada pasien sindrom nefrotik atau sirosis hepatic. Selain aktivitas diuretiknya, agen loop mempunyai efek langsung pada aliran darah melalui beberapa vaskuler. Furosemide meningkatkan aliran darah ginjal. Furosemide juga terbukti menurunkan kongesti paru dan tekanan pengisian ventrikel kiri pada gagal jantung sebelum terjadi peningkatan keluaran urine yang nyata, dan pada penderita anefrik. Dosis tipikal untuk diuretic loop Obat Bumetanid Dosis Oral Harian Total 0,5-2 mg

Asam Etakrinat 50-200 mg Furosemide Torsemid 20-80 mg 5-20 mg

Dosis furosemide utk anak 2-6 mg/kgbb/hari Dewasa 40 mg/hari Interaksi Obat Indometasin menurunkan efek diuretiknya. Efek ototoksik meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas salisilat meningkat bila diberikan bersamaan. Mengantogonis tubokurarin, dan meningkatkan efek suksinilkolin dan obat antihipertensi. Mekanisme Kerja : menghambat reabsorpsi klorida dalam pars asendens ansa henle tebal. K+ banyak hilang ke dalam urin. Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR rendah dan kedaruratan hipertensi. Juga edema, edema paru dan untuk mengeluarkan banyak cairan. Kadangkala digunakan untuk menurunkan kadar kalium serum.

37

Efek tak diinginkan : Hiponatremia, hipokalemia, dehidrasi, hipotensi,hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas, alergi sulfonamide, hipomagnesemia, alkalosis hipokloremik, hipovolemia. Indikasi Edema yang disebabkan penyakit jantung, gagal ginjal akut. Hindari pemakaian yang berlebihan karena dapat menyebabkan diuresis yang berlanjut dengan dehidrasi, hipokalemia, alkalosis, hipokloremik dan hipotensi PendentayangsensitifterhadapSulfonamida, dapat menunjukkan reaksi aleroi terhadap Furosemide. Perlu dilakukan pemeriksaan berkala terhadap elektrolit serum untuk menqetahui kemungkinan terjadinya ketidak seimbangan. Tidak dianjurkan digunakan pada wanita hamil dan menyusui.

Efek SAmping Dapat terjadi setelahpemakaian jangka lama dan dosis tinggi berupa : muntah anoreksia, diare, azotemia, hiperglikemia.Tiiperurikemia. Qangguan hematologi berupa trombositopenia, anemia, arganulositosis Reaksi pada kulit berupa urtikaria, eritema multiformis. Kontra Indikasi Hipersensitivitas terhadap Furosemide. Anuria, nefritis akut. Dapat meningkatkan efek nephrotoksisitas antibiotik cephalosporin Dapat meningkatkan efek ototoksisitas antibiotik aminoglikosida dan dapat meningkatkan efek hipotensi dari obat-obat antihipertensi. Efek furosemide menyebabkan hipovolemia sehingga aliran darah menuju penis menjadi rendah, sehingga terjadilah disfungsi ereksi.

38

4.

Statin Statin atau penghambat kompetitif HMG-CoA reduktase adalah suatu zat yang

didapat dari jamur Aspergillus terreus yang bersifat kompetitor kuat terhadap HMGCoA reduktase suatu enzim yang mengkontrol biosintesis kolesterol. Senyawa tersebut merupakan analog struktural dari HMG-CoA (3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A). Ada beberapa penghambat HMGCoA reduktase yang begitu dikenal, yaitu:

lovastatin, atorvastatin, fluvastatin, pravastatin, simvastatin, dan rosuvastatin. Obat-obat ini sangat efektif dalam menurunkan kadar LDL kolesterol plasma. Efek-efek lainnya adalah termasuk penurunan peningkatan stabilitas dari oxidative stress dan inflamasi vaskular dengan lesi aterosklerotik (Suyatna dan Handoko,1995;

Katzung,2003). Kimia dan Farmakokinetika Lovastatin dan simvastatin merupakan lactone yang tidak aktif yang dihidrolisis dalam saluran cerna menjadi turunan hidroksil- yang aktif, sedangkan pravastatin mempunyai satu cincin lakton terbuka. Atorvastatin, cerivastatin, dan fluvastatin mengandung fluorine, yang aktif ketika dicerna. Absorpsi penghambat/inhibitor

reduktase terhadap dosis pemberian dapat berbeda dari sekitar 40% hingga 75% dengan pengecualian fluvastatin, yang hampir diabsorpsi dengan sempurna. Sebagian besar dosis yang diabsorpsi diekskresi dalam empedu; sekitar 5-20% diekskresi di dalam urine. Waktu paruh plasma obat tersebut berkisar dari 1 hingga 3 jam kecuali atorvastatin yang waktu paruhnya adalah 14 jam (Katzung,2003). Cara Kerja Statin Reduktase HMG-Coa memperantarai langkah awal biosintesis sterol. Bentuk aktif penghambat reduktase merupakan analog struktural HMG-CoA yang dibentuk oleh reduktase HMG-CoA dalam sintesis mevalonate. Analog tersebut menyebabkan hambatan parsial pada enzim sehingga dapat merusak sintesis isoprenoid semacam ubiquinone dan dolichol, dan prenylasi protein, namun belum diketahui apakah terbukti mempunyai aktifitas biologi yang bermakna (Katzung,2003). Penghambat HMG-CoA reduktase menghambat sintesis kolesterol di hati dan hal ini akan menurunkan kadar LDL plasma. Menurunnya kadar kolesterol akan menimbulkan perubahan-perubahan yang berkaitan dengan potensi obat ini. (Suyatna dan Handoko,1995). Namun penghambat reduktase jelas menginduksi suatu peningkatan reseptor LDL dengan afinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan baik kecepatan katabolisme fraksional LDL
39

maupun ekstraksi precursor LDL

oleh hati (VLDL sisa), sehingga mengurangi

simpanan LDL plasma. Penurunan yang sedikit dalam trigliserida plasma dan sedikit peningkatan dalam kadar kolesterol HDL terjadi pula selama pengobatan

(Katzung,2003). Rupanya obat ini melangsungkan efeknya dalam menurunkan kolesterol dengan cara meningkatkan jumlah reseptor LDL, sehingga katabolisme kolesterol terjadi semakin banyak. Dengan demikian maka obat ini dapat menurunkan kadar kolesterol (LDL) (Suyatna dan Handoko,1995; Katzung,2003). Penggunaan & Dosis Terapeutik Penghambat reduktase HMG-CoA bermanfaat pada penggunaan secara tunggal maupun bersama dengan resin pengikat asam empedu atau niacin untuk pengobatan gangguan yang melibatkan peningkatan kadar LDL plasma. Wanita yang hamil, sedang menyusui, atau yang berencana untuk hamil sebaiknya tidak diberi obat tersebut (Katzung,2003). Oleh karena pola biosintesis kolesterol yang diurnal, maka penghambat reduktase sebaiknya diberikan pada malam hari apabila menggunakan dosis tunggal satu kali sehari. Absorpsi pada umumnya (kecuali pravastatin) ditingkatkan dengan penggunaannya bersama dengan makanan. Dosis harian lovastatin bervariasi dari 10 mg hingga 80 mg. Simvastatin dua kali lebih kuat dan diberikan dalam dosis sebesar 5-80 mg sehari. Cerivastatin diberikan dengan dosis sebesar 0,30,8 mg sehari. Sementara atorvastatin diberikan dalam dosis sebesar 5-80 mg sehari (Katzung,2003). Toksisitas Peningkatan aktifitas aminotransferase serum (sampai tiga kali kadar normal) terjadi pada beberapa pasien yang menerima penghambat reduktase HMG-CoA. Peningkatan tersebut seringkali tidak teratur dan biasanya tidak dihubungkan dengan kejadian lain mengenai toksisitas hati. Terapi dapat dilanjutkan pada pasien tersebut apabila tidak menimbulkan gejala dan sebaiknya kadar aminotransferase harus sering diukur. Pada sekitar 2% pasien, beberapa diantaranya dengan penyakit hati ataupun riwayat penyalahgunaan alkohol, maka kadar aminotransferase dapat melebihi tiga kali batas normal. Pengobatan sebaiknya langsung dihentikan pada pasienpasien dengan hepatotoksisitas yang mengalami penurunan LDL yang mendadak, malaise, dan anoreksia serta pada pasien tanpa gejala akan tetapi aktifitas aminotransferase-nya tetap meningkat sampai lebih dari 3 kali di atas batas normal. Dosis penghambat reduktase juga harus diturunkan pada pasien-pasien dengan penyakit hati parenkimal. Secara
40

umum aktifitas aminotransferase sebaiknya diukur dalam jangka waktu 1-2 bulan dan kemudian setiap 6 bulan selama terapi (Katzung,2003). Katabolisme lovastatin, simvastatin, dan atorvastatin berlangsung melalui sitokrom P450 3A4, sedangkan fluvastatin dan cerivastatin diperantarai masing-masing oleh CYP2C9 dan suatu kombinasi 3A4 dan 2C9. Penghambat reduktase yang bergantung pada 3A4 cenderung berakumulasi di dalam plasma dengan adanya obat-obat yang menghambat atau bersaing untuk mendapatkan sitokrom 3A4. Beberapa penghambat tersebut termasuk antibiotika golongan macrolide, ketoconazole, verapamil, cyclosporine. Sebaliknya, obat-obat seperti phenytoin, griseofulvin, barbiturate adalah meningkatkan ekspresi CYP3A4 dan dapat menurunkan konsentrasi plasma penghambat reduktase yang bergantung kepada 3A4 (Katzung,2003). Aktifitas kinase creatine sebaiknya sering diukur pada pasien yang mendapatkan terapi kombinasi obat-obat yang secara potensial dapat mengadakan interaksi. Apabila terjadi nyeri otot yang bermakna, atau muncul rasa lemah, atau tidak berdaya, maka aktifitas kinase creatine sebaiknya segera diukur dan obat dihentikan apabila aktifitas enzim tersebut meningkat melebihi batasan normal. Miopati dapat terjadi pada pemberian terapi tunggal, tetapi biasanya terjadi pada pasien yang mendapatkan penghambat reduktase bersamaan dengan obat tertentu lainnya. Meskipun jarang terjadi pasien dengan penghambat reduktase dapat mengalami peningkatan aktifitas kinase yang mencolok, kadar kinase creatine ini

sebaiknya diukur sebelum pengobatan dan kemudian dua kali setahun sampai satu kali setahun selama terapi (Katzung,2003). Yang perlu diperhatikan saat konsumsi statin : 1. Waktu yang paling baik untuk meminum obat jenis Statin adalah malam hari. Ini dikarenakan tubuh mulai mensintesis kolesterol saat asupan dari luar

berkurang, yaitu malam hari sebelum tidur. Semua obat dalam kelas statin harus dikonsumsi malam hari kecuali Atorvastatin(Lipitor) dan

Rosuvastatin(Crestor). Kedua obat ini mempunyai efek kerja yang lebih lama sehingga bisa dikonsumsi kapan saja. Obat lainnya (Simvastatin (Zocor), Pravastain (Pravachol), dan Fluvastatin (Lescol)) memiliki efek kerja yang lebih singkat. Alhasil bila dikonsumsi pada pagi atau siang hari maka obat tersebut telah berhenti bekerja saat tubuh mulai memproduksi kolesterol.

41

2. Efek Samping dari Statin. Efek samping yang harus diwaspadai dalam mengkonsumsi statin yaitu sakit pada otot, kram, kebas-kebas, atau otot terasa lemah. Gejala ini terjadi setelah mengkonsumsi statin (bisa langsung bisa juga bertahun-tahun setelah meminum obat ini) dan bukan dikarenakan hal lain misalnya olahraga, meriang, flu dan sebagainya. Bila hal ini terjadi maka konsultasikan dengan dokter atau apoteker anda. Dokter yang menangani juga harus waspada terhadap efek samping Statin. Bila gejala ini juga disertai dengan demam dan tidak enak badan, maka penggunaan obat ini harus segera dihentikan dan memeriksakan diri ke rumah sakit. Terkadang sakit maag juga sering dikeluhkan terutama dengan

Atorvastatin(Lipitor). Namun hal ini hanya bersifat sementara dan meminum obat setelah makan akan mengurangi insiden.

3. Obat dari golongan ini memiliki beberapa interaksi baik dengan obat lain maupun suplemen atau bahkan buah-buahan. o Atorvastatin(Lipitor), Simvastatin(Zocor) dan Fluvastatin (Lescol)

dimetabolisme dalam tubuh oleh enzim CYP3A4 yang ditemukan di liver. Bila kerja enzim ini terhambat maka akan meningkatkan efek samping ketiga Statin ini seperti dijelaskan di atas. Misalnya: Buah Grapefruit dikenal sebagai penghambat enzyme CYP3A4 sehingga harus dihindari bila mengkonsumsi ketiga statin ini. Antibiotika Clarithromycin dan

Erythromycin dari kelas Macrolide juga menghambat enzim CYP3A4 sehingga penggunaan antibiotika ini pada pasien yang mengkonsumsi ketiga Statin diatas harus diperhatikan dengan seksama. o Penyerapan Rosuvastatin (Crestor) berkurang bila diberikan bersama Antasida berbasis Aluminium dan Magnesium seperti Promag, Mylanta. Untuk itu kedua obat ini jangan diminum pada saat bersamaan dan dipisahkan sedikitnya 2 jam. o Pravastatin (Pravachol) belum memiliki interaksi yang signifikan, namun harus diminum pada malam hari karena efek kerja yang singkat.

42

4. Olahraga dan Diet yang sehat. Penggunaan Statin harus diseimbangi dengan olahraga yang teratur (misalnya jalan kaki 30 menit setiap hari) dan mengurangi makanan berlemak, berenergi tinggi dan mengandung banyak garam. Sebaliknya makanan berserat seperti buah-buahan dan sayuran segar harus diperbanyak untuk meningkatkan kesehatan tubuh.

5.

Gizi (Interaksi Obat dan Makanan) Minuman soda adalah salah satu jenis minuman populer di masyarakat. Minuman

soda biasa juga disebut soft drink atau minuman ringan. Banyak orang yang senang dengan minuman soda karena tampilannya yang menarik, dingin, berbusa dan menggiurkan terutama saat haus. Minuman soda sebabkan disfungsi ereksi Tapi tahukah anda bahwa minuman soda atau soft drink yang biasa anda minum tersebut sama sekali tidak memiliki nilai gizi dan bahkan mineral-mineral di dalamnya tidak baik bagi tubuh karena memiliki kandungan gula dan kafein yang sangat tinggi. Meminum segelas soda sekarang tidak akan langsung mengganggu kesehatan anda, tapi mengkonsumsi soda setiap hari dan terlalu banyak dapat meningkatkan risiko berkembangnya masalah kesehatan di kemudian hari seperti diabetes dan obesitas, yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Disfungsi Ereksi Disfungsi ereksi atau impotensi adalah ketidakmampuan untuk mendapatkan dan atau mempertahankan ereksi tetap keras selama aktivitas seksual berlangsung. Disfungsi ereksi menyebabkan stres, kecemasan, konflik dalam rumah tangga dan rendah diri pada diri penderita. Penyebab umum impotensi dan disfungsi ereksi adalah diabetes melitus, obesitas, tekanan darah tinggi dan sindrom metabolik. Diabetes Tipe 2 Mengkonsumsi minuman ringan seperti soda dapat meningkatkan resiko terkena diabetes tipe 2 yang merupakan penyebab disfungsi ereksi. Para ilmuwan di University of Minnesota melakukan penelitian perihal hubungan minuman soda dengan diabetes tipe dua dan menemukan bahwa partisipan yang mengkonsumsi dua atau lebih soft drink setiap minggu akan lebih mungkin menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2
43

jika dibandingkan dengan mereka yang jarang mengkonsumsi soft drink atau minuman bersoda. Penelitian dilaporkan dalam edisi Desember 2009 Journal Epidemiology Amerika. Obesitas atau Kegemukan Obesitas secara langsung akan mengganggu pembuluh darah sehingga mengurangi aliran darah dari dan menuju penis. Hal ini menyebabkan penis sulit ereksi dan kalaupun penis berhasil ereksi akan sulit dipertahankan tetap keras sampai hubungan seks selesai. Para peneliti di Louisiana State University melakukan penelaahan terhadap studi ilmiah mengenai dampak konsumsi minuman ringan pada risiko obesitas. Mereka menyimpulkan bahwa peningkatan konsumsi minuman ringan meningkatkan risiko kelebihan berat badan dan obesitas. Hal ini juga menyebabkan peningkatan trigliserida, jenis lemak dalam darah. Temuan ini dilaporkan dalam edisi 2010 Februari Lipidology Opini Lancar. Sebuah penelitian lain yang dipublikasikan dalam The Journal of Sexual Medicine mengungkapkan bahwa pria yang menderita diabetes tipe 2 dan mengalami kegemukan (obesitas) bisa sembuh dari disfungsi ereksi dengan cara menurunkan berat badannya. Metabolik Sindrom Sindrom metabolik adalah satu kelompok faktor risiko penyakit jantung, termasuk di dalamnya adalah LDL kolesterol tinggi yang buruk, hipertensi, kolesterol HDL rendah yang baik, /glukosa puasa terganggu dan trigliserida tinggi. Semua faktor risiko dapat menyebabkan peradangan pada pembuluh darah, yang pada gilirannya menghambat aliran darah ke penis dan mencegah terjadinya ereksi. Ilmuwan Heart Study Framingham menemukan bahwa pria dan wanita yang mengkonsumsi satu botol minuman ringan bersoda setiap hari atau lebih lebih mungkin untuk mengembangkan sindrom metabolik dibandingkan dengan mereka yang lebih sedikit menkonsumsi minuman bersoda, menurut penelitian yang diterbitkan dalam edisi 2007 Juli Circulation. Timbulnya penyakit bisa dicegah dengan tidak mengkonsumsi pemicunya. Soft drink dan minuman bersoda adalah jenis minuman yang bisa memicu terjadinya diabetes dan obesitas di kemudian hari terutama jika diminum dalam porsi yang banyak dan konsisten, dimana diabetes dan obesitas adalah dua penyakit gaya hidup yang berhubungan langsung dengan terjadinya disfungsi ereksi atau impotensi. Mengurangi
44

atau tidak lagi mengkonsumsi minuman bersoda dapat mencegah diri anda dari penyakit disfungsi ereksi.

6.

Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat

badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry. IMT merupakan alternatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: Menurut rumus metrik: Berat badan (Kg) IMT = -----------------------------[Tinggi badan (m)]2

Atau menurut rumus Inggris: IMT = Berat badan (lb) / [Tinggi badan (in)]2 x 703

Kategori Indeks Massa Tubuh

Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas, IMT diinterpretasi menggunakan kategori status berat badan standard yang sama untuk semua umur bagi pria dan wanita. Untuk anak-anak dan remaja, intrepretasi IMT adalah spesifik mengikut usia dan jenis kelamin (CDC, 2009). Tabel IMT IMT < 18,5 23,0 KATEGORI Berat badan kurang

18,5 22,9 Berat badan normal Kelebihan berat badan


45

23,0 24,9 Beresiko menjadi obes 25,0 29.9 Obes I 30,0 Obes II

Sumber: Centre for Obesity Research and Education 2007

Kekurangan dan Kelebihan Indeks Massa Tubuh Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator yang dapat dipercayai untuk mengukur lemak tubuh.Walau bagaimanapun,terdapat beberapa kekurangan dan kelebihan dalam mnggunakan IMT sebagai indikator pengukuran lemak tubuh. Kekurangan indeks massa tubuh adalah: 1. Pada olahragawan: tidak akurat pada olahragawan (terutama atlet bina) yang cenderung berada pada kategori obesitas dalam IMT karena mereka mempunyai massa otot yang berlebihan walaupun presentase lemah tubuh mereka dalam kadar yang rendah. Sedangkan dalam pengukuran berdasarkan berat badan dan tinggi badan, kenaikan nilai IMT adalah disebabkan oleh lemak tubuh. 2. Pada anak-anak: tidak akurat karena jumlah lemak tubuh akan berubah seiringan dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh badan seseorang. Jumlah lemak tubuh pada lelaki dan perempuan juga berbeda selama pertumbuhan. Oleh itu, pada anak-anak dianjurkan untuk mengukur berat badan berdasarkan nilai persentil yang dibedakan atas jenis kelamin dan usia. 3. Pada kelompok bangsa: tidak akurat pada kelompok bangsa tertentu karena harus dimodifikasi mengikut kelompok bangsa tertentu. Sebagai contoh IMT yang melebihi 23,0 adalah berada dalam kategori kelebihan berat badan dan IMT yang melebihi 27,5 berada dalam kategori obesitas pada kelompok bangsa seperti Cina, India, dan Melayu. (CORE, 2007).

Kelebihan indeks massa tubuh adalah: 1. Biaya yang diperlukan tidak mahal 2. Untuk mendapat nilai pengukuran, hanya diperlukan data berat badan dan tinggi badan seseorang. 3. Mudah dikerjakan dan hasil bacaan adalah sesuai nilai standar yang telah dinyatakan pada table IMT
46

7.

Mild Obesity Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak

tubuh yang berlebihan.obesitas dikatakan ringan bila kelebihan berat badan 20-40% ( obesitas tingkat 1).Untuk dapat mengetahui obesitas tersebut ringan / tidak dapat dilakukan dengan cara penghitungan indeks masa tubuh (IMT) Gejala obesitas Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan akibat semua itu terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Akibat obesitas Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki. Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi merupakan dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas secara langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang. Obesitas meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti: 1. Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa) 2. Tekanan darah tinggi (hipertensi) 3. Stroke 4. Serangan jantung (infark miokardium) 5. Gagal jantung 6. Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar) 7. Batu kandung empedu dan batu kandung kemih 8. Gout dan artritis gout
47

9. Osteoartritis 10. Tidur apneu (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur, menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah) 11. Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi dan ngantuk).

48

VI. Kerangka Konsep

49

BAB III PENUTUP

1.1 Kesimpulan Seorang lelaki gendut, usia 35 tahun, menderita mild obesity dan hipertensi mengkonsumsi obat antihipertensi, diuretik, pereduksi lemak darah yang menyebabkan disfungsi ereksi.

50

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W. A Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta: EGC. Gilman, Alfred Goodman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi Edisi 10. Jakarta: EGC. Katzung, Bertram G. 2006. Basic and Clinical Pharmacology. Jakarta: EGC. Sudoyono et all. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI. Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Nugroho. 1995. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S.. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rinena Cipta. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. 2000. Jakarta: FK UI. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25010/3/Chapter%20II.pdf, diakses pada 6 Desember 2012. Lee Mary, Erectile Dysfunction, in Dipiro, J. T., 2001, Pharmacotherapy : A

Pathophysiologic Approach, 6th, The McGraw-Hill Inc., United State of America. Tatro, David S., PharmD, 2003, A to Z Drug Facts, Facts and Comparisons, San Franscisco. Chan, Paul D. M.D., 2004, Treatment Guidelinesfor Medicine and Primary Care, new Current Clinical Strategies, California. Simonsen, U.. 2002. Interactions between drugs for erectile dysfunction and drugs for cardiovascular disease. International Journal of Impotence Research. Rizvi, Kash, John P. Hampson dan John N. Harvey. Do lipid-lowering drugs cause erectile dysfunction? A systematic review. Oxford journal. Chiu, Yen-Feng, dkk.. 2012. Cardiovasc Diabetol : Central obesity is important but not essential component of the metabolic syndrome for predicting diabetes mellitus in a hypertensive family-based cohort. Results from the Stanford Asia-pacific program for hypertension and insulin resistance (SAPPHIRe) Taiwan follow-up study Aganovi, Izet dan Tina Duek. Pathophysiology of Metabolic Syndrome. Department of Internal Medicine, Division of Endocrinology, University Hospital Center Zagreb, Croatia.
51

Laclaustra, Martin, Dolores Corella dan Jose M. Ordovas. 2007. Nutrition, Metabolism & Cardiovascular Diseases: Metabolic syndrome pathophysiology: The role of adipose tissue. Elsevier.

52

Anda mungkin juga menyukai