Anda di halaman 1dari 10

Ketaksaan / Ambiguitas

Makalah
Disusun Guna Melengkapi Tugas Akhir Mata Kuliah Semantik
Dosen Pengampu: Bakdal Ginanjar, S.S, M.Hum.

Disusun Oleh :
Nama:
Hestina Avianti
NIM:
C0214033
Kelas/Smt:
A/IV

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Semantik merupakan ilmu tentang makna kata dan kalimat, pengetahuan


mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata, dan bagian struktur bahasa yang
berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara. (Kamus
Besar Bahasa Indonesia)
Dalam berkomunikasi secara tulis, seringkali manusia kurang memperhatikan
adanya keselarasan antara kata yang dituliskan dengan makna yang dimaksudkan.
Akibatnya. hal ini menimbulkan adanya penerimaan makna ganda oleh orang lain.
Adanya makna ganda ini disebut ketaksaa/ ambiguitas.
Ambiguitas (nomina) dari ambigu (adjektiva) merupakan 1. sifat atau hal yang
berarti dua: kemungkinan yang mempunyai dua pengertian; taksa; 2. ketidaktentuan;
ketidakjelasan; 3. kemungkinan adanya makna yang lebih dari satu atas suatu karya
sastra; 4. kemungkinan adanya makna lebih dari satu di sebuah kata, gabungan kata,
atau kalimat (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990: 27).
Ambiguitas berasal dari bahasa Inggris yaitu ambiguity yang berarti suatu
konstruksi yang dapat ditafsirkan lebih dari satu arti. Ambiguitas sering juga disebut
ketaksaan (Alwi, 2002:36). Ketaksaan dapat diartikan atau ditafsirkan memiliki lebih
dari satu makna akan sebuah konstruksi sintaksis. Tidak dapat dipungkiri
keambiguan yang mengakibatkan terjadinya lebih dari satu makna ini dapat terjadi
saat pembicaraan lisan ataupun dalam keadaan tertulis.
Ketaksaan/ ambiguitas dapat terjadi pada semua tataran bahasa, baik kata, frase,
klausa, kalimat, maupun sebuah wacana. Kalimat ambigu secara struktural atau
ketatabahasaan sudah tepat, tetapi arti kalimat tersebut menimbulkan makna ganda
atau lebih dari satu makna. Dalam bahasa lisan, penafsiran kalimat ambigu ini
mungkin tidak akan terjadi karena adanya pembedaan didalam cara pengucapannya.
Namun, dalam bahasa tulis penafsiran ganda ini dapat saja terjadi jika penandapenanda ejaan tidak lengkap.
1.2 Perumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan ketaksaan/ ambiguitas?
b. Apa sajakah jenis-jenis ketaksaan/ ambiguitas?
c. Apa sajakah yang menyebabkan timbulnya ketaksaan/ ambiguitas?
1.3 Tujuan

a. Memahami arti ketaksaan/ ambiguitas


b. Mempelajari jenis-jenis ketaksaan/ ambiguitas
c. Mengetahui penyebab timbulnya ketaksaan/ ambiguitas

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ketaksaan/ ambiguitas
Ambiguitas (nomina) dari ambigu (adjektiva) merupakan 1. sifat atau hal
yang berarti dua: kemungkinan yang mempunyai dua pengertian; taksa; 2.
ketidaktentuan; ketidakjelasan; 3. kemungkinan adanya makna yang lebih dari satu

atas suatu karya sastra; 4. kemungkinan adanya makna lebih dari satu di sebuah kata,
gabungan kata, atau kalimat (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990: 27).
Ambiguitas berasal dari bahasa Inggris yaitu ambiguity yang berarti suatu
konstruksi yang dapat ditafsirkan lebih dari satu arti. Ambiguitas sering juga disebut
ketaksaan (Alwi, 2002:36). Ketaksaan dapat diartikan atau ditafsirkan memiliki lebih
dari satu makna akan sebuah konstruksi sintaksis. Tidak dapat dipungkiri
keambiguan yang mengakibatkan terjadinya lebih dari satu makna ini dapat terjadi
saat pembicaraan lisan ataupun dalam keadaan tertulis.
Ketaksaan/ ambiguitas dapat terjadi pada semua tataran bahasa, baik kata, frase,
klausa, kalimat, maupun sebuah wacana. Kalimat ambigu secara struktural atau
ketatabahasaan sudah tepat, tetapi arti kalimat tersebut menimbulkan makna ganda
atau lebih dari satu makna. Dalam bahasa lisan, penafsiran kalimat ambigu ini
mungkin tidak akan terjadi karena adanya pembedaan didalam cara pengucapannya.
Namun, dalam bahasa tulis penafsiran ganda ini dapat saja terjadi jika penandapenanda ejaan tidak lengkap.
Ketaksaan/ ambiguitas berdasarkan tataran bahasa dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu:
1. Ketaksaan Fonetis ialah ketaksaan atau ambiguitas yang terjadi pada tataran
fonetik atau fonem.
2. Ketaksaan Gramatikal ialah ketaksaan atau ambiguitas yang terjadi akibat
perpaduan kata dengan kata, sebuah morfem dengan morfem lain atau dengan
kata yang terjadi dalam suatu hubungan struktur bahasa
3. Ketaksaan Leksikal ialah ketaksaan yang terjadi pada tataran leksem atau
kata, atau dengan kata lain ketaksaan leksikal adalah sebuah kata atau leksem
yang mempunyai makna lebih dari satu makna, bisa terjadi pada relasi makna
berupa homonim atau polisemi.
2.2 Jenis-jenis Ketaksaan
1. Ketaksaan Fonetis

Ambiguitas pada tataran fonologi terjadi karena membaurnya bunyi-bunyi


bahasa yang dilafalkan. Kata-kata yang membentuk kalimat bila dilafalkan terlalu
cepat dapat mengakibatkan keragu-raguan akan maknanya.
Contoh:
Ronde yang dapat berarti babak dalam pertandingan tinju, atau minuman tradisional
khas Jawa.
2. Ketaksaan Gramatikal
Ketaksaan gramatikal muncul pada tataran morfologis dan sintaksis. Dengan
demikian, ketaksaan gramatikal ini dapat dilihat dengan dua alternatif. Pertama,
ketaksaan yang disebabkan oleh peristiwa pembentukan kata secara gramatikal.
Kedua, ketaksaan pada frasa yang mirip. Setiap kata membentuk frasa yang
sebenarnya sudah jelas, tetapi kombinasinya mengakibatkan maknanya dapat
diartikan lebih dari satu pengertian.
3.Ketaksaan Leksikal
Setiap kata dapat bermakna lebih dari satu, dapat mengacu pada benda yang
berbeda, sesuai dengan lingkungan pemakainya.
a. Polisemi
b. Homonim
Contoh-contoh Ketaksaan
1. Puasa kok kangen terus, nggak haus?
2.3 Faktor Penyebab Ketaksaan
2.3.1 Segi Morfologi
Morfologi dalam Bahasa Indonesia merupakan salah satu cabang dalam ilmu
yang mempelajari tentang perubahan bentuk kata yang dapat menimbulkan makna
baru yang lebih luas. Terdapat beberapa tipe-tipe keambiguan di bidang morfologi
adalah:

1. Tipe Afiks
Suatu bentuk yang di dalam suatu kata merupakan unsur langsung, bukan bentuk
bebas serta memiliki kesanggupan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk
membentuk kata baru
a. Prefiks terPrefiks ter- memiliki arti dapat, tak sengaja, paling, sampai ke-.
b. Prefiks berPrefiks ber- mempunyai arti menghasilkan, mempunyai, mengucapkan, dan
melakukan.
c.

Prefiks pe-

Prefiks pe- memiliki dua arti, dapat berarti orang yang melakukan pekerjaan dan juga
alat yang digunakan melakukan pekerjaan.
d.

Sufiks an

Sufiks an bila digunakan dalam kalimat dapat berarti hasil, cara, alat, apa yang di.
Oleh sebab itu, keambiguan dapat terjadi karena berbagai arti tersebut.
2. Tipe Leksikon (Faktor kata)
a. Kepolisemian
Suatu bentuk kata yang mempunyai makna lebih dari satu sehingga mengacu pada
kalimat ambigu
b. Kehomoniman
Suatu bentuk kata yang sama lafal atau ejaannya tetapi memiliki makna yang
berbeda. Kata yang homonim sangat berpotensi menyebabkan keambiguan dalam
kalimat berbahasa Indonesia.
c.
d.

Preposisi
Antonim

Penggunaan kata yang dinegatifkan akan mengakibatkan sebuah kalimat menjadi


ambigu.
e. Akronim dan kependekan
Akronim dapat menimbulkan keambiguan jika penggunaan atau pengucapannya
tidak tepat.
2.3.2 Segi Sintaksis
Sintaksis merupakan pengetahuan tentang susunan kata dan kalimat (ilmu tata
bahasa).
a. Tipe kata majemuk dan ungkapan.
b. Tipe kata ulang
2.3.3 Segi Struktur
Keambiguan dapat disebabkan struktur pada kalimat yang dibagi atas beberapa
bagian antara lain struktur frasa dan struktur kalimat.
a. Struktur Frasa
Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif. Batasan itu dipakai untuk membedakan frasa dengan kalimat (klausa)
karena kalimat merupakan gabungan kata yang bersifat predikatif.
b. Struktur Kalimat
Struktur kalimat merupakan salah satu penyebab penafsiran makna suatu kalimat
menjadi ambigu. Walaupun semua kegandaan itu pada akhirnya akan menyebabkan
kegandaan kalimat tetapi kegandaan karena struktur kalimat perlu dikhususkan
karena kegandaan ini hanya dapat diketahui dalam keseluruhan kalimat.

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Ambiguitas (nomina) dari ambigu (adjektiva) merupakan 1. sifat atau hal
yang berarti dua: kemungkinan yang mempunyai dua pengertian; taksa; 2.
ketidaktentuan; ketidakjelasan; 3. kemungkinan adanya makna yang lebih dari satu

atas suatu karya sastra; 4. kemungkinan adanya makna lebih dari satu di sebuah kata,
gabungan kata, atau kalimat (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990: 27).
Ketaksaan/ ambiguitas dapat terjadi pada semua tataran bahasa, baik kata, frase,
klausa, kalimat, maupun sebuah wacana. Kalimat ambigu secara struktural atau
ketatabahasaan sudah tepat, tetapi arti kalimat tersebut menimbulkan makna ganda
atau lebih dari satu makna. Dalam bahasa lisan, penafsiran kalimat ambigu ini
mungkin tidak akan terjadi karena adanya pembedaan didalam cara pengucapannya.
Namun, dalam bahasa tulis penafsiran ganda ini dapat saja terjadi jika penandapenanda ejaan tidak lengkap.
Ketaksaan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu 1. Ketaksaan Fonetis; 2.
Ketaksaan Gramatikal; dan 3. Ketaksaan Leksikal
Sedangkan faktor penyebab timbulnya ketaksaan antara lain adalah adanya
pergeseran makna dari segi morfoogi, segi sintaksis, dan segi struktur.

Daftar Pustaka
Anton M. Moeliono, dkk (peny.). 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat. Jakarta: Gramedia.
Hasan Alwi, dkk. 2010. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.

http://wikipedia.org/ketaksaan-dalam-bahasa-indonesia (Diakses pada 10 Juni 2016


Pukul 13.56 WIB)
http://www.prince-mienu.blogspot.com (Diakses pada 12 Juni 2016 Pukul 20.22
WIB)

Anda mungkin juga menyukai