PERDAGANGAN / TRADE
Law
No. 7 of 2014, March 11, 2014
Bitext
Table of Contents
Pasal / Article
Bab I: Ketentuan Umum
Bab II: Asas dan Tujuan
Bab III: Lingkup Pengaturan
Bab IV: Perdagangan Dalam Negeri
- Bagian Kesatu: Umum
- Bagian Kedua: Distribusi Barang
- Bagian Ketiga: Sarana Perdagangan
- Bagian Keempat: Perdagangan Jasa
- Bagian Kelima: Peningkatan Penggunaan Produk
Dalam Negeri
- Bagian Keenam: Perdagangan Antarpulau
- Bagian Ketujuh: Perizinan
- Bagian Kedelapan: Pengendalian Barang Kebutuhan
Pokok dan/atau Barang Penting
- Bagian Kesembilan: Larangan dan Pembatasan
Perdagangan Barang dan/atau Jasa
Bab V: Perdagangan Luar Negeri
- Bagian Kesatu: Umum
- Bagian Kedua: Ekspor
- Bagian Ketiga: Impor
- Bagian Keempat: Perizinan Ekspor dan Impor
- Bagian Kelima: Larangan dan Pembatasan Ekspor
dan Impor
Bab VI: Perdagangan Perbatasan
Bab VII: Standardisasi
- Bagian Kesatu: Standardisasi Barang
- Bagian Kedua: Standardisasi Jasa
Bab VIII: Perdagangan Melalui Sistem Elektronik
Bab IX: Pelindungan dan Pengamanan Perdagangan
Bab X: Pemberdayaan Koperasi Serta Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah
Bab XI: Pengembangan Ekspor
- Bagian Kesatu: Pembinaan Ekspor
- Bagian Kedua: Promosi Dagang
Bab XII: Kerja Sama Perdagangan Internasional
Bab XIII: Sistem Informasi Perdagangan
Bab XIV: Tugas dan Wewenang Pemerintah di Bidang
Perdagangan
Bab XV: Komite Perdagangan Nasional
Bab XVI: Pengawasan
Bab XVII: Penyidikan
Bab XVIII: Ketentuan Pidana
Bab XIX: Ketentuan Penutup
1
23
4
537
56
711
1219
2021
22
23
24
2534
3537
3854
3841
4144
4548
49
5054
5556
5764
5759
6064
6566
6772
73
7481
74
7581
8287
8892
9396
97
98102
103
104116
117122
NOTE: WHERE NO ELUCIDATION IS PROVIDED UNDERNEATH A CLAUSE, THE CLAUSE IS SUFFICIENTLY CLEAR.
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA,
Menimbang:
Considering:
a.
b.
c.
d.
e.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan e.
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk
Undang-Undang tentang Perdagangan;
Mengingat:
Bearing in Mind:
1.
2.
dan
and
MEMUTUSKAN:
HAS DECIDED:
Menetapkan: UNDANG-UNDANG
PERDAGANGAN.
TENTANG To enact:
PENJELASAN UMUM:
national interest.
Berdasarkan tujuan dan asas tersebut, UndangUndang tentang Perdagangan memuat materi
pokok sesuai dengan lingkup pengaturan yang
meliputi
Perdagangan
Dalam
Negeri,
Perdagangan
Luar Negeri, Perdagangan
BAB I
CHAPTER I
KETENTUAN UMUM
GENERAL PROVISIONS
Pasal 1
Article 1
Dalam Undang-Undang
dengan:
ini
yang
1.
2.
Perdagangan
Dalam
Negeri
adalah 2.
Perdagangan Barang dan/atau Jasa dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang tidak termasuk Perdagangan Luar
Negeri.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya 10. Standar Nasional Indonesia (Indonesia
disingkat SNI adalah Standar yang ditetapkan
National Standard), hereinafter abbreviated to
oleh lembaga yang menyelenggarakan
SNI, means a Standard that is established by
pengembangan dan pembinaan di bidang
an institution in charge of the development
Standardisasi.
and guidance on Standardization.
11. Distribusi adalah kegiatan penyaluran Barang 11. Distribution means direct or indirect
distribution of Goods to a consumer.
secara langsung atau tidak langsung kepada
konsumen.
12. Pasar adalah lembaga ekonomi tempat 12. Market means an economic institution where
a buyer and a seller meet both directly and
bertemunya pembeli dan penjual, baik secara
indirectly in the conduct of a Trade
langsung maupun tidak langsung, untuk
transaction.
melakukan transaksi Perdagangan.
13. Gudang adalah suatu ruangan tidak bergerak 13. Warehouse means an enclosed and/or open
immovable space used not for public visit but
yang tertutup dan/atau terbuka dengan tujuan
a place for storage of Goods that are tradable
tidak untuk dikunjungi oleh umum, tetapi
and not for own use.
untuk dipakai khusus sebagai tempat
penyimpanan
Barang
yang
dapat
diperdagangkan dan tidak untuk kebutuhan
sendiri.
14. Pelaku
Usaha
adalah
setiap
orang 14. Business Operator means any individual of
Indonesian citizen or a business entity in the
perseorangan warga negara Indonesia atau
form of a legal entity or non-legal entity,
badan usaha yang berbentuk badan hukum
established and domiciled in the jurisdiction
atau bukan badan hukum yang didirikan dan
of the Unitary State of the Republic of
berkedudukan dalam wilayah hukum Negara
Indonesia, which is engaged in Trade.
Kesatuan
Republik
Indonesia
yang
melakukan kegiatan usaha di bidang
Perdagangan.
15. Daerah Pabean adalah wilayah Negara 15. Customs Zone means the territory of the
Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi
Unitary State of the Republic of Indonesia
5
16. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan Barang 16. Export means an activity to bring Goods out
dari Daerah Pabean.
of the Customs Zone.
17. Eksportir adalah orang perseorangan atau 17. Exporter means an individual or institution or
business entity, either a legal entity or nonlembaga atau badan usaha, baik yang
legal entity, that commits an act of exporting.
berbentuk badan hukum maupun bukan badan
hukum, yang melakukan Ekspor.
18. Impor adalah kegiatan memasukkan Barang 18. Import means an activity to bring Goods into
ke dalam Daerah Pabean.
the Customs Zone.
19. Importir adalah orang perseorangan atau 19. Importer means an individual or institution or
lembaga atau badan usaha, baik yang
business entity, either a legal entity or nonberbentuk badan hukum maupun bukan badan
legal entity, that commits an act of importing.
hukum, yang melakukan Impor.
20. Promosi
Dagang
adalah
kegiatan 20. Trade Promotion means an activity to exhibit,
demonstrate, and introduce products of Goods
mempertunjukkan,
memperagakan,
and/or
Services,
and/or
disseminate
memperkenalkan, dan/atau menyebarluaskan
information on them to attract buying interest
informasi hasil produksi Barang dan/atau Jasa
from consumers, either domestically or
untuk menarik minat beli konsumen, baik di
abroad, within a definite period of time to
dalam negeri maupun di luar negeri, dalam
enhance the sale, expand markets, and open
jangka waktu tertentu untuk meningkatkan
trade relations.
penjualan, memperluas pasar, dan mencari
hubungan dagang.
21. Perwakilan Republik Indonesia di Luar 21. Representative of the Republic of Indonesia
Abroad means a Diplomatic Representative of
Negeri adalah Perwakilan Diplomatik dan
the Republic of Indonesia and a Consular
Perwakilan Konsuler Republik Indonesia
Representatives of the Republic of Indonesia
yang
secara
resmi
mewakili
dan
who officially represent and campaign in
memperjuangkan kepentingan bangsa, negara,
favor of the nation, state, and Government of
dan Pemerintah Republik Indonesia secara
the Republic of Indonesia as a whole in a
keseluruhan di negara penerima atau di
receiving state or international organization.
organisasi internasional.
22. Kerja Sama Perdagangan Internasional adalah 22. International Trade Cooperation means an
activity of the Government to campaign for
kegiatan Pemerintah untuk memperjuangkan
and safeguard the national interest through
dan mengamankan kepentingan nasional
Trade relations with another country and/or
melalui hubungan Perdagangan dengan
an international institution/organization.
negara lain dan/atau lembaga/ organisasi
internasional.
23. Sistem Informasi Perdagangan adalah tatanan, 23. Trade Information System means a system,
procedure, and mechanism by which
prosedur,
dan
mekanisme
untuk
integrated data and/or information on Trade is
pengumpulan, pengolahan, penyampaian,
collected,
processed,
communicated,
pengelolaan, dan penyebarluasan data
managed, and disseminated in support of the
dan/atau informasi Perdagangan yang
Trade policies and controls.
terintegrasi dalam mendukung kebijakan dan
pengendalian Perdagangan.
24. Perdagangan melalui Sistem Elektronik 24. Electronic Trade means Trade by which a
adalah Perdagangan yang transaksinya
transaction is conducted through a set of
dilakukan melalui serangkaian perangkat dan
electronic devices and procedures.
prosedur elektronik.
25. Komite Perdagangan Nasional adalah 25. National Trade Committee means an
lembaga yang dibentuk untuk mendukung
institution that is formed to accelerate the
percepatan pencapaian tujuan pelaksanaan
achievement in the objectives of the
kegiatan di bidang Perdagangan.
implementation of Trade.
26. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut 26. Central Government, hereinafter called the
Government, means the President of the
Pemerintah adalah Presiden Republik
Republic of Indonesia with the power of the
Indonesia yang memegang kekuasaan
Government of the Unitary State of the
pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Republic of Indonesia vested in him/her as
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
intended by the 1945 Constitution of the
Undang Undang Dasar Negara Republik
Republic of Indonesia.
Indonesia Tahun 1945.
27. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati 27. Regional Government means the governors,
the regents or the mayors, and regional
atau wali kota, dan perangkat daerah sebagai
instrumentalities that form components to
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
administer the regional governments.
28. Menteri
adalah
menteri
yang 28. Minister means a minister that administers
governmental affairs in the field of Trade.
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang Perdagangan.
BAB II
CHAPTER II
Pasal 2
Article 2
a.
a.
kepentingan nasional;
Penjelasan Pasal 2 (a):
b.
kepastian hukum;
b.
legal certainty;
Elucidation of Article 2 (b):
Principle of legal certainty means to lay down
the law and laws and regulations upon which any
Trade policies and controls are made.
c.
nasional interest;
c.
d.
keamanan berusaha;
d.
business security;
e.
e.
f.
kemandirian;
f.
independence;
g.
kemitraan;
g.
partnership;
h.
kemanfaatan;
h.
i.
kesederhanaan;
Penjelasan Pasal 2 (i):
Yang dimaksud dengan asas kesederhanaan
benefit;
i.
simplicity;
Elucidation of Article 2 (i):
Principle of simplicity means to provide
8
j.
kebersamaan; dan
j.
k.
berwawasan lingkungan.
k.
environmental orientation.
Elucidation of Article 2 (k):
Pasal 3
Article 3
togetherness; and
a.
meningkatkan
nasional;
ekonomi a.
b.
c.
dan c.
d.
menjamin
kelancaran
Distribusi
dan d.
ketersediaan Barang kebutuhan pokok dan
Barang penting;
e.
f.
g.
h.
i.
j.
j.
k.
k.
l.
meningkatkan
alam; dan
pelindungan
sumber
daya l.
CHAPTER III
LINGKUP PENGATURAN
SCOPE OF REGULATION
Pasal 4
Article 4
a.
a.
Domestic Trade;
b.
b.
Foreign Trade;
c.
Perdagangan Perbatasan;
c.
Border Trade;
d.
Standardisasi;
d.
Standardization;
e.
e.
Electronic Trade;
f.
pelindungan
Perdagangan;
f.
g.
g.
h.
pengembangan Ekspor;
h.
Export development;
i.
i.
j.
j.
k.
k.
l.
l.
dan
pengamanan
usaha
m. pengawasan; dan
m. supervision; and
n.
n.
penyidikan.
investigations.
(2) Selain lingkup pengaturan sebagaimana (2) In addition to the scope as intended by section
(1), the scope of Services tradable shall
dimaksud pada ayat (1), juga diatur Jasa yang
include:
dapat diperdagangkan meliputi:
a.
Jasa bisnis;
a.
Business;
b.
Jasa distribusi;
b.
Distribution;
c.
Jasa komunikasi;
c.
Communications;
d.
Jasa pendidikan;
d.
Education;
e.
e.
Environment;
f.
Jasa keuangan;
f.
Finance;
g.
g.
h.
h.
i.
i.
j.
Jasa pariwisata;
j.
Tourism;
k.
k.
Transportation; and
l.
Jasa lainnya.
l.
Other Services.
(3) Jasa dapat diperdagangkan baik di dalam (3) Services may be traded domestically or crossborder.
negeri maupun melampaui batas wilayah
negara.
BAB IV
CHAPTER IV
DOMESTIC TRADE
Bagian Kesatu
Part One
Umum
General
Pasal 5
Article 5
(1) Pemerintah mengatur kegiatan Perdagangan (1) The government shall regulate Domestic
Trade through policies and controls.
Dalam Negeri melalui kebijakan dan
pengendalian.
(2) Kebijakan dan pengendalian Perdagangan (2) Policies and controls of Domestic Trade as
intended by section (1) shall be directed
Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada
towards:
ayat (1) diarahkan pada:
a.
a.
b.
b.
c.
pengintegrasian
dalam negeri;
Pasar
c.
integrated
Markets;
d.
d.
e.
pelindungan konsumen.
e.
consumer protection.
dan
perluasan
and
expanded
domestic
(3) Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri (3) Domestic Trade Policy as intended by section
(1) shall govern at least:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit mengatur:
a.
a.
b.
b.
bagi
11
c.
pemenuhan
ketersediaan
dan
keterjangkauan Barang kebutuhan pokok
masyarakat;
c.
and
d.
d.
e.
e.
f.
f.
g.
g.
h.
pelindungan konsumen.
h.
consumer protection.
(4) Pengendalian Perdagangan Dalam Negeri (4) Controls of Domestic Trade as intended by
section (1) shall include:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a.
perizinan;
a.
licensing;
b.
Standar; dan
b.
Standards; and
c.
c.
Pasal 6
Article 6
(1) Setiap Pelaku Usaha wajib menggunakan atau (1) Any Business Operator must use or affix an
melengkapi label berbahasa Indonesia pada
Indonesian-language label to Goods traded
Barang yang diperdagangkan di dalam negeri.
domestically.
Penjelasan Pasal 6 ayat (1):
Yang dimaksud dengan label berbahasa
Indonesia adalah setiap keterangan mengenai
Barang yang berbentuk tulisan berbahasa
Indonesia, kombinasi gambar dan tulisan
berbahasa Indonesia, atau bentuk lain yang
memuat informasi tentang Barang dan keterangan
Pelaku Usaha, serta informasi lainnya yang
disertakan pada Barang, dimasukkan ke dalam,
ditempelkan/melekat pada Barang, tercetak pada
Barang, dan/atau merupakan bagian kemasan
Barang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan (2) Ancillary provisions concerning the use and
affixation of Indonesian-language labels shall
atau kelengkapan label berbahasa Indonesia
be governed by Regulation of the Minister.
diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Kedua
Part Two
Distribusi Barang
Distribution of Goods
Pasal 7
Article 7
(1) Distribusi Barang yang diperdagangkan di (1) Direct or indirect Distribution of Goods
dalam negeri secara tidak langsung atau
traded domestically to consumers may be
12
made through
Operator.
Distribution
Business
a.
a.
margins
(distributors,
sub-distributors,
supplying producers, retailers, and itinerant
traders); and/or
b.
b.
commissions (agents,
itinerant traders).
sub-agents,
and
(2) Distribusi Barang secara tidak langsung (2) Indirect Distribution of Goods as intended by
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
section (1) shall be made through the general
dilakukan dengan menggunakan rantai
chain of Distribution:
Distribusi yang bersifat umum:
a.
a.
b.
b.
c.
waralaba.
c.
franchise.
(3) Distribusi
Barang
secara
langsung (3) Direct Distribution of Goods as intended by
section (1) shall use the benefit of special
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
distribution through a direct selling system at:
dilakukan
dengan
menggunakan
pendistribusian khusus melalui sistem
penjualan langsung secara:
a.
a.
single level; or
b.
multilevel.
b.
multilevel.
13
Pasal 8
Article 8
Penjelasan Pasal 8:
Elucidation of Article 8:
Pasal 9
Article 9
Pelaku Usaha Distribusi dilarang menerapkan Any Distribution Business Operator is prohibited
sistem skema piramida dalam mendistribusikan from adopting a pyramid scheme in the
distribution of Goods.
Barang.
Penjelasan Pasal 9:
Yang dimaksud dengan skema piramida adalah
istilah/nama kegiatan usaha yang bukan dari
hasil kegiatan penjualan Barang. Kegiatan usaha
itu memanfaatkan peluang keikutsertaan mitra
usaha untuk memperoleh imbalan atau
pendapatan terutama dari biaya partisipasi orang
lain yang bergabung kemudian atau setelah
bergabungnya mitra usaha tersebut.
Elucidation of Article 9:
Pyramid scheme is a term/name of business
which is non-sale of Goods. This business
involves the participation of a business partner
into the scheme in return for a fee or income,
primarily from a participation fee of other people
joining the scheme or after the business partner
joins the scheme.
Pasal 10
Article 10
bercirikan
persaingan
yang
jujur
dan
berkeadilan, serta mendorong berkembangnya
etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi, dan
kemampuan saing guna terciptanya suasana
kondusif untuk pemberdayaan ekonomi yang
berpihak kepada rakyat kecil melalui kebijakan
secara berkesinambungan.
Pasal 11
Article 11
Ketentuan lebih lanjut mengenai Distribusi Barang Ancillary regulations concerning Distribution of
diatur dengan Peraturan Menteri.
Goods shall be governed by Regulation of the
Minister.
Bagian Ketiga
Part Three
Sarana Perdagangan
Trade Facilities
Pasal 12
Article 12
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau (1) The Government, the Regional Governments,
and/or Business Operators shall individually
Pelaku Usaha secara sendiri-sendiri atau
or collectively develop Trade facilities in the
bersama-sama
mengembangkan
sarana
form of:
Perdagangan berupa:
a.
Pasar rakyat;
a.
peoples Markets;
Elucidation of Article 12 section (1) (a):
b.
b.
pusat perbelanjaan;
Penjelasan Pasal 12 ayat (1) (b):
shopping centers;
Elucidation of Article 12 section (1) (b):
c.
c.
toko swalayan;
Penjelasan Pasal 12 ayat (1) (c):
self-service stores;
Elucidation of Article 12 section (1) (c):
Self-service store means a store with a selfservice system that sells a wide variety of retail
Goods in the form of minimarket, supermarket,
department store, hypermarket or grocer.
15
d.
Gudang;
d.
Warehouses;
e.
perkulakan;
e.
grocers;
f.
f.
auction Markets;
g.
g.
futures trading; or
Elucidation of Article 12 section (1) (g):
h.
h.
(2) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau (2) The Government, the Regional Governments,
and/or Business Operators shall, in the
Pelaku Usaha dalam mengembangkan sarana
development of Trade facilities as intended by
Perdagangan sebagaimana dimaksud pada
section (1), refer to the laws and regulations:
ayat (1) harus mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 13
Article 13
(1) Pemerintah bekerja sama dengan Pemerintah (1) The Government in cooperation with the
Regional Government(s) shall develop,
Daerah
melakukan
pembangunan,
empower, and improve the peoples Market
pemberdayaan, dan peningkatan kualitas
management quality in the scope of
pengelolaan Pasar rakyat dalam rangka
enhancement of competitiveness.
peningkatan daya saing.
empowerment,
and
(2) Pembangunan,
pemberdayaan,
dan (2) Development,
improvement of the peoples Market
peningkatan kualitas pengelolaan Pasar rakyat
management quality as intended by section
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(1) shall be made through:
dilakukan dalam bentuk:
a.
a.
b.
b.
16
c.
c.
d.
d.
kepada
(3) Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai (3) Ancillary provisions concerning development,
empowerment, and improvement of the
pembangunan,
pemberdayaan,
dan
peoples Market management quality shall be
peningkatan kualitas pengelolaan Pasar rakyat
governed by or under Regulation of the
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
President.
Presiden.
Pasal 14
Article 14
(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah (1) The competent Government and/or Regional
Governments shall regulate in an equal and
sesuai dengan kewenangannya melakukan
just manner the development, organization
pengaturan tentang pengembangan, penataan
and guidance for peoples Markets, shopping
dan pembinaan yang setara dan berkeadilan
centers, self-service stores, and grocers to
terhadap Pasar rakyat, pusat perbelanjaan,
make business certainty and balanced
toko swalayan, dan perkulakan untuk
cooperative relationship between suppliers
menciptakan
kepastian
berusaha
dan
and retailers by giving preference for
hubungan kerja sama yang seimbang antara
cooperatives and micro, small and medium
pemasok dan pengecer dengan tetap
business.
memperhatikan keberpihakan kepada koperasi
serta usaha mikro, kecil, dan menengah.
Penjelasan Pasal 14 ayat (1):
(2) Pengembangan, penataan, dan pembinaan (2) The development, organization and guidance
as intended by section (1) shall be made by
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
regulation of licensing, spatial planning,
dilakukan melalui pengaturan perizinan, tata
zoning with due regard to the distance and
ruang, zonasi dengan memperhatikan jarak
location of their establishment, partnership,
dan lokasi pendirian, kemitraan, dan kerja
and business cooperation.
sama usaha.
Penjelasan Pasal 14 ayat (2):
Yang dimaksud dengan tata ruang adalah
wujud struktur ruang dan pola ruang
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
tentang Penataan Ruang.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan (3) Ancillary provisions concerning regulation of
perizinan, tata ruang, dan zonasi sebagaimana
licensing, spatial planning, and zoning shall
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan atau
be governed by or under Regulation of the
berdasarkan Peraturan Presiden.
President.
17
Pasal 15
Article 15
(1) Gudang sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) A Warehouse as intended by Article 12
12 ayat (1) huruf d merupakan salah satu
section (1) point (d) shall be one of the Trade
sarana Perdagangan untuk mendorong
facilities to enhance the smooth flow of
kelancaran
Distribusi
Barang
yang
Distribution of Goods traded domestically and
diperdagangkan di dalam negeri dan ke luar
abroad.
negeri.
(2) Gudang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) A Warehouse as intended by section (1) must
be registered by a Warehouseman within the
wajib didaftarkan oleh setiap pemilik Gudang
classification of Warehouse by size and
sesuai dengan penggolongan Gudang menurut
storage capacity.
luas dan kapasitas penyimpanannya.
(3) Setiap pemilik Gudang yang tidak melakukan (3) A Warehouseman failing to conduct
Warehouse registration as intended by section
pendaftaran Gudang sebagaimana dimaksud
(2) shall be imposed an administrative
pada ayat (2) dikenai sanksi administratif
sanction of closing of a Warehouse for a
berupa penutupan Gudang untuk jangka
definite period and/or a fine of at most
waktu tertentu dan/atau denda paling banyak
Rp2,000,000,000 (two billion rupiah).
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
(4) Ketentuan mengenai tata cara pendaftaran (4) The provisions concerning procedures for
Gudang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Warehouse registration as intended by section
diatur dalam Peraturan Menteri.
(2) shall be governed by Regulation of the
Minister.
(5) Ketentuan mengenai pengenaan sanksi (5) The provisions concerning imposition of
administratif sebagaimana dimaksud pada
administrative sanctions as intended by
ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan
section (3) shall be governed by or under
Peraturan Pemerintah.
Regulation of the Government.
Pasal 16
Article 16
(1) Di luar ketentuan Gudang sebagaimana (1) In addition to the provisions concerning
Warehouses as intended by Article 15, the
dimaksud dalam Pasal 15, Pemerintah
Government
and/or
the
Regional
dan/atau
Pemerintah
Daerah
dapat
Governments may provide Warehouses
menyediakan Gudang yang diperlukan untuk
needed to ensure the availability of public
menjamin ketersediaan Barang kebutuhan
basic Goods.
pokok rakyat.
(2) Gudang yang disediakan Pemerintah dan/atau (2) Warehouses provided by the Government
and/or the Regional Governments as intended
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud
by section (1) shall be exclusive and the
pada ayat (1) bersifat tertutup dan jumlah
quantity of public basic Goods stored shall be
Barang kebutuhan pokok rakyat yang
categorized as data used to a limited extent.
disimpan dikategorikan sebagai data yang
digunakan secara terbatas.
Pasal 17
Article 17
(1) Setiap pemilik, pengelola, atau penyewa (1) Any Warehouseman, Warehouse operator, or
Warehouse tenant engaged in storing Goods
Gudang yang melakukan penyimpanan
for trading must administratively record at
Barang yang ditujukan untuk diperdagangkan
least the quantity of Goods stored and the
harus
menyelenggarakan
pencatatan
quantity of Goods entering and leaving the
administrasi paling sedikit berupa jumlah
Warehouse.
Barang yang disimpan dan jumlah Barang
yang masuk dan yang keluar dari Gudang.
18
(2) Setiap pemilik, pengelola, atau penyewa (2) Any Warehouseman, Warehouse operator, or
Warehouse tenant failing to administratively
Gudang yang tidak menyelenggarakan
record as intended by section (1) shall be
pencatatan
administrasi
sebagaimana
imposed an administrative sanction of
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi
revocation of the Trade licensing.
administratif berupa pencabutan perizinan di
bidang Perdagangan.
provisions
concerning
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan (3) Ancillary
administrative recording of Goods as intended
administrasi Barang sebagaimana dimaksud
by section (1) shall be governed by
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
Regulation of the Minister.
Pasal 18
Article 18
(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah (1) The Government and/or the Regional
Governments shall organize, direct, and
melakukan penataan, pembinaan, dan
develop auction Markets as intended by
pengembangan
terhadap Pasar
lelang
Article 12 section (1) point (f).
komoditas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (1) huruf f.
(2) Ketentuan mengenai penataan, pembinaan, (2) The provisions concerning organization,
dan pengembangan Pasar lelang komoditas
guidance, and development of auction
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
Markets as intended by section (1) shall be
dengan atau berdasarkan Peraturan Presiden.
governed by or under Regulation of the
President.
Pasal 19
Article 19
(1) Pemerintah
melakukan
pengaturan, (1) The Government shall regulate, direct,
supervise, and develop futures trading as
pembinaan, pengawasan, dan pengembangan
intended by Article 12 section (1) point (g).
Pasar berjangka komoditi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf g.
(2) Ketentuan
mengenai Pasar
berjangka (2) The provisions concerning futures trading as
intended by section (1) shall be governed by
komoditi sebagaimana dimaksud pada ayat
the laws and regulations concerning futures
(1) diatur berdasarkan peraturan perundangtrading.
undangan di bidang perdagangan berjangka
komoditi.
Bagian Keempat
Part Four
Perdagangan Jasa
Trade in Services
Pasal 20
Article 20
(1) Penyedia Jasa yang bergerak di bidang (1) A Service provider engaged in the field of
Trade in Services must be supported by
Perdagangan Jasa wajib didukung tenaga
competent technical personnel under the laws
teknis yang kompeten sesuai dengan
and regulations.
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penjelasan Pasal 20 ayat (1):
Yang dimaksud dengan tenaga teknis yang
kompeten
adalah
tenaga
teknis
yang
melaksanakan Jasa tertentu diwajibkan memiliki
sertifikat sesuai dengan keahliannya berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Service
provider
lacking
competent
19
a.
peringatan tertulis;
a.
a written warning;
b.
b.
c.
c.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban (3) Ancillary provisions concerning obligations
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
as intended by section (1) and imposition of a
pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud
sanction as intended by section (2) shall be
pada ayat (2) diatur dengan atau berdasarkan
governed by or under Regulation of the
Peraturan Pemerintah.
Government.
Pasal 21
Article 21
Bagian Kelima
Part Five
Pasal 22
Article 22
(1) Dalam rangka pengembangan, pemberdayaan, (1) To develop, empower, and consolidate
Domestic Trade, the Government, the
dan penguatan Perdagangan Dalam Negeri,
Regional
Governments,
and/or
the
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
stakeholders shall individually or collectively
pemangku kepentingan lainnya secara sendiriseek increase in the use of Domestic Products.
sendiri atau bersama-sama mengupayakan
peningkatan penggunaan Produk Dalam
Negeri.
(2) Peningkatan penggunaan Produk Dalam (2) Increase in the use of Domestic Products as
intended by section (1) shall be made by
Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
giving
preference
for
promotions,
dilakukan keberpihakan melalui promosi,
socialization, or marketing of and performing
sosialisasi, atau pemasaran dan menerapkan
an obligation of use of Domestic Products
kewajiban menggunakan Produk Dalam
under the laws and regulations.
Negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai peningkatan (3) Ancillary provisions concerning increase in
the use of Domestic Products shall be
penggunaan Produk Dalam Negeri diatur
governed by Regulation of the Minister.
dengan Peraturan Menteri.
Bagian Keenam
Part Six
Perdagangan Antarpulau
Interinsular Trade
Pasal 23
Article 23
(1) Pemerintah mengatur kegiatan Perdagangan (1) The Government shall regulate interinsular
antarpulau untuk integrasi Pasar dalam negeri.
Trade for the benefit of integrated domestic
Markets.
20
a.
a.
b.
memperkecil
antardaerah;
harga
b.
c.
c.
d.
mengembangkan pemasaran
unggulan setiap daerah;
produk
d.
e.
prasarana
e.
f.
f.
g.
g.
h.
meniadakan
antarpulau.
h.
kesenjangan
hambatan
Perdagangan
of
superior
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perdagangan (3) Ancillary provisions concerning interinsular
antarpulau diatur dengan Peraturan Menteri.
Trade shall be governed by Regulation of the
Minister.
Bagian Ketujuh
Part Seven
Perizinan
Licensing
Pasal 24
Article 24
(1) Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan usaha (1) A Business Operator to engage in Trade must
hold a Trade license that is issued by the
Perdagangan wajib memiliki perizinan di
Minister.
bidang Perdagangan yang diberikan oleh
Menteri.
Penjelasan Pasal 24 ayat (1):
Perizinan di bidang Perdagangan termasuk izin
usaha, izin khusus, pendaftaran, pengakuan, dan
persetujuan.
(2) Menteri
dapat
melimpahkan
atau (2) The Minister may assign or delegate the
licensing to the Regional Governments or
mendelegasikan pemberian perizinan kepada
specified technical agencies.
Pemerintah Daerah atau instansi teknis
tertentu.
(3) Menteri dapat memberikan pengecualian (3) The Minister may exempt a Business
terhadap kewajiban memiliki perizinan di
Operator from an obligation to hold a Trade
bidang Perdagangan sebagaimana dimaksud
license as intended by section (1).
pada ayat (1).
Penjelasan Pasal 24 ayat (3):
21
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan di (4) Ancillary provisions concerning Trade
bidang Perdagangan sebagaimana pada ayat
licensing as intended by section (1) and
(1) dan pengecualiannya sebagaimana
exemption as intended by section (3) shall be
dimaksud pada ayat (3) diatur dengan
governed by Regulation of the Minister.
Peraturan Menteri.
Bagian Kedelapan
Part Eight
Pasal 25
Article 25
(1) Pemerintah
dan
Pemerintah
Daerah (1) The Government and the Regional
Governments shall control the availability of
mengendalikan
ketersediaan
Barang
basic Goods and/or essential Goods
kebutuhan pokok dan/atau Barang penting di
throughout the territory of the Unitary State of
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
the Republic of Indonesia in adequate
Indonesia dalam jumlah yang memadai, mutu
quantities, of good quality, and at affordable
yang baik, dan harga yang terjangkau.
prices.
Penjelasan Pasal 25 ayat (1):
(2) Pemerintah
dan
Pemerintah
Daerah (2) The Government and the Regional
Governments must foster increase and
berkewajiban mendorong peningkatan dan
protection of domestic production of basic
melindungi produksi Barang kebutuhan
Goods and essential Goods to fulfill the
pokok dan Barang penting dalam negeri untuk
national needs.
memenuhi kebutuhan nasional.
(3) Barang kebutuhan pokok dan Barang penting (3) Basic Goods and essential Goods as intended
by section (1) shall be specified by Regulation
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
of the President.
ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
22
Pasal 26
Article 26
(1) Dalam kondisi tertentu yang dapat (1) The Government must, in case of
circumstances that may affect the national
mengganggu kegiatan Perdagangan nasional,
Trade activities, ensure the supply and stable
Pemerintah berkewajiban menjamin pasokan
prices of basic Goods and essential Goods.
dan stabilisasi harga Barang kebutuhan pokok
dan Barang penting.
(2) Jaminan pasokan dan stabilisasi harga Barang (2) Assurance of supply and stable prices of basic
Goods and essential Goods as intended by
kebutuhan pokok dan Barang penting
section (1) shall be to maintain the affordable
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
prices at the consumer level and protect the
dilakukan untuk menjaga keterjangkauan
income of producers.
harga di tingkat konsumen dan melindungi
pendapatan produsen.
(3) Dalam menjamin pasokan dan stabilisasi (3) To ensure the supply and stable prices of
basic Goods and essential Goods, the Minister
harga Barang kebutuhan pokok dan Barang
shall determine price policy, stock and
penting, Menteri menetapkan kebijakan
logistics management, and Export and Import
harga, pengelolaan stok dan logistik, serta
management.
pengelolaan Ekspor dan Impor.
Penjelasan Pasal 26 ayat (3):
Yang dimaksud dengan penetapan kebijakan
harga adalah pedoman Pemerintah dalam
menetapkan harga di tingkat produsen dan harga
di tingkat konsumen.
Pasal 27
Article 27
Pasal 28
Article 28
Dalam
rangka
melaksanakan
kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26,
Pemerintah mengalokasikan anggaran yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan/atau sumber lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 29
Article 29
(1) Pelaku Usaha dilarang menyimpan Barang (1) A Business Operator is prohibited from
kebutuhan pokok dan/atau Barang penting
storing basic Goods and/or essential Goods in
dalam jumlah dan waktu tertentu pada saat
certain quantities and for a definite period of
terjadi kelangkaan Barang, gejolak harga,
time during Goods shortage, volatile prices,
dan/atau hambatan lalu lintas Perdagangan
and/or prevented flow of Trade in Goods.
23
Barang.
Penjelasan Pasal 29 ayat (1):
Larangan ini dimaksudkan untuk menghindari
adanya penimbunan Barang yang akan
menyulitkan konsumen dalam memperoleh
Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang
penting.
(2) Pelaku Usaha dapat melakukan penyimpanan (2) A Business Operator may store basic Goods
Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang
and/or essential Goods in certain quantities
penting dalam jumlah dan waktu tertentu jika
and for a definite period of time if used as raw
digunakan sebagai bahan baku atau bahan
materials or indirect materials in the
penolong dalam proses produksi atau sebagai
production process or as supplies of Goods
persediaan Barang untuk didistribusikan.
for distribution.
(3) Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai (3) Ancillary provisions concerning storage of
basic Goods and/or essential Goods shall be
penyimpanan Barang kebutuhan pokok
governed by Regulation of the President.
dan/atau Barang penting diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Presiden.
Pasal 30
Article 30
(1) Menteri dapat meminta data dan/atau (1) The Minister may request data and/or
informasi kepada Pelaku Usaha mengenai
information from a Business Operator on the
persediaan Barang kebutuhan pokok dan/atau
supplies of basic Goods and/or essential
Barang penting.
Goods.
(2) Pelaku Usaha dilarang melakukan manipulasi (2) A Business Operator is prohibited from
manipulating data and/or information on the
data dan/atau informasi mengenai persediaan
supplies of basic Goods and/or essential
Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang
Goods.
penting.
Pasal 31
Article 31
Pasal 32
Article 32
(1) Produsen
atau
Importir
yang (1) A Producer or Importer trading in Goods
memperdagangkan Barang yang terkait
incidental to security, safety, health, and the
dengan keamanan, keselamatan, kesehatan,
environment must:
dan lingkungan hidup wajib:
a.
mendaftarkan
Barang
yang
diperdagangkan kepada Menteri; dan
Penjelasan Pasal 32 ayat (1) (a):
a.
24
b.
b.
(2) Kewajiban
mendaftarkan
Barang (2) An obligation to register Goods as intended
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
by section (1) shall be fulfilled by a producer
dilakukan oleh produsen atau Importir
or Importer prior to Goods circulating at the
sebelum Barang beredar di Pasar.
Markets.
(3) Kewajiban Pendaftaran Barang sebagaimana (3) An obligation to register Goods as intended
by section (1) point (a) shall exclude Goods
dimaksud pada ayat (1) huruf a dikecualikan
subject to registration under the laws and
terhadap
Barang
yang
telah
diatur
regulations.
pendaftarannya
berdasarkan
ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Kriteria atas keamanan, keselamatan, (4) The criteria for security, safety, health, and
the environment as intended by section (1)
kesehatan, dan lingkungan hidup sebagaimana
may be determined under SNI or other
dimaksud pada ayat (1) dapat ditetapkan
Standards accepted but not mandatorily
berdasarkan SNI atau Standar lain yang
applicable.
diakui yang belum diberlakukan secara wajib.
Penjelasan Pasal 32 ayat (4):
Standar lain yang diakui antara lain Standar atau
spesifikasi
teknis
selain
SNI,
sebagian
persyaratan
SNI,
Standar
International
Organization for Standardization (ISO) atau
International Electrotechnical Commision (IEC),
dan Standar/pedoman internasional terkait
keamanan pangan yang diterbitkan oleh CODEX
Alimentarius.
(5) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (5) Goods as intended by section (1) shall be
ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
specified by Regulation of the President.
(6) Dalam hal Barang sebagaimana dimaksud (6) Where Goods as intended by section (5) are
subject to mandatory SNI, such Goods must
pada ayat (5) telah diberlakukan SNI secara
comply with the provisions of mandatory
wajib, Barang dimaksud harus memenuhi
SNI.
ketentuan pemberlakuan SNI secara wajib.
Pasal 33
Article 33
(1) Produsen atau Importir yang tidak memenuhi (1) A Producer or Importer failing to fulfill the
provisions for registration of Goods as
ketentuan pendaftaran Barang sebagaimana
intended by Article 32 section (1) must cease
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) wajib
the Trade in Goods and recall the Goods
menghentikan kegiatan Perdagangan Barang
from:
dan menarik Barang dari:
a.
distributor;
a.
distributors;
b.
agen;
b.
agents;
25
c.
grosir;
c.
grocers;
d.
pengecer; dan/atau
d.
retailers; and/or
e.
konsumen.
e.
consumers.
(2) Perintah penghentian kegiatan Perdagangan (2) An instruction to cease Trade activities and
dan penarikan dari Distribusi terhadap Barang
recall Goods from the Distribution as
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
intended by section (1) shall be issued by the
dilakukan oleh Menteri.
Minister.
(3) Produsen atau Importir yang tidak memenuhi (3) A Producer or Importer failing to fulfill the
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
provisions as intended by section (1) shall be
(1) dikenai sanksi administratif berupa
imposed an administrative sanction of
pencabutan izin usaha.
revocation of the business license.
Pasal 34
Article 34
Bagian Kesembilan
Part Nine
Pasal 35
Article 35
(1) Pemerintah menetapkan larangan atau (1) The Government shall issue prohibition or
restriction of Trade in Goods and/or Services
pembatasan Perdagangan Barang dan/atau
in the national interest for the following
Jasa untuk kepentingan nasional dengan
reasons:
alasan:
a.
a.
b.
b.
c.
melindungi
masyarakat;
budaya
c.
d.
d.
e.
e.
f.
f.
g.
melaksanakan peraturan
undangan; dan/atau
perundang-
g.
h.
h.
moral
dan
26
(2) Barang dan/atau Jasa yang dilarang atau (2) Goods and/or Services subject to Trade
dibatasi
Perdagangannya
sebagaimana
prohibition or restriction as intended by
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
section (1) shall be specified by Regulation of
Peraturan Presiden.
the President.
Pasal 36
Article 36
Pasal 37
Article 37
(1) Setiap Pelaku Usaha wajib memenuhi (1) Any Business Operator must comply with the
ketentuan penetapan Barang dan/atau Jasa
provisions concerning Goods and/or Services
yang ditetapkan sebagai Barang dan/atau Jasa
that are confirmed as Goods and/or Services
yang dibatasi Perdagangannya sebagaimana
subject to Trade restriction as intended by
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2).
Article 35 section (2).
(2) Setiap Pelaku Usaha yang melanggar (2) Any Business Operator in violation of the
provisions concerning Goods and/or Services
ketentuan penetapan Barang dan/atau Jasa
that are confirmed as Goods and/or Services
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
as intended by section (1) shall be imposed an
sanksi administratif berupa pencabutan
administrative sanction of revocation of the
perizinan di bidang Perdagangan.
Trade licensing.
BAB V
CHAPTER V
FOREIGN TRADE
Bagian Kesatu
Part One
Umum
General
Pasal 38
Article 38
(1) Pemerintah mengatur kegiatan Perdagangan (1) The government shall regulate Foreign Trade
through policies and controls of Export and
Luar Negeri melalui kebijakan dan
Import.
pengendalian di bidang Ekspor dan Impor.
(2) Kebijakan dan pengendalian Perdagangan (2) Policies and controls of Foreign Trade as
intended by section (1) shall be directed
Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat
towards:
(1) diarahkan untuk:
a.
a.
b.
b.
c.
c.
(3) Kebijakan Perdagangan Luar Negeri paling (3) Foreign Trade Policy shall include at least:
sedikit meliputi:
a.
a.
b.
b.
c.
penguatan kelembagaan
Perdagangan Luar Negeri;
sektor
c.
consolidation
institutions;
d.
d.
e.
pelindungan
dan
pengamanan
kepentingan nasional dari dampak negatif
Perdagangan Luar Negeri.
e.
(4) Pengendalian
meliputi:
Perdagangan
di
Luar
of
Foreign
Trade
a.
perizinan;
a.
licensing;
b.
Standar; dan
b.
Standards; and
c.
c.
Pasal 39
Article 39
Perdagangan Jasa yang melampaui batas wilayah Cross-border Trade in Services shall be made by:
negara dilakukan dengan cara:
a.
a.
b.
b.
consumption abroad;
Elucidation of Article 39 (b):
Consumption abroad means the supply of
Services in the territory of one country to serve a
consumer in another country, such as overseas
lecture or overseas hospital treatment.
c.
cross-border supply;
c.
commercial presence; or
Elucidation of Article 39 (c):
Commercial presence means the supply of
Services by a Service supplier of one country by
establishing a commercial presence in the
territory of any other country, such as a foreign
bank that opens a branch in Indonesia or a
foreign hotel in joint venture with an Indonesian
Business Operator to open a hotel in Indonesia.
28
d.
perpindahan manusia.
d.
Pasal 40
Article 40
(1) Dalam rangka meningkatkan nilai tambah (1) To increase added-value of the national
economics, the Government may regulate
bagi perekonomian nasional, Pemerintah
methods of payment and methods of delivery
dapat mengatur cara pembayaran dan cara
of Export and Import Goods.
penyerahan Barang dalam kegiatan Ekspor
dan Impor.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai cara (2) Ancillary provisions concerning methods of
payment and methods of delivery shall be
pembayaran dan cara penyerahan diatur
governed by Regulation of the Government.
dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 41
Article 41
(1) Menteri dapat menunda Impor atau Ekspor (1) The Minister may postpone Import or Export
jika terjadi keadaan kahar.
in case of events of force majeure.
Penjelasan Pasal 41 ayat (1):
(2) Presiden
menetapkan
keadaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
wars,
civil
Bagian Kedua
Part Two
Ekspor
Export
Pasal 42
Article 42
(1) Ekspor Barang dilakukan oleh Pelaku Usaha (1) Export of Goods shall be conducted by a
Business Operator that is registered and
yang telah terdaftar dan ditetapkan sebagai
confirmed as an Exporter, unless otherwise
Eksportir, kecuali ditentukan lain oleh
provided by the Minister.
Menteri.
Penjelasan Pasal 42 ayat (1):
Eksportir yang dikecualikan dari kewajiban untuk
mendapatkan penetapan sebagai Eksportir antara
lain perwakilan negara asing, instansi pemerintah
untuk tujuan kemanusiaan, Barang contoh untuk
pameran atau pemasaran, dan Barang untuk
kepentingan penelitian.
Pasal 43
Article 43
(1) Eksportir bertanggung jawab sepenuhnya (1) An Exporter shall be fully responsible for the
terhadap Barang yang diekspor.
exported Goods.
Penjelasan Pasal 43 ayat (1):
Dalam
praktik
dimungkinkan
Eksportir
melakukan Ekspor melalui agen perantara atau
melibatkan pihak lain dalam mengekspor Barang,
tetapi tanggung jawab terhadap Barang yang
diekspor tetap berada pada Pelaku Usaha yang
telah ditetapkan sebagai Eksportir oleh Menteri.
(2) Eksportir yang tidak bertanggung jawab (2) An Exporter failing to be responsible for
exported Goods as intended by section (1)
terhadap Barang yang diekspor sebagaimana
shall be imposed an administrative sanction of
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi
revocation of the Trade licensing, approval,
administratif berupa pencabutan perizinan,
certification, and/or confirmation.
persetujuan, pengakuan, dan/atau penetapan
di bidang Perdagangan.
Penjelasan Pasal 43 ayat (2):
Yang dimaksud dengan Eksportir yang tidak
bertanggung jawab terhadap Barang yang
diekspor adalah Eksportir yang mengekspor
Barang yang tidak sesuai dengan kontrak.
provisions
concerning
the
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara (3) Ancillary
procedures for imposition of administrative
pengenaan sanksi administratif sebagaimana
sanctions as intended by section (2) shall be
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
governed by Regulation of the Minister.
Peraturan Menteri.
Pasal 44
Article 44
Eksportir
yang
melakukan
tindakan
penyalahgunaan atas penetapan sebagai Eksportir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1)
dikenai sanksi administratif berupa pembatalan
penetapan sebagai Eksportir.
Bagian Ketiga
Part Three
Impor
Import
Pasal 45
Article 45
(1) Impor Barang hanya dapat dilakukan oleh (1) Import of Goods may be conducted by an
Importer holding an identification number as
Importir yang memiliki pengenal sebagai
Importer upon confirmation by the Minister.
Importir berdasarkan penetapan Menteri.
(2) Dalam hal tertentu, Impor Barang dapat (2) In the circumstances, Import of Goods may be
dilakukan oleh Importir yang tidak memiliki
conducted by an Importer holding no
30
(3) Ketentuan mengenai pengenal sebagai (3) Provisions concerning identification numbers
as Importers as intended by section (1) shall
Importir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
be governed by Regulation of the Minister.
diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 46
(1) Importir bertanggung jawab
terhadap Barang yang diimpor.
Article 46
sepenuhnya (1) An Importer shall be fully responsible for
imported Goods.
(2) Importir yang tidak bertanggung jawab atas (2) An Importer failing to be responsible for
Barang yang diimpor sebagaimana dimaksud
exported Goods as intended by section (1)
pada ayat (1) dikenai sanksi administratif
shall be imposed an administrative sanction of
berupa pencabutan perizinan, persetujuan,
revocation of the Trade licensing, approval,
certification, and/or confirmation.
pengakuan, dan/atau penetapan di bidang
Perdagangan.
provisions
concerning
the
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara (3) Ancillary
procedures for imposition of administrative
pengenaan sanksi administratif sebagaimana
sanctions as intended by section (2) shall be
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
governed by Regulation of the Minister.
Peraturan Menteri.
Pasal 47
Article 47
(1) Setiap Importir wajib mengimpor Barang (1) Any Importer must import new Goods.
dalam keadaan baru.
(2) Dalam hal tertentu Menteri dapat menetapkan (2) In the circumstances, the Minister may
Barang yang diimpor dalam keadaan tidak
confirm non-new imported Goods.
baru.
Penjelasan Pasal 47 ayat (2):
Yang dimaksud dengan "dalam hal tertentu"
adalah dalam hal barang yang dibutuhkan oleh
Pelaku Usaha berupa Barang modal bukan baru
yang belum dapat dipenuhi dari sumber dalam
(3) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) A request for confirmation as intended by
(2) disampaikan kepada menteri yang
section (2) shall be submitted to the minister
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
administering the governmental affairs in the
bidang keuangan.
field of finance.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan (4) Ancillary provisions concerning confirmation
of non-new imported Goods as intended by
Barang yang diimpor dalam keadaan tidak
section (2) shall be governed by Regulation of
baru sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
the Minister.
diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 48
Article 48
Bagian Keempat
Part Four
Pasal 49
Article 49
(1) Untuk kegiatan Ekspor dan Impor, Menteri (1) In the conduct of Export and Import, the
Minister shall require an Exporter and
mewajibkan Eksportir dan Importir untuk
Importer to hold licensing that may be in the
memiliki perizinan yang dapat berupa
form of approval, registration, confirmation,
persetujuan, pendaftaran, penetapan, dan/atau
and/or certification.
pengakuan.
(2) Menteri mewajibkan Eksportir dan Importir (2) The Minister shall require an Exporter and
untuk memiliki perizinan sebagaimana
Importer to hold licensing as intended by
dimaksud pada ayat (1) dalam melakukan
section (1) in the conduct of temporary Export
Ekspor sementara dan Impor sementara.
and temporary Import.
(3) Menteri
dapat
melimpahkan
atau (3) The Minister may assign or delegate the
licensing as intended by section (1) to the
mendelegasikan
pemberian
perizinan
Regional Governments or specified technical
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
agencies.
Pemerintah Daerah atau instansi teknis
tertentu.
(4) Dalam rangka peningkatan daya saing (4) To enhance the national competitiveness, the
Minister may recommend import duty relief
nasional
Menteri
dapat
mengusulkan
or surcharge on Temporary Import Goods.
keringanan atau penambahan pembebanan
32
Part Five
Pasal 50
Article 50
(1) Semua Barang dapat diekspor atau diimpor, (1) Any Goods may be exported or imported,
kecuali yang dilarang, dibatasi, atau
unless those prohibited, restricted, or
ditentukan lain oleh undang-undang.
otherwise provided by law.
(2) Pemerintah melarang Impor atau Ekspor (2) The Government shall prohibit Import or
Barang untuk kepentingan nasional dengan
Export of Goods in the national interest for
alasan:
the following reasons:
a.
a.
b.
untuk
melindungi
intelektual; dan/atau
b.
c.
untuk
melindungi
kesehatan
keselamatan manusia, hewan,
tumbuhan, dan lingkungan hidup.
c.
Pasal 51
hak
kekayaan
dan
ikan,
Article 51
(1) Eksportir dilarang mengekspor Barang yang (1) An Exporter is prohibited from exporting
ditetapkan sebagai Barang yang dilarang
Goods that are confirmed as Goods subject to
untuk diekspor.
export prohibition.
(2) Importir dilarang mengimpor Barang yang (2) An Importer is prohibited from importing
Goods that are confirmed as Goods subject to
ditetapkan sebagai Barang yang dilarang
import prohibition.
untuk diimpor.
(3) Barang yang dilarang sebagaimana dimaksud (3) Prohibited Goods as intended by section (1)
and section (2) shall be specified by
pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan
Regulation of the Minister.
Peraturan Menteri.
Pasal 52
Article 52
(1) Eksportir dilarang mengekspor Barang yang (1) An Exporter is prohibited from exporting
Goods other than in accordance with the
tidak sesuai dengan ketentuan pembatasan
provisions concerning restriction of exported
Barang untuk diekspor.
Goods.
(2) Importir dilarang mengimpor Barang yang (2) An Importer is prohibited from importing
tidak sesuai dengan ketentuan pembatasan
Goods other than in accordance with the
Barang untuk diimpor.
provisions concerning restriction of imported
Goods.
(3) Barang yang dibatasi sebagaimana dimaksud (3) Restricted Goods as intended by section (1)
and section (2) shall be specified by
pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan
Regulation of the Minister.
Peraturan Menteri.
33
(4) Setiap Eksportir yang mengekspor Barang (4) Any Exporter exporting Goods other than in
accordance with the provisions concerning
yang tidak sesuai dengan ketentuan
restriction of exported Goods as intended by
pembatasan
Barang
untuk
diekspor
section (3) shall be imposed an administrative
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenai
sanction and/or other sanctions provided by
sanksi administratif dan/atau sanksi lainnya
laws and regulations.
yang diatur dalam peraturan perundangundangan.
(5) Setiap Importir yang mengimpor Barang yang (5) Any Importer importing Goods other than in
accordance with the provisions concerning
tidak sesuai dengan ketentuan pembatasan
restriction of imported Goods as intended by
Barang untuk diimpor sebagaimana dimaksud
section (3) shall be imposed an administrative
pada ayat (3) dikenai sanksi administratif
sanction and/or other sanctions provided by
dan/atau sanksi lainnya yang diatur dalam
laws and regulations.
peraturan perundang-undangan.
(6) Ketentuan mengenai pengenaan sanksi (6) Provisions concerning imposition of an
administrative sanction as intended by section
administratif sebagaimana dimaksud pada
(4) and section (5) shall be governed by
ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan Peraturan
Regulation of the Minister.
Menteri.
Pasal 53
Article 53
(1) Eksportir yang dikenai sanksi administratif (1) An Exporter imposed an administrative
sanction as intended by Article 52 section (4)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat
shall have his/her export Goods possessed by
(4) terhadap Barang ekspornya dikuasai oleh
the state under the laws and regulations.
negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Importir yang dikenai sanksi administratif (2) An Importer imposed an administrative
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat
sanction as intended by Article 52 section (5)
(5) terhadap Barang impornya wajib diekspor
must have his/her imported Goods rekembali, dimusnahkan oleh Importir, atau
exported, destroyed by the Importer, or
ditentukan lain oleh Menteri.
otherwise determined by the Minister.
Penjelasan Pasal 53 ayat (2):
Pasal 54
Article 54
(1) Pemerintah dapat membatasi Ekspor dan (1) The Government may restrict Export and
Import of Goods in the national interest for
Impor Barang untuk kepentingan nasional
the following reasons:
dengan alasan:
a.
a.
b.
untuk
melindungi
kesehatan
keselamatan manusia, hewan,
tumbuhan, dan lingkungan hidup.
b.
dan
ikan,
(2) Pemerintah dapat membatasi Ekspor Barang (2) The Government may restrict Export of
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
Goods as intended by (1) for the following
34
alasan:
reasons:
a.
a.
b.
b.
c.
melindungi
alam;
daya
c.
to protect
resources;
d.
d.
e.
e.
f.
f.
kelestarian
sumber
komoditas
the
sustainable
natural
(3) Pemerintah dapat membatasi Impor Barang (3) The Government shall restrict Import of
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
Goods as intended by section (1) for the
alasan:
following reasons:
a.
a.
b.
b.
BAB VI
CHAPTER VI
PERDAGANGAN PERBATASAN
BORDER TRADE
Pasal 55
Article 55
(1) Setiap warga negara Indonesia yang (1) Any Indonesia citizen residing in the territory
bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan
of the Unitary State of the Republic of
Republik Indonesia yang berbatasan langsung
Indonesia directly contiguous to other states
dengan negara lain dapat melakukan
may conduct Border Trade with the residents
Perdagangan Perbatasan dengan penduduk
of another state residing at the border areas.
negara lain yang bertempat tinggal di wilayah
perbatasan.
(2) Perdagangan
Perbatasan
sebagaimana (2) Border Trade as intended by section (1) may
be conducted only at the land and sea border
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
areas as determined by Regulation of the
dilakukan di wilayah perbatasan darat dan
Government.
perbatasan laut yang ditetapkan dalam
Peraturan Pemerintah.
(3) Perdagangan
Perbatasan
sebagaimana (3) Border Trade as intended by section (2) shall
be conducted under a bilateral agreement
dimaksud
pada
ayat
(2)
dilakukan
under the laws and regulations.
berdasarkan perjanjian bilateral sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
35
Pasal 56
Article 56
(1) Perjanjian bilateral sebagaimana dimaksud (1) A bilateral agreement as intended by Article
dalam Pasal 55 ayat (3) paling sedikit
55 section (3) shall include at least:
memuat:
a.
a.
b.
b.
c.
c.
d.
d.
e.
e.
(2) Pemerintah melakukan pengawasan dan (2) The Government shall supervise and control
customs and excise, immigration, and
pelayanan kepabeanan dan cukai, imigrasi,
quarantines at the exit cross-border posts or at
serta karantina di pos lintas batas keluar atau
the entry cross-border posts or at certain
di pos lintas batas masuk dan di tempat atau
points or areas under the laws and regulations.
di wilayah tertentu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Menteri
melakukan
koordinasi
dan (3) The Minister shall coordinate and synchronize
with the relevant ministers prior to entering
sinkronisasi dengan menteri terkait sebelum
into a Border Trade agreement as intended by
melakukan
perjanjian
Perdagangan
Article 55 section (3).
Perbatasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 55 ayat (3).
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perdagangan (4) Ancillary provisions concerning Border Trade
shall be governed by or under Regulation of
Perbatasan diatur dengan atau berdasarkan
the Government.
Peraturan Pemerintah.
BAB VII
CHAPTER VII
STANDARDISASI
STANDARDIZATION
Bagian Kesatu
Part One
Standardisasi Barang
Standardization of Goods
Pasal 57
Article 57
(1) Barang yang diperdagangkan di dalam negeri (1) Goods traded domestically must comply with:
harus memenuhi:
a.
a.
mandatorily-applicable SNI; or
b.
persyaratan
teknis
yang
diberlakukan secara wajib.
b.
the mandatorily-applicable
requirements.
telah
technical
(2) Pelaku Usaha dilarang memperdagangkan (2) A Business Operator is prohibited from
trading Goods domestically not in compliance
Barang di dalam negeri yang tidak memenuhi
with mandatorily-applicable SNI or the
SNI yang telah diberlakukan secara wajib
36
atau
persyaratan
teknis
diberlakukan secara wajib.
yang
telah
mandatorily-applicable
requirements.
technical
(3) Pemberlakuan SNI atau persyaratan teknis (3) SNI or the technical requirements as intended
by section (1) shall be confirmed as
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
applicable by the Minister or the minister with
ditetapkan oleh Menteri atau menteri sesuai
the competent duties and responsibilities.
dengan urusan pemerintahan yang menjadi
tugas dan tanggung jawabnya.
(4) Pemberlakuan SNI atau persyaratan teknis (4) SNI or the technical requirements as intended
by section (3) shall be made applicable in
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
consideration of the following aspects:
dilakukan dengan mempertimbangkan aspek:
a.
a.
security, safety,
environment;
health,
and
b.
dan
b.
c.
c.
d.
d.
of
the
the
(5) Barang yang telah diberlakukan SNI atau (5) Goods to which SNI or the technical
requirements are mandatorily applicable as
persyaratan teknis secara wajib sebagaimana
intended by section (1) must be affixed with
dimaksud pada ayat (1) wajib dibubuhi tanda
an SNI mark or a conformity mark or
SNI atau tanda kesesuaian atau dilengkapi
documented with a certificate of conformity
sertifikat kesesuaian yang diakui oleh
certified by the Government.
Pemerintah.
(6) Barang yang diperdagangkan dan belum (6) Goods traded and to which SNI is not yet
mandatorily applicable may be affixed with
diberlakukan SNI secara wajib dapat dibubuhi
an SNI mark or a conformity mark to the
tanda SNI atau tanda kesesuaian sepanjang
extent that they are documented with a
telah dibuktikan dengan sertifikat produk
product certificate with an SNI mark or a
penggunaan tanda SNI atau sertifikat
certificate of conformity.
kesesuaian.
(7) Pelaku Usaha yang memperdagangkan (7) A Business Operator trading Goods to which
SNI or the technical requirements are
Barang yang telah diberlakukan SNI atau
mandatorily applicable but failing to affix an
persyaratan teknis secara wajib, tetapi tidak
SNI mark or a conformity mark, or failing to
membubuhi tanda SNI, tanda kesesuaian, atau
have a certificate of conformity documented
tidak melengkapi sertifikat kesesuaian
as intended by section (5) shall be imposed an
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dikenai
administrative sanction of recall of Goods
sanksi administratif berupa penarikan Barang
from Distribution.
dari Distribusi.
Pasal 58
Article 58
(1) Tanda SNI, tanda kesesuaian, atau sertifikat (1) An SNI mark, a conformity mark, or a
certificate of conformity as intended by
kesesuaian sebagaimana dimaksud dalam
Article 57 section (5) shall be issued by a
Pasal 57 ayat (5) diterbitkan oleh lembaga
penilaian kesesuaian yang terakreditasi oleh
conformity assessment body that is accredited
lembaga akreditasi sesuai dengan ketentuan
by an accreditation institution under the laws
peraturan perundang-undangan.
and regulations.
(2) Dalam hal lembaga penilaian kesesuaian (2) Where no conformity assessment bodies as
37
(3) Lembaga penilaian kesesuaian sebagaimana (3) A conformity assessment body as intended by
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus
section (1) and section (2) must be registered
terdaftar di lembaga yang ditetapkan oleh
with such an institution as the Minister may
Menteri.
determine.
Pasal 59
Article 59
Standar atau penilaian kesesuaian yang ditetapkan Standards or conformity assessment adopted by
oleh negara lain diakui oleh Pemerintah other states shall be certified by the Government
berdasarkan
perjanjian
saling
pengakuan under a bilateral mutual certification agreement.
antarnegara.
Bagian Kedua
Part Two
Standardisasi Jasa
Standardization of Services
Pasal 60
Article 60
(1) Penyedia Jasa dilarang memperdagangkan (1) A Service Provider is prohibited from trading
Jasa di dalam negeri yang tidak memenuhi
Services domestically not in compliance with
SNI, persyaratan teknis, atau kualifikasi yang
mandatorily-applicable
SNI,
technical
telah diberlakukan secara wajib.
requirements, or qualifications.
(2) Pemberlakuan SNI, persyaratan teknis, atau (2) SNI, the technical requirements, or the
qualifications as intended by section (1) shall
kualifikasi
secara
wajib
sebagaimana
be confirmed as applicable by the Minister or
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
the minister with the competent duties and
Menteri atau menteri sesuai dengan urusan
responsibilities.
pemerintahan yang menjadi tugas dan
tanggung jawabnya.
(3) Pemberlakuan SNI, persyaratan teknis, atau (3) SNI, the technical requirements, or the
qualifications as intended by section (2) shall
kualifikasi
secara
wajib
sebagaimana
be made applicable in consideration of the
dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan
following aspects:
mempertimbangkan aspek:
a.
a.
security, safety,
environment;
b.
dan
b.
c.
c.
d.
d.
e.
e.
tradisi
to
which
health,
SNI,
the
and
of
the
the
technical
38
(5) Jasa yang diperdagangkan dan memenuhi (5) Services traded and in compliance with SNI,
the
technical
requirements,
or
the
SNI, persyaratan teknis, atau kualifikasi yang
qualifications not mandatorily applicable may
belum diberlakukan secara wajib dapat
use a certificate of conformity under the laws
menggunakan sertifikat kesesuaian sesuai
and regulations.
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(6) Penyedia Jasa yang memperdagangkan Jasa (6) A Service Provider trading Services to which
SNI, the technical requirements, or the
yang telah diberlakukan SNI, persyaratan
qualifications are mandatorily applicable but
teknis, atau kualifikasi secara wajib, tetapi
failing to have a certificate of conformity
tidak
dilengkapi sertifikat kesesuaian
documented as intended by section (4) shall
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikenai
be imposed an administrative sanction of
sanksi administratif berupa penghentian
cessation of business activities.
kegiatan usaha.
Pasal 61
Article 61
(1) Tanda SNI, tanda kesesuaian, atau sertifikat (1) An SNI mark, a conformity mark, or a
certificate of conformity as intended by
kesesuaian sebagaimana dimaksud dalam
Article 60 section (4) shall be issued by a
Pasal 60 ayat (4) diterbitkan oleh lembaga
penilaian kesesuaian yang terakreditasi oleh
conformity assessment body that is accredited
lembaga akreditasi sesuai dengan ketentuan
by an accreditation institution under the laws
peraturan perundang-undangan.
and regulations.
(2) Dalam hal lembaga penilaian kesesuaian (2) Where no conformity assessment bodies as
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum
intended by section (1) are accredited, the
ada yang terakreditasi, Menteri atau menteri
Minister or the minister with the competent
sesuai dengan urusan pemerintahan yang
duties and responsibilities may appoint a
menjadi tugas dan tanggung jawabnya dapat
conformity assessment body subject to certain
menunjuk lembaga penilaian kesesuaian
conditions and for a definite term.
dengan persyaratan dan dalam jangka waktu
tertentu.
(3) Lembaga penilaian kesesuaian sebagaimana (3) A conformity assessment body as intended by
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus
section (1) and section (2) must be registered
terdaftar di lembaga yang ditetapkan oleh
with such an institution as the Minister may
Menteri.
determine.
Pasal 62
Article 62
Standards,
technical
requirements,
or
qualifications adopted by other states shall be
certified by the Government under a bilateral
mutual certification agreement.
Pasal 63
Article 63
39
Pasal 64
Article 64
BAB VIII
CHAPTER VIII
ELECTRONIC TRADE
Pasal 65
Article 65
(1) Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan (1) Any Business Operator trading Goods and/or
Barang dan/atau Jasa dengan menggunakan
Services through an electronic system must
sistem elektronik wajib menyediakan data
make available complete and true data and/or
dan/atau informasi secara lengkap dan benar.
information.
(2) Setiap
Pelaku
Usaha
dilarang (2) Any Business Operator is prohibited from
trading Goods and/or Services through an
memperdagangkan Barang dan/atau Jasa
electronic system other than in accordance
dengan menggunakan sistem elektronik yang
with data and/or information as intended by
tidak sesuai dengan data dan/atau informasi
section (1).
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Penggunaan sistem elektronik sebagaimana (3) The use of electronic system as intended by
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi
section (1) must comply with the provisions
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
of Law concerning Electronic Information
Informasi dan Transaksi Elektronik.
and Transaction.
(4) Data dan/atau informasi sebagaimana (4) Data and/or information as intended by
section (1) shall include at least:
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a.
a.
b.
persyaratan
ditawarkan;
yang
b.
c.
c.
the
technical
requirements
qualifications of Services offered;
d.
d.
e.
e.
teknis
Barang
or
(5) Dalam hal terjadi sengketa terkait dengan (5) In case of a dispute arising out of a trade
transaction through an electronic system, an
transaksi dagang melalui sistem elektronik,
individual or entity engaged in a dispute may
orang atau badan usaha yang mengalami
resolve such dispute in court or through other
sengketa dapat menyelesaikan sengketa
dispute resolution mechanisms.
tersebut melalui pengadilan atau melalui
mekanisme penyelesaian sengketa lainnya.
Penjelasan Pasal 65 ayat (5):
40
(6) Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan (6) Any Business Operator trading Goods and/or
Services through an electronic system and
Barang dan/atau Jasa dengan menggunakan
failing to make available complete and/or true
sistem elektronik yang tidak menyediakan
data and/or information as intended by section
data dan/atau informasi secara lengkap dan
(1) shall be imposed an administrative
benar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sanction of revocation of the license.
dikenai
sanksi
administratif
berupa
pencabutan izin.
Pasal 66
Article 66
Ketentuan lebih lanjut mengenai transaksi Ancillary provisions concerning Electronic Trade
Perdagangan melalui Sistem Elektronik diatur shall be governed by or under Regulation of the
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Government.
BAB IX
CHAPTER IX
Pasal 67
Article 67
(1) Pemerintah
menetapkan
kebijakan (1) The Government shall adopt
pelindungan dan pengamanan Perdagangan.
protection and safeguards policy.
Trade
(2) Penetapan kebijakan pelindungan dan (2) A Trade protection and safeguards policy as
intended by section (1) shall be made by the
pengamanan
Perdagangan
sebagaimana
Minister.
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Menteri.
(3) Kebijakan pelindungan dan pengamanan (3) A Trade protection and safeguards policy as
intended by section (2) shall include:
Perdagangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) meliputi:
a.
a.
b.
b.
c.
c.
d.
d.
e.
pengenaan
tindakan
pengamanan
Perdagangan untuk mengatasi lonjakan
Impor; dan
e.
41
f.
f.
Pasal 68
(1) Dalam hal adanya ancaman dari kebijakan, (1) In case of any threat of policies, regulations,
unfair Trade practice allegations, and/or
regulasi, tuduhan praktik Perdagangan tidak
increase in import allegations posed by a trade
sehat, dan/atau tuduhan lonjakan Impor dari
partner country against Export of national
negara mitra dagang atas Ekspor Barang
Goods, the Minister must take defense.
nasional, Menteri berkewajiban mengambil
langkah pembelaan.
Penjelasan Pasal 68 ayat (1):
Yang dimaksud dengan pembelaan adalah
upaya yang dilakukan untuk melindungi dan
mengamankan industri dalam negeri dari adanya
ancaman kebijakan, regulasi, tuduhan praktik
Perdagangan tidak sehat, dan/atau tuduhan
lonjakan Impor dari negara mitra dagang atas
Barang Ekspor nasional.
(2) Dalam mengambil langkah pembelaan (2) In taking defense as intended by section (1):
sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a.
Eksportir
yang
berkepentingan
berkewajiban
mendukung
dan
memberikan informasi dan data yang
dibutuhkan; dan
a.
b.
kementerian/lembaga
Pemerintah
nonkementerian terkait berkewajiban
mendukung dan memberikan informasi
dan data yang dibutuhkan.
b.
Pasal 69
Article 69
(1) Dalam hal terjadi lonjakan jumlah Barang (1) In case of increase in Imported Goods that
causes serious injury or serious threat of
Impor yang menyebabkan produsen dalam
injury to domestic producers of Goods like or
negeri dari Barang sejenis atau Barang yang
directly competitive with the imported Goods,
secara langsung bersaing dengan yang
the government must take Trade safeguard
diimpor menderita kerugian serius atau
measures to eliminate or alleviate such
ancaman kerugian serius, Pemerintah
serious injury or serious threat of injury.
berkewajiban
mengambil
tindakan
pengamanan
Perdagangan
untuk
menghilangkan atau mengurangi kerugian
serius atau ancaman kerugian serius
dimaksud.
(2) Tindakan
pengamanan
Perdagangan (2) Trade safeguard measures as intended by
section (1) shall be the imposition of
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
safeguard duties and/or quota.
pengenaan bea masuk tindakan pengamanan
dan/atau kuota.
(3) Bea
masuk
tindakan
pengamanan (3) Safeguard duties as intended by section (2)
shall be determined by the minister
Perdagangan sebagaimana dimaksud pada
administering the governmental affairs in the
ayat (2) ditetapkan oleh menteri yang
42
(4) Penetapan kuota sebagaimana dimaksud pada (4) Quota as intended by section (2) shall be
ayat (2) dilakukan oleh Menteri.
determined by the Minister.
Pasal 70
Article 70
(1) Dalam hal terdapat produk Impor dengan (1) Where Imported products having at lower
price than the regular value cause injury or
harga lebih rendah daripada nilai normal yang
threat of injury to the relevant domestic
menyebabkan kerugian atau ancaman
industries or prevent the development of the
kerugian pada industri dalam negeri terkait
relevant domestic industries, the Government
atau menghambat berkembangnya industri
must take antidumping measures to eliminate
dalam negeri yang terkait, Pemerintah
or alleviate such injury or threat of injury or
berkewajiban
mengambil
tindakan
any barrier.
antidumping untuk menghilangkan atau
mengurangi kerugian atau ancaman kerugian
atau hambatan tersebut.
(2) Tindakan
antidumping
sebagaimana (2) Antidumping measures as intended by section
(1) shall be the imposition of antidumping
dimaksud pada ayat (1) berupa pengenaan bea
duties.
masuk antidumping.
(3) Bea masuk antidumping sebagaimana (3) Antidumping duties as intended by section (2)
shall be determined by the minister
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
administering the governmental affairs in the
menteri yang menyelenggarakan urusan
field of finance upon a recommendation that
pemerintahan
di
bidang
keuangan
is confirmed by the Minister.
berdasarkan usulan yang telah diputuskan
oleh Menteri.
Pasal 71
Article 71
(1) Dalam hal produk Impor menerima subsidi (1) If the Imported products receive subsidies
directly or indirectly from the exporting
secara langsung atau tidak langsung dari
country causing injury or threat of injury to
negara pengekspor yang menyebabkan
domestic industries or preventing the
kerugian atau ancaman kerugian industri
development of domestic industries, the
dalam
negeri
atau
menghambat
Government must take countervailing
perkembangan industri dalam negeri,
measures to eliminate or alleviate such injury
Pemerintah
berkewajiban
mengambil
or threat of injury or any barrier.
tindakan imbalan untuk menghilangkan atau
mengurangi kerugian atau ancaman kerugian
atau hambatan tersebut.
(2) Tindakan imbalan sebagaimana dimaksud (2) Countervailing measures as intended by
section (1) shall be the imposition of
pada ayat (1) berupa pengenaan bea masuk
countervailing duties.
imbalan.
(3) Bea masuk imbalan sebagaimana dimaksud (3) Countervailing duties as intended by section
(2) shall be determined by the minister
pada ayat (2) ditetapkan oleh menteri yang
administering the governmental affairs in the
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
field of finance upon a recommendation that
bidang keuangan berdasarkan usulan yang
is confirmed by the Minister.
telah diputuskan oleh Menteri.
43
Pasal 72
Article 72
BAB X
CHAPTER X
Pasal 73
Article 73
(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah (1) The Government and/or the Regional
melakukan pemberdayaan terhadap koperasi
Governments shall empower cooperatives and
serta usaha mikro, kecil, dan menengah di
micro, small, and medium business in the
sektor Perdagangan.
Trade sector.
(2) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada (2) Empowerment as intended by section (1) may
ayat (1) dapat berupa pemberian fasilitas,
be through the provision of facilities,
insentif, bimbingan teknis, akses dan/atau
incentives, technical directions, access and/or
bantuan permodalan, bantuan promosi, dan
capital support, promotion support, and
pemasaran.
marketing.
Penjelasan Pasal 73 ayat (2):
44
(3) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah (3) The Government and/or the Regional
Governments may, in the empowerment of
dalam melakukan pemberdayaan koperasi
cooperatives and micro, small, and medium
serta usaha mikro, kecil, dan menengah di
business in the Trade sector as intended by
sektor Perdagangan sebagaimana dimaksud
section (2), cooperate with other parties.
pada ayat (2) dapat bekerja sama dengan
pihak lain.
Penjelasan Pasal 73 ayat (3):
Yang dimaksud dengan pihak lain adalah
perguruan tinggi, dunia usaha, asosiasi usaha,
dan pemangku kepentingan lainnya.
provisions
concerning
(4) Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai (4) Ancillary
empowerment of cooperatives and micro,
pemberdayaan koperasi serta usaha mikro,
small, and medium business in the Trade
kecil, dan menengah di sektor Perdagangan
sector as intended by section (1) shall be
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
governed or under Regulation of the
dengan atau berdasarkan Peraturan Presiden.
President.
BAB XI
CHAPTER XI
PENGEMBANGAN EKSPOR
EXPORT DEVELOPMENT
Bagian Kesatu
Part One
Pembinaan Ekspor
Guidance on Export
Pasal 74
Article 74
(1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap (1) The Government shall guide Business
Operators to develop Export of domestic
Pelaku Usaha dalam rangka pengembangan
Goods and Services to expand access to
Ekspor untuk perluasan akses Pasar bagi
Markets.
Barang dan Jasa produksi dalam negeri.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Guidance as intended by section (1) may be
through the provision of incentives, facilities,
(1) dapat berupa pemberian insentif, fasilitas,
information on Market opportunities,
informasi peluang Pasar, bimbingan teknis,
technical direction, and promotion support
serta bantuan promosi dan pemasaran untuk
and marketing to develop Export.
pengembangan Ekspor.
(3) Menteri
dapat
mengusulkan
insentif (3) The Minister may recommend incentives as
intended by section (2) through fiscal and/or
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa
nonfiscal incentives in an effort to enhance
insentif fiskal dan/atau nonfiskal dalam upaya
the competitiveness of Export of domestic
meningkatkan daya saing Ekspor Barang
Goods and/or Services.
dan/atau Jasa produksi dalam negeri.
(4) Pemerintah dalam melakukan pembinaan (4) The Government may, in the guidance as
intended by section (1), cooperate with other
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
parties.
bekerja sama dengan pihak lain.
Penjelasan Pasal 74 ayat (4):
Yang dimaksud dengan pihak lain adalah
perguruan tinggi, dunia usaha, asosiasi usaha,
dan pemangku kepentingan lainnya.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan (5) Ancillary provisions concerning guidance as
pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat
intended by section (1) shall be governed by
45
Bagian Kedua
Part Two
Promosi Dagang
Trade Promotions
Pasal 75
Article 75
a.
a.
conducting
a
Trade
Promotion
domestically and/or abroad; and/or
b.
b.
(2) Promosi Dagang sebagaimana dimaksud pada (2) A Trade Promotion as intended by section (1)
ayat (1) dapat berupa:
may be conducted through:
a.
a.
b.
misi dagang.
b.
a trade mission.
(3) Promosi Dagang yang berupa pameran (3) A Trade Promotion conducted through a trade
fair as intended by section (2) point (a) shall
dagang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
include:
huruf a meliputi:
a.
a.
b.
b.
c.
c.
(4) Pemerintah dalam melakukan pameran (4) The Government shall, in hosting a trade fair
abroad, involve cooperatives and micro,
dagang di luar negeri mengikutsertakan
small, and medium business.
koperasi serta usaha mikro, kecil, dan
menengah.
(5) Misi dagang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) A Trade mission as intended by section (2)
point (b) shall be conducted through
(2) huruf b dilakukan dalam bentuk
international business meetings to expand
pertemuan
bisnis
internasional
untuk
Export opportunities.
memperluas peluang peningkatan Ekspor.
(6) Misi dagang sebagaimana dimaksud pada ayat (6) A Trade mission as intended by section (2)
point (b) shall be conducted through visits
(2) huruf b dilakukan melalui kunjungan
abroad paid by the Government, the Regional
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pelaku
Governments, Business Operators, and/or
Usaha, dan/atau lembaga lainnya dari
other institutions in the scope of business
Indonesia ke luar negeri dalam rangka
activities or improvement of bilateral Trade
melakukan kegiatan bisnis atau meningkatkan
relationship.
hubungan Perdagangan kedua negara.
Pasal 76
Article 76
Pelaksanaan kegiatan Promosi Dagang di luar A Trade Promotion conducted abroad by the
negeri oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Government,
the
Regional
Governments,
46
Pasal 77
Article 77
(1) Setiap Pelaku Usaha yang menyelenggarakan (1) Any Business Operator that hosts a trade fair
and any trade fair participants must comply
pameran dagang dan peserta pameran dagang
with the Standards to host and participate in a
wajib memenuhi Standar penyelenggaraan
trade fair.
dan keikutsertaan dalam pameran dagang.
(2) Setiap Pelaku Usaha yang menyelenggarakan (2) Any Business Operator that hosts a trade fair
pameran dagang dengan mengikutsertakan
by involving foreign participants and/or
peserta dan/atau produk yang dipromosikan
foreign promoted products must acquire a
berasal dari luar negeri wajib mendapatkan
license from the Minister.
izin dari Menteri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Standar (3) Ancillary provisions concerning Standards to
host and participate in a trade fair as intended
penyelenggaraan dan keikutsertaan dalam
by section (1) shall be governed by
pameran dagang sebagaimana dimaksud pada
Regulation of the Minister.
ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
(4) Setiap Pelaku Usaha yang menyelenggarakan (4) Any Business Operator that hosts a trade fair
and any trade fair participants failing to
pameran dagang dan peserta pameran dagang
comply with the Standards to host and
yang
tidak
memenuhi
Standar
participate in a trade fair as intended by
penyelenggaraan dan keikutsertaan dalam
section (1) shall be imposed an administrative
pameran dagang sebagaimana dimaksud pada
sanction of cessation of activities.
ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa
penghentian kegiatan.
Pasal 78
Article 78
(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dapat (1) The Government and/or the Regional
Governments shall provide facilities and/or
memberikan fasilitas dan/atau kemudahan
easy access to trade fair activities hosted by
untuk pelaksanaan kegiatan pameran dagang
Business Operators and/or institutions other
yang dilakukan oleh Pelaku Usaha dan/atau
than the Government and/or the Regional
lembaga selain Pemerintah atau Pemerintah
Governments under the laws and regulations.
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Penjelasan Pasal 78 ayat (1):
Yang dimaksud dengan fasilitas adalah sarana
yang dapat disediakan oleh Pemerintah dan/atau
47
Pemerintah
Daerah
untuk
memperlancar
pelaksanaan kegiatan pameran dagang. Fasilitas
dimaksud dapat berupa tempat, data, informasi
pembayaran Perdagangan, pemberian kredit, dan
konektivitas.
(2) Pemberian fasilitas dan/atau kemudahan (2) Facilities and/or easy access to trade fair
pameran dagang sebagaimana dimaksud pada
activities as intended by section (1) shall be
ayat (1) diberikan kepada:
provided to:
a.
a.
b.
b.
(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah saling (3) The Government and/or the Regional
mendukung dalam melakukan pameran
Governments shall be in mutual support of
dagang untuk mengembangkan Ekspor
trade fairs to develop Export of the national
komoditas unggulan nasional.
superior commodities.
Penjelasan Pasal 78 ayat (3):
Yang dimaksud dengan saling mendukung
adalah kerja sama antara Pemerintah dan
Pemerintah Daerah untuk saling memberikan
dukungan dalam penyelenggaraan kegiatan
pameran dagang.
Pasal 79
Article 79
(1) Selain Promosi Dagang sebagaimana (1) In addition to a Trade Promotion as intended
by Article 75 section (2), to introduce Goods
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2), untuk
and/or Services, it is necessary to campaign
memperkenalkan Barang dan/atau Jasa, perlu
for Indonesia image-building domestically
didukung kampanye pencitraan Indonesia di
and abroad.
dalam dan di luar negeri.
Penjelasan Pasal 79 ayat (1):
Kampanye pencitraan Indonesia dimaksudkan
untuk membangun image negara dalam nation
branding dan untuk itu pelaksanaanya
berkoordinasi dengan Menteri dan sekaligus
dapat dilakukan bersamaan dengan koordinasi
kegiatan Promosi Dagang.
(2) Pelaksanaan kampanye pencitraan Indonesia (2) A campaign for Indonesia image-building
dapat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
may be conducted by the Government, the
Daerah,
lembaga
selain
Pemerintah/
Regional Governments, institutions other than
48
(3) Pelaksanaan kampanye pencitraan Indonesia (3) A campaign for Indonesia image-building
conducted abroad by the Government, the
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Regional Governments, institutions other than
lembaga
selain
Pemerintah/Pemerintah
the Government/Regional Governments,
Daerah, dan/atau Pelaku Usaha di luar negeri
and/or Business Operators shall be
berkoordinasi dengan Perwakilan Republik
coordinated with the Representatives of the
Indonesia di Luar Negeri di negara terkait.
Republic of Indonesia Abroad in the relevant
country.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan (4) Ancillary provisions concerning campaigns
kampanye pencitraan Indonesia sebagaimana
for Indonesia image-building as intended by
dimaksud pada ayat (3) diatur dengan atau
section (3) shall be governed by or under
berdasarkan Peraturan Presiden.
Regulation of the President.
Pasal 80
Article 80
(1) Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan (1) In support of Trade promotions abroad, a
Trade Promotion body may be formed abroad.
Promosi Dagang ke luar negeri, dapat
dibentuk badan Promosi Dagang di luar
negeri.
Penjelasan Pasal 80 ayat (1):
Pembentukan badan Promosi Dagang di luar
negeri dimaksudkan untuk mempromosikan
Barang dan/atau Jasa produk Indonesia serta
mendorong peningkatan investasi dan pariwisata.
(2) Pembentukan badan Promosi Dagang di luar (2) Formation of a Trade Promotion body abroad
as intended by section (1), including its
negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
facilities, shall be made by the Minister in
termasuk fasilitasnya dilakukan oleh Menteri
coordination with the relevant ministers under
berkoordinasi dengan menteri terkait sesuai
the laws and regulations.
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Penjelasan Pasal 80 ayat (2):
Yang dimaksud dengan menteri terkait adalah
Menteri
Luar
Negeri,
menteri
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang
keuangan,
serta
menteri
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendayagunaan aparatur negara dan
reformasi birokrasi.
Pasal 81
Article 81
49
BAB XII
CHAPTER XII
Pasal 82
Article 82
(1) Untuk meningkatkan akses Pasar serta (1) To improve access to Markets and protect and
safeguard the national interest, the
melindungi dan mengamankan kepentingan
Government may cooperate in Trade with
nasional, Pemerintah dapat melakukan kerja
other
countries
and/or
international
sama Perdagangan dengan negara lain
institutions/organizations;
dan/atau lembaga/organisasi internasional.
(2) Kerja sama Perdagangan sebagaimana (2) Trade cooperation as intended by section (1)
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
may be made under an international Trade
melalui perjanjian Perdagangan internasional.
agreement.
Pasal 83
Article 83
Pasal 84
Article 84
(1) Setiap perjanjian Perdagangan internasional (1) Any international Trade agreements as
intended by Article 82 section (2) shall be
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat
submitted to the House of Representatives
(2) disampaikan kepada Dewan Perwakilan
within 90 (ninety) working days of the
Rakyat paling lama 90 (sembilan puluh) hari
signing of the agreement.
kerja setelah penandatanganan perjanjian.
(2) Perjanjian Perdagangan internasional yang (2) An international Trade agreement submitted
by the Government as intended by section (1)
disampaikan
Pemerintah
sebagaimana
shall be discussed with the House of
dimaksud pada ayat (1) dibahas oleh Dewan
Representatives to decide whether or not the
Perwakilan Rakyat untuk memutuskan perlu
House of Representatives passes the
atau tidaknya persetujuan Dewan Perwakilan
agreement.
Rakyat.
(3) Keputusan perlu atau tidaknya persetujuan (3) A decision of whether or not the House of
Representatives passes the international Trade
Dewan
Perwakilan
Rakyat
terhadap
agreement submitted by the Government as
perjanjian Perdagangan internasional yang
intended by section (2) shall be made for not
disampaikan oleh Pemerintah sebagaimana
exceeding 60 (sixty) working days in session,
dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling lama
subject to the following:
60 (enam puluh) hari kerja pada masa sidang
dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
a.
b.
Dalam
b.
hal
perjanjian
Perdagangan
50
(4) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak (4) If the House of Representatives makes no
decision within 60 (sixty) working days in
mengambil keputusan dalam waktu paling
session as intended by section (3), the
lama 60 (enam puluh) hari kerja pada masa
Government may decide whether or not the
sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
House of Representatives needs to pass the
Pemerintah dapat memutuskan perlu atau
agreement.
tidaknya persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.
Penjelasan Pasal 84 ayat (4):
Pembahasan
dalam
rangka
pengambilan
keputusan terhadap perjanjian Perdagangan
internasional di Dewan Perwakilan Rakyat
dilakukan oleh komisi yang menangani urusan
Perdagangan dan persetujuannya melalui Sidang
Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat.
(5) Dewan Perwakilan Rakyat memberikan (5) The House of Representatives shall pass or
persetujuan
atau
penolakan
terhadap
reject to pass an international Trade
perjanjian
Perdagangan
internasional
agreement as intended by section (3) point (a)
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
not exceeding one session time at the next
session.
paling lama 1 (satu) kali masa sidang
berikutnya.
(6) Dalam
hal
perjanjian
Perdagangan (6) Where an international Trade agreement may
endanger the national interest, the House of
internasional
dapat
membahayakan
Representatives shall reject to pass the
kepentingan nasional, Dewan Perwakilan
international Trade agreement.
Rakyat menolak persetujuan perjanjian
Perdagangan internasional.
(7) Peraturan Presiden mengenai pengesahan (7) Regulation of the President concerning
ratification of an international Trade
perjanjian
Perdagangan
internasional
agreement as intended by section (3) point (b)
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
shall be notified to the House of
diberitahukan kepada Dewan Perwakilan
Representatives.
Rakyat.
Pasal 85
Article 85
(1) Pemerintah dengan persetujuan Dewan (1) The Government upon consent of the House
of Representatives may review and cancel an
Perwakilan Rakyat dapat meninjau kembali
international Trade agreement that is ratified
dan membatalkan perjanjian Perdagangan
by law in consideration of the national
internasional yang persetujuannya dilakukan
interest.
dengan
undang-undang
berdasarkan
pertimbangan kepentingan nasional.
(2) Pemerintah dapat meninjau kembali dan (2) The Government may review and cancel an
international Trade agreement that is issued
membatalkan
perjanjian
Perdagangan
by Regulation of the President in
internasional yang pengesahannya dilakukan
consideration of the national interest.
dengan Peraturan Presiden berdasarkan
pertimbangan kepentingan nasional.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara (3) Ancillary provisions concerning procedures
51
peninjauan
kembali
dan
pembatalan
perjanjian
Perdagangan
internasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur dalam Peraturan Pemeritah.
Pasal 86
Article 87
(1) Pemerintah dapat memberikan preferensi (1) The Government may give preference
unilaterally to underdeveloped countries by
Perdagangan secara unilateral kepada negara
giving precedence over the national interest.
kurang
berkembang
dengan
tetap
mengutamakan kepentingan nasional.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pemberian (2) Provisions concerning procedures for giving
preference shall be governed by or under
preferensi diatur dengan atau berdasarkan
Regulation of the President.
Peraturan Presiden.
BAB XIII
CHAPTER XIII
Pasal 88
Article 88
(1) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota (1) The Minister, the governors, and the
regents/mayors must develop the Trade
berkewajiban menyelenggarakan Sistem
Information System integrating with the
Informasi Perdagangan yang terintegrasi
information system developed by the
dengan sistem informasi yang dikembangkan
ministries or nonministries Governmental
oleh kementerian atau lembaga Pemerintah
institutions.
nonkementerian.
(2) Sistem informasi sebagaimana dimaksudkan (2) The information system as intended by
section (1) shall be used for Trade policies
pada ayat (1) digunakan untuk kebijakan dan
and controls.
pengendalian Perdagangan.
Pasal 89
Article 89
(1) Sistem Informasi Perdagangan mencakup (1) The Trade Information System shall include
collection, processing, delivery, management,
pengumpulan, pengolahan, penyampaian,
and dissemination of Trade data and/or
pengelolaan, dan penyebarluasan data
information.
dan/atau informasi Perdagangan.
(2) Data dan/atau informasi Perdagangan (2) Trade data and/or information as intended by
section (1) shall include at least data and/or
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
information on Domestic Trade and Foreign
sedikit memuat data dan/atau informasi
Trade.
Perdagangan Dalam Negeri dan Perdagangan
Luar Negeri.
Penjelasan Pasal 89 ayat (2):
Data dan/atau informasi Perdagangan Dalam
(3) Data dan informasi Perdagangan sebagaimana (3) Trade data and/or information as intended by
dimaksud pada ayat (2) disajikan secara
section (2) shall be provided in an accurate,
akurat, cepat, dan tepat guna serta mudah
speedy and efficient manner as well as
diakses oleh masyarakat.
accessible to the public.
Pasal 90
Article 90
(1) Menteri dalam menyelenggarakan Sistem (1) The Minister in the development of Trade
data and/or information may request Trade
Informasi Perdagangan dapat meminta data
data and/or information from the ministries,
dan informasi di bidang Perdagangan kepada
nonministries Governmental institutions, and
kementerian,
lembaga
Pemerintah
the Regional Governments, including the
nonkementerian, dan Pemerintah Daerah,
administrators of the governmental affairs in
termasuk penyelenggara urusan pemerintahan
the field of customs and excise, Bank
di bidang bea dan cukai, Bank Indonesia,
Indonesia, the Financial Services Authority,
Otoritas Jasa Keuangan, Badan Pusat
the
Statistics
Indonesia,
and
other
Statistik, dan badan/lembaga lainnya.
bodies/institutions.
(2) Kementerian,
lembaga
Pemerintah (2) The ministries, nonministries Governmental
institutions, and the Regional Governments,
nonkementerian, dan Pemerintah Daerah,
including the administrators of the
termasuk penyelenggara urusan pemerintahan
governmental affairs in the field of customs
di bidang bea dan cukai, Bank Indonesia,
and excise, Bank Indonesia, the Financial
Otoritas Jasa Keuangan, Badan Pusat
Services Authority, the Statistics Indonesia,
Statistik,
dan
badan/lembaga
lainnya
and other bodies/institutions must provide
berkewajiban memberikan data dan informasi
updated, accurate and speedy data and
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
information as intended by section (1).
mutakhir, akurat, dan cepat.
Pasal 91
Article 91
Data dan informasi Perdagangan bersifat terbuka, The Trade data and/or information shall be made
kecuali ditentukan lain oleh Menteri.
transparent, unless otherwise provided by the
Minister.
Pasal 92
Article 92
provisions
concerning
Trade
Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem Informasi Ancillary
Perdagangan diatur dengan atau berdasarkan Information System shall be governed by or under
Regulation of the Government.
Peraturan Pemerintah.
BAB XIV
CHAPTER XIV
Pasal 93
Article 93
Tugas Pemerintah
mencakup:
a.
di
bidang
53
bidang Perdagangan;
b.
c.
d.
e.
f.
melaksanakan
Internasional;
g.
h.
i.
i.
j.
j.
k.
k.
l.
kerja
sama
b.
bidang d.
Perdagangan f.
g.
Pasal 94
Pemerintah dalam menjalankan tugas sebagaimana The Government in the performance of duties as
dimaksud dalam Pasal 93 mempunyai wewenang: intended by Article 93 shall have the following
powers:
a.
a.
b.
melaksanakan
harmonisasi
kebijakan b.
Perdagangan di dalam negeri dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem
Distribusi nasional, tertib niaga, integrasi
Pasar, dan kepastian berusaha;
c.
d.
e.
f.
54
Pasal 95
Article 95
a.
melaksanakan kebijakan
bidang Perdagangan;
Pemerintah
b.
melaksanakan
perizinan
Perdagangan di daerah;
c.
d.
memantau
pelaksanaan
Kerja
Perdagangan Internasional di daerah;
e.
f.
g.
g.
h.
h.
i.
i.
j.
di
di a.
bidang b.
Sama d.
Pasal 96
Article 96
Regional
Governments
in
the
(1) Pemerintah Daerah dalam menjalankan tugas (1) The
performance of duties as intended by Article
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95
95 shall have the powers:
mempunyai wewenang:
a.
a.
b.
b.
c.
c.
d.
d.
e.
e.
peraturan
(2) Pelaksanaan wewenang Pemerintah Daerah (2) The exercise of powers by the Regional
Governments as intended by section (1) must
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
be consistent with the policies issued by the
sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
Government.
Pemerintah.
BAB XV
CHAPTER XV
Pasal 97
Article 97
(1) Untuk mendukung percepatan pencapaian (1) In support of accelerated achievement of the
objectives of Trade regulation, the President
tujuan pengaturan kegiatan Perdagangan,
may form a National Trade Committee.
Presiden
dapat
membentuk
Komite
Perdagangan Nasional.
(2) Komite Perdagangan Nasional sebagaimana (2) The National Trade Committee as intended by
dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Menteri.
section (1) shall be chaired by the Minister.
(3) Keanggotaan Komite Perdagangan Nasional (3) The membership of the National Trade
terdiri atas unsur:
Committee shall include the elements of:
a.
Pemerintah;
a.
the Government;
b.
b.
c.
c.
d.
memberikan
pelindungan
d.
e.
e.
Business
Operators
or
business
associations in the field of Trade; and
f.
f.
a.
a.
b.
b.
c.
c.
d.
d.
e.
e.
f.
f.
g.
membantu
Pemerintah
melakukan
sosialisasi terhadap kebijakan dan
regulasi di bidang Perdagangan; dan
g.
h.
h.
(5) Biaya pelaksanaan tugas Komite Perdagangan (5) The International Trade Cooperation shall be
financed from the State Budget.
Nasional
bersumber
dari
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
provisions
concerning
the
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Komite (6) Ancillary
International Trade Cooperation shall be
Perdagangan
Nasional
diatur
dengan
governed by Regulation of the President.
Peraturan Presiden.
BAB XVI
CHAPTER XVI
PENGAWASAN
SUPERVISION
Pasal 98
Article 98
(1) Pemerintah
dan
Pemerintah
Daerah (1) The Government and the Regional
Governments shall have the powers to
mempunyai
wewenang
melakukan
supervise the Trade activities.
pengawasan terhadap kegiatan Perdagangan.
(2) Dalam
melaksanakan
pengawasan (2) In the performance of supervisory duties as
intended by section (1) the Government shall
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
issue Trade supervision policies.
Pemerintah
menetapkan
kebijakan
pengawasan di bidang Perdagangan.
Pasal 99
Article 99
(1) Pengawasan oleh Pemerintah sebagaimana (1) Supervision by the Government as intended
by Article 98 shall be made by the Minister.
dimaksud dalam Pasal 98 dilakukan oleh
Menteri.
(2) Menteri dalam melakukan pengawasan (2) The Minister in the performance of
supervisory duties as intended by section (1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
shall have the powers to:
mempunyai wewenang melakukan:
a.
pelarangan
mengedarkan
untuk
sementara waktu dan/atau perintah untuk
menarik Barang dari Distribusi atau
menghentikan kegiatan Jasa yang
diperdagangkan tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang Perdagangan; dan/atau
a.
57
b.
pencabutan
perizinan
Perdagangan.
di
bidang
b.
Pasal 100
(1) Dalam
melaksanakan
pengawasan (1) In the performance of supervisory duties as
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat
intended by Article 99 section (1), the
(1), Menteri menunjuk petugas pengawas di
Minister shall appoint Trade supervisory
bidang Perdagangan.
officers.
(2) Petugas pengawas di bidang Perdagangan (2) Trade supervisory officers must, in the
performance of supervisory duties, have an
dalam melaksanakan pengawasan harus
authorized and valid letter of assignment.
membawa surat tugas yang sah dan resmi.
(3) Petugas Pengawas sebagaimana dimaksud (3) Trade supervisory officers as intended by
pada ayat (2) dalam melaksanakan
section (2) shall, in the exercise of their
kewenangannya paling sedikit melakukan
powers, supervise at least:
pengawasan terhadap:
a.
a.
Trade licensing;
b.
b.
c.
c.
d.
d.
e.
e.
f.
f.
g.
g.
diawasi,
(4) Petugas Pengawas sebagaimana dimaksud (4) In case of finding a suspected Trade violation,
pada ayat (3) dalam hal menemukan dugaan
Trade supervisory officers as intended by
pelanggaran kegiatan di bidang Perdagangan
section (3) may:
dapat:
a.
a.
b.
b.
recommend cessation
activities; or
c.
c.
of
the
Trade
(5) Dalam hal melaksanakan pengawasan (5) Where in the performance of supervisory
duties as intended by section (3), Trade
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
supervisory officers finds preliminary
ditemukan bukti awal dugaan terjadi tindak
evidence of a suspected criminal offense of
pidana di bidang Perdagangan, petugas
Trade, such officers shall report it to the
pengawas melaporkannya kepada penyidik
58
untuk ditindaklanjuti.
(6) Petugas Pengawas sebagaimana dimaksud (6) Trade supervisory officers as intended by
section (1) may, in the exercise of their
pada ayat (1) dalam melaksanakan
powers, coordinate with the relevant agencies.
kewenangannya dapat berkoordinasi dengan
instansi terkait.
Pasal 101
Article 101
(1) Pemerintah dapat menetapkan Perdagangan (1) The Government may specify Goods subject
Barang dalam pengawasan.
to supervision.
(2) Dalam hal penetapan Barang dalam (2) In specifying Goods subject to supervision as
pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
intended by section (1), the Government may
(1), Pemerintah dapat menerima masukan dari
receive input from business organizations.
organisasi usaha.
Penjelasan Pasal 101 ayat (2):
Yang dimaksud dengan organisasi usaha
adalah organisasi yang diatur dengan undangundang.
(3) Barang dalam pengawasan sebagaimana (3) Goods subject to supervision as intended by
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
section (1) shall be specified by regulation of
Peraturan Presiden.
the President.
Pasal 102
Article 102
BAB XVII
CHAPTER XVII
PENYIDIKAN
INVESTIGATIONS
Pasal 103
Article 103
(1) Selain penyidik pejabat polisi negara (1) In addition to police investigators of the state
police of the Republic of Indonesia, special
Republik Indonesia, pejabat pegawai negeri
civil service officials in the agencies of the
sipil tertentu di lingkungan instansi
Government and the Regional Governments
Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
with the duties and responsibilities in the field
lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
of Trade shall be granted special powers as
bidang Perdagangan diberi wewenang khusus
civil service investigators as intended by the
sebagai penyidik pegawai negeri sipil
Code of Criminal Procedure to conduct
sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undanginvestigations under this Law.
Undang Hukum Acara Pidana untuk
melakukan penyidikan sesuai dengan
Undang-Undang ini.
(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana (2) Civil service investigators as intended by
section (1) shall be empowered to:
dimaksud pada ayat (1) mempunyai
wewenang:
a.
a.
b.
b.
c.
c.
d.
d.
e.
e.
f.
f.
g.
melakukan
pemeriksaan
dan
penggeledahan tempat kejadian perkara
dan tempat tertentu yang diduga terdapat
alat bukti serta melakukan penyitaan
dan/atau penyegelan terhadap Barang
hasil pelanggaran yang dapat dijadikan
bukti dalam perkara dugaan tindak pidana
di bidang Perdagangan;
g.
h.
h.
i.
i.
photograph
and/or
record
using
audiovisual media persons, Goods, means
of transportation, or other objects to be
introduced into evidence in the case of a
criminal offense of Trade;
j.
j.
k.
k.
60
undangan.
(3) Dalam hal tertentu sepanjang menyangkut (3) In circumstances where involving customs
under the laws and regulations, the special
kepabeanan
sesuai
dengan
ketentuan
civil service officials in the agencies of the
peraturan perundang undangan, penyidik
Government and the Regional Governments
pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan
with the duties and responsibilities in the field
instansi Pemerintah yang lingkup tugas dan
of customs shall be empowered to make
tanggung jawabnya di bidang kepabeanan
preliminary investigations and investigations
berwenang melakukan penyelidikan dan
in the field of Trade in coordination with the
penyidikan
di
bidang
Perdagangan
civil service investigators with the duties and
berkoordinasi dengan penyidik pegawai
responsibilities in the field of Trade.
negeri sipil yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang Perdagangan.
(4) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana (4) Civil Service Investigators as intended by
section (1) shall submit the findings of
dimaksud pada ayat (1) menyampaikan berkas
investigations to the public prosecutors
perkara hasil penyidikan kepada penuntut
through police investigators of the state police
umum melalui pejabat penyidik polisi negara
of the Republic of Indonesia under the Law of
Republik Indonesia sesuai dengan UndangCriminal Procedure.
Undang tentang Hukum Acara Pidana.
(5) Pelaksanaan penyidikan tindak pidana di (5) Investigations into a criminal offense of Trade
may be coordinated by the special units that
bidang Perdagangan dapat dikoordinasikan
may be formed in the agencies of the
oleh unit khusus yang dapat dibentuk di
Government
with
the
duties
and
instansi Pemerintah yang lingkup tugas dan
responsibilities in the field of Trade.
tanggung jawabnya di bidang Perdagangan.
(6) Pedoman pelaksanaan penanganan tindak (6) Guidelines to deal with criminal offenses of
pidana di bidang Perdagangan ditetapkan oleh
Trade shall be made by the Minister.
Menteri.
BAB XVIII
CHAPTER XVIII
KETENTUAN PIDANA
PENAL PROVISIONS
Pasal 104
Article 104
Pasal 105
Article 105
Pasal 106
Article 106
Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan usaha Any Business Operator engaged in Trade business
Perdagangan tidak memiliki perizinan di bidang without the Trade licensing issued by the Minister
61
Pasal 107
Article 107
Pasal 108
Article 108
Pasal 109
Article 109
Pasal 110
Article 110
Pasal 111
Article 111
62
rupiah).
Article 112
(1) Eksportir yang mengekspor Barang yang (1) Any Exporter that exports Goods confirmed
as Goods subject to export prohibition as
ditetapkan sebagai Barang yang dilarang
intended by Article 51 section (1) shall be
untuk diekspor sebagaimana dimaksud dalam
sentenced to imprisonment of at most 5 (five)
Pasal 51 ayat (1) dipidana dengan pidana
years and/or a fine of at most
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
Rp5,000,000,000 (five billion rupiah).
pidana
denda
paling
banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Importir yang mengimpor Barang yang (2) Any Importer that imports Goods confirmed
as Goods subject to import prohibition as
ditetapkan sebagai Barang yang dilarang
intended by Article 51 section (2) shall be
untuk diimpor sebagaimana dimaksud dalam
sentenced to imprisonment of at most 5 (five)
Pasal 51 ayat (2) dipidana dengan pidana
years and/or a fine of at most
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
Rp5,000,000,000 (five billion rupiah).
pidana
denda
paling
banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 113
Article 113
Pasal 114
Article 114
Pasal 115
Article 115
Pasal 116
Article 116
Setiap Pelaku Usaha yang menyelenggarakan Any Business Operator that hosts a trade fair
pameran dagang dengan mengikutsertakan peserta involving foreign participants and/or foreign
63
BAB XIX
CHAPTER XIX
KETENTUAN PENUTUP
CONCLUDING PROVISIONS
Pasal 117
Article 117
Pasal 118
Article 118
a.
b.
c.
64
Pasal 119
Article 119
Pasal 120
Article 120
Pasal 121
Article 121
Peraturan pelaksanaan atas Undang-Undang ini Ancillary regulations to this Law shall be issued
ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun sejak not exceeding 2 (two) years of the promulgation of
Undang-Undang ini diundangkan.
this Law.
Pasal 122
Article 122
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal This Law shall come into effect from the date it is
diundangkan.
promulgated.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan In order that every person may know of it, the
pengundangan Undang-Undang ini dengan promulgation of this Law is ordered by placement
penempatannya dalam Lembaran Negara.
in the State Gazette.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 11 Maret 2014
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Issued in Jakarta
on March 11, 2014
PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF
INDONESIA,
sgd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 11 Maret 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
Promulgated in Jakarta
on March 11, 2014
MINISTER OF LAW AND HUMAN RIGHTS
OF THE REPUBLIC OF INDONESIA,
sgd.
AMIR SYAMSUDIN
65