Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH HASIL DISKUSI

MODUL 211 SISTEM ORGAN DALAM TUBUH

Disusun oleh:
Kelompok D

Gabriella Geralda Santjoko 040001800056


Ghina Salsabila 040001800057
Gillian Grace Gandha 040001800058
Githa Adela Febriyanti 040001800059
Haifa Nur Afifah Herlan 040001800060
Hanzel Tanujaya 040001800061
Helen Priscilla Margono 040001800062
Hendlouis 040001800063
Hiroko Gabriela Amanda 040001800064
Indhira Valerie Mustamu 040001800065
Irda Islamiyanti Tarabubun 040001800066
Ivah Jessica Pardenas 040001800067
Ivana Agustin Gozali 040001800068
Ivana Gisella Handjaja 040001800069
Jane Analdi 040001800070
Jason Kamadi 040001800071
Jeff Tjokro 040001800072
Jennifer Ferdiana 040001800073

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS TRISAKTI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberi rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah hasil diskusi dapat selesai tepat pada waktu
yang ditentukan. Tidak lupa pula kami menyampaikan rasa terima kasih kepada fasilitator yang
menunjang jalannya diskusi kami.

Penyusunan makalah ini merupakan bentuk tanggung jawab kami atas diskusi-diskusi
yang telah dilakukan sebelumnya. Kami berharap supaya makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah hasil diskusi memberikan manfaat dan
reaksi positif dari pembaca.

Jakarta, Maret 2019

Kelompok Diskusi D
DAFTAR ISI
Halaman

JUDUL i
KATA PENGANTAR
ii
BAB I
SKENARIO I 1
PEMBAHASAN SKENARIO I
1. Kesimpulan dari masalah Linda dalam skenario
2. Penyebab masalah Linda dalam skenario
3. Penyebab Linda mual dan perih serta getah pencernaan yang telibat
4. Hormon yang berperan dalam stress

BAB II
SKENARIO II
PEMBAHASAN SKENARIO II
1. Anatomi dan fisiologi sistem respirasi
2. Otot-otot yang berperan dalam inspirasi, ekspirasi, inspirasi paksa, dan
ekspirasi paksa
3. Mekanisme pengangkutan gas
4. Anatomi dan fungsi ginjal
5. Proses pembentukan urin
6. Pengertian filtrasi
7. Transport maksimal dan batas ambang ginjal, serta nilainya untuk glukosa
8. Regulasi cairan dan elektrolit di ginjal
9. Ekskresi protein dari ginjal
10. Zat-zat yang direabsorpsi oleh ginjal
11. Kelainan ginjal yang berhubungan dengan hipertensi
12. Goyangnya gigi karena demineralisasi tulang

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
SKENARIO I

Linda seorang remaja berusia 17 tahun apabila menjelang ujian selalu mengeluh perut terasa
perih dan mual, selalu keluar keringat dingin dan nafsu makan berkurang. Keluhan itu akan
hilang sendirinya apabila dia merasa rileks dan tenang, dia selalu minum obat nyeri lambung
yang dijual bebas di pasaran untuk mengatasi rasa perih dan mualnya.
Diskusikan:
1. Jelaskan masalah Linda yang dapat disimpulkan dari cerita di atas!
2. Jelaskan kemungkinan apa saja yang menjadi penyebabnya!
3. Apa yang menyebabkan Linda terasa perih dan mual, getah pencernaan apa yang
berperan disini?
4. Hormon apa yang berperan pada keadaan stress. Jelaskan peranan hormon
tersebut secara biokimia dan fisiologi!
PEMBAHASAN SKENARIO I

1. Jelaskan masalah Linda yang dapat disimpulkan dari cerita di atas!


Dilihat dari skenario diatas dapat disimpulkan bahwa Linda mengalami stress
setiap menjelang ujian. Stress tersebut lama kelamaan akan menyebabkan timbulnya
suatu penyakit. Pada skenario ini stress tersebut mempengaruhi sistem
pencernaan Linda lebih tepatnya pada lambung dan mengakibatkan penyakit gastritis.
Gastritis adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi
pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis dapat mengalami kekambuhan yang
dipengaruhi oleh pola makan dan stres. Gastritis biasanya diawali dengan pola makan
yang tidak baik dan tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif di saat asam
lambung meningkat. Peningkatan asam lambung diluar batas normal akan
menyebabkan terjadinya iritasi dan kerusakan pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung dan jika peningkatan asam lambung ini dibiarkan saja maka kerusakan lapisan
lambung atau penyakit gastritis akan semakin parah.
Stress memiliki efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin terhadap
saluran pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami gastritis. Ketika seseorang
dilanda stress berat, maka lambung akan meningkatkan sekresi asamnya. Produksi
asam lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini
dibiarkan maka dapat menyebabkan terjadinya peradangan mukosa lambung atau
gastritis. Seseorang yang sudah menderita gastritis apabila dalam keadaan stres dapat
menyebabkan terjadinya kekambuhan gastritis. Para ahli kedokteran menyatakan
bahwa kenaikan asam lambung yang berlebihan dapat diakibatkan oleh stress atau
ketegangan kejiwaan.
Stress yang dialami oleh Linda juga dipicu oleh hormon yang disekresikan oleh
tubuhnya. Dalam tubuh kita terdapat beberapa hormon yang dapat memicu stress
seperti kortisol, adrenalin, dan norepinefrin. Sekresi hormon kortisol secara berlebihan
menyebabkan Linda merasakan perasaan perih dan muat di bagian perut. Oleh sebab
itu, penting untuk mampu mengendalikan stress dengan cara memberi respon rileks.
Kecil kenaikan kortisol memiliki beberapa efek positif:
● Meningkatkan fungsi memori
● Meningkatkan imunitas
● Membantu mempertahankan homeostasis dalam tubuh

Kortisol ini penting dan bermanfaat bagian dari respons tubuh terhadap stres,
penting bahwa tubuh respons relaksasi harus diaktifkan sehingga fungsi tubuh dapat
kembali normal setelah peristiwa yang menegangkan. Lebih tinggi dan lebih lama
tingkat kortisol dalam aliran darah (seperti yang berkaitan dengan stres kronis) telah
terbukti mempunyai efek negatif, seperti:
● Menekan fungsi tiroid
● Ketidakseimbangan gula darah seperti hiperglikemia
● Penurunan kepadatan tulang
● Penurunan jaringan otot
● Menurunkan kekebalan dan respon peradangan di dalam tubuh, memperlambat
penyembuhan luka, dan konsekuensi kesehatan lainnya

2. Jelaskan kemungkinan apa saja yang menjadi penyebabnya!


Dikatakan dalam skenario bahwa Linda mengalami gejala yang disebutkan
ketika akan menghadapi ujian. Apabila kita berbicara mengenai stress yang
meningkatkan aktivitas saraf, maka kita tidak dapat memisahkannya dari masalah
psikologi. Di dalam psikologi, dikenal istilah phobia. Phobia itu sendiri merupakan
ketakutan yang tidak masuk akal dan berlebihan terhadap suatu benda atau keadaan.
Dalam kasus ini, Linda dapat dikatakan mengalami testophobia, yaitu phobia terhadap
tes atau ujian, sehingga Linda mengalami stress yang berlebihan menjelang ujian, yang
mengaktifkan sistem saraf simpatiknya.
Gejala yang dialami oleh Linda bisa juga disebabkan oleh gangguan
psikosomatik. Gangguan psikosomatik adalah gangguan emosional yang melibatkan
pikiran dan tubuh sehingga menyebabkan gangguan fisik. Penjelasan lainnya adalah
emosi negatif yang dapat mempengaruhi sistem otonom tubuh, hormon, dan kekebalan
tubuh terhadap penyakit. Depresi dapat berpengaruh pada penyakit jantung, dan stress
seperti pada kasus Linda ini dapat berpengaruh pada gangguan pencernaan, asma, dan
penyakit fisik lainnya. Beberapa gejala yang dapat ditemukan dari gangguan
psikosomatik, seperti denyut jantung yang cepat, hati berdebar, mual, berkeringat, sakit
kepala, merasa lemah, sesak napas, dan gangguan pada lambung. Gangguan fisik ini
dapat terjadi karena meningkatnya aktivitas impuls saraf yang dikirim dari otak ke
berbagai bagian tubuh, dan adanya pelepasan adrenalin (epinefrin) ke dalam aliran
darah saat seseorang merasa cemas.

3. Apa yang menyebabkan Linda merasa perih dan mual, serta getah pencernaan apa
yang berperan disini?
Kelenjar pencernaan pada lambung menghasilkan senyawa yang disebut dengan
getah lambung. Getah lambung ini berfungsi untuk mencerna makanan yang dilakukan
secara tidak sadar oleh tubuh. Getah lambung terdiri dari asam lambung yaitu HCL,
enzim lipase dan hormon gastrin.
HCL berfungsi untuk membunuh kuman, enzim lipase berfungsi untuk
mencerna lemak trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Sedangkan hormon
gastrin berfungsi untuk mengaktifkan kelenjar-kelenjar pada lambung agar
mengeluarkan getah lambung.
Stress yang dialami oleh Linda saat menjelang ujian menyebabkan peningkatan
HCL di dalam lambung sehingga menyebabkan iritasi pada bagian mukosa lambung.
Namun, bagaimana stress dapat mempengaruhi keadaan fisik seseorang? Stress
memiliki efek negatif pada mekanisme neuroendokrin melalui aktivitas Nervus Vagus
sehingga dapat meningkatkan sekresi HCL. Nervus Vagus membawa rangsangan
menuju Sel G pada lambung, dimana Sel G berperan untuk mensekresi hormon gastrin.
Hormon gastrin berikutnya akan mengaktifkan pelepasan HCL dan pergerakan otot
lambung. Apabila gejolak emosi yang kita rasakan semakin tinggi, maka rangsangan
Nervus Vagus pun juga meningkat dan diakhiri dengan peningkatan HCL.
Iritasi mukosa lambung dapat juga disebabkan karena asam lambung yang
berfungsi untuk menghancurkan makanan tidak dapat ditahan oleh mucous barrier.
Lambung yang sehat memiliki penghalang lendir (mucous barrier) yang berfungsi
untuk mencegah asam lambung kontak langsung dengan lapisan permukaan lambung.
Namun, ketika produksi HCL meningkat maka akan mempengaruhi ketahanan barrier
itu sendiri. Selain itu, stress dapat menurunkan kadar hormon prostaglandin yang
memiliki fungsi untuk membantu memperkuat barrier yang melindungi lapisan
lambung dari asam lambung.
Kerongkongan adalah laksana saluran tabung otot yang menghubungkan mulut
ke perut. Lower esophageal sphincter (LES) adalah sebuah cincin otot yang menutup
"pintu" lambung dari kerongkongan ketika kita tidak makan. Ketika kita makan, otot
ini akan mengendur untuk memungkinkan makanan masuk dari kerongkongan ke perut.
LES kemudian menutup lagi sehingga makanan di perut tidak akan kembali ke
kerongkongan. Setelah mengalami stress, maka sistem saraf simpatis akan memberikan
sinyal ke otak untuk mengeluarkan beberapa tindakan dan efek khusus. Pada kasus ini,
linda mengalami sekresi asam lambung yang tinggi dan otot lambung yang lebih rileks
karena kondisi simpatis . Hal ini mengakibatkan makanan yang terakumulasi di dalam
lambung mendorong lower esophageal sphincter (LEI) atau otot bawah dari
oesophagus dan terjadi gastroesophageal reflux disease (GERD).
GERD adalah gerakan refluks balik dari akumulasi makanan yang telah menjadi bolus
di lambung. Pada penderita GERD, aliran balik cairan lambung ke dalam esofagus
menyebabkan kerusakan jaringan atau esofagitis dan rasa panas didada.
Penyebab lainnya juga bisa disebabkan oleh efek samping penggunaan semua
jenis obat anti nyeri dalam jangka panjang. Seperti yang bisa dilihat dalam skenario
bahwa untuk mengatasi rasa perih dan mual, Linda selalu meminum obat anti nyeri.
Efek samping yang dapat ditemukan adalah kerusakan saluran cerna, kerongkongan,
perut, dan usus halus, serta pendarahan di lambung. Hal ini disebabkan karena
mekanisme dari obat ini yang menghambat enzim COX (siklooksigenase) di lambung
yang akan menyebabkan pengikisan dinding lambung. akibatnya lambung rentan
teriritasi oleh asam lambung.

4. Hormon apa yang berperan pada keadaan stress. Jelaskan peranan hormon tersebut
secara biokimia dan fisiologi!
● Norepinephrine/ Noradrenaline
Norepinephrine adalah salah satu hormon dalam kelompok katekolamin
yang berada di dalam otak dan tubuh. Pada otak hormon ini dihasilkan oleh
nukleus, sedangkan di luar otak norepinephrine digunakan sebagai
neurotransmitter oleh ganglia simpatis yang terletak di dekat sumsum tulang
belakang. Hormon ini juga dikeluarkan oleh kelenjar adrenal. Pelepasan
noradrenalin terendah pada saat keadaan tidur, lalu akan meningkat pada saat
beraktivitas dan terjaga, dan akan mencapai puncak pada saat keadaan stress.
Hormon ini berkaitan dengan stress karena berperan dalam membuat diri menjadi
lebih waspada dan terjaga, sehingga dapat menyebabkan kesusahan tidur dan
terfokus pada masalah yang menyebabkan stress. Selain itu hormon ini juga
meningkatkan kegelisahan serta kecemasan. Hormon ini juga meningkatkan
denyut jantung dan tekanan darah.

● Adrenaline/Epinephrine
Adrenalin biasanya diproduksi oleh kelenjar adrenal dan neuron tertentu .
Ini memainkan peran penting dalam respons fight-or-flight dengan meningkatkan
aliran darah ke otot, output jantung , respons pelebaran pupil , dan kadar gula darah
. Ia melakukannya dengan mengikat reseptor alfa dan beta
Untuk proses fisiologisnya kelenjar adrenal berkontribusi sekitar 7% dari
yang beredar noradrenalin , yang sebagian besar adalah tumpahan lebih dari
neurotransmisi dengan sedikit aktivitas sebagai hormon. Dosis farmakologis
adrenalin merangsang α 1 , α 2 , β 1 , β 2 , dan β 3 adrenoceptor dari sistem saraf
simpatis . Reseptor saraf simpatis diklasifikasikan sebagai adrenergik, berdasarkan
respons mereka terhadap adrenalin.
Istilah "adrenergik" sering disalahartikan bahwa neurotransmitter simpatis
utama adalah noradrenalin, bukan adrenalin, seperti yang ditemukan oleh Ulf von
Euler pada 1946.
Adrenalin memang memiliki efek adrenoseptor-mediasi β 2 pada
metabolisme dan jalan nafas , karena tidak ada koneksi saraf langsung dari ganglia
simpatik ke jalan nafas .
Konsep medula adrenal dan sistem saraf simpatik yang terlibat dalam
respons penerbangan, perkelahian, dan ketakutan awalnya diusulkan oleh Cannon.
Tetapi medula adrenal, berbeda dengan korteks adrenal, tidak diperlukan untuk
bertahan hidup. Pada pasien adrenalektomi, respons hemodinamik dan metabolik
terhadap rangsangan seperti hipoglikemia dan olahraga tetap normal.

● Kortisol/ Hydrocortisone
Kortisol merangsang glukoneogenesis di hati, yaitu perubahan sumber-
sumber non-karbohidrat (yaitu asam amino) menjadi karbohidrat (gluko artinya
"glukosa"; neo artinya "baru"; genesis artinya "produksi"). Glukoneogenesis
adalah faktor penting untuk mengganti simpanan glikogen hati dan karenanya
mempertahankan kadar glukosa darah tetap normal diantara waktu makan atau saat
tidak ada nutrien baru yang masuk. Hal ini esensial karena otak hanya dapat
menggunakan glukosa sebagai bahan bakar metabolik, tetapi jaringan saraf sama
sekali tidak dapat menyimpan glikogen. Karena itu, konsentrasi harus
dipertahankan pada tingkat yang sesuai agar otak yang bergantung pada glukosa
mendapat nutrien yang memadai.

Kortisol merangsang penguraian protein di banyak jaringan, khususnya


otot. Dengan menguraikan sebagian protein otot menjadi konstituennya (asam
amino), kortisol meningkatkan konsentrasi asam amino darah. Asam-asam amino
yang dimobilisasi ini tersedia untuk glukoneogenesis atau di manapun mereka
dibutuhkan, misalnya untuk memperbaiki jaringan yang rusak atau sintesis struktur
sel baru. Kortisol juga berperan dalam penguraian simpanan lemak (lipid) di
jaringan adiposa menjadi asam-asam lemak. Asam-asam lemak yang dimobilisasi
ini tersedia sebagai bahan bakar metabolik alternatif bagi jaringan yang dapat
menggunakan sumber energi ini sebagai pengganti glukosa (sehingga glukosa
dapat digunakan atau disimpan untuk otak).

Mekanisme stres secara fisiologis


Stressor akan mengaktifkan hipotalamus, selanjutnya hipotalamus akan
mengendalikan sistem saraf simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf akan
mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya
contohnya, ia akan meningkatkan kecepatan denyut jantung serta dilatasi pupil.
Selanjutnya sistem saraf simpatis juga akan memberi sinyal ke medulla adrenal
untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Selain itu
hipotalamus akan mensekresi ACTH yang akan merangsang korteks adrenal untuk
menstimulasi sekelompok hormon, contohnya kortisol yang akan mempengaruhi
regulasi gula darah. Sekresi ACTH juga akan memberi sinyal ke kelenjar endokrin
lain untuk melepaskan beberapa hormon, sehingga efek kombinasi berbagai
hormon stres tersebut akan dibawa melalui aliran darah serta peran dari aktivasi
neural cabang simpatik dari sistem saraf otonom yang berperan dalam fight or
flight response (Nasution, 2007)
Gambar 1.4.1. Sekresi kortisol
BAB II
SKENARIO II

Seorang bapak berusia 50 tahun datang dengan keluhan sebagai berikut


Keluhan pertama ia sering mengeluh sesak nafas. Sebelum sesak nafas, biasanya timbul
batuk dan sesak nafas tersebut makin lama makin bertambah disertai dengan lendir kental.
Demam negatif. Ia juga mempunyai riwayat gatal-gatal di badannya setelah makan ikan laut.
Selain itu, ia juga mengeluh bahwa ia sering buang air kecil terutama pada malam hari
sejak 1 bulan yang lalu dan badan terasa makin kurus, padahal sebelumnya berat badannya
rata-rata 72 kg sekarang menjadi 65 kg. Padahal nafsu makannya bagus. Ia pun merasa cepat
lelah dan sering kesemutan. Sebelumnya terdapat riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu,
namun minum obat tidak teratur.
Pada pemeriksaan fisik : dalam batas normal
Pada pemeriksaan laboratorium : gula darah puasa dan 2 jam postpandrial meningkat
Pemeriksaan urin : glukosa +2
Setelah diperiksa lebih lanjut, ternyata Bapak tersebut menderita Asma Bronkiale dan
Diabetes Melitus tipe 2. Diskusikan :
1. Sebutkan anatomi dan fisiologi sistem respirasi!(4)
2. Sebutkan otot-otot apa saja yang berperan dalam inspirasi, ekspirasi, inspirasi paksa,
dan ekspirasi paksa
3. Bagaimana cara pengangkutan gas?
4. Sebutkan anatomi dan fungsi ginjal!
5. Bagaimanakah proses pembentukan urin?
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan filtrasi!
7. Sebutkan apa yang kamu ketahui tentang transport maksimal dan batas ambang ginjal
dan berapakah nilainya untuk glukosa!
8. Jelaskan mengenai regulasi cairan dan elektrolit di ginjal!
9. Jelaskan mengenai ekskresi protein dari ginjal!
10. Sebutkan zat-zat apa saja yang direabsorbsi oleh ginjal!
11. Kelainan ginjal yang berhubungan dengan hipertensi?
12. Mengetahui goyangnya gigi karena demineralisasi tulang?
PEMBAHASAN SKENARIO II

1. Sebutkan anatomi dan fisiologi sistem respirasi!


● Anatomi sistem respirasi
Area extra pulmo
- Hidung - Cavum nasi.
- larynx
-trachea lanjutan larynx, dimulai dari pinggir bawah cartilago cricoidea (setinggi
C VI). Berada pada bagian depan oesophagus pada garis tengah sampai batas
mediastiun superior dan inferior.
Trachea memiliki panjang +- 10cm. Trachea memiliki tulang rawan yang teridiri
Dari 20 cincin tulang rawan hialin. Memiliki bentuk u sehingga rongga selalu
terbuka.

Setelah trachea terdapat Arbor bronchialis yang memiliki bronchus Dexter Dan
sinister. Ramus bronchialis untuk tiap lobus :
- pulmo Dexter memiliki 3 bronchi
- pulmo sinister memiliki 2 bronchi.
Terdapat pula bronchus segmentum pada tiap segmenta yang disebut juga
broncha-pulmonary-segment (bps) yang memiliki:
- pulmo Dexter : 10bps
- pulmo sinister : 8 bps.

Pulmo terdiri atas:


1. Apex pulmonalis
2. Basis pulmonalis / facies diaphragma
3. Facies costalis
4. Facies mediastinalis / facies visceralis.
Pulmo seluruhnya diliputi oleh pleura pulmonalis ( pleura visceralis), kecuali
hilus pada facies mediastinalis.
pulmo dexter dibagi dalam 3 lobi
1. Lobus superior
2. Lobus medius
3. Lobus inferior

Pulmo sinister dibagi dalam 2 lobi


1. Lobus superior
2. Lobus inferior

Subvisi fungsional pulmo adalah serial segmenta bronchophulmonalis. Yang


masing - masing mempunyai bronchus sendiri, supali darah sendiri (Dari
a.pulmonalis), jaringan pulmonalis berbeda Dari segmentum di dekatnya.
Anatomi pada segemental pulmo bermanfaat pada saat pemeriksaan langsung
pada perbacangan bronchus Dan reseksi pulmo.
Gambar 2.1.2 Trakea dan Percabangan Bronkus

● Fisiologi sistem respirasi meliputi 4 tahap.


a. Ventilasi adalah pertukaran udara luar dengan udara dalam alveol. Kecepatan
Ventilasi diatur sesuai dengan kebutuhan dan pembentukan CO2 dalam tubuh.
O2 Dari udara luar akan masuk ke alveol. CO2 Dari alveol akan keluar ke
udara luar. Terdapat pula ruangan rugi anatomik. Ruang rugi anatomik ini
berada dari trachea sampai bronkiolus terminalis, yang hanya berfungsi
sebagai saluran udara.
b. Difusi alveol dan kapiler merupakan pertukaran O2 dan CO2 antara udara
alveol dengan darah dalam pembuluh kapiler. Pertukaran ini terjadi karena
adanya aliran gas dari tempat bertekanan tinggi ke tempat tekanan rendah.
Tekanan udara di luar tubuh Kita 159mmhg ---- alveol 100 mmhg.
c. Difusi kapiler dan jaringan adalah pertukaran O2 dan CO2 darah dalam
pembentukan kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan. Sedangkan pada
jaringan memiliki tekanan yang lebih besar (46 mmHg) dibanding kapiler
jaringan (40 mmHg). Keduanya saling berhubungan pada aliran darah paru
atau yang biasa disebut sistem respirasi. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh
suhu, perbedaan konsentrasi, berat molekul gas, tebal membran difusi, dan
larut gas dalam air. Terdapat 3 fase pada difusi ini, yaitu:
● Fase gas dimana O2 lebih cepat pertukarannya dibanding CO2
● Fase membran-membran alveol, membran kapiler, dan ruang interstisial
● Fase cairan dimana CO2 lebih cepat 20 kali dibanding O2
d. Perfusi adalah proses pengangkutan O2 oleh sistem peredaran darah dari paru
dan sebaliknya. Pada jalur perfusi, O2 dari vena pulmonalis akan masuk ke
atrium kiri. Setelah itu darah akan dipompa masuk ke ventrikel kiri dan akan
dipompa keluar ke aorta. Dari aorta, darah akan beredar ke arteri, arteriol dan
pembuluh darah terkecil, kapiler, dan akhirnya darah akan masuk ke dalam
jaringan. Darah yang kaya akan CO2 pada jaringan akan dibawa kembali ke
kapiler, masuk ke venula lalu ke vena. Setelah itu darah akan mengalir ke
dalam vena cava superior/inferior berlanjut ke atrium kanan. Darah tersebut
akan dipompa ke atrium kiri, lalu atrium kanan, masuk ke arteri pulmonalis
dan masuk ke kapiler paru.

Fungsi tambahan sistem respirasi


1. Pengeluaran panas Dari tubuh
2. Meningkatkan aliran balik vena.
3. Membantu proses berbicara. (Vokalisasi)
4. Mempertahankan keseimbangan asam basa.
5. Organ penciuman (hidung)
6. Mengaktifkan h. Angiotensin II yang mengatur kadar Na+ ekstrasel.

Gambar 2.1.1 Sistem Respirasi

2. Sebutkan otot-otot apa saja yang berperan dalam inspirasi, ekspirasi, inspirasi paksa,
dan ekspirasi paksa!
Otot skelet selain berfungsi sebagai pembentuk dinding dada juga berfungsi
sebagai otot pernapasan. Menurut fungsinya, otot pernapasan dibedakan menjadi otot
inspirasi, yang terdiri dari otot inspirasi utama dan tambahan, serta otot ekspirasi. Yang
termasuk dalam otot inspirasi utama yaitu M. intercostalis externus berfungsi
mengangkat tulang rusuk dan M. diafragma berfungsi meratakan rongga toraks,
sedangkan yang termasuk dalam otot inspirasi tambahan yaitu M.
sternocleidomastoideus berfungsi mengangkat sternum ke superior, M. serratus anterior
berfungsi mengangkat sebagian besar costa, dan M. scalenus berfungsi mengangkat dua
costa pertama.
Selama pernapasan normal dan tenang, tidak ada otot pernapasan yang bekerja
selama ekspirasi, hal ini akibat dari daya lenting elastis paru dan dada. Namun pada
keadaan tertentu, di mana terjadi peningkatan resistensi jalan nafas dan resistensi
jaringan, misalnya saat serangan asma, otot ekspirasi dibutuhkan kontribusinya. Dalam
keadaan ini, otot ekspirasi yaitu M. rectus abdominis memberikan efek tarikan ke arah
inferior yang sangat kuat terhadap costa bagian bawah, pada saat yang bersamaan otot
ini dan otot abdominal lain menekan isi abdomen ke arah diafragma, serta M.
intercostalis internus juga berfungsi menarik rongga toraks ke bawah.

Gambar 2.2.1 Otot Inspirasi dan Ekspirasi

3. Bagaimana cara pengangkutan gas?

Gambar 2.3.1 Mekanisme Pertukaran Oksigen dan Karbon dioksida


Pernapasan diawali dari masuknya udara melalui rongga hidung saat seseorang
menghirup napas, dan di dalam hidung terjadi penyaringan udara. Setelah itu udara
akan melewati laring lalu ke trakea dan masuk ke paru-paru (pulmo). Udara masuk ke
paru-paru melalui trakea yang kemudian bercabang menjadi sepasang bronkus utama
yang akan bercabang-cabang lagi. Bronkus akan terus bercabang semakin kecil hingga
membentuk bronkiolus. Ujung dari bronkiolus terbuka menuju lintasan yang
berdinding tipis dan pendek yang disebut bronkiolus respiratorius, dan berakhir pada
kelompok-kelompok kantung berdinding tipis, yaitu alveoli (bentuk jamak dari
alveolus).
Pertukaran gas antara oksigen (O2) dan karbondioksida (H2O) terjadi melalui
proses difusi yang terjadi di alveolus dan jaringan tubuh. Proses difusi berlangsung
dengan gerakan molekul-molekul secara bebas melalui membran dari tekanan tinggi ke
tekanan rendah. Di alveolus oksigen mengalami difusi ke kapiler arteri. Masuknya
oksigen dari lingkungan luar menyebabkan tekanan parsial oksigen (PO2) di alveolus
lebih tinggi daripada di kapiler arteri paru-paru. Oksigen akan bergerak dari alveolus
ke kapiler arteri paru-paru karena adanya perbedaan tekanan parsial dari tinggi ke
rendah yang disebut juga difusi.
Oksigen di kapiler arteri diikat oleh eritrosit yang mengandung hemoglobin.
Hemoglobin masing-masing memiliki 4 sub unit, dan setiap sub unit terdiri dari bagian
yang disebut heme. Heme memiliki pusat heme yang mengandung unsur besi yang
dapat berikatan dengan oksigen. Setiap molekul hemoglobin dapat membawa molekul
oksigen berbentuk oksihemoglobin. Reaksi antara hemoglobin dan oksigen
berlangsung secara reversibel yang dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti suhu, pH,
konsentrasi oksigen dan karbon dioksida, serta tekanan parsial.
Hemoglobin mengangkut oksigen ke jaringan tubuh yang kemudian akan
berdifusi memasuki sel-sel tubuh untuk digunakan dalam proses respirasi di dalam
mitokondria sel. Proses difusi terjadi kembali karena adanya perbedaan tekanan parsial
O2 antara kapiler dan sel-sel tubuh. Karbon dioksida yang terbentuk dari proses
respirasi akan semakin banyak seiring dengan banyaknya oksigen yang digunakan oleh
sel-sel tubuh. Hal ini menyebabkan tekanan parsial karbon dioksida (PCO2) dalam sel-
sel tubuh lebih tinggi dibandingkan tekanan parsial CO2 dalam kapiler vena sel-sel
tubuh. Maka dari itu karbon dioksida dapat berdifusi dari sel-sel tubuh ke dalam kapiler
vena sel-sel tubuh yang kemudian akan dibawa oleh eritrosit menuju paru-paru.
Selanjutnya di paru-paru terjadi difusi CO2 dari kapiler vena menuju alveolus. Proses
ini terjadi karena PCO2 kapiler vena lebih tinggi daripada PCO2 dalam alveolus.
Karbon dioksida akhirnya dikeluarkan dari tubuh melalui ekspirasi.

Gambar 2.3.2 Difusi Gas pada Sistem Sirkulasi

4. Sebutkan anatomi dan fungsi ginjal!

Gambar 2.4.1. Anatomi Ginjal


Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi
columna vertebralis (Price dan Wilson, 2006). Kedua ginjal terletak retroperitoneal
pada dinding abdomen, masing–masing di sisi kanan dan sisi kiri columna vertebralis
setinggi vertebra T12 sampai vertebra L3. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah
daripada ginjal kiri karena besarnya lobus hepatis dekstra. Masing–masing ginjal
memiliki facies anterior dan facies posterior, margo medialis dan margo lateralis,
ekstremitas superior dan ekstremitas inferior (Moore dan Agur, 2002). Ginjal
dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis dan mengkilat yang disebut kapsula fibrosa ginjal
dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak perineal.
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 3 bagian dari yang paling luar hingga
yang paling dalam, yaitu korteks ginjal, medula ginjal, dan pelvis ginjal (Junquiera dan
Carneiro, 2002).
a. Korteks Ginjal
Korteks ginjal merupakan bagian ginjal paling luar. Tepi luar korteks ginjal
dikelilingi oleh kapsul ginjal dan jaringan lemak, untuk melindungi bagian
dalam ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron.
b. Medula Ginjal
Medula ginjal adalah jaringan ginjal yang halus dan dalam. Medula berisi
lengkung Henle serta piramida ginjal, yaitu struktur kecil yang terdapat
nefron dan tubulus. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang
terdiri atas tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, dan tubulus
koligentes (Purnomo, 2003)

c. Pelvis Ginjal
Pelvis ginjal adalah ruang berbentuk corong di bagian paling dalam dari
ginjal. Ini berfungsi sebagai jalur untuk cairan dalam perjalanan ke kandung
kemih.

Setiap ginjal memiliki sisi medial cekung, yaitu hilus tempat masuknya syaraf,
masuk dan keluarnya pembuluh darah dan pembuluh limfe, serta keluarnya ureter dan
memiliki permukaan lateral .yang cembung (Junquiera dan Carneiro, 2002). Sistem
pelvikalises ginjal terdiri atas kaliks minor, infundibulum, kaliks major, dan
pielum/pelvis renalis (Junquiera dan Carneiro, 2002).
Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang
langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena renalis
yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah end arteries
yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis dengan cabang–cabang dari arteri lain,
sehingga jika terdapat kerusakan salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya
iskemia/nekrosis pada daerah yang dilayaninya (Purnomo, 2003).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Bahwa di dalam medula terdapat
nefron dan tubulus yang mempunyai peranan penting dalam menyaring darah nefron
meluas melewati area korteks dan medula ginjal. Setiap ginjal memiliki sekitar satu juta
nefron, yang masing-masing memiliki struktur internal sendiri. Berikut adalah bagian
dari nefron :
a. Badan Malphigi
Setelah darah masuk ke nefron, darah masuk ke badan malphigi (korpus
ginjal). Badan malphigi mengandung dua struktur tambahan lainnya yaitu :
- Glomerulus, kelompok kapiler yang menyerap protein dari darah melalui
badan malphigi.
- Kapsula bowman.
b. Tubulus Ginjal
Tubulus ginjal adalah serangkaian tabung yang dimulai setelah kapsula
bowman dan berakhir di tubulus pengumpul (collecting duct). Setiap tubulus
memiliki beberapa bagian:

- Tubulus proksimal merupakan tubulus yang paling dekat dengan


glomerulus, bentuk tubulus ini berbelit-belit. Berfungsi untuk menyerap
air, natrium, dan glukosa kembali ke dalam darah.
- Lengkungan Henle (loop of henle) merupakan bagian dari tubulus ginjal
yang membentuk lengkungan ke bawah, dan berada di antara tubulus
proksimal dan distal. Berfungsi menyerap kalium, klorida, dan natrium ke
dalam darah.
- Tubulus distal merupakan tubulus yang berada di akhir rangkaian tubulus
ginjal yang bentuknya berbelit-belit. Berfungsi untuk menyerap lebih
banyak natrium ke dalam darah dan mengambil kalium serta asam.
Ginjal adalah suatu organ yang secara struktural kompleks dan telah
berkembang untuk melaksanakan sejumlah fungsi penting. Beberapa diantaranya ialah
1. Menyaring zat-zat buangan (limbah) dalam tubuh, baik yang berasal dari
makanan, obat-obatan, maupun zat beracun.
2. Menyerap kembali zat-zat yang dibutuhkan tubuh, seperti asam amino, gula,
natrium, dan kalium,
3. Membantu memelihara keseimbangan asam–basa tubuh
4. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, termasuk Na + , Cl -
, K + ,HCO 3- , Ca 2+ , Mg 2+ , SO 4 2- , PO 4 2- , dan H + . Fluktuasi minor
pada konsentrasi sebagian elektrolit ini dalam CES dapat menimbulkan
pengaruh besar. Sebagai contoh, perubahan konsentrasi K+ di CES dapat
menimbulkan disfungsi jantung yang fatal.
5. Mensekresikan eritropoietin, yaitu hormon yang merangsang produksi lebih
banyak sel darah merah pembawa oksigen. Ketika kadar oksigen atau sel darah
merah sudah kembali normal, hormon ini akan berhenti diproduksi.
6. Mensekresikan kalsitriol, yaitu hormon yang mengubah vitamin D menjadi
bentuk aktifnya yang akan membantu menjaga kesehatan tulang.
7. Mensekresikan renin, suatu hormon enzimatik yang membantu mengatur
tekanan darah

5. Bagaimanakah proses pembentukan urin?


Proses pembentukan urin terdiri atas 3 tahap yang terjadi di ginjal:
1. Filtrasi (penyaringan)
Proses pertama adalah proses filtrasi. Proses filtrasi dimaksud dengan
filtrasi plasma dari kapiler glomerulus ke dalam rongga Bowman. Hasil akhir
dari proses filtrasi adalah urin primer.

2. Reabsorpsi (penyerapan kembali)


Proses berikutnya adalah proses reabsorpsi. Proses reabsorpsi terjadi di
tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal. Pada proses ini, terjadi
proses penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna bagi tubuh oleh dinding
tubulus. Zat-zat ini terus akan memasuki pembuluh darah yang mengelilingi
tubulus. Proses ini akan menghasilkan urin sekunder.
3. Sekresi/Augmentasi (pengeluaran zat)
Proses terakhir adalah proses sekresi. Proses sekresi terjadi di tubulus
kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal. Pada proses ini, zat-zat yang
tidak diperlukan lagi oleh tubuh akan disekresikan dari kapiler peritubular ke
dalam lumen tubulus. Hasil akhir dari proses sekresi adalah urin sesungguhnya.
Pemekatan urin sesungguhnya dapat diatur sesuai kondisi tubuh.

Gambar 2.5.1 Proses Pembentukan Urin

6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan filtrasi?


Filtrasi adalah proses penyaringan darah. Filtrasi terjadi di badan malpighi yang
terdiri atas glomerulus dan kapsula bowman. Glomerulus berfungsi untuk menyaring
air, garam, asam amino, glukosa, dan urea. Hasil filtrasi di glomerulus akan mengalir
menuju kapsula bowman dan menghasilkan urine primer. Urine primer mengandung
air, gula, asam amino, garam/ion anorganik dan urea.
Gambar 2.6.1 Filtrasi

7. Sebutkan apa yang kamu ketahui tentang transport maksimal dan batas ambang ginjal
dan berapakah nilainya untuk glukosa!
Transport maksimal yang dikenal juga sebagai tubular maksimum adalah
jumlah terbanyak dalam miligram per menit dari kemampuan tubulus renalis dalam
mentransfer sebuah substansi dari cairan tubulus luminal ke cairan interstisial atau dari
cairan interstisial ke cairan tubulus renalis, yang jika melebihi angka maksimum, akan
dikeluarkan melalui urine.
Untuk glukosa, batas ambangnya adalah +- 375mg/menit pada orang dewasa.

8. Jelaskan mengenai regulasi cairan dan elektrolit di ginjal


Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut).Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara
jumlah yang masuk dan keluar.
1. Asupan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah kurang lebih
2500 cc perhari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari
makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan
mekanisme haus, pusat pengaturan haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan
adalah hipotalamus.
2. Pengeluaran
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada
orang dewasa, kondisi normal kurang lebih 2300 cc jumlah air yang paling banyak
keluar berasal dari ekskresi ginjal (urine) sebanyak kurang lebih 1500 cc perhari pada
orang dewasa.

9. Jelaskan mengenai ekskresi protein dari ginjal !


Sebagian kecil dari protein plasma yang masuk ke glomerulus di filtrasi,
kemudian direabsorpsi di tubulus sehingga normalnya tidak ada protein plasma yang
muncul di urin. Kondisi tersebut disebut dengan Albuminuria atau Proteinuria, suatu
keadaan dimana protein dapat ditemukan di dalam urin. Albuminuria dapat disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas glomerulus tanpa adanya peningkatan reabsorbsi dan
kerusakan pada fungsi tubulus. Secara patologis, albuminuria disebabkan oleh adanya
infeksi, sindrom nefrotik, dan gagal ginjal.
Namun keadaan tersebut sering dijumpai khususnya setelah berolahraga dan
hal itu tidak berbahaya dan reversible. Pengeluaran protein setelah berolahraga
disebabkan oleh penurunan aliran darah yang menuju glomerulus (aliran darah
terfokuskan pada otot-otot rangka) sehingga meningkatkan difusi protein ke dalam
lumen dan menghabiskan banyak waktu pada glomerulus. Hal tersebut memberikan
kesempatan bagi protein plasma untuk lolos melalui membran glomerulus. Selain itu,
perubahan hormon yang menyertai olahraga juga dapat mempengaruhi permeabilitas
glomerulus sehingga proteim dieksresikan ke dalam urin. Beberapa peneliti juga
berhipotesis bahwa olahraga berat menyebabkan reabsorbsi tubulus maksimal tercapai
dan hal tersebut dapat mengganggu reabsorbsi protein.

10. Sebutkan zat-zat apa saja yang direabsorbsi oleh ginjal!


Reabsorpsi merupakan proses penyerapan kembali urin primer atau filtrat
glomerulus, yang masih mengandung zat- zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Zat- zat ini
akan diserap kembali dalam tubulus, melibatkan transpor transepitel. Dari 125 mL/mnt
cairan yang terfiltrasi, biasanya 124 mL/mnt direabsorpsi. Dengan melihat besarnya
filtrasi glomerulus, besar reabsorpsi tubulus adalah luar biasa: Tubulus biasanya
mereabsorpsi 99% H20 yang terfiltrasi (47 galon/hari), 100% gula yang terfiltrasi (0,4
pon/hari), dan 99,5% garam yang terfiltrasi (3,5 pon/hari).

Tabel 2.10.1. Bahan yang


terfiltrasi oleh ginjal
Berikut ini merupakan zat-zat yang direabsorbsi di ginjal :
● Reabsorpsi glukosa
Glukosa direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus proksimal. Proses reabsorpsi
glukosa ini bergantung pada pompa Na+ ATP-ase, karena molekul Na tersebut
berfungsi untuk mengangkut glukosa menembus membran kapiler tubulus dengan
menggunakan energi.
● Reabsorpsi natrium
Natrium yang difiltrasi seluruhnya oleh glomerulus, 98-99% akan direabsorpsi
secara aktif di tubulus. Sebagian natrium 67% direabsorpsi di tubulus proksimal,
25% direabsorpsi di lengkung Henle, dan 8% di tubulus distal dan tubulus
pengumpul. Natrium yang direabsorbsi sebagian ada yang kembali ke sirkulasi
kapiler dan dapat juga berperan penting untuk reabsorpsi glukosa, asam amino, air,
dan urea.
● Reabsorpsi air
Air secara pasif direabsorpsi melalui osmosis di sepanjang tubulus. Sebanyak 80%
akan direabsorpsi di tubulus proksimal dan ansa Henle. Sisanya akan direabsorpsi
di tubulus distal dan duktus pengumpul dengan kontrol vasopressin.
● Reabsorpsi klorida
Direabsorpsi secara pasif mengikuti penurunan gradien reabsorpsi aktif dari
natrium. Jumlah ion klorida yang direabsorpsi ditentukan oleh kecepatan
reabsorpsi ion natrium.
● Reabsorpsi kalium
Kalium difiltrasi seluruhnya di glomerulus, kemudian akan direabsorpsi secara
difusi pasif di tubulus proksimal sebanyak 50%, 40% kalium akan direabsorpsi di
ansa henle pars ascendens tebal, dan sisanya direabsorpsi di duktus kolektivus.
● Reabsorpsi urea
Urea merupakan produk akhir dari metabolisme protein. Ureum akan difiltrasi
seluruhnya di glomerulus, kemudian akan direabsorpsi sebagian di kapiler
peritubulus, dan urea tidak mengalami proses sekresi. Sebagian ureum akan
direabsorpsi di ujung tubulus proksimal karena tubulus kontortus proksimal tidak
permeabel terhadap urea. Saat mencapai duktus pengumpul, urea akan mulai
direabsorpsi kembali.
● Reabsorpsi fosfat dan kalsium
Ginjal secara langsung mengatur kadar ion fosfat dan kalsium dalam plasma.
Kalsium difiltrasi seluruhnya di glomerulus, 40% direabsorpsi di tubulus kontortus
proksimal dan 50% direabsorbsi di ansa henle pars ascendens. Dalam reabsorpsi
kalsium dikendalikan oleh hormone paratiroid. Ion fosfat yang difiltrasi, akan
direabsorpsi sebanyak 80% di tubulus kontortus proksimal kemudian sisanya akan
diekskresikan ke dalam urin.

Untuk dapat direabsorpsi, suatu bahan harus melewati lima sawar terpisah:
1. Bahan harus meninggalkan cairan tubulus dengan melewati membran luminal sel
tubulus.
2. Bahan harus melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainnya.
3. Bahan harus melewati membran basolateral sel tubulus untuk masuk ke cairan
interstisium.
4. Bahan harus berdifusi melalui cairan interstisium.
5. Bahan harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma darah.
Keseluruhan rangkaian langkah ini dikenal sebagai transpor transepitel (transepitel
berarti "menembus epitel").

Gambar 2.10.1. Tahap- tahap transpor transepitel

11. Kelainan ginjal yang berhubungan dengan hipertensi?


● Acute Kidney Failure (Gagal Ginjal Kronis)
Acute kidney injury (gagal ginjal kronis) bisa disebabkan oleh atau
merupakan konsekuensi dari hipertensi emergensi. Hipertensi emergensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau diastolik > 120 mmHg secara
mendadak disertai kerusakan organ target dan harus ditanggulangi sesegera
mungkin. Acute kidney injury ditandai dengan albuminuria, hematuria, oliguria
dan atau anuria. Hipertensi dapat memperburuk kerusakan ginjal melalui
peningkatan tekanan intraglomerular yang menimbulkan gangguan struktural
dan gangguan fungsional pada glomerulus. Tekanan intravaskuler yang tinggi
dialirkan melalui arteri aferen ke dalam glomerulus, dimana arteri aferen
mengalami konstriksi akibat hipertensi.
● Diabetes Melitus Tipe II (NIDDM)
Hipertensi dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (resisten
insulin). Insulin berperan meningkatkan ambilan glukosa di banyak sel dan dengan
cara ini juga mengatur metabolisme karbohidrat, sehingga jika terjadi resistensi
insulin oleh sel, maka kadar gula di dalam darah juga dapat mengalami gangguan.

12. Mengetahui goyangnya gigi karena demineralisasi tulang?


Demineralisasi merupakan proses hilangnya ion- ion mineral dari email gigi.
Kandungan mineral utama dari email adalah hydroxyapatite (HA) yang terdiri dari
Ca10(PO4)6(OH)2. Pada lingkungan netral, HA seimbang dengan lingkungan saliva
yang tersaturasi dengan ion Ca2+ dan PO43-. HA reaktif terhadap ion hidrogen dengan
PH < 5.5 yang merupakan PH kritis untuk HA. H+ akan bereaksi dengan kelompok
fosfat dalam lingkungan saliva (konversi PO43- menjadi HPO42- ) dengan mekanisme
buffering. Reaksi buffering yang menghasilkan senyawa HPO42- kemudian tidak dapat
berkontribusi terhadap keseimbangan HA normal sehingga terjadi demineralisasi.
Reaksi yang terjadi pada demineralisasi email adalah sebagai berikut :

Ca10(PO4)6(OH)2 + 8H+ → 10 Ca2+ + 6HPO4- + 2H2O

Reaksi pelarutan ini akan berhenti jika tidak ada asam yang dihasilkan oleh
faktor eksternal dan internal seperti contohnya dari mikroorganisme plak. Namun,
apabila terjadi asam maka reaksi pelarutan tersebut akan berlangsung kembali.
Pada kasus ini, bapak yang berusia 50 tahun datang dengan diagnosis diabetes
melitus. Komplikasi diabetes melitus yang dialami salah satunya adalah gigi goyang
(periodontal disease). Periodontitis adalah radang pada jaringan pendukung gigi (gusi
dan tulang). Selain merusak sel darah putih, diabetes melitus juga mengakibatkan
peningkatan penebalan dinding pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi
dan produk sisa dari tubuh. Lambatnya aliran darah ini dapat diakibatkan karena adanya
Asma Bronkial (tersumbatnya aliran bronkus karena adanya kontraksi otot polos).
Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi.
Hal ini tentu menstimulasi kerja dari reaksi HA karena lingkungan asam dari rongga
mulut. Rusaknya jaringan periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi, tulang
menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang.
Dari seluruh komplikasi Diabetes Melitus, Periodontitis merupakan komplikasi
nomor enam terbesar di antara berbagai macam penyakit dan Diabetes Melitus adalah
komplikasi nomor satu terbesar khusus di rongga mulut. Hampir sekitar 80% pasien
Diabetes Melitus gusinya bermasalah. Tanda-tanda periodontitis antara lain pasien
mengeluh gusinya mudah berdarah, warna gusi menjadi mengkilap, kantong gusi
menjadi dalam, dan ada kerusakan tulang di sekitar gigi, pasien mengeluh giginya
goyah sehingga mudah lepas.
KESIMPULAN
Linda mengalami gastritis, yaitu inflamasi yang disebabkan oleh faktor iritasi dan
infeksi pada mukosa dan submukosa lambung. gastritis dapat kambuh apabila penderita
mengalami stress atau memiliki pola makan yang buruk. Stress yang dialami Linda memicu
pelepasan hormon-hormon, salah satunya kortisol, yang apabila berlebihan akan memicu
sekresi getah lambung berupa HCl, enzim lipase, dan hormon gastrin yang membuat Linda
merasakan perih dan mual di bagian perut. Stress ini juga bisa dipicu oleh faktor psikologis
seperti phobia, yaitu rasa takut yang berlebihan terhadap suatu objek atau keadaan, yang dalam
kasus ini berarti testophobia, yaitu phobia terhadap ujian.

Saat stress, ada beberapa hormon yang bekerja, yaitu :


1. Norepinephrine atau noradrenaline yang membuat tubuh lebih "waspada", meningkatkan
kegelisahan serta kecemasan, dan meningkatkan denyut jantung yang berujung pada
peningkatan tekanan darah
2. Adrenaline atau epinephrine yang merupakan hormon terpenting dalam reaksi "fight or
flight" dengan meningkatkan aliran darah ke otot, output jantung, pelebaran pupil, dan kadar
gula darah.
3. Kortisol yang merangsang terjadinya glukoneogenesis di hati, yang akan mengontrol kadar
glukosa, asam amino, dan asam lemak dalam darah agar tetap normal.

Sistem pernafasan dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian konduksi dan bagian
respirasi. Bagian konduksi dimulai dari hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkus
segmental, dan bronkiolus terminalis. Sementara bagian respirasi dimulai dari bronkiolus
respiratorius, duktus alveolus, dan sakuli alveolus. Pernafasan dibagi menjadi dua, yaitu
pernafasan eksterna (pertukaran udara antara lingkungan luar dengan paru-paru) dan
pernafasan interna (pertukaran gas-gas antar sel dan medium cair). Pengangkutan CO2 paling
banyak dalam bentuk ion HCO3, sementara pengangkutan O2 dilakukan dengan cara berikatan
dengan haemoglobin.
Ginjal secara histologis dibagi menjadi, korteks, adrenal, dan pelvis renalis. Ginjal
berfungsi sebagai regulator cairan, elektrolit, keseimbangan asam-basa serta menyekresikan
hormon-hormon tertentu. Urin yang merupakan produk dari ginjal dibentuk mulai dari tahap
filtrasi pada glomerulus, reabsorbsi pada tubulus proksimalis, dan sekresi/augmentasi pada
tubulus distalis. Urin dialirkan menuju ureter dan ditampung sementara pada vesika urinaria,
pada akhirnya urin dikeluarkan menuju meatus externus melalui uretra. Zat-zat yang
direabsorbsi oleh ginjal adalah Na, Ca, asam amino, glukosa, air, dan urea. Sementara zat-zat
yang akan sekresikan ke dalam urin adalah ion H, K, ureum, dan keratinin. Protein dan glukosa
dalam keadaan normal seharusnya tidak dieksresi di dalam urin, menimbulkan
albuminaria/proteinaria serta glukosuria. Kelainan ginjal yang berhubungan dengan hipertensi
adalah gagal ginjal dan diabetes militus.
DAFTAR PUSTAKA

1. Aryulina, Diah, dkk. 2004. “Biologi 2”. Jakarta : Esis.


2. CAMBRIDGE COMMUNICATION LIMITED. 1999. “Anatomi fisiologi:
Sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular”. Aceh : EGC.
3. Devicaesaria, Asnelia. 2014. “Hipertensi Krisis”. Vol 27, No. 23.
<http://www.dexagroup.com/sites/default/files/Medicinus%20Desember%202
014.pdf#page=11>. [diakses 22 Maret 2019].
4. Doupis, John. 2013. The Role of Kidney in Glucose Homeostasis — SGLT2
Inhibitors, a New Approach in Diabetes Treatment.
<https://www.medscape.com/viewarticle/812072_7 >. [diakses 25 Maret
2019].
5. E. Desmond Farmer, Dental Deases, Fifth edition : E & S Living stone Ltd.
6. Fathonah.“Penyakit Psikosomatis”. <http://demo.byantsoft.co.id/bbpk/wp-
content/uploads/2011/06/PenyakitPsikosomatis.pdf>. [diakses 25 Maret 2019].
7. Guyton, A. C., Hall, J. E. 2008. Metabolisme Karbohidrat Dan Pembentukan
Adenosin Tripospat dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
8. MacKay, Jenni. 1978. Phobias. United States of America : Lucent Books.
9. Mihardja, L. 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula
Darah pada Penderita Diabetes Mellitus dalam Majalah Kedokteran
Indonesia. Jakarta.
10. Nikmah, Mustafiqotun. 2015. Hubungan Tingkat Stres dengan Gejala
Gangguan Pencernaan pada Santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin
II Payaman Magelang. Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah.
11. Pramandari, Restu, Woro Supadmi. 2015. “Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik
Di Unit Hemodialisis RSUD Wates Kulon Progo.” Vol 11, No. 12.
<https://doi.org/10.22146/farmaseutik.v11i2.24120>. [diakses 23 Maret 2019].
12. Sherwood L. Human Physiology: From Cells to Systems. 9th ed. Canada:
Cengage Learning; 2015.
13. Tussakinah, Widiya, Masrul Masrul, dan Ide Rahman Burhan. 2017.
“Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres terhadap Kekambuhan Gastritis di
Wilayah Kerja Kota Payakumbuh.” Vol 7, No. 2.
<http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/viewFile/805/661>. [diakses
18 Maret 2019].

Anda mungkin juga menyukai