04 Buku TeknologiBetonLanjt Ed2 PDF
04 Buku TeknologiBetonLanjt Ed2 PDF
ISBN 978-602-98015-1-4
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Daftar Isi
iii
Kata Pengantar
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1
5
6
6
7
BAB 2
BAB 3
Semen
Agregat
Air
Soal Latihan
Pustaka
BAHAN TAMBAH
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
8
8
16
21
23
24
25
25
31
34
37
41
42
iii
BAB 4
DURABILITAS BETON
43
4.1.
4.2.
43
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.
4.9.
BAB 5
iv
45
47
48
50
53
62
63
64
64
67
68
78
79
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan adanya keseimbangan
lingkungan untuk mencapai kesejahteraan manusia. Keseimbangan
lingkungan dalam bidang konstruksi dapat diperoleh dengan menerapkan
teknologi beton hijau, yang pada dasarnya menginginkan tercapainya
beton yang memiliki durabilitas (keawetan) tinggi, ramah lingkungan, dan
berkelanjutan. Untuk lebih memahami teknologi beton secara lebih
mendalam, buku ini ditulis dengan memfokuskan diri pada durabilitas
beton. Sebagai buku yang membahas teknologi beton lanjutan, buku ini
meyajikan pendalaman pada aspek-aspek terkait durabilitas beton, di
samping itu juga menyajikan beberapa hasil penelitian terpilih tentang
durabilitas beton sebagai wawasan ilmu pengetahuan.
Buku Teknologi Beton Lanjutan - Durabilitas Beton Edisi ke-2 ini
merupakan edisi terbaru yang menyajikan kemajuan teknologi beton dan
penelitian-penelitian terkini tentang durabilitas beton. Dalam Edisi ke-2
ini, terdapat perubahan dan tambahan pada Bab 5, yang menyajikan
hasil-hasil penelitian terkini dari penulis dan rekan-rekan tentang kinerja
beton dengan bahan tambah berbasis gula.
Penulis menghaturkan terimakasih sebesar-besarnya atas dukungan dana
dari DP2M Ditjen Dikti melalui Hibah Kompetensi 2010 dan 2011 (Tahun
Kedua dan Ketiga) berjudul Pemanfaatan Material Lokal untuk Teknologi
Beton Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan, yang memungkinkan buku
Teknologi Beton Lanjutan - Durabilitas Beton Edisi ke-2 ini dapat
diterbitkan.
Semoga buku ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang
teknologi beton, khususnya kajian serta penelitian tentang durabilitas
beton.
Penulis,
Dr. Rr. M.I. Retno Susilorini, ST., MT.
Kusno Adi Sambowo, Ph.D.
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
Beton
makin
maju
dan
berkembang,
terutama
dengan
1.2.
KLASIFIKASI BETON
1.3.
1.4.
SOAL LATIHAN
1.
2.
3.
4.
BAB 1 PENDAHULUAN
5.
1.5.
PUSTAKA
[1] Susilorini, Rr. M.I. Retno, dan Suwarno, Dj. (2009). Mengenal dan
Memahami Teknologi Beton. Penerbit Unika Soegijapranata, Semarang.
[2] Mehta, P Kumar, dan Monteiro, PJM. (1993). Concrete Structure,
Properties, and Materials. Prentice-Hall, New Jersey.
BAB 2
SEMEN, AGREGAT, DAN AIR
2.1.
SEMEN
Komposisi oksida
singkatan
Trikalsium silikat
3CaO.SiO2
C3S
Dikalsium silikat
2CaO.SiO2
C2S
Trikalsium aluminat
3CaO.Al2O3
C3A
Tetrakalsium aluminoferrite
3CaO.Al2O3.Fe2O3
C4AF
(a)
(b)
10
MgO bereaksi dengan air maka akan terjadi penambahan volume beton
yang dapat menyebabkan beton mengalami retak-retak. Senyawa SO3
diperbolehkan kadarnya 2.5-3% saja. Fungsi dari senyawa adalah sebagai
pengatur pengikatan semen. Bila kadar gypsum terlalu tinggi, maka
selama berlangsungnya proses pengerasan, akan timbul pengembangan
volume beton yang menimbulkan keretakan. Senyawa NaO dan K2O
selalu dijumpai dalam bahan baku penyusun semen yang dapat
menimbulkan retak-retak pada beton dan dapat merusak keseluruhan
beton. Dengan demikian, kadar senyawa NaO dan K2O dibatasi kurang
atau sama dengan 0.6%.
Beberapa jenis semen menurut ASTM C150 [1-3] dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Tipe I, adalah semen Portland standar yang digunakan untuk
semua bangunan beton yang tidak mengalami perubahan
cuaca yang drastis ataupun dibangun dalam lingkungan yang
agresif
b. Tipe II, adalah semen Portland yang digunakan untuk
konstruksi pembetonan massa seperti dam, yang panas
hidrasinya tertahan dalam bangunan untuk jangka waktu yang
lama. Bila semen yang digunakan adalah semen standar, maka
saat proses pendinginan akan timbul tegangan-tegangan
akibat perubahan suhu yang dapat mengakibatkan retak-retak
pada bangunan. Untuk itu diperlukan semen khusus, yaitu tipe
II, yaitu semen yang dapat mengeluarkan panas hidrasi rendah
12
serta
percepatan
penambahan
kekuatan.
terserang
serangan
sulfat
dianjurkan
13
(2.1.)
2C
S + 4H C S
H + Ca OH
(2.2.)
14
Gambar 2.3. Relasi kekuatan mortar (EN 196-1) dan beton (BS 4550)
(Newmann dan Choo, 2003)
15
2.2.
AGREGAT
16
berat
jenisnya
[1-3].
Menurut
berat
volumenya,
agregat
diklasifikasikan sebagi pasir dan kerikil, agregat ringan, dan agregat berat.
Pasir dan kerikil adalah agregat dengan berat volume 1520-1680 kg/m3,
sedangkan agregat ringan memiliki berat volume kurang dari 1120 kg/m3,
dan agregat berat memiliki berat volume lebih besar daripada 2080
kg/m3.
Kategori agregat menurut asalnya [1-3] adalah agregat mineral
alami dan agregat buatan (sintesis). Agregat mineral alami adalah agregat
yang diperoleh dan dihasilkan oleh alam, misalnya pasir, kerikil, dan batu
pecah. Agregat alami diperoleh dari alam yang telah mengalami
pengecilan secara alamiah (kerikil) atau dapat juga diperoleh dengan cara
17
memecah batu alam. Dalam hal ini, pasir alam terbentuk dari pecahan
batu sehingga dapat diperoleh dari dalam tanah, dasar sungai atau tepi
laut. Agregat yang menurut asalnya dikategorikan sebagai agregat buatan
(sintesis) diproses secara termal, atau merupakan hasil sampingan atau
ikutan dari produksi suatu bahan.
Agregat menurut berat jenisnya diklasifikasikan menjadi agregat
normal, agregat berat, dan agregat ringan [1, 3]. Yang termasuk ke dalam
agregat normal adalah agregat dengan berat jenis 2.5-2.7 t/m3, misalnya
granit, kuarsa, dan sebagainya. Agregat berat adalah agregat dengan
berat jenis lebih dari 2.8 t/m3, misalnya magnetik, barytes, atau serbuk
besi; sedangkan yang masuk ke dalam kategori agregat ringan adalah
agregat dengan berat jenis kurang dari 2.0 t/m3, misalnya untuk agregat
ringan alami adalah diotomite, purnice, volcanic cinder, agregat ringan
buatan adalah tanah bakar, abu terbang, busa terak tanur tinggi.
Persyaratan mutu agregat (gradasi, kadar lumpur, kandungan zat
yang merugikan) yang ditetapkan oleh ASTM C33 dapat dijelaskan
sebagai berikut [1, 3]:
1. Agregat halus
a. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron
(dalam % berat) maksikmum untuk beton yang mengalami
abrasi sebesar 3.0 dan untuk beton jenis lain sebesar 5.0
b. Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah
dirapikan maksimum sebesar 3.0%
18
19
UKURAN LOBANG
AYAKAN
(mm)
9.50
4.75
2.36
1.18
0.60
0.30
0.15
(%)
100
95-100
80-100
50-85
25-60
10-30
2-10
dengan
tanah
basah,
tidak
boleh
20
2.3.
AIR
21
22
2.4.
SOAL LATIHAN
1.
2.
3.
23
4.
tercapainya
kinerja
beton
yang
kuat
dan
berkelanjutan?
2.5.
PUSTAKA
24
BAB 3
BAHAN TAMBAH
3.1.
25
26
27
absorpsi
pada
permukaan
semen,
umumnya
28
percepatan
(accelerating)
atau
perlambatan
(retarding)
h. Mengubah
kandungan
udara
(air
content),
dengan
29
30
3.2.
31
Gambar 3.5. Gambar mikro dari udara terperangkap pada beton dengan udara
terperangkap (air-entrained concrete)
(http://www.cement.org/tech/images/air_entrained.jpg)
32
menyebabkan
gelembung
udara
berdiameter
0.25-1
mm
33
3.3.
material yang
34
35
Pozzolan memiliki mutu yang baik jika jumlah kadar SiO2 + Al2O3 +
Fe2O3 tinggi dan sangat reaktif dengan kapur [5]. ASTM C618
membedakan mutu pozzolan sebagai berikut.
a. Tipe N, pozzolan alam atau hasil pembakaran. Pozollan alam
yang termasuk dalam jenis ini adalah tanah diatomic, ophaline
cherts, sales, tuff, abu vulkanik atau purnicite yang diproses
dengan atau tanpa pembakaran. Di samping itu, yang
termasuk dalam tipe ini adalah berbagai material hasil
pembakaran yang mempunyai sifat pembakaran yg baik.
b. Tipe C, abu terbang (fly ash) yang mengandung CaO di atas
10% yang dihasilkan dari pembakaran lignite atau subbitumen batubara
c. Tipe F, abu terbang (fly ash) yang mengandung CaO di atas
10% yang dihasilkan dari pembakaran anthracite atau bitumen
batubara
Dalam hal proses pembentukannya, ASTM C593 membedakan
jenis pozzolan sebagai berikut [5].
a. Pozzolan alam, merupakan material alam hasil sedimentasi
dari abu atau lava gunung berapi yang mengandung silika
aktif, yang bila dicampur dengan kapur padam akan
menghasilkan pemuaian
b. Pozzolan buatan
i.
36
3.4.
38
29,802 MPa yang melebihi syarat kuat rencana (19 MPa). Di samping itu,
modulus elastisitas beton dengan campuran Trass Muria Kudus memiliki
nilai yang lebih tinggi dibandingkan beton normal (Setiawan dan
Purnomo, 2002; Susilorini, et. al., 2002; Susilorini, 2003 dalam [6]).
Penelitian bahan tambah (admixture) berbasis gula untuk
campuran beton dengan memanfaatkan sukrosa, gula pasir, dan larutan
tebu dapat dijelaskan sebagai berikut. Bahan tambah diaplikasikan pada
campuran beton dengan tujuan meningkatkan beberapa sifat dan kinerja
beton. Bahan tambah pemercepat (accelerator), menurut ASTM tipe C,
maupun pemerlambat (retarder), menurut ASTM tipe D, secara khusus
dikaji dalam penelitian Susilorini [7, 8]. Bahan tambah pemercepat
digunakan untuk mempercepat waktu pengikatan semen dan pengerasan
beton sedangkan bahan tambah pemerlambat digunakan untuk tujuan
sebaliknya. Dosis bahan tambah pemerlambat yang umum digunakan
dalam campuran beton berkisar antara 0.03%-0.15% dari berat semen
(Jayakumaranma, 2005 dalam [6]), sedangkan dosis di atas 0.25% dari
berat semen akan menimbulkan percepatan pengikatan semen yang
signifikan.
Penelitian-penelitan terdahulu (Susilorini, 2009; Susilorini, et. al.,
2008; 2009; Etmawati and Yuwono, 2008; Ganis and Nugraha, 2008;
Nikodemus and Setiawan, 2008; Syaefudin and Nugraha, 2008; Birru and
Windya, 2009; Aprilia and Maulana, 2009 dalam [7, 8]) membuktikan
bahwa pada dosis tertentu gula dapat mempercepat atau justru
memperlambat waktu pengikatan semen dan pengerasan beton serta
39
meningkatkan kinerja kuat tekan mortar dan beton. Perlu dicatat bahwa
ampas tebu mengandung 30-50% selulosa dan 20-24% lignin (Viera,
et.al., 2007 dalam [7, 8]). Adanya lignin dalam ampas tebu dan air
perasannya diindikasikan memberikan kontribusi lekatan bila larutan
tebu dicampurkan ke dalam adukan beton. Bahan tambah berbasis gula
dalam campuran beton bersifat meningkatkan ikatan C-S-H sehingga akan
meningkatkan nilai kuat tekannya seiring waktu hingga dicapai nilai
optimal dari kuat tekan tersebut.
Penelitian Susilorini [7, 8] telah menghasilkan beberapa komposisi
bahan tambah (admixture) berbasis gula untuk campuran beton
(Susilorini, 2009, 2010). Dalam penelitian tersebut, telah diuji 16
komposisi untuk memperoleh komposisi optimal dengan uji kuat tekan
mortar dan beton. Hasil uji kuat tekan beton dari ke-16 komposisi
menyimpulkan adanya 6 komposisi optimal bahan tambah berbasis gula
yang mampu meningkatkan kuat tekan beton. Dari ke-6 komposisi
optimal tersebut, 5 komposisi bersifat sebagai pemerlambat dan 1
komposisi sebagai pemercepat. Bahan tambah berbasis gula untuk
campuran beton yang menggunakan sukrosa, gula pasir, dan larutan
tebu,
adalah
bahan
tambah
yang
ramah
lingkungan,
mampu
40
3.5.
SOAL LATIHAN
mengenai
jenis-jenis
bahan
tambah
dan
fungsi
penggunaannya.
3. Jelaskan tentang water-reducing admixture dan penggunaannya.
4. Bandingkan peranan bahan tambah pemerlambat dengan peranan
superplasticizer pada beton
5. Jelaskan pentingnya aplikasi pozzolan pada campuran beton.
41
3.6.
PUSTAKA
42
BAB 4
DURABILITAS BETON
4.1.
43
44
4.2.
45
Gambar 4.3. Contoh kasus kerusakan elemen beton akibat korosi pada tulangan
yang terekspose lingkungan agresif
(Lobo, 2007)
46
4.3.
PERMEABILITAS BETON
Salah
satu
tolok
ukur
dalam
durabilitas
beton
adalah
47
4.4.
48
49
4.5.
50
4.6.
51
52
4.7.
SERANGAN-SERANGAN
N
YANG
MEMPENGARUHI
DURABILITAS BETON
Serangan-serangan
kimiaw
iawi
terhadap
beton
sangat
53
54
beton lebih disebabkan oleh sulfat cair daripada sulfat padat, yang
bereaksi dengan pasta semen terhidrasi. Di antara semua jenis sulfat,
magnesium sulfat dinilai paling merusak beton.
Mekanisme serangan sulfat dapat dijelaskan sebagai berikut [5].
Serangan sulfat diawali dengan pembentukan gypsum (calcium sulfat)
dan ettringite (calcium sulphoaluminate) yang memiliki sifat menambah
volume sehingga terjadi pengembangan volume beton yang akhirnya
merusak beton. Reaksi pembentukan ettringite terjadi karena adanya
gypsum yang ditambahkan ke dalam campuran beton untuk mencegah
flash set. Untuk mengatasi serangan sulfat, maka perlu dipilih semen
dengan kadar C3A rendah, yaitu semen tipe V, atau dapat juga digunakan
semen pozzolan.
Jenis serangan kimia yang lain adalah serangan asam. Beton tidak
sepenuhnya tahan terhadap serangan asam (Gambar 4.12. dan 4.13.).
Asam, baik dalam konsentrasi kecil maupun besar, cepat atau lambat
akan mendisintegrasi beton. Senyawa yang paling rentan terhadap
serangan asam adalah Ca(OH)2 dan C-S-H. Seranngan asam ini akan
sangat merusak jika pH di bawah 4.5 [4].
Mekanisme serangan asam terjadi dengan mengubah unsur-unsur
bahan semen yang tidak larut ke dalam air menjadi unsur-unsur yang
larut ke dalam air, sehingga mudah menghilang dari dalam beton [5]. Bila
beton terkena serangan asam sulfur, maka akan terbentuk calcium sulfat
yang kemudian bereaksi dengan fase kalsium aluminat dalam semen akan
55
56
57
58
59
60
Air laut mengandung 3.5% garam dari keseluruhan beratnya [1, 4].
Konsentrasi ion Na+ dan Cl- sangat tinggi, sekitar 11.000-20.000 mg/l sedangkan
Mg2+ dan SO42- sekitar 1400-2700 mg/l. Nilai pH dari air laut bervariasi sekitar
7.5-8.4 dengan nilai rerata 8.2. Air laut juga mengandung CO2. Dari kandungan
senyawa kimia yang terdapat dalam air laut, berbagai serangan kimia dapat
terjadi dan merusak beton, yaitu serangan sulfat, serangan asam, serangan CO2,
dan serangan chlorida.
Masalah yang patut mendapat perhatian dalam hal serangan air laut
terhadap beton adalah serangan chlorida yang dapat menimbulkan korosi
tulangan baja. Page dan Page [7] membuktikan bahwa persentase chlorida
terhadap berat semen akan makin meningkat seiring timbulnya korosi, seperti
disajikan Gambar 4.19.
Gambar 4.19. Kurva relasi ambang chlorida dan saat timbulnya korosi
(Page dan Page, 2007)
61
4.8.
SOAL LATIHAN
1.
2.
3.
4.
5.
62
4.9.
PUSTAKA
63
BAB 5
BETON BERDURABILITAS TINGGI
5.1.
64
65
66
Inovasi bahan tambah berbasis gula yang dilakukan Susilorini, et. al.
membawa terobosan baru yang signifikan [3-5]. Kinerja beton dengan
bahan tambah berbasis gula akan didiskusikan lebih lanjut pada sub bab
5.3. berikut.
5.2.
yang
relevan. Model
yang
tengah
dikembangkan
oleh
beton
di
lingkungan
air
laut
yang
memperhitungkan
67
5.3.
68
69
70
gula
yang
dirawat
dengan
beberapa
media
(yang
70
Kuat TEkan (MPa)
60
50
40
M-I-A 01
30
M-I-A 02
20
M-I-A 03
10
M-I-B 04
AIR ROB III
AIR ROB II
AIR ROB I
NaCl III
NaCl II
NaCl I
AIR PAYAU
AIR LAUT
AIR TAWAR
M-II-A 03
M-II-B-01
28 HARI
Media Perawatan
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
AIR ROB III
AIR ROB II
AIR ROB I
NaCl III
NaCl II
NaCl I
AIR PAYAU
AIR LAUT
M-I-A 01
AIR TAWAR
Gambar 5.4. Kuat tekan mortar dengan bahan tambah berbasis gula pada umur
28 hari yang dirawat dengan beberapa media [28, 32]
M-I-A 02
28 HARI
Media Perawatan
Gambar 5.5. Kuat tekan beton dengan bahan tambah berbasis gula pada umur
28 hari yang dirawat dengan beberapa media [28, 32]
72
Hasil uji porositas beton dengan bahan tambah berbasis gula yang
dirawat dengan beberapa media [28] yang direpresentasikan komposisi
optimum M-I-A-02 menunjukkan bahwa benda uji beton dengan bahan
tambah berbasis gula yang dirawat dengan beberapa media memiliki nilai
porositas yang lebih kecil dibandingkan dengan beton tanpa bahan
tambah berbasis gula. Dengan demikian, oleh karena nilai porositas yang
lebih kecil, maka beton akan lebih kedap air, lebih padat, sehingga kuat
tekannya meningkat. Hasil uji koefisien permeabilitas beton dengan
bahan tambah berbasis gula yang dirawat dengan beberapa media [28]
juga menunjukkan bahwa secara umum benda uji beton dengan koefisien
permeabilitas yang lebih kecil dibandingkan dengan beton tanpa bahan
tambah berbasis gula sehingga beton akan lebih kedap air, lebih padat,
dengan demikian kuat tekannya meningkat.
Penelitian Hibah Kompetensi Tahun Ketiga (2011) menunjukkan
bahwa terjadi perubahan berat beton yang signifikan setelah benda uji
dimasukkan ke dalam air laut dengan kedalaman + 10 m selama 1 bulan
(30 hari) [29]. Gambar 4 memperlihatkan kehilangan berat rerata untuk
setiap komposisi benda uji. Hasil pengukuran berat beton dengan bahan
tambah berbasis gula pra dan pasca perendaman dalam air laut
menunjukkan bahwa specimen benda uji dengan kode M-I-A-02 dan M-IA-03 merupakan benda uji dengan kehilangan berat terendah, dengan
kisaran 12-14 gram.
73
KEILANGAN BERAT
(gram)
200
150
100
50
0
BENDA UJI
Gambar 5.6. Berat beton dengan bahan tambah berbasis gula rerata pasca
perendaman dalam air laut [29]
Hasil uji kuat beton dengan bahan tambah berbasis gula rerata
setelah direndam dalam air laut dengan kedalaman + 10 m selama 1
bulan diperlihatkan oleh Gambar 5. 7. Diperlihatkan bahwa benda uji M-IA-02, M-II-A-03, dan M-II-B-01
01 memiliki kuat tekan tertinggi, berkisar 33
3335 MPa.
Korelasi antara kehilangan berat dan kuat tekan b
benda uji dHpat
dijelaskan sebagai berikut. Hasil
asil pengukuran berat beton dengan bahan
tambah berbasis gula pasca perendaman dalam air laut dengan
kedalaman + 10 m selama 1 bulan [29] menunjukkan bahwa lingkungan
agresif air laut menyebabkan beton kontrol mengalami penurunan kuat
tekan, yaitu dengan
engan kehilangan berat yang cukup signifikan dari beberapa
benda uji.
74
KUAT TEKAN
(MPa)
40
35
30
25
20
15
10
5
0
BENDA UJI
Gambar 5.7. Kuat tekan beton rerata pasca perendaman dalam air laut [29]
75
kristalisasi kristalisasi
tekanan garam di dalam beton bila salah satu sisi permukaan struktur
mengalami kondisi basah, sedangkan sisi yang lain mengalami kering;
erosi fisik akibat gelombang dan benda-benda terapung; serta korosi
tulangan baja di dalam beton. Bahan tambah berbasis gula pada dasarnya
mengandung sukrosa, yaitu disakarida yang tersusun atas satuan-satuan
glukosa dan fruktosa [28]. Kandungan glukosa, glukonat, dan
lignosulfonat, akan menstabilkan ettringite dalam sistem C3Agypsum
[9]. Glukosa akan menghambat konsumsi gypsum dan pembentukan
ettringite. Terbentuknya ettringite ini akan menyebabkan volume beton
mengembang sehingga mebuat beton pecah. Pemberian bahan tambah
berbasis gula pada campuran beton akan mengakibatkan ikatan antar
elemen penyusun beton sangat kuat terutama karena kandungan lignin.
Pada dosis bahan tambah berbasis gula yang tepat, kristalisasi ettringite
tidak akan menyebabkan retak pada beton akibat pengembangan volume
[29].
Analisi hasil uji eksperimental menunjukkan bahwa benda uji
M-II-B-01, meskipun memiliki kuat tekan rerata tertinggi, sekitar 35 MPa
(Gambar 5.7), komposisi ini memiliki kehilangan berat rerata yang cukup
besar yaitu 175 gram. Komposisi dengan kode M-II adalah komposisi
bahan tambah berbasis gula yang lebih besar (0.3% dari berat semen)
76
penelitian-penelitian
penulis
dan
rekan-rekan
telah
77
5.4.
SOAL LATIHAN
1.
2.
Jelaskan
berbagai
upaya
yang
dapat
dilakukan
untuk
4.
5.
78
5.5.
PUSTAKA
[1] Aggarwal, V., Gupta, SM., dan Sachdeva, SN. (2010). Concrete
Durability Throuh High Volume Fly ash Concrete (HVLA) A Literature
Review, International Journal of Engineering Science and Technology
Vol. 2, No. 9, pp. 4473-4477.
[2] Arum, C. Dan Olotuah, AO. (2006). Concrete Durability Throuh High
Volume Fly ash Concrete (HVLA) A Literature Review, Emirates Journal
for Engineering Research, Vol. 11, No. 1, pp. 25-31.
[3] Susilorini, Rr. M.I. Retno. (2009). Pemanfaatan Material Lokal untuk
Teknologi Beton Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan, Laporan Akhir,
Tahun Pertama, DP2M, Ditjen Dikti.
[4] Susilorini, Rr. M.I. Retno, dan Sambowo, Kusno Adi. (2010).
Pemanfaatan Material Lokal untuk Teknologi Beton Ramah Lingkungan
yang Berkelanjutan, Laporan Akhir, Tahun Kedua, DP2M, Ditjen Dikti.
[5] Susilorini, Rr. M.I. Retno, Sambowo, Kusno Adi, dan Santosa, Budi.
(2011). Pemanfaatan Material Lokal untuk Teknologi Beton Ramah
Lingkungan yang Berkelanjutan, Laporan Akhir, Tahun Ketiga, DP2M,
Ditjen Dikti.
[6] Heiyantuduwa, R., dan Alexander, MG. (2009). Studies on prediction
models for concrete durability, Concrete Repair, Rehabilitation and
Retrofitting II, Alexander, et. al. (eds), Taylor & Francis Group, London,
pp. 303-309.
[7] Medjo Eko, R. dan Riskowski, G.L. (2001). A Procedure for Processing
Mixtures of Soil, Cement, and Sugar Cane Bagasse, Agricultural
Engineering International-the CIGR Journal of Scientific Research and
Development, Manuscript BC 99 001, Vol. III, pp. 1-11.
[8] Chandler, Cristophe., Kharsan, Margarita., dan Furman, Alla. (2002).
Sugar Beets Against Corrosion, Corrosion Review Journal, Vol. 20, No.
4-5, pp.379-390, London, England.
[9] Peschard, A., Govin, A., Grosseau, P., Guilhot. B., and Guyonnet, R.
(2004). Effect of polysaccharides on the hydration of cement paste in
79
80
Susilorini, Retno, M.I. Rr. (2009). The Importance of Natural Materials for
Green Concrete, Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil V, Teknologi
Ramah Lingkungan dalam Bidang Teknik Sipil, Surabaya, 11 Februari,
Program Studi Pasca Sarjana & Jurusan Teknik Sipil, ITS, pp. G.101-110.
[19] Susilorini, Retno, Rr. M.I., (2009). Sugar Based Natural Admixture
A Breakthrouh to Achieve Green Concrete, Unika Soegijapranata
Publisher, Semarang.
[20] Susilorini, Retno, Rr. M.I., (2009). Green Admixture for Sustainable
Concrete Implemented to Subsidized Apartment, Prosiding Seminar
Nasional Perspektif Apartemen Bersubsidi Ditinjau dari Multidisiplin
Ilmu, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 15 Agustus, pp.254-262.
[21] Etmawati, D. dan Yuwono, A. (2008). Beton dengan Bahan Tambah
Gula Pasir 0.3% dari Berat Semen, Tugas Akhir, Program Studi Teknik
Sipil, Unika Soegijapranata, Semarang.
[22] Ganis, R.I. dan Nugraha, H.A. (2008). Pengaruh Larutan Tebu 0.03%
Sebagai Retarder Alami Terhadap Kuat Tekan Beton, Tugas Akhir,
Program Studi Teknik Sipil, Unika Soegijapranata, Semarang.
[23] Nikodemus dan Setiawan, B. (2008). Pengaruh Penambahan
Retarder Gula Pasoe 0.03% dari Berat Semen Terhadap Kuat Tekan Beton,
Tugas Akhir, Program Studi Teknik Sipil, Unika Soegijapranata, Semarang.
[24] Syaefudin, I. dan Ardi B, S. (2008). Kinerja Kuat Tekan Beton dengan
Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% dari Berat Semen, Tugas Akhir,
Program Studi Teknik Sipil, Unika Soegijapranata, Semarang.
[25] Birru, Daniel Charles, and Windya KI, Rr. Vera, (2009). Kinerja Kuat
Tekan Mortar dan Beton dengan Bahan Tambah Larutan Tebu pada
Umur 28, 56, dan 84 Hari, Tugas Akhir, Program Studi Teknik Sipil, Unika
Soegijapranata, Semarang.
[26] Aprilia, Rizki Wulan, and Maulana PP, Novian, (2009). Kuat Tekan
Mortar dan Beton dengan Bahan Tambah Gula Pasir yang Berumur 28,
56, dan 84 Hari, Tugas Akhir, Program Studi Teknik Sipil, Unika
Soegijapranata, Semarang.
[27] Susilorini, Retno, M.I. Rr. (2009). Pemanfaatan Material Lokal unutk
Teknologi Beton Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan, Laporan Akhir,
81
82