Otitis Eksterna Maligna New
Otitis Eksterna Maligna New
REFARAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
Juni 2016
UNIVERSITAS HASANUDDIN
OTITIS EKSTERNA MALIGNA
Disusun oleh :
Desya Dillachsyadina Mokke / C111 11 114
Latifah Husna Zulkafli / C111 11 871
Pembimbing :
dr. Ayu Ameliyah
HALAMAN PENGESAHAN
NIM
: C 111 11 871
Nama
NIM
: C 111 11 114
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3
I.
PENDAHULUAN.................................................................................4
II.
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................5
2.1 ANATOMI TELINGA.....................................................................5
2.2 FISIOLOGI PENDENGARAN ......................................................11
2.3 PENGERTIAN................................................................................12
2.4 ETIOLOGI.......................................................................................12
2.5 MANIFESTASI KLINIS.................................................................13
2.6 PATOGENESIS...............................................................................14
2.7 DIAGNOSIS....................................................................................16
2.8 PENATALAKSANAAN.................................................................19
2.9 KOMPLIKASI.................................................................................20
2.10 DIAGNOSA BANDING...............................................................21
2.11 PROGNOSIS.................................................................................22
III. KESIMPULAN......................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................24
Otitis eksterna maligna merupakan infeksi telinga luar dan struktur lain
disekitarnya yang ditandai dengan adanya jaringan granulasi pada liang telinga
dan nekrosis kartilago dari tulang liang telinga hingga meluas ke dasar
tengkorak. Keadaan ini sering dijumpai pada orang tua dengan penyakit
diabetes mellitus atau pasien dengan immunocompromised. Otitis eksterna
maligna (OEM) disebut juga otitis eksterna nekrotikan atau osteomielitis.
Gejala dan tanda meliputi otalgia, otorea dengan jaringan granulasi pada liang
telinga dan keterlibatan saraf kranial. P. aeruginosa merupakan kuman
patogen terbanyak ditemukan. Pemeriksaan scan tulang diperlukan untuk
menegakkan diagnosa. Terapi meliputi medikamentosa dan intervensi bedah.
Kasus OEM pertama kali dilaporkan oleh Toulmouche (1838). Meltzer dan
Kelleman (1959) melaporkan kasus osteomielitis tulang temporal yang
disebabkan oleh P. Aureginosa. Chandler (1968) adalah orang yang
menjelaskan penyakit ini secara rinci dan menyebutnya dengan Malignant
External Otitis. Otitis eksterna ini disebut maligna karena memiliki sifat klinik
yang agresif, dan memiliki hasil terapi yang jelek dan tingginya mortality rate
pada penderita.
1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Telinga
Telinga secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga
tengah dan telinga dalam.3
5
Batas luar
Batas depan
Batas bawah
Batas belakang
Batas atas
Batas dalam
: membran timpani
: tuba esutachius
: vena jugularis (bulbus jugularis)
: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
: tegmen timpani (meningen / otak )
: berturut turut dari atas kebawah ( kanalis
Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak
koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfe skala timpani dengan skala
vestibuli. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala
timpani disebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. skala
vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe, sedangkan skala media berisi
endolimfe. Dasar vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissners
membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran
ini terletak organ corti.
Otitis eksterna maligna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian
luar yang dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulanng temporal,
biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat
dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Kulit di 1/3 luar liang telinga
mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen, maka ditempat itu dapat terjadi infeksi pada polisebaseus, sehingga
membentuk furunkel. Karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan
longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium.
Sementara itu 2/3 kulit liang telinga dalam biasanya terjadi otitis eksterna difus.1,3
Arteri arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang
temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.
9
Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi oleh cabang
aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu cabang dari arteri
aurikular posterior mendarahi permukaan posterior telinga. Vena telinga bagian
anterior, posterior dan bagian dalam umumnya bermuara kevena jugularis
eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi, beberapa vena telinga mengalir kedalam
vena temporalis superficial dan vena aurikularis posterior. 3
Cabang aurikular temporalis dari bagian ketiga saraf trigeminus (N.V)
mensarafi permukaan anterolateral permukaan telinga, dinding anterior dan
superior liang telinga serta sekmen depan membrana timpani. Cabang aurikularis
dari saraf fasialis (N.VII), glosfaringeus (N.IX) dan vagus (N.X) menyebar
kedaerah konka dan cabang cabang saraf ini mensarafi dinding posterior dan
inferior liang telinga serta segmen posterior dan inferior membrana timpani.1,2,3
Gambar 6. Persarafan
10
11
2.4 Etiologi
Kecenderungan Otitis eksterna maligna umumnya ditemukan pada kondisi
berikut :3,4
1. Diabetik (90 - 100 % ), Diabetik merupakan faktor resiko utama
berkembangnya otitis eksterna maligna. Vaskulopati pembuluh darah kecil dan
disfungsi immun yang berhubungan dengan diabetik merupakan penyebab utama
predisposisi ini. Serumen pada pasien diabetik mempunyai pH yang tinggi dan
menurunnya konsentrasi lisosim mempengaruhi aktifitas anti bakteri lokal.
Tidak ada perbedaan antara DM tipe I dan II.
2. Immunodefisiensi seperti gangguan proliferasi limfosit atau adanya
immunosupresi karena penggunaan obat.
12
3. Irigasi telinga, dilaporkan sebanyak 50% kasus otitis eksterna maligna karena
trauma irigasi telinga pada pasien diabetik.
13
2.6 Patogenesis
Otitis eksterna maligna terjadi karena infeksi bakteri pada telinga bagian
luar. Pseudomonas aeruginosa adalah organisme yang selalu menjadi penyebab
dari infeksi. Pada penderita diabetes PH serumennya lebih tinggi dibanding PH
serumen non diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita diabetes mudah terjadi
otitis eksterna. Akibat adanya immunocompromize dan mikroangiopati, otitis
eksterna dapat berlanjut menjadi otitis ekterna maligna. Pada otitis eksterna
maligna peradangan meluas secara progresif kelapisan subkutis, tulang rawan, dan
tulang sekitarnya, sehinngga timbul kondritis, osteitis, osteomielitis yang
menghancurkan tulang temporal. Rasa gatal diliang telinga yang dapat cepat
14
diikuti oleh nyeri, sekret yang banyak, serta pembengkakan liang telinga
merupakan gejala awal pada penderita ini, gejala akan semakin memburuk dengan
seiring waktu sehingga menyebabkan tertutupnya liang telinga akibat oleh
jaringan granulasi yang tumbuh secara cepat. Saraf
2.7 Diagnosis
15
16
17
3.d. Histopatologi
Mekanisme invasi liang telinga berhubungan dengan nekrosis tulang. Proses
infeksi meluas ke submukosa dan terdapat destruksi tulang. pada gambaran
histology juga dapat terlihat rusaknya jaringan menunjukkan luasnya nekrosis
pada lapisan epidermis dan dermis disertai infiltrate PMN. Kartilago dikelilingi
oleh jaringan inflamasi dan tampak destruksi. Pada dinding pembuluh darah
18
2.9 Komplikasi
19
20
Merupakan radang pada 1/3 lateral canalis auditori eksterna yang infeksi
pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus beda dengan otitis eksterna
maligna yang disebabkan oleh Pseudomonas aeroginosa. Gejala rasa nyeri yang
hebat sama seperti nyeri otitis eksterna maligna , nyeri saat aurikula digerakan,
nyeri saat membuka mulut dan tidak sesuai dengan besar bisul/furunkel, karena
kulit liang telinga yang tidak mengandung jaringan longgar
di bawahnya
2.10 Prognosis
Rekurensi penyakit dilaporkan sekitar 9% - 27%. Hal ini berhubungan
dengan lamanya pemberian terapi yang tidak adekuat dan manifestasi klinik
berupa sakit kepala dan otalgia, bukan otorea. Otitis eksterna nekrotikan dapat
kambuh kembali setelah satu tahun pengobatan komplit.7,8,13
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Chandler, rata rata kematian
sekitar 50% tanpa pengobatan. Kematian berkurang sampai 20% dengan
ditemukannya antibiotik yang cocok. Penelitian terbaru melaporkan bahwa angka
kematian turun sampai 10%, tetapi kematian tetap tinggi pada pasien dengan
neuropati atau adanya komplikasi intracranial.7,8,11,13
BAB III
KESIMPULAN
22
23
Accesed
3/5/2009
9. Nussenbaum B. External ear,Otitis Externa. eMedicine specialties
Otolaryngology. Update: 04/14/06. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/845525-overview. Accesed
01/15/2009
10. Kroon DF, Strasnick B. Diseases of the auricle, external auditory canal,
and tympanic membran. In : Glasscock ME, Gulya AJ. GlasscockShambaugh Surgery of the Ear 5th ed. Philadelphia : WB Saunders
Company, 1990 : 357
11. Jung TTK, Jinn TH. Diseases of the external ear. In: Snow JB, Ballenger
JJ eds. Ballengers Otorhinolaryngology Surgery 16th ed. Philadelphia :
William & Wilkins; 1996 : 238-241
24
12. Meyerhoff WL, Caruso VG. Trauma & infections of the external ear. In :
Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL eds.
Otolaryngology 3rd ed. New York : WB Saunders ; 1991: 1230-1
13. Moghaddam M. Malignant external otitis. Acta Medica Iranica 1993; 31:
72-4. Available at: http:// journals.tums.ac.ir/uploadfiles/pdf/4998.pdf.
Accesed at 03/15/2009
25