Makalah
Disusun Guna Melengkapi Tugas Akhir Mata Kuliah Semantik
Dosen Pengampu: Bakdal Ginanjar, S.S, M.Hum.
Disusun Oleh :
Nama:
Hestina Avianti
NIM:
C0214033
Kelas/Smt:
A/IV
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ketaksaan/ ambiguitas
Ambiguitas (nomina) dari ambigu (adjektiva) merupakan 1. sifat atau hal
yang berarti dua: kemungkinan yang mempunyai dua pengertian; taksa; 2.
ketidaktentuan; ketidakjelasan; 3. kemungkinan adanya makna yang lebih dari satu
atas suatu karya sastra; 4. kemungkinan adanya makna lebih dari satu di sebuah kata,
gabungan kata, atau kalimat (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990: 27).
Ambiguitas berasal dari bahasa Inggris yaitu ambiguity yang berarti suatu
konstruksi yang dapat ditafsirkan lebih dari satu arti. Ambiguitas sering juga disebut
ketaksaan (Alwi, 2002:36). Ketaksaan dapat diartikan atau ditafsirkan memiliki lebih
dari satu makna akan sebuah konstruksi sintaksis. Tidak dapat dipungkiri
keambiguan yang mengakibatkan terjadinya lebih dari satu makna ini dapat terjadi
saat pembicaraan lisan ataupun dalam keadaan tertulis.
Ketaksaan/ ambiguitas dapat terjadi pada semua tataran bahasa, baik kata, frase,
klausa, kalimat, maupun sebuah wacana. Kalimat ambigu secara struktural atau
ketatabahasaan sudah tepat, tetapi arti kalimat tersebut menimbulkan makna ganda
atau lebih dari satu makna. Dalam bahasa lisan, penafsiran kalimat ambigu ini
mungkin tidak akan terjadi karena adanya pembedaan didalam cara pengucapannya.
Namun, dalam bahasa tulis penafsiran ganda ini dapat saja terjadi jika penandapenanda ejaan tidak lengkap.
Ketaksaan/ ambiguitas berdasarkan tataran bahasa dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu:
1. Ketaksaan Fonetis ialah ketaksaan atau ambiguitas yang terjadi pada tataran
fonetik atau fonem.
2. Ketaksaan Gramatikal ialah ketaksaan atau ambiguitas yang terjadi akibat
perpaduan kata dengan kata, sebuah morfem dengan morfem lain atau dengan
kata yang terjadi dalam suatu hubungan struktur bahasa
3. Ketaksaan Leksikal ialah ketaksaan yang terjadi pada tataran leksem atau
kata, atau dengan kata lain ketaksaan leksikal adalah sebuah kata atau leksem
yang mempunyai makna lebih dari satu makna, bisa terjadi pada relasi makna
berupa homonim atau polisemi.
2.2 Jenis-jenis Ketaksaan
1. Ketaksaan Fonetis
1. Tipe Afiks
Suatu bentuk yang di dalam suatu kata merupakan unsur langsung, bukan bentuk
bebas serta memiliki kesanggupan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk
membentuk kata baru
a. Prefiks terPrefiks ter- memiliki arti dapat, tak sengaja, paling, sampai ke-.
b. Prefiks berPrefiks ber- mempunyai arti menghasilkan, mempunyai, mengucapkan, dan
melakukan.
c.
Prefiks pe-
Prefiks pe- memiliki dua arti, dapat berarti orang yang melakukan pekerjaan dan juga
alat yang digunakan melakukan pekerjaan.
d.
Sufiks an
Sufiks an bila digunakan dalam kalimat dapat berarti hasil, cara, alat, apa yang di.
Oleh sebab itu, keambiguan dapat terjadi karena berbagai arti tersebut.
2. Tipe Leksikon (Faktor kata)
a. Kepolisemian
Suatu bentuk kata yang mempunyai makna lebih dari satu sehingga mengacu pada
kalimat ambigu
b. Kehomoniman
Suatu bentuk kata yang sama lafal atau ejaannya tetapi memiliki makna yang
berbeda. Kata yang homonim sangat berpotensi menyebabkan keambiguan dalam
kalimat berbahasa Indonesia.
c.
d.
Preposisi
Antonim
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Ambiguitas (nomina) dari ambigu (adjektiva) merupakan 1. sifat atau hal
yang berarti dua: kemungkinan yang mempunyai dua pengertian; taksa; 2.
ketidaktentuan; ketidakjelasan; 3. kemungkinan adanya makna yang lebih dari satu
atas suatu karya sastra; 4. kemungkinan adanya makna lebih dari satu di sebuah kata,
gabungan kata, atau kalimat (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990: 27).
Ketaksaan/ ambiguitas dapat terjadi pada semua tataran bahasa, baik kata, frase,
klausa, kalimat, maupun sebuah wacana. Kalimat ambigu secara struktural atau
ketatabahasaan sudah tepat, tetapi arti kalimat tersebut menimbulkan makna ganda
atau lebih dari satu makna. Dalam bahasa lisan, penafsiran kalimat ambigu ini
mungkin tidak akan terjadi karena adanya pembedaan didalam cara pengucapannya.
Namun, dalam bahasa tulis penafsiran ganda ini dapat saja terjadi jika penandapenanda ejaan tidak lengkap.
Ketaksaan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu 1. Ketaksaan Fonetis; 2.
Ketaksaan Gramatikal; dan 3. Ketaksaan Leksikal
Sedangkan faktor penyebab timbulnya ketaksaan antara lain adalah adanya
pergeseran makna dari segi morfoogi, segi sintaksis, dan segi struktur.
Daftar Pustaka
Anton M. Moeliono, dkk (peny.). 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat. Jakarta: Gramedia.
Hasan Alwi, dkk. 2010. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.