Anda di halaman 1dari 14

PERMODELAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG

PERTAMBANGAN BERDASARKAN RENCANA STRATEGIS


PEMBANGUNAN DI KABUPATEN KEEROM
PROVINSI PAPUA

PROPOSAL PENGAJUAN TUGAS AKHIR

MICHAEL SEPTIAN RUMBEKWAN

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2014

I . PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2002 tanggal 11 November
2002 dimekarkan dari Kabupaten Jayapura suatu wilayah otonomi baru dengan nama
Kabupaten Keerom. Kabupaten keeroom merupakan salah satu kabupaten yang
terletak di Provinsi Papua
Kabupaten Keerom menjadi salah satu Kabupaten yan baru dibentuk tahun
2002,, diresmikan pada tanggal 12 April 2003 sebagi hasil pemekaran dari Kabupaten
Jayapura, yang wilayahnya terdiri dari 5 (lima) distrik yaitu : Distrik Arso, Distrik
Skanto, Distrik Waris, Distrik Senggi dan Distrik Web; memiliki 48 kampung. Namun
mulai tanggal 24 Oktober 2007, Kabupaten Keerom mengalami pemekaran menjadi 7
(tujuh) distrik yaitu : Distrik Arso; Distrik Skanto; Distrik Waris; Distrik Senggi;
Distrik Web; Distrik Arso Timur dan Distrik Towe;memiliki 61 kampung

2.2 Perumusan Masalah


Dalam

melakukan

proses pengolahan

sering dihadapi

masalah dalam

proses penghancuran material baik pada primary crusher maupun pada secondary
crusher, masalah yang timbul bisa berupa kapasitas produksi crusher yang sering
berubah sesuai dengan setingan dari crusher tersebut untuk itu perlu dilakukan
analisa mengenai kapasitas dari crusher tersebut baik primary crusher maupun
secondary crusher.

2.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal hal sebagai berikut :
1. Menguraikan cara kerja crushing plant di PT. Pro Intertech Indonesia

2. Menentukan kapasitas jaw crusher pada primary crusher


3. Menentukan kapasitas gyratory crusher dan cone crusher pada secondary
crusher.

2.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah


Ruang lingkup penelitian ini mengenai crushing plant pada PT. Intertech
Indonesia yang menggunakan jaw crusher pada primary crusher dan gyratory dan
cone crusher pada secondary crusher, untuk mencegah terjadinya pengembangan
dari penelitian ini maka pembatasan masalah yang akan dibahas adalah :
1. Mengenal bagian bagian crushing plant dan cara kerja crushing plant
2. Menghitung kapasitas jaw crusher pada primary crusher
3. Menghitung kapasitas gyratory crusher dan cone crusher pada secondary
crusher ?

II . DASAR TEORI
3.1 Pengolahan Bahan Galian
Pengolahan bahan galian adalah suatu proses untuk mengolah (treatmen)
semua jenis endapan mineral atau batuan yang terdapat di alam, sehingga diperoleh
produk (hasil) dengan spesifikasi tertentu yang diinginkan dan telah mempunyai nilai
tambah bila dibanding dengan bahan aslinya. Proses ini terbatas sampai sifat fisik
saja, sehingga tidak merubah sifat aslinya dalam fisik maupun kimianya. (H. L. S.
Tobing)
Dalam pengolahan bahan galian, dalam proses dikenal 2 operasi yang
mendasar yaitu :
1. Comminution ( kominusi ) adalah proses pengecilan ukuran batuan/
mineral secara mekanis, sebagai langkah pertama yang dilakukan dalam
proses pengolahan bahan galian
2. Concecentration ( konsentrasi ) adalah proses pemisahan butiran-butiran
mineral berharga tersebut dari mineral pengotornya
Selain 2 operasi diatas terdapat juga langkah- langkah penting yang lain
seperti sizing ( penyeragaman ukuran butir ) dan dewatering ( pembuangan air ).
Secara garis besar proses pengecilan ukuran ( comminution ) dapat dibedakan dalam
3 tahap :
1. Primary crushing
2. Secondary crushing
3. Fine Grinding

3.2 Crushing Plant


Unit pengolahan (crushing plant) merupakan rangkaian peralatan mekanis yang
digunakan untuk mereduksi ukuran hasil penambangan. Pengolahan batubara hasil

penambangan perlu dilakukan terutama untuk memenuhi atau menyesuaikan dengan


permintaan konsumen akan kualitas dan ukuran butiran.
Secara umum peralatan yang digunakan didalam proses pengolahan ialah semua
peralatan yang dipakai dan diperlukan didalam siklus kegiatan pengolahan bahan
galian. Adapun peralatan yang dipakai pada siklus pengolahan bahan galian antara
lain terdiri dari :

3.2.1 Hopper
Hopper adalah alat untuk menampung material dari area penambangan untuk
diperoses lebih lanjut. Hopper terdiri dari satu unit yang dilengkapi dengan Grizzly
yang terbuat dari baja seperti anyaman dengan ukuran lubang tertentu untuk
mensortasi ukuran material yang masuk ke crusher menuju ke feeder breaker.
3.2.2 Grizzly
Merupakan susunan batang-batang baja yang membentuk ukuran lubang
bukaan tertentu. Grizzly berfungsi untuk menahan ukuran bongkah material yang
diijinkan lolos ke dalam hopper. Anyaman besi siku disusun bersilangan saling
sejajar pada jarak yang ditentukan dan ditempatkan di lubang masuk hopper.
Proses pereduksi ukuran butir ini disebut kominusi. Pereduksi ukuran terdiri
dari primary crushing dan secondary crushing.
3.2.3 Primary Crushing
Merupakan tahap penghancuran tahap pertama dengan umpan yang digunakan
biasanya berasal dari hasil penambangan. Alat-alat yang digunakan pada tahap ini
adalah jaw crusher
1. Jaw Crusher

Jaw crusher terdiri dari 2 plate yang berhadap hadapan membentuk sudut
yang kecil ke arah bawah, yang dapat membuka dan menutup seperti rahang binatang
(jaw). Salah satu jaw diam tertahan pada crusher frame (kerangka jaw crusher)
disebut fixed jaw, sedang yang satu lagi ditahan pada sumbunya dan dapat bergerak
sedikit mendekat dan menjauh dari fixed jaw, disebut swing jaw, material yang masuk
diantara kedua jaw mendekat dan dilepaskan pada saat jaw menjauh.
Gaya pemecah atau penghancur dari jaw crusher adalah sebagai hasil tekanan
terhadap batuan oleh swing jaw kepada fixed jaw. Batuan yang dijepit diantara fixed
jaw dan swing jaw mendapat gaya tekan dan gaya pukulan (compression and impact)
dari kedua jaw yang mendekat. Kedua gaya tersebut dapat memecahkan batuan kalau
melebihi batas elastisitas dari batuan yang mendapatkan tekanan dengan keras.
2. Gyratory Crusher
Gyratory crusher dipakai untuk memecah batuan berbentuk bongkah besar
maupun kecil, yaitu sebagai primary crushing dan secondary crushing,

gyratory

crusher mempunyai kapasitas lebih besar dibanding jaw crusher.


Gyratory crusher terdiri dari 2 cronical shells (dinding berbentuk kerucut
terpancung) yang berdiri vertikal, dinding luar (outer shell) yang diam tidak dapat
bergerak dengan puncak kerucut sebelah bawah, sedang dinding dalam (inner shell)
dengan puncaknya sebelah atas dapat dibuat berkisar sambil berputar pada asnya.
Dinding dalam dan dinding luar (shells) dibuat dari besi atau baja cor dan dilapisi
besi alloy yang dapat diganti ganti (mantle).
Permukaan yang berhadapan dari 2 shells yang dipasang terbalik satu sama lain
merupakan crushing surface dari gyratory crusher, dimana terjadi penghancuran,
pada gyratory crushing action (penghancuran) berjalan terus menerus selama inner
shell (dinding dalam) berkisar dan berputar pada as nya, sedang pada jaw crusher
action hanya terjadi pada saat swing jaw mendekat pada fixed jaw.
3.2.4 Secondary Crushing

Merupakan tahapan peremukan yang kedua kelanjutan dari primary crushing,


secondary crusher mempunyai beban yang lebih ringan dari primary crusher yang
termasuk heavy duty machine. Produk dari primary crushing merupakan umpan
(feed) dari secondary crusher dengan ukuran diameter biasanya kurang dari 150 mm.
Benda benda yang membahayakan crusher seperti logam, kayu, lempeng dan
butiran sangat halus (slimes) telah lebih dahulu dikeluarkan. Secondary crusher di
operasikan dalam keadaan kering, tujuannya untuk memeperkecil (mereduksi) ukuran
batuan sehingga sesuai untuk dijadikan umpan (feed) bagi tertiary crushing.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan produksi crusher adalah
sebagai berikut :
1. Sifat fisik material yang akan direduksi, sifat fisik ini meliputi kekerasan, berat
jenis, dan kandungan air.
2. Kondisi crusher.
3. Kemampuan feeding material
Produktivitas crusher dibedakan menjadi dua macam yaitu produktivitas desain
dan produktivitas nyata. produktivitas desain merupakan kemampuan produksi yang
seharusnya dicapai oleh alat tersebut dan dapat diketahui spesifikasi alat yang dibuat
oleh pabrik, sedangkan produktivitas nyata merupakan kemampuan produksi alat
peremuk sesungguhnya yang didasarkan pada sistem produksi yang diterapkan.
3.3 Genesa Andesit
Batu andesit merupakan jenis batuan beku luar, merupakan hasil pembekuan
magma yang bersifat intermedier. Batu andesit bertekstur afanitik dengan komposisi
mineral utama jenis plagioklas, mineral mefik adalah piroksen dan amfibol dan
mineral tambahan adalah apatit dan sirkon. Batu andesit umumnya berwarna abu-abu
hingga gelap.

Tabel 3.1 Skala Pembagian Ukuran Butir Menurut Wenworth


NAMA BUTIR
UKURAN BUTIR (mm)
Bongkah
> 256
Brangkal
256 - 64
Kerakal
64 - 4
Kerikil
4-2
Pasir sangat kasar
2-1
Pasir kasar
1 1/2
Pasir sedang
1/2 - 1/4
Pasir halus
1/4 - 1/8
Lanau
1/6 1/256
Lempung
< 1/ 256
(Sumber: Sukkandarumudi 1998)

3.4 Comminution
Comminution (pengecilan ukuran) adalah proses industri dalam pemecahan
batuan secara mekanis yang dilakukan dalam dua tahap yang disebut crushing dan
grinding, untuk membedakan keduanya sulit dilakukan kecuali untuk menyatakan
bahwa yang terakhir adalah langkah pemecahan untuk memperoleh hasil yang lebih
halus dari yang pertama.

Comminution dilakukan secara berurutan, dimulai dengan crushing untuk yang


berukuran kasar dilanjutkan dengan grinding untuk yang berukuran halus, crushing
untuk memecah batuan bongkah-bongkah yang berasal dari tambang menjadi ukuran
yang lebih kecil tetapi relative masih kasar, kemudian grinding untuk mengecilkan
ukuran batuan yang kasar menjadi lebih halus lagi, crushing terjadi karena gaya
tekanan (compression) atau pukulan (impact) terhadap batuan oleh benda yang keras,
berbeda dengan grinding yang terjadi gaya gosokan (abrasion/attrition) terhadap
batuan oleh benda yang bergerak bebas seperti bola bola baja, batang- batang besi
dan lain- lain, jadi crushing dihasilkan dari tenaga tekan dan pukulan, grinding dari
tenaga gosokan atau pengikisan.
Tujuan utama dari crushing dan grinding adalah untuk mengecilkan ukuran
(size reduction) dari umpan yang besar menjadi produk yang lebih kecil (halus).
Secara garis besar proses pengecilan ukuran ( comminution ) dapat dibedakan dalam
tiga tahap :
1. Primary crushing
2. Secondary crushing
3. Fine Grinding
Tabel 3.2 Klasifikasi Crushing dan Griding
No
1.

Klasifikasi

Alat/ Mesin

Primary Crushing 1. Jaw Crusher


2. Gyratory

2.

Secondary
Crushing

Ukuran

Ukuran

Feed
12- 60 inci

Produk
4- 6 inci

12-60 inci

4- 6 inci

6-8 inci

1/ 2 3/ 8 inci

Crusher
1. Gyratory Cone
Crusher
2. Rool Crusher
3. Gravity Stamp

Mill
3

4. Hammer Mill
Tertiary Crushing/ 1. Ball Mill
Fine

2. Tube Mill

Grinding

3. Rod Mill

3 inci

50 200 Mesh

3.5 Kapasitas Crusher


3.5.1 Kapasitas Jaw Crusher
Menurut Taggart kapasitas jaw crusher adalah produk hasil pemecahan yang
melalui discharge opening per satuan waktu, dinyatakan dalam ton per jam secara
empiris dinyatakan dengan rumus :
T = 0,6 x Lr x So
dimana :

T= Kapasitas ( ton/ jam)


Lr= Panjang receiving opening
So= Lebar discharge opening

3.5.2 Kapasitas Gyratory Crusher


Untuk kapasitas gyratory crusher secara impiris dinyatakan dengan rumus
(Taggart) :
T = 0,75 So ( L G )
dimana :
T = Kapasitas (ton/jam)
So = Opening Setting
L = Panjang keliling dinding luar ( inci)
G = Keliling dinding dalam pada Gape
3.6 Istilah -Istilah
Reduction Ratio

= Hasil bagi ukuran maksimum umpan yang masuk jaw


crusher dengan ukuran produk yang keluar dari jaw crusher

Mouth

= Opening atau lubang penerimaan

Throath

= Lubang pengeluran sebelah bawah

Open Set

= Jarak pada throat saat swing jaw menjauh

Closed set

= Jarak jaw pada mouth

Throw

= Jarak pergerakan dari swing jaw pada throat

Nip Anggle

= Sudut yang dibentuk permukaan jaw pada saat


menyentuh batuan

Ukuran Jaw Crusher

= Ukuran jaw crusher ditentukan oleh ukuran gape x panjang


receiving opening

IV Data yang Diharapkan


4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan pada saat
penelitian berlangsung. Data-data ini diambil dengan cara melihat, mempraktekan
dan melakukan wawancara dengan operator crushing plant
4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dengan cara
studi pustaka (literatur). Data ini digunakan untuk melengkapi data primer dalam
penyusunan laporan penelitian (Tugas Akhir).
V Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:
1. Cara kerja alat
2. Data spesifikasi crusher
3. Fraksi akhir ukuran material andesit hasil crushing

VI Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama satu bulan, yaitu dimulai pada tanggal 12
Maret sampai dengan selesai pada tanggal 17 April 2010, di PT. Pro Intertech
Indonesia Kelurahan Saoka, Distrik Sorong Barat, Kotamadya Sorong, Provinsi
Papua Barat, dengan jadwal kegiatan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Rencana Kerja (penelitian)
Jenis Kegiatan

Waktu Pelaksanaan (bulan)


1

Orientasi Lapangan
Pengumpulan Data Lapangan
Pengolahan Data
Penyusunan Laporan
Keterangan:
= Waktu Pelaksanaan

VII Biodata Mahasiswa

Biodata mahasiswa yang melakuan penelitian ini adalah:


1. Nama

: Michael Septian Rumbekwan

2. NIM

: 2007 40 028

3. Alamat

: Asrama Mahasiswa Katolik Villanova,


Jln. Gereja Petrus, Amban
Manokwari, Papua Barat.

4. Tempat tanggal lahir : Jayapura, 25 September 1989


5. Agama

: Kristen Protestan

6. Golongan Darah

: B

7. Latar Belakang Pendidikan


No.

Asal

Tahun

Sekolah Dasar

SD YPK Paulus Dok

Lulus
2001

Sekolah Lanjutan Tingkat

V Kota Jayapura
SLTP Negeri 1 Kota

2004

Pertama
Sekolah Menengah

Jayapura
SMK Negeri 3 Kota

2007

Kejuruan
Perguruan Tinggi

Jayapura
UNIPA

Jenjang Pendidikan

8. Nama Orang Tua


a. Ayah

: Drs. Links Leo Rumbekwan (Alm)

b. Ibu

: Juliana Delila Wompere, SH

VIII Daftar Pustaka


Sukkandarumidi. 1998. Bahan Galian Industri. Gadjah Mada University Prees

IR. H. S. L. Tobing. 2005. Prinsip Dasar Pengolahan Bahan Galian. Pusat


Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara. Bandung.
Ir. Partanto Prodjosumarto. 2000. Pemindahan Tanah Mekanis. Jurusan Teknik
Pertambangan Institut Teknologi Bandung

Anda mungkin juga menyukai