Jalur
Onset
Efek
Maks.
Lama
Kerja
Dosis
Klonidin
Oral
30 menit
1-2 jam
8-12 jam
Kaptopril
Oral
15 menit
1-2 jam
4-6 jam
6,25-12,5 awal
Prazosin
Oral
15-30 menit
1-2 jam
8 jam
1-2 mg
Minoksidil
Oral
2 jam
4jam
12 jam
Labetalol
Oral
2 jam
3 jam
12 jam
nitrogliserin
Sub lingual
1 menit
15 menit
1 jam
1/150 grain
Jalur
Onset
Efek
Maks.
Lama
Kerja
Dosis
Sodium
nitroprusid
IV
Detik
1-2 menit
3-5 menit
16 ug/menit
1-6 ug/kg/menit
Trimetafan
IV
1-5 menit
2-5 menit
10 menit
0,5-5 mg/menit
Diazoksid
IV
1-5 menit
2-3 menit
infus bolus
metode infus
4-24 jam
50 mg IV 4 x setiap 5-10 menit
7,5-30 mg/menit + propanolol
Hidralazin
IV
10-20 menit
20-40 menit
3-8 jam
10-20 mg
Metildopa
IV
2-3 jam
3-5 jam
6-12 jam
Fentolamin
IV
(untuk
katekolamin
berlebihan)
Labetalol
IV
5 menit
5-10 menit
3-6 jam
Nikardipin
IV
10 menit
30 menit
3-6 jam
Nitrogliserin
IV
1-2 menit
2-3 menit
5-100 ug/menit
Dilevalol
IV
1-5 menit
3-6 jam
Enalapril AT
IV
10 menit
1-4 jam
2-6 jam
Fenoldopa
mesilat
IV
< 5 menit
5-10 menit
30 menit
0,1-0,3 ug/kg/menit
Esmolol
hidroklarida
IV
1-2 menit
5 menit
10-20 menit
Onset
Kerja
Lama
Kerja
Efek
Samping
Indikasi
Khusus
Sodium
nitroprusid
0,25-10
ug/kg/menit scr
dip IV (dosis
maks hanya utk 10
menit)
Segera
1-2 menit
Nausea, muntah,
getaran otot,
berkeringat,intoksi
kasi tiosanat dan
sianida
Krisis
hipertensi, hatihati dengan
tek.intrakranial
tinggi atau
azotemia
Nikardipin
hidroklorida
5-15 mg/jam IV
5-10 menit
1-4 jam
Takikardia, sakit
kepala, flushing,
flebitis lokal
Krisis hipertensi
kecuali gagal
jantung akut,
hati-hati dg
iskemia koroner
Fenoldopam
mesilat
0,1-0,3
ug/kg/menit IV
< 5 menit
30 menit
Takikardia, sakit
kepala, nausea,
flushing
Krisi hipertensi,
hati-hati dg
glaukoma
Nitrogliserin
5-100 ug/menit IV
2-5 menit
3-5 menit
Sakit kepala,
muntah,
methemoglobinemi
a, toleransi pada
penggunaan lama
Iskemia koroner
Enalaprilat
1,25-5 mg setiap 6
jam IV
15-30 menit
6 jam
Turunnya tekanan
darah pada kadar
renin
tinggi,respons
bervariasi
Gagal ventrikel
kiri akut,
hindari IMA
Hidralazin
hidroklorida
10-20 mg IV
10-50 mg IV
10-20 menit
20-30 menit
3-8 jam
Diazoksid
50-100 mg IV
bolus
2-4 menit
6-12 jam
Labetalol
hidroklorida
20-80 mg IV
bolus setiap 10
menit
0,5-2,0 mg/menit
IV
5-10 menit
Esmolol
hidroklorida
250-500
ug/kg/menit utk 4
menit, dpt diulang
1-2 menit
fentolamin
5-15 mg IV
1-2 menit
Obat
Vasodilator
Eklampsia
Takikardia,
flushing, sakit
kepala, muntah,
angina yang
memberat
Nausea,flushing,ta
kikardia,nyeri dada
Inhibitor
adrenergik
3-6 jam
Muntah, scalp
tingling, rasa
terbakar di
tenggorok,
dizziness, nausea,
blok jantung,
hipotensi ortostatik
10-20 menit
Hipotensi nausea
3-10 menit
Takikardia,flushing
.sakit kepala
Jika tidak
dimonitor
Krisis hipertensi
kecuali gagal
ljantung akut
Diseksi aorta,
perioperatif
Dampak
katekolamin
Hipertensi Krisis
Algoritme Terapi Hipertensi Krisis dan Hipertensi Berat
Tekanan darah diastolik > 120 mmHg
Hipertensi emergensi
Hipertensi urgensi
berat biasa
25 % dalam 24 48Hipertensi
jam
Terapi titrasi seperti lazimnya (tidak diturunkan dalam waktu cepat, menit/beberapa jam
Terapi pemeliharaan
HIPOKALEMIA
Kriteria Diagnosis :
Kadar kalium (K) dalam serum < 3,5 mEq/Liter
Diagnosis Banding :
- Kehilangan tidak melalui ginjal (K dalam urin < 15 mEq/24 jam)
Kehilangan melalui saluran cerna (diare)
Kehilangan melalui keringat berlebihan
Diet rendah kalium
Muntah
Perpindahan kalium kedalam sel (alkalosis, insulin agonis beta, paralysis
periodic, leukaemia, keracunan barium)
- Kehilangan melalui ginjal
Kalilum dalam urin > 15 mEq/24 jam
# Tidak disertai hipertensi (Bartter, hipomagnesemia, RTA, antibiotik
karbenisilin, tikarsilin, ureterosigmoidistomi)
# Disertai hypertensi
# Kadar rennin plasma tinggi (stenosis a. renalis, tumor yang membentuk
rennin)
# Kadar rennin olasma rendah (pengaruh hormon mineralokortikoid atai
obat-obat mengandung mineralokortikoid): hioeraldosteronisme primer,
hiperplasi korteks adrenal, sindrom cushing, sindrom adrenogenital,
sindrom liddle, penggunaan steroid dosis tinggi.
Ekskresi kalium disertai poliuria (obat-obat diuretic, diuretic osmotic)
Pemeriksaan Penunjang :
- Kadar K dalam serum
- Kadar K, Na, Cl dalam urin 24 jam
- Kadar Mg dalam serum
- Analisis gas darah
- EKG
Terapi :
- Bila ada intoksikasi digitalis, aritmia atau kadar kalium serum < 3 mEq/liter, koreksi
kalium secara intravena 20 mEq/jam dalam 50-100 cc larutan dekstrosa 5%
- Bila kadar kalium dalam serum > 3 mEq/liter, koreksi kalium cukup per oral
- Monitor kadar kalium setiap 2-4 jam untuk menghindari hiperkalemia terutama pada
pemberian secara intravena
Penyulit :
Kelemahan otot, lelah, kejang/kaku otot, konstipasi, ileus, paralysis flaksid, hiporefleksi,
rabdomiolisis, tetani.
Sarana Baku :
- Laboratorium yang dapat melakukan pemeriksaan kalium dalam serum dan urin
- EKG
HIPONATREMIA
Kriteria Diagnosis :
Kadar natrium (Na) dalam serum kurang dari 130 mEq/liter
Diagnosis Banding :
- Hiponatremia hipotonik (osmolalitas plasma rendah)
Hipovolemia
# Renal (Na urin sewaktu > 20 mEq/liter) diuretic, renal tubular acidosis,
Bartter (kadar kalium dalam urin tinggi), penuakit Addison (kadar kalium
dalam urin rendah)
# Nonrenal (Na urin sewaktu , 10 mEq/liter), muntah, diare, peritonitis, luka
bakar
Nonhipovolemia
# Volume arteri efektif tidak rendah: hipoalbuminemia, gagal jantung,
hipotiroid, defisiensi glukokortikoid, hipopituarisme, gagal ginjal kronik.
# Volume arteri efektif tidak rendah : SIADH, polidipsi primer
- Hiponatremia hipertonik (osmomalitas plasma tinggi), DM, mieloma multiple,
makroglobulinemia Waldenstrom.
Pemeriksaan Penunjang :
Kadar Na dalam serum, osmomalitas darah, Kadar Na, K, Cl dalam urin sewaktu,
osmomalitas urin.
Terapi :
Hiponatremia hipotonik dengan hipovolemia
- Koreksi hipovolemia dengan NaCl 0,9 %
- Bila ada gejala (kesadaran menurun, kejang) atau kadar Na < 110 mEq/liter
Hiponatremia hipotonik non hipovolemia
- Restriksi cairan masuk (0,5-1 liter per 24 jam)
- Restriksi asupan natrium
- Hiponatremia bergejala atau kadar Na < 110 mEq/liter
Kadar Na ditingkatkan 0,5 mEq/liter/jam
Koreksi sampai kadar Na dalam serum 120 mEq/liter (tidak lebih dari 130
mEq/liter dalam 48 jam pertama)
- Bila dianggap perlu mengeluarkan cairan dapat diberi diuretic (dengan syarat asupan
cairan tidak boleh memakai cairan tanpa elektrolit atau free-water)
- Koreksi albumin bila albumin serum rendah
Penyulit :
Penurunan kesadaran, kejang
Sarana Baku :
Laboratorium yang dapat melakukan pemeriksaan Na dalam serum dan urin serta
pemeriksaan osmolalitas darah maupun urin.
NEFROPATI DIABETIK
Definisi :
Nefropati Diabetik adalah suatu kelainan pada ginjal yang merupakan komplikasi diabetes
mellitus baik DMTI maupun DMTII, ditandai dengan adanya albuminuria
(mikroalbuminuria/makroalbuminuria).
Kriteria Diagnosis :
- Menderita DM baik DMTI maupun DMTII berdasarkan anamnesis adanya gejalagejala DM/riwayat pengobatan DM dan pemeriksaan laboratorium gula darah puasa
>= 126 mg% dan gula darah 2 jam sesudah makan >= 200 mg%
- Albuminuria : mikroalbuminuria maupun makroalbuminuria
Mikroalbuminuria apabila ekskresi albumin urin antara 30-300 mg/24 jam
Makroalbuminuria apabila ekskresi albumin urin > 30-300 mg/24 jam
- Adanya retinopati diabetik pada pemeriksaan funduskopi mata
- Biopsi ginjal menunjukkan adanya gambaran hipertrofi glomerulus glomerulosklerosis
dan hialinosis arteriolar.
Diagnosis Banding :
DM dengan infeksi saluran kemih, DM dengan glomerulonefritis, DM dengan hipertensi.
Pemeriksaan Penunjang :
- Laboratorium
Darah : gula darah, HbA1c, ureum, kreatinin
Urin : rutin, aseton, dipstick untuk albumin, mikroalbumin, penentuan protein
dalam urin secara kuantitatif
- Mikrobiologis untuk kultur urin terhadap mikroorganisme danuji kepekaan kuman
terhadap antibiotik
- Optalmoskop => Pemeriksaan fundus mata
- USG
Terapi :
Umum
- Pengendalian keadaaan metabolic/gula darah dengan mengatur diet yang disesuaikan
dengankebutuhan pasier. Jumlah kalorai yang diperhiutngkan untuk keperluan basal
35 Kcal/kgBB/hari. Insulin untuk pasien DMTI dan obat penurun gula darah oral
untuk pasien DMTTI apabila gula darah tidak terkontrol dengan diet.
- DM dengan albuminuria : protein dalam diet dibatasi => 0,8/kgBB/hari
- DM dengan hipertensi : diet DM + obat anti hipertensi ACEI/kombinasi ACEI +
antagonis kalsium bila tekanan darah tidak terkendali dengan ACEI target tekanan
darah 130/80 mmHg
- DM dengan insufisiensi ginjal : diet DM denganpembatasan protein 0,60,8/KgBB/hari. Pasien dengan insufisiensi ginjal yang mendapat ACEI perlu
dimonitor fungsi ginjal secara berkala.
Khusus
- DM dengan albuminuria : protein dalam diet dibatasi => 0,8 gr/kgBB/hari
- DM dengan hipertensi : diet DM + obat anti hipertensi penghambat ACE (ACEI)
/kombinasi ACEI + antagonis kalsium bila tekanan darah tidak terkendali dengan
ACEI saja.
7
Penyulit :
Hipertensi, fungsi ginjal menurun (gagal ginjal kronik), infeksi saluran kemih /pielonefritis
kronik, ketoasidosis diabetik.
Prosedur / Tindakan yang perlu dilakukan :
Biopsi ginjal bila terdapat kemungkinan adanya glomerulo nefritis/pielonefritis pada pasien
DM.
Sarana Baku :
- Glukometer
- Mikraltes
- Tensimeter
- Optalmoskop
- Mikroskop
SINDROM NEFROTIK
Kriteria :
- Gejala bengkak seluruh tubuh (muka, perut, ekstremitas), buang air kecil keruh
- Tanda : edemamuka, asites, edema tungkai
- Laboratorium : proteinuria massif (>3,5 g/24 jam), hipoalbuminemia (<3,5 g%),
hiperkolesterolemia (>250 mg%).
Diagnosis Banding :
Edema dan asiters akibat penyakit hati, edema dan asiters akibat malnutrisi, diagnosis etiologi
sindrom nefrotik
Pemeriksaan Penunjang :
- Laboratorium
Urin lengkap
Protein kuantitatif dalam urin 24 jam
Fungsi ginjal ( ureum kreatinin, tes kliren kreatinin )
Fungsi hati ( albumin, globulin, SGOT/SGPT )
Darah tepi lengkap
Elektrolit ( Na, K, Cl )
Hemostasis lengkap ( bila perlu )
GD puasa dan 2 jam postpandrial
Pemeriksaan imunologi
- Foto dada
- Foto polos perut
- Biopsi ginjal
Terapi :
Non farmakologis
- Istirahat
- Diet protein 0,8 gr/kgBB + ekskresi protein dalam urin / 24 jam
Farmakologis
- Diuretika
- Substitusi kalium bila dianggap perlu
- Albumin
- Kortikosteroid
- Pengabatan imunosupresi lain : azatioprin, siklofosfamid, siklosporin A
Penyulit :
Hipoalbuminemia berat, hiperkoagulasi, akibat penyakit dasar
Hematuria saja.
Kemungkinan
atau
10
PELAKSANAANNYA :
Penatalaksanaan Pyuria :
Untuk pengambilan sampel urine yang baik di perlukan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Dianjurkan pengambilan sampel non voided specimen pagi hari bangun tidur,diambil dari
porsi tengah. Pada wanita harus dilakukan vulva toilet yang sempurna.
1. Tehnik supra public punchure (SPP) terutama dilakukan pada anak-anak.
2. Kateter urine, dianggap positif ISK bila jumlah kuman >104/cc urine.Cara ini tidak
disukai karena sangat traumatik dan resiko infeksi nosohomial.
3. Sampel urine segera dikirim ke laboratorium sehingga kurang dari 1 jam urine dapat di
proses dilaboratorium.
4. Cara menyimpan sampel urine :
a. dalam suhu kamar hanya tahan 1 jam
b. dalam lemari es, suhu 40 c hanya dalam 24 jam saja.
c. Urine ditambah pengawet asam barat 0,5 1,0% diletakan dalam suhu kamar
dapat bertahan 24 jam.
11
Kreatinin
(normal)
Asam Urat
IVP
Anatomi abnormal
Anatomi normal
batu
Steril
Infeksi ulang :
Relaps
Re infeksi
Infeksi baru
Super infeksi
Kelainan kongenital
double ereter
horse shoe kedney
dsb
Penampang
letak
Obstruksi / hidronefrosis
(bahaya urosepsis)
Partial
konservatif
Tx supresif
(Tidak mungkin steril)
Total
Bedah
12
Pelaksanaan Hematuria :
Pemeriksaan Kimia Urine
Tx eradikasi
Protein uria
Kualitatif / Kuantitatif
IVP
Biospi ginjal
Antegrade / retrograde
Angio grafi
CT Scanning
13
Hematuria
14
diginjal APLASTIK
ANEMIA
Klasifikasi :
Kongenital
- Anemia Fanconi
USG
Didapat
- Primer (diopatik
solid terhadap:Masa
kistikbahan kimiawi,
Soid dan
kistik virus, pankreatitis, autoimun,
- Masa
Sekunder
obat,
radiasi,
normal
kehamilan,
paroksismal nocturnal hemoglobinuria, dll
Secara klinis dan prognosis anemia aplastik dibagi atas :
-Arteiografi
Anemia
aplastik punksi
berat kista
renal
Arteriografi renal
- Anemia aplastik sitokin
ringan
- Anemia aplastik kontras
sedang
CT Scan
evaluasi
Kriteria Diagnosis :
- Anamnesis
Adanya keluhan yang berhubungan dengan pansitopenia, antara lain rasa
lemas, cepat lelah, pucat
Arteiografi renal
Demam yang berhubungan dengan infeksi berlang, biasanya infeksi saluran
nafas bagian atas
Adanya gejala perdarahan yang berhubungan dengan trombositopenia,
menstruasi yang memanjang, epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan bawah
kulit, hematuria
- Pemeriksaan Jasmani
Pucat
Purpura: ptekie atau ekimosis
Perdarahan non kulit: retina, mukosa mulut
Takikardia
Infeksi daerah mulut
Organomegali
Pemeriksaan Penunjang :
- Darah perifer lengkap: morfologi biasanya normal, bsitopenia atau pansitoopenia,
retikulosit terkoreksi rendah
- Diagnosis pasti: Sitologi dan hispatologi sumsusm tulang: hiposelular atau aselular
Diagnosis Banding :
Mielofibrosis, anemia hemolitik, anemia karena penyakit kronik, anemia akibat metastasis
sumsum tulang, leukaemia akut aleukemik, limfoma sumsusm tulang, hipersplenisme,
sindrom dismielopoetik
Terapi :
15
Terapi penunjang
Transfusi komponen darah
Menghindarkan dan mengatasi infeksi: jangan tunda penggunaan antibiotika
bila timbul panas, bila panas menetap pertimbangkan anti jamur
Antivirus bila dijumpai lesi herpetic
Penyakit jantung anemik, dapat timbul gagal jantung
Transplantasi sumsum tulang: untuk anemia aplastik berat, usia < 40 tahun
Imunosupresif antara lain:
Siklosporin A
Anti lymphocyte globuline
Anti lymphocyte globuline, bila pasien tak memungkinkan transplantasi
Kombinasi: steroid anabolic, androgen dan atau steroid dapat diberikan pada kasuskasus anemia aplastik yang tidak berat
Splenektomi
Tempat pelayanan: rawat jalan dan semua kelas perawatan
Penyulit
Timbul reaksi/antibody terhadap komponen transfusi darah, terutama terhadap
trombosit
Infeksi
Perdarahan
Gangguan fungsi jantung
16
BMP aspirasi dan biopsy untuk menilai adanya infiltrasi / proliferasi system
lain, pada ITP jumlah megakariosit normal atau meningkat. Pemeriksaan ini
bukan untuk diagnisis pasti ITP primer
Diagnosis Banding :
- ITP Sekunder, sebagai akibat adanya hambatan produksi / diferensiasi sel induk darah
menjadi megakariosit, atau adanya hambatan pematangan megakariosit menjadi
trombosit, atau adanya penghancuran trombosit berlebihan
- EDTA terlalu banya pada spesimen darah tepi untuk pemeriksaan jumlah trombosit
Pemeriksaan Penunjang :
Tidak ada pemeriksaan spesifik yang khusus untuk menegakkan diagnosis ITP primer, yang
ada hanya untuk menyingkirkan adanya ITP sekunder tersebut diatas.
Pengawasan / Kontrol :
- Masa perdarahan Ivy < 10 menit (normal < 5 menit)
- Pengendalian hipertensi dan gula darah
- Perawatan obstipasi
- Pemantauan funduskopi untuk mendeteksi adanya perdarahan retina
- Pemantauan defisit neurologis untuk mendeteksi adanya perdarahan serebral
- Pengendalian / Penundaan siklus haid
- Pemantauan perkembangan janin
- Perencanaan waktu dan proses persalinan
- Pemantauan perinatal bayi dengan ibu ITP pada kehamilan maupaun ITP dengan
kehamilan
Imunoglobilin Intravena :
Indikasi
- ITP karena EBV
- Perdarahan yang tidak dapat diatasi dengan kombinasi transfusi trombosit dan
desametason
- Tindakan bedah segera pada masa perdarahan Ivy > 5 menit dengan hitung trombosit
< 50.000/uL.
- Kandidat splenektomi, jika responsive terhadap IVIg meruapakan pertanda
keberhasilan splenektomi
Dosis
- 0,4 g/kgBB/hari selama 5 hari atau
- 1 g/kgBB/hari selama 2 hari
Respons trombosit diharapkan mulai meningkat dihari ke 2
Splenektomi :
Indikasi
- Tidak toleran terhadap kortikosteroid
- Tidak pernah remisi dengan penggunaan kortikosteroid setara prednison 30 mg/hari
selama 6 bulan
- Dua kali residif pada penggunaan prednison 30 mg/hari untuk mempertahankan
trombosit 20-50.000 uL
- Responsif terhadap imunoglobin intravena
Kontraindikasi
- Tempat tinggal pasien endemic malaria
18
Disertai Immunocompromise
Persiapan prabedah :
- Dua minggu sebelum operasi diberikan prednison 30 mg/hari
- Pada hari operasi berikan deksametason 1 mg/kgBB/hari IV selama 4 hari, kemudian
lappering down
- Jika ada riwayat refrakter terhadap kortikosteroid diberikan imunoglobin IV 0,4
mg/kgBB/hari selama 5 hari
- Transfusi trombosit jika diperlukan diberikan 6 jam sebelum operasi. Banyaknya
transfusi trombosit disesuaikan dengan bersihan secara empiris dari pasien tersebut
Pengobatan Suportif :
- Transfusi PRC disesuaikan dengan kebutuhan, jika berlebihan dapat meningkatkan
reaktifitas komplemen yang akan meningkatkan bersihan trombosit, hal ini biasanya
disebabkan oleh adanya leukosit yang masih tersisa dalam PRC
- Plasmaferesis tukar untuk menurunkan antibody trombosit
- Transfusi trombosit hanya digunakan pada keadaaan gawat darurat karena hanya
sebagai terapi substitusi yang umurnya pendek dan akan dapat meningkatkan
reaktivitas komplemen sehingga akan meningkatkan bersihan trombosit
- Penundaan haid/pengendalian kehamilan
- Pengendalian hipertensi
- Pencegahan obstipasi, iritasi lambung, trauma
Penyulit :
Infeksi transmisi transfusi, DM, hipertensi, immunocompromise
20
Antikoagulan yang dipakai biasanya heparin. Heparin diberikan secara bolus IV tiap 6 jam
dan diawali dengan dosis 5000 unit. Evaluasi dilakukan dengan parameter a.PPT, sasarannya
a.PPT menjadi 2-2,5 x kontrol normal. Evaluasi dilakukan pada jam kedua dan keempat pasca
bolus heparin IV.
- Bila pada jam kedua a.PPT < 2x a.PPT kontrol normal, maka pada pemberian
berikutnya dosis heparin dinaikkan menjadi 7500 unit
- Bila pada jam kedua a.PPT 2-2,5x a.PPT kontrol normal, maka pada pemberian
berikutnya dosis heparin sama
- Bila pada jam kedua a.PPT > 2,5x a.PPT kontrol normal, maka dilakukan evaluasi
a.PPT pada jam keempat
Jika pada jam kempat a.PPT < 2x a.PPT kontrol normal, maka pada pemberian
berikutnya dosis heparin dinaikkan menjadi 7500 unit
Bila pada jam kedua a.PPT > 2,5x a.PPT kontrol normal, maka pada
pemberian berikutnya dosis heparin dikurangi menjadi 2500 unit
-
Penyulit :
Disfungsi organ, syok atau hipoperfusi, deep vein trombosis atau tromboflebitis, KID
fulminal.
22
LEUKEMIA AKUT
Definisi :
Penyakit proliferasi neoplastik yang sangat cepat dan progresif sehingga susunan sumsum
tulang normal digantikan oleh sel primitif dan sel induk darah.
Klinis :
Mulai timbulnya mendadak dan cepat biasanya pasien datang berhubungan dengan:
- Infeksi mendadak karena imunitas menurun
- Perdarahan karena trombositopenia
- Cepat lelah dan pucat karena anemia
- Infiltrasi ketulang dan sendi menjadi nyeri rheumatoid
- Infiltrasi ke jaringan lunak (gusi) membengkak
- Infiltrasi ke hati, limpa, kelenjar getah bening
Laboratorium darah perifer dijumpai:
- Anemia normostik normokrom
- Trombositopenia < 100.000/uL dan
- Leukositosis > 30.000/uL
- Hitung jenis leukosit dapat dijumpai sel blas, jika dijumpai Aeurrods pada sitoplasma
mielblas atau monoblas pertanda patognomonik leukaemia akut.
Kriteria Diagnosis :
Hitung jenis sel blas dan/atau progranulosit > 30% pada sitologi aspirat sumsum tulang.
Klasifikasi :
Untuk menentukan jenis/klasifikasinya diperlukan pemeriksaan :
- Pemeriksaan sitomorfologi dan sitokimia darah tepi
- Pemeriksaan sitomorfologi dan sitokimia aspirat sumsum tulang
- Pemeriksaan immunofenotip / petanda jenis sel
- Pemeriksaan sitogenetika / kariotip kromosom
Diagnosis Banding :
Jika sitologi aspirat sumsum tulang belum memenuhi syarat ialah: sindrom mielo displasia,
reaksi leukemoid, leukaemia kronis
Pengobatan :
Kuratif
- Sitoreduksi dengan sitostatika mulai dari yang ringan hingga yang agresif dengan
membutuhkan rescue sel induk darah pasien dari darah perifer untuk penyelamatan
pada ablasi sumsum tulang
- Transplantasi sel induk darah allogenic atau autogenic dari darah perifer, sumsum
tulang atau tali pusar
- Terapi genetic
Paliatif
Preparasit
Asam foat 25 mg/m2/os4 dosis selama 3 hari/minggu, dan vitamin B12 1000ug/os/bulan
- LMA: Hidroksiurea 500-3000 mg/hari/os6
Merkaptopurin 50-300 mg/hari/os
- LLA: 6 Merkaptopurin 60 mg/m2/hari/os
23
24
Penyulit :
- Akibat langsung penyakitnya
Penekanan terhadap organ, khususnya jalan nafas, usus dan saraf
Mudah terjadi infeksi, bisa fatal
- Akibat efek samping pengobatan
Aplasi sumsum tulang
Gagal jantung akibat obat golongan antrasiklin
Gagal ginjal akibat sisplatinum
Neuritis akibat obat vinkristin
Dll
26
Laboratorium
Kadar AT III
Kadar protein C dan protein S
Antibody antikardiopilin
Profil lipid
Agregasi Trombosit
Terapi :
Non Farmakologis
- Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena untuk melancarkan aliran darah vena
- Kompres hangat untuk meningkatkan sirkulasi mikrovaskular
- Latihan lingkup gerak sendi range og motion, seperti misalnya gerakan fleksieksistensi, menggenggam dll, tindakan ini akan meningkatkan aliran darah di venavena yang masih terbuka (patent)
- Pemakaian kaos kaki elastik, alat ini dapat meningkatkan aliran darah vena
Farmakologis
- Trombolisis
Terapi ini dapat dipertimbangkan sampai 2 minggu setelah pembentukan
thrombus
Tidak dianjurkan untuk thrombus yang berusia lebiah dari 4 minggu
Obat trombolisisn gyang sering dipergunakan ialah streptokinaase dan
urokinase
Untuk thrombus yang sudah lama, terapi trombolisis diberikan lebih dari 3
hari, sampai terjadi patensi vena. Pada beberapa kasus diperlukan waktu
trombolisis antara 10 14 hari.
- Antikoagulasi, pemberian antikoagulasi saja untuk trombosis vana proksimal dan betis
sudah adekuat
Heparin
Sebagai terapi awal untuk mencegah terbentuknya thrombus baru
Diberikan dalam bentuk infus kontinue dengan dosis dititrasi antara 24-36 ribu
unit atau dimulai dengan bolus 5000 unit dan dilanjutkan dengan infus
kontinue sehingga didapatkan a.PPT 2-2,5 kali kontrol normal (50-80 detik)
Dosis harian hasil titrasi diatas dipertahankan selama 7-12 hari
Coumarin dan warfarin
Coumarin memerlukan waktu 36 jam untuk mencapai efek terapeutiknya, oleh
karena dosis awal obat ini terikat pada protein plasma dan terakumulasi secara
bertahap dihati
Pemberian coumarin atau warfarin dapat dimulai bersamaan dengan
heparinisasi, dan pemberian heparin dapat dihentikan pada saat obat ini telah
mencapai efek terapeutiknya
Efek terapeutik coumarin atau warfarin dinilai dari paremeteri International
Normalized Ratio (INR) atau Prothombin Time (PT)
Untuk DVT, sasaran INR yang ingin dicapai adalah 2,0-3,0
Obat-obatan anti agregasi trombosit: aspirin, dipridamol, sulfinpirazon, dll
Bukan merupakan terapi utama
Pemakaiannya dapat dipertimbangkan 3-6 minggu setelah terapi baku yaitu
heparin dan/atau coumarin atau warfarin
28
Lama Pengobatan :
- Pada DVT yang tidak berkomplikasi dan diketahui penyebabnya atau pasca bedah,
terapi antikoagulan diberikan selama tidak lebih 1 bulan
- Pada DVT akitbat keganasan, penyakit kronik atau dengan factor resiko yang menetap
misalnya factor V yang resisten terahadap protein C teraktivasi, pengobatan dengan
antikoagulan dapat diberikan dalam jangka panjang, bahkan mungkin seumur hidup.
Perawatan :
Pengobatan trombosisis atau dengan antikoagulan membutuhkan lama perawatan antara 7-14
hari, yaitu dicapai efek perbaikan klinis atau sampai terbukti repatensi vena telah tercapai.
Lama Pemulihan :
Pada DVT akibat suatu kausa yang belum jelas seperti pasca bedah atau karena imobilisasi
lama, lama pemulihan 1 bulan
Pada kasus-kasus akibat keganasan, penyakit kronis dan defek primer yang lain, lama
pemulihan tergantung penyakit dasarnya.
29
DIABETES MELITUS ( DM )
Kriteria Diagnosis
Gula darah sewaktu > 200 mg/dl + gejala khas DM
Gula darah sewaktu > 200 mg/dl pada 2 kali pemeriksaan saat yang berbeda
Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl setelah pembebanan glukosa 75 gram (TTGO)
Gula darah puasa > 126 mg/dl pada 2 kali pemeriksaan pada saat yang berbeda
Tabel 1. Perbandingan antara DM tipe 1 dan DM tipe 2
DM tipe 1
DM tipe 2
Nama lain
Umur (thn)
IDDM
Biasa < 40 (tak selalu)
Berat
Tak ada insulin
Berat badan
Biasanya kurus
Pengobatan
NIDDM
Biasa > 40
(tak selalu)
Ringan
Insulin cukup
sampai tinggi
Biasanya normal /
gemuk
Diet, olahraga,
tablet,insulin
Pemeriksaan Penunjang
Foto dada PA
EKG
Funduskopi
DPL, urinalisis, Gliko-Hb, profil lipid
Fungsi ginjal, fungsi hati
Terapi
1. Diet
2. Latihan jasmani
3. Obat hipoglikemik Oral :
1. Golongan sulfonilurea
2. Golongan biguanid
3. Golongan penghambat alfa-glukosidase
1. Insulin
2. Edukasi
Penyulit
Akut ( hipoglikemia, KAD, koma HONK ), makrovaskular
mikrovaskular ( retinopati, nefropati), neuropati, rentan infeksi.
30
HIPERTIROIDISME ( TIROTOKSIKOSIS )
Kriteria diagnosis
Berdebar, gelisah, lemas, keringat banyak, makan banyak tapi BB turun, intoleransi panas
Takikardia, kulit hangat, halus dan lembab, tremor, oftalmopati
Struma, bruit, refleks fisiologis meningkat
Kadar T4 atau FT4 meningkat dan TSH rendah sekali
Diagnosis Banding
Ansietas, tiroiditis subakut, hormon tiroid eksogen, tumor hipofisis, penyakit trofoblastik.
Pemeriksaan Penunjang
T4 atau FT4, TSHs
Tes fungsi hati dan darah perifer
Foto dada ( goiter retrosternal )
EKG
Terapi
Medikamentosa dengan obat anti tiroid : Propiltiourasil, Metimazol, dengan prinsip mulai
dosis tinggi kemudian diturunkan bertahap sesuai respon klinis dan laboratoris
Operasi jenis tiroidektomi subtotal tergantung indikasi
Radiasi internal dengan I 131 tergantung indikasi
Penyulit
Kardiovaskular ( gagal jantung, fibrilasi atrium )
Mata ( terutama eksoptalmus )
Penekanan jalan nafas
31
:
:
:
:
lapar, mual
Keringat dingin, berdebar debar
Lemah, sulit menghitung
Koma, dengan/tanpa kejang
Penyebab
Makan kurang dari diet yang ditentukan
Sesudah olahraga
Sembuh sakit
Sesudah melahirkan
Makan obat yang mempunyai sifat serupa
Diagnosis Banding
Koma hiperglikemia
Pencegahan
Bagi pasien baru, sebaiknya dosis OHO mulai dari dosis kecil
Bagi pasien gangguan fungsi ginjal, dosis obat harus hati hati karena terjadi kumulasi
Bagi pasien tua, pemberian obat harus hati hati
Hati hati pemakaian obat untuk penyakit penyertanya seperti : derivat salisilat, sulfa,
phenibutazon. Obat obat ini bekerjasama dalam menurunkan gula darah.
Terapi
Pemberian gula murni 30 g ( 2 sendok makan ), sirop atau makanan yang mengandung
karbohidrat
Pada keadaan koma, berikan larutan Glukosa 40 % i.v sebanyak 20 50 cc, setiap 10
20 menit sampai pasien sadar, disertai infus dextrose 10 % 6 jam/kolf
Bila belum teratasi, dapat diberikan antagonis insulin (adrenalin, kortison, atau glukagon)
32
KARSINOMA TIROID
Kriteria Diagnosis
Anamnesis : riwayat penyinaran leher masa anak anak, nodul tiroid cepat membesar, suara
menjadi serak, pernafasan terganggu, riwayat neoplasma endokrin dalam keluarga
Klinis : nodul tiroid teraba keras, berbenjol, fiksasi daerah sekitar, pembesaran KGB regional
Diagnosis Banding
Struma adenomatosa
Kista tiroid
Pemeriksaan Penunjang
Biopsi aspirasi jarum halus nodul tiroid untuk pemeriksaan sitologi
Petanda keganasan tiroid : tiroglobulin atau kalsitonin darah
Sidik tiroid
USG tiroid
T4 atau FT4 dan TSH
Terapi
Operasi tiroidektomi total
Radioablasi I 131
Suplementasi sekaligus supresi TSH dengan Eltroksin dosis titrasi, umumnya 3 x 50 ug
atau 2 x 100 ug
Penyulit
Pendorongan jalan nafas oleh massa tumor, fiksasi massa tumor di daerah sekitar,
hipokalsemia post operasi, paralisis pita suara post operasi, metastasis jauh, hipotiroid pasca
operasi.
33
Hiperosmolar
Non-Ketotik (HNOK)
> 40
> 1000
> 140
sering
N / sedikit
> 60
> 360
sangat sensitif
mortalitas 50 %
Pemeriksaan penunjang
Foto dada : tanda infeksi paru
EKG
: tanda infark miokard akut
Laboratorium
: DPL, GD sewaktu, aseton darah / urine,
Analisis gas darah, elektrolit
Tes fungsi hati dan ginjal
Terapi
Tirah baring. Bila kesadaran menurun, dipuasakan
Oksigen nasal, kateter urine, selang lambung
Pasang infus 3 jalur ( rehidrasi, drip insulin, koreksi K )
Pada keadaan tertentu diperlukan pemasangan CVP
Rehidrasi dengan NaCl 0,9 %
34
Infus II ( Insulin )
Koreksi K +
0
]- 2 kolf.
jam
1 1 kolf,
jam
]- 2 kolf
2
]- 1 kolf
3
]- 1 kolf
4
]- kolf
5
]- kolf
6
dsb
bergantung
pada
kebutuhan
Jumlah cairan
yang
diberikan
dalam 15 jam
sekitar 5 liter
Bila Na + >
155 mEq/l
ganti NaCl
n
Bila GD <
200 mg%
ganti dextrose
5%
Kontrol CVP
Koreksi HCO3
Bila pH
<7
77,1
>7,1
Pada jam ke 2 :
Bolus 180 mU/kgBB
dilanjutkan dg drip
insulin 90 mU/kgBB
dlm NaCl 0,9 %
Bila gula darah < 200
mg% kecepatan
dikurangi 45
mU/kgBB
Bila gula darah stabil
sekitar 200 300 mg
%
Selama 12 jam
dilakukan drip
insulin 1 2 unit
perjam disamping
dilakukan sliding
scale setiap 6 jam
Bila kadar glukosa
darah :
Bila kadar K +
<3 3-4,5 4,5-6
>6
100mEq 50 mEq
0
HCO3
HCO3
26 mEq K+ 13
mEqK+ (*)
75 50 25
0
mEq/ mEq/
mEq/
6 jam 6 jam 6
jam
Insulin sk
< 200 mg%
200 250
5
U
250 300
10 U
300 350
15 U
> 350
20 U
Bila stabil
dilanjutkan dgn
sliding scale tiap 6
jam
Setelah sliding scale
Bila sudah sadar
setiap 6 jam dapat
beri K + oral
diperhitungkan
selama seminggu
kebutuhan insulin
sehari
3 x sehari
sebelum makan, (bila
os sudah makan )
* bila pH
K + akan , oleh
karena itu
pemberian
bikarbonat
disertai dg
pemberian K +
35
Pemantauan
Kadar glukosa darah tiap jam ( glukometer )
Elektrolit setiap 6 jam selama 24 jam selanjutnya tergantung keadaan
Analisa gas darah: bila pH < 7 periksa setiap 6 jam sampai pH > 7,1 selanjutnya tiap hari
sampai stabil
Pengukuran tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi nafas dan temperatur setiap jam
Keadaan hidrasi, balans cairan
Waspada terhadap kemungkinan KID ( DIC )
36
KRISIS TIROID
Kriteria Diagnosis
Tidak ada kriteria diagnostik khusus.
Anamnesis : ada riwayat hipertiroidisme baik dari penyakit Graves maupun Multinodular
toksik dengan gejala toksik yang jelas, keringat banyak,gelisah kadang sampai psikosis,
demam tinggi. Diare merupakan gejala yang sering timbul dan sangat membantu ke arah
diagnosis.
Klinis : tanda toksik jelas, takikardia, kadang kadang atrial fibrilasi respons cepat, hipertensi
sistolik, suhu tinggi > 40 C, sering disertai tanda gagal jantung kongestif
Diagnosis Banding
Hipertiroidisme berat
Pemeriksaan Penunjang
T4 atau FT4 dan TSHs
Darah perifer
EKG
Terapi
Suportif (memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit, menurunkan suhu)
Obat Anti Tiroid ( Propiltiourasil 250 mg / 6 jam oral )
Penghambat Beta ( Propanolol, 1 2 mg iv perlahan atau 40 80 mg oral / 6 jam )
Glukokortikoid ( Hidrokortison 50 mg / 6 jam )
Mengatasi faktor penyebab ( antibiotik )
Penyulit
Renjatan, gagal jantung
37
38
Ketegangan motorik : kedutan otot, kaku, pegal, sakit dada, sakit persendian, dll.
Hiperaktif autonom : sesak nafas, jantung berdebar, telapak tangan basah, mulut
kering, rasa mual, mules, diare, dll.
Bila ditemukan adanya kelainan organik pada umumnya keluhan tidak sebanding
dengan kelainan
Organ yang ditemukan
Kewaspadaan berlebihan dan daya tangkap berkurang : mudah terkejut, cepat
tersinggung, sulit konsentrasi, sukar tidur, dll
Aktivitas sehari hari tergangu : kemampuan kerja menurun, hubungan sosial terganggu,
kurang merawat diri, dll.
Diagnosis banding
Gangguan campuran anksietas dan defresi
Depresi
Gangguan somatisasi
Kelainan organi yang ditemukan ( koinsidensi )
Pemeriksaan penunjang
Ureum, kreatinin, gula darah, tes fungsi hati, urine lengkap
Analisis gas darah, K, Na, Ca, T3, T4, TSH,dll, sesuai indikasi
Foto dada bila perlu
Elektrokardiogram, elektromiogram, elektroensefalogram, bila perlu.
Endoskopi, kolonoskopi, USG, bila perlu.
Terapi
Nonfarmakologis : edukasi, reassurance, psikoterapi
Farmakologis : benzodiazepin; diazepam; alprazolam; clobazam. Nonbenzodiazepin :
buspiron. Penyekat Beta bila gejala hiperaktivitas antonom menonjol, simtomatik sesuai
indikasi
Penyulit
Kurang atau tidak mampu melakukan aktivitas sehari hari ( bekerja )
39
Isolasi sosial
Tidak mampu bekerja
40
41
DISPEPSIA FUNGSIONAL
Kriteria diagnosis
Rasa sakit dan tidak enak di ulu hati
Perih, mual, kembung, cepat kenyang, muntah, sering bersendawa, regurgitasi
Keluhan dirasakan terutama berhubungan / dicetuskan dengan adanya stres
Berlangsung lama dan sering kambuh
Sering disertai gejala gejala ansietas dan depresi
Pemeriksaan radiologis dan endoskopi normal
Diagnosis banding
Dispepsia oleh sebab organik misalnya ulkus peptikum, gastritis erosif, dan sebagainya
Gangguan pada sistem hepato bilier
Dispepsia yang disebabkan penyakit kronik lain, misalnya gagal ginjal, diabetes melitus
dan sebagainya
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium rutin : Hb, leukosit, hitung jenis, urium, kreatinin, gula darah, tes fungsi hati
Radiologis : foto lambung dan duodenum dengan kontras
Endoskopi
Pemeriksaan laboratorium lain sesuai indikasi untuk menyingkirkan diagnosis banding
Terapi
Simtomatik diberikan antasida, obat obatan penghambat H2, seperti simetidin, ranitidin,
famotidin; penghambat pompa proton seperti omeprazol; dan obat obatan prokinetik
Bila jelas terdapat anksietas atau depresi diberikan anksiolitik atau antidepresan yang
sesuai
Psikoterapi suportif dan psikoterapi perilaku
Penyulit
Dehidrasi sampai malnutrisi bila muntah berlebihan atau asupan makanan kurang dalam
waktu lama
Bila berlangsung lama mungkin timbul dispepsia organik atau ulkus
Kurang atau tidak mampu melakukan kerja atau kegiatan sehari hari
42
NYERI PSIKOGENIK
Kriteria Diagnosis
Adanya nyeri tanpa kelainan organik yang jelas, misalnya nyeri kepala, migren, mialgia,
atralgia, kolik abdomen dll
Stresor psikososial ( + )
Sering disertai adanya gejala gejala depresi atau anksietas
Diagnosis banding
Nyeri organik sesuai dengan lokasi nyeri
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : Hb, Ht, leukosit, hitung jenis, urin lengkap
Foto dada, EKG, dll sesuai diagnosis banding nyeri organik
Terapi
Nonfarmakologis
Istirahat
Psikoterapi suportif dan psikoterapi perilaku
Farmakologis
Analgetik, NSAID
Antispasmodik
Anksiolitik dan anti depresan
Simtomatik lain bila perlu
Analgetik narkotik, blok saraf lokal
Penyulit
Nyeri psikogenik yang kronik
Nyeri yang menetap ( intractable pain )
43
Psikotropik disesuaikan dengan gejala psikis yang mendasari. Pada umumnya cukup
dengan golongan benzodiapin, penyekat beta dan atau obat antiarimia lain, psikoterapi
Penyulit
Adanya penyakit organik terutama PJK
44
SINDROM HIPERVENTILASI
Kriteria diagnosis
Sesak napas tidak khas
Merasa kekurangan udara sehingga harus menarik napas panjang
Sering disertai adanya takipnu dan rasa sempit di dada
Kadang kadang disertai adanya keluhan pada jantung
Parestesi
Badan terasa enteng, melayang, penglihatan kabur
Gejala gejala fisik lain yang tidak khas
Kejang pada tangan dan kaki seperti keadaan histeri
Adanya gangguan emosional terutama rasa takut
Stresor psikososial
Diagnosis banding
Angina pektoris, terutama bial terjadi pada orang tua
Proses lokal di otak
Gangguan elektrolit dan asam basa
Hipoparatiroidisme
Tetanus
Ansietas panik
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : Hb, Ht, leukosit, ureum, kreatin, gula darah, tes fungsi hati, urine lengkap
Analisis gas darah, kalium, natrium, kalsium, hormon paratiroid
Foto dada, EKG,dll, sesuai diagnosis banding
Terapi
Nonfarmakologis
Istirahat
Psikoterapi suportif
Farmakologis :
Sungkup dan oksigen nasal
Ansiolitik golongan benzodiazepin
Koreksi bila ada gangguan elektrolit dan asam basa
Simtomatik sesuai keperluan
45
46
ARTRITIS PIRAI
Definisi
Artritis pirai merupakan penyakit yang disebabkan oleh deposisi kristal monosodium urat
(MSU) yang terjadi akibat supersaturasi cairan ekstraselular dan mengakibatkan satu atau
beberapa manifestasi klinik.
Kriteria diagnosis
Kriteria ACR ( 1977 ) :
1. Didapatkan kristal monosodium urat didalam cairan sendi, atau
2. Didapatkan kristal monosodium urat di dalam tofus, atau
3. Didapatkan 6 dari 12 kriteria berikut :
a. Inflamasi maksimal pada hari pertama
b. Serangan artritis akut lebih dari 1 kali
c. Artritis monoartikular
d. Sendi yang terkena berwarna kemerahan
e. Pembengkakan dan sakit pada sendi MTP I
f. Serangan pada sendi MTP unilateral
g. Serangan pada sendi tarsal unilateral
h. Tofus
i. Hiperurisemia
j. Pembengkakan sendi asimetris pada gambaran radiologik
k. Kista subkortikal tanpa erosi pada gambaran radiologik
l. Kultur bakteri cairan sendi negatif
Diagnosis Banding
Psedogout, artritis septik, artritis reumatoid
Pemeriksaan Penunjang
LED, CRP. Hasil positif menunjukan proses inflamasi aktif
Analisis cairan sendi. Adanya kristal MSU memastikan diagnosis
Asam urat darah dan urin 24 jam. Kadar dalam darah pada umumnya meningkat. Kadar
dalam urin dapat dipakai untuk status ekskresi asam urat
Ureum, kreatinin, CCT. Dipakai untuk menunjukan derajat gangguan fungsi ginjal
Radiologi sendi. Gambaran radiologi dapat berupa pembengkakan jaringan lunak,
kalsifikasi pada tofus, erosi bulat atau oval yang dikelilingi oleh tepi yang sklerotik
Terapi
1. Penyuluhan
2. Pengobatan fase akut :
a. Kolkisin. Dosis 0.5 mg diberikan tiap jam sampai terjadi perbaikan inflamasi atau
terdapat tanda tanda toksik atau dosis tidak melebihi 8 mg / 24 jam
b. Obat anti inflamasi non steroid
c. Glukokortikoid dosis rendah bila ada kontra indikasi kolkisin dan obat anti inflamasi
non steroid
3. Pengobatan hiperurisemia
a. Diet rendah purin
b. Obat penghambat xantin oksidase ( untuk tipe produksi berlebih ), misalnya
alopurinol
c. Obat urikosurik ( untuk tipe sekresi rendah )
Obat antihiperurisemik tidak boleh diberikan pada stadium akut.
47
Penyulit
Tofus
Deformitas sendi
Nefropati gout, gagal ginjal
Perawatan
Pada umumnya tidak diperlukan kecuali pada kasus berat dimana diperlukan pemberian
kolkisin intravena.
48
ARTRITIS REUMATOID
Definisi
Artritis Reumatoid ( AR ) merupakan penyait inflamasi sistematik kronik yang terutama
mengenai sendi diartrodial. Termasuk penyakit otoimun dengan etiologi yang tidak diketahui.
Kriteria diagnosis ( ACR, 1987 )
1. Kaku pagi, sekurangnya 1 jam
2. Artritis pada sekurangnya 3 sendi
3. Artritis pada sendi pergelangan tangan, metacarpophalanx ( MCP ) dan Proximal
Interphalanx ( PIP )
4. Artritis yang simetris
5. Nodul reumatoid
6. Faktor reumatoid serum positif
7. Gambaran radiologik yang spesifik
Untuk diagnosis AR, diperlukan 4 dari 7 kriteria tersebut diatas. Kriteria 1 4 harus minimal
diderita selama 6 minggu
Diagnosis Banding
Spondiloartropati seronegatif, sindrom Sjogren
Pemeriksaan Penunjang
LED, CRP. Sebagai manifestasi inflamasi pada jaringan maka LED dan protein fase akut
lainnya seperti CRP akan meningkat. Pada usia perlu diperhatikan bahwa LED secara
normal akan meningkat sesuai pertambahan usia.
Faktor reumatoid serum. Hasil positif dijumpai pada sebagian besar kasus (85 %),
sedangkan hasil negatif tidak menyingkirkan adanya AR. Keadaan terakhir ini dikenal
sebagai AR seronegatif
Analisis cairan sendi. Dapat terlihat peningkatan jumlah leukosit diatas 2000/mm.
Analisis ini sekaligus digunakan untuk menyingkirkan adanya artropati kristal
Rasiologi tangan dan kaki. Gambaran dini berupa pembengkakan jaringan lunak, diikuti
oleh osteoporosis juxta articular dan erosi pada bare area tulang. Keadaan lanjut terlihat
penyempitan celah sendi, osteoporosis difusi, erosi meluas sampai daerah subkhondral.
Biopsi sinovium / nodul reumatoid. Terlihat gambaran inflamasi kronik berupa jaringan
granulasi dan fibrosis
Terapi
Penyuluhan
Obat remitif ( DMARD ) misalnya klorokuin dengan dosis 1 x 250 mg/hari, metotreksat
dosis 7.5 20 mg sekali seminggu, salazopirin dosis 3 4 x 500 mg/hari, garam emas per
oral dosis 3 9 mg/hari atau subcutan dosis awal 10 mg, dilanjutkan seminggu kemudian
49
Perawatan
Diperlukan apabila didapatkan penyulit pada jantung, paru atau organ vital lainnya yang
memerlukan perawatan rumah sakit. Pada tindakan transplantasi sumsum tulang sebagai
pilihan terapi akhir.
Penyulit
Deformitas sendi ( boutonnierre, swan neck, deviasi ulnar )
Artritis Reumatoid
Algoritme
Diagnosis RA
Artritis 3 sendi
Perubahan radiologi Faktor reumatoid (pembengkakan pergelangan tangan)
(pembengkakan MCP )
RA
Faktor reumatoid (pembengkakan pergelangan tangan)
Pembengkakan simetris
RA
Pembengkakan MCP dan pergelangan tangan
Bukan RA
RA
Bukan RA
Bukan RA
RA
50
51
ARTRITIS SEPTIK
Definisi
Artritis yang disebabkan oleh adanya infeksi berbagai mikroorganisme ( bakteri, non
gonokokal)
Kriteria diagnosis
Nyeri sendi akut, umumnya monoartikular (terbanyak mengenai sendi lutut )
Umumnya terdapat penyakit lain yang mendasari
Ditemukan bakteri dari kultur cairan sendi
Diagnosis Banding
Artritis gonokokal, bursitis septik
Pemeriksaan Penunjang
Analisis cairan sendi. Diperoleh hasil berupa kekeruhan atau pus, buruknya bekuan musin,
rendahnya kadar glukosa, sel leukosit umumnya meningkat diatas 100.000/mm
Pewarnaan gram dan kultur cairan sendi. Diharapkan positif untuk menegakkan diagnosis
definitif
Radiografi sendi yang terserang. Gambaran umum berupa pembengkakan jaringan lunak,
pelebaran celah sendi dan gambaran osteomielitis apabila infeksi berlanjut lebih dari 7
14 hari
LED, CRP, leukosit darah. Hasil meningkat pada proses inflamasi akut
Kultur darah, bila ada tanda tanda sepsis. Hasil positif terutama didapatkan pada minggu
pertama
Terapi
1. Aspirasi cairan sendi
2. Antibiotika berspektrum luas sebelum ada hasil kultur dan diubah setelah hasil kultur
diperoleh
3. Drainase sendi yang terinfeksi
4. Indikasi tindakan bedah :
a. Infeksi koksa pada anak anak
b. Infeksi mengenai sendi yang sulit dilakukan drainase secara adekuat
c. Terdapat bukti osteomielitis
d. Infeksi berkembang ke jaringan lunak sekitarnya
Penyulit
Osteomielitis, sepsis
Perawatan
Perawatan inap mutlak diperlukan. Artritis septik merupakan salah satu kegawatan
reumatologik yang memerlukan tindakan agresif.
52
Penyulit
Anemia hemolitik, trombosis, lupus serebral, nefritis lupus, infeksi sekunder, osteonekrosis
Perawatan
Diperlukan pada kasus kasu berat dengan manifestasi keterlibatan organ vital seperti
terdapatnya gagal jantung, sindroma nefrotik, dengan over load cairan, pneumonitis atau
infeksi paru lainnya dan sebagainya.
Diagnosis SLE
Kemungkinan SLE
Kemungkinan SLE
Tes penapisan
Tes positif
Profil spesifitas
ANA
(-)
(+)
Tes negatif
Diagnosis DNA
tdk mendukung
Periksa seberapa jauh kerusakan organ
Periksa profil
Pengobatan
spesifitas ANA kuantitatif dan pemeriksaan lain yg berkaitan dgn aktivitas penyakit, selang waktu 8-12 minggu
Ket :
Menunjukan jalur yang paling memungkinkan untuk diagnosis /
kompirmasi SLE
Menunjukan jalur untuk eksklusi SLE atau kemungkinan konfirmasi SLE
kecil
54
* Tes penapisan ANA apabila positif harus dibedakan lagi menjadi ANA dengan gambaran
periferal (rim), difusi (homogen), sentromer atau nukleoli
Tes penapisan ANA dan pemeriksaan lain untuk diagnosis penyakit autoimun
ANA
negatif
Periperal (rim)
Anti - dsDNA
SLE
Difusi
(homogen)
Antinukleoprotein
sentromer
nukleoli
Histon
SLE,
RA,
Raynauds fenomen,
Skleroderma
SLE, RA,
Drug LE
CREST
skleroderma
RNP
SLE
MCTD
RA
Skleroderma
UCTD
Sm
SLE
Ro(SS-A)
SLE
Sindrom
Sjorgen
La
SLE
Sindrom
Sjorgen
PcNA
SLE
Scl-70
speckle
PM/J
o/
Tdk terdapat
spesivitas
UCTD,SLE,RA
Penyakit hati,Mono
Penyakit inflamasi kronik
Skleroterapi
PM/DM
55
NEFRITIS LUPUS
Definisi
Lupus eritomatosus sistemik yang disertai keterlibatan ginjal dengan manifestasi berupa
proteinuria > 500 mg/24 jam atau 3+. Termasuk pula adanya cetakan ( eriterosit, hemoglobin,
granular, tubular atau gabungan), hematuria, pyuria steril dan peningkatan kadar kreatinin.
Kriteria diagnosis
1. Memenuhi kriteria SLE menurut ACR (1982)
2. Hasil biopsi ginjal
Diagnosis banding
Glomerulonefritis karena sebab lain
Pemeriksaan Penunjang
LED, CRP. Hasil meningkat menunjukan adanya inflamasi akut
ANA, ENA (anti dsDNA dsb). ANA diharapkan positif, sedangkan anti ENA sangat
variatif
Protein urin kwantitatif. Nilai diatas 500 mg/24 jam menunjukan adanya keterlibatan
ginjal (lupus nefritis), sedangkan hasil diatas 1000 mg/24 jam merupakan indikasi untuk
melakukan biopsi
Ureum, kreatinin, CCT. Diperlukan untuk menilai beratnya gangguan fungsi ginjal
Biopsi ginjal. Hasil histopatologi diperlukan untuk tindakan pengobatan. Juga untuk
menilai komplemen C1q yang berguna dalam menentukan prognosis.
Terapi
1. Penatalaksanaan umum :
a.) Pada semua pasien yang diduga menderita nefritis lupus sebaiknya dilakukan biopsi
ginjal bila tidak ada konta indikasi, karena hal ini akan menentukan strategi
penatalaksanaan lebih lanjut.
b.) Kurangi asupan garam bila ada hipertensi, asupan lemak bila ada dislipidemia dan
asupan protein bila fungsi ginjal mulai terganggu. Perhatikan asupan kalsium untuk
mencegah osteoporosis akibat steroid.
c.) Berikan loop diuretics untuk mengatasi udem
d.) Hindari penggunaan salisilat dan obat antiinflamasi non steroid
e.) Terapi agresif terhadap hipertensi
f.) Hindari kehamilan, karena pasien nefritis lupus yang hamil akan berisiko tinggi
untuk mengalami gagal ginjal
g.) Pada pasien nefritis lupus dengan manifestasi SLE di kulit, dapat dipertimbangkan
pemberian antimalaria
h.) Pemantauan berkala aktifitas penyakit dan fungsi ginjal yang meliputi tekanan
darah, sedimen urin, kreatinin serum, albumin serum,protein urin 24 jam,
komplemen C3 dan anti DNA
2. Berdasarkan hasil biopsi ginjal, maka diberikan terapi spesifik untuk nefritis lupus
sebagai berikut :
a.) Klas I. Tidak diperlukan terapi spesifik
b.) Klas II. Beberapa pasien dengan lesi mesangial, tidak memerlukan terapi spesifik.
Pasien kelas IIb dengan protenuria > 1 gram/hari, titer anti dsDNA yang tinggi dan
C3 yang rendah, harus diberikan prednison 20 mg/hari selama 6 minggu sampai 3
bulan, kemudian dosisnya diturunkan secara bertahap, tergantung aktifitas penyakit.
56
c.) Klas III dan IV. Pada keadaan ini, risikountuk terjadinya gagal ginjal dalam 10 tahun
lebih dari 50%, sehingga harus diberi terapi yang agresif. Berikan prednosin 1
mg/kgBB/hari minimal selama 6 minggu tergantung respons kliniknya, kemudian
dosisnya diturunka secara bertahap dan dipertahankan pada dosis 10 15 mg/hari
selama 2 tahun. Respon terhadapglukokortikoid dapat diperkirakan berdasarkan
jumlah reseptor glukokorticoid. Bila respon terhadap glukokortikoid tidak dapat
dicapai, berikan siklofostamid 500 1000 mg/m setiap bulan selama 6 bulan
kemudian 3 bulan sekali selama 2 tahun. Bila setelah dicapai perbaikan kemudian
timbul perburukan lagi, dosis siklofosfamid bulanan dapat diulang kembali atau
diberikan tambahan bolus metilprednisolon tiap bulan. Bila terjadi perburukan
fungsi ginjal, dapat dipertimbangkan pemberian bolus metilprednisolon atau
afaresis. Sebagai pengganti siklofosfamid, dapat juga diberikan azatioprin, tetapi
efektifitasnya lebih rendah daripada siklofosfamid. Pemberian siklofosfamid
diperlukan untuk mencegah perburukan fungsi ginjal dalam jangka panjang (>5
tahun) yang tidak dapat dicapai dengan pemberian steroid.
d.) Klas V. Diberikan prenison 1 mg/kgBB/hari selama 6-12 minggu, kemudian dosis
diturunkan secara bertahap sampai mencapai 10 mg/hari dan dipertahankan sampai
1-2 tahun. Obat sitotoksik jarang diperlukan, kecuali bila ada komponen proliferatif.
Lesi membranosa murni sangat jarang ditemukan, dan bila ditemukan dapat
dipertimbangkan pemberian siklosporin A.
Pasien dengan kadar kreatinin serum lebih dari 3 mg/dl untuk jangka panjang, tidak
dianjurkan pemberian obat sitotoksik. Pasien ini memerlukan dialisis atau transplantasi
gunjal. Untuk mengontrol manifestasi ekstrarenal, dapat diberikan prednison dosis
pemeliharaan 5 10 mg/hari. Restriksi protein dan garam juga harus diperhatikan, demikian
juga tekanan darahnya.
Penyulit
Proteinuria masif, gagal ginjal.
Perawatan
Diperlukan pada kasus dengan gagal ginjal terminal yang memerlukan tindakan hemodialisis
awal atau dengan sindroma over load.
57
OSTEOARTRITIS
Definisi
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degeneratif yang mengenai rawan sendi. Penyakit ini
ditandai oleh kehilangan rawan sendi progresif dan terbentuknya tulang baru pada trabekula
subkhondral dan tepi tulang (osteofit).
Kriteria Diagnosis
Osteoartritis sendi lutut :
1. Nyeri lutut, dan
2. Salah satu dari 3 kriteria berikut:
a.) Usia > 50 tahun
b.) Kaku sendi < 30 menit
c.) Krepitus + osteofit
Osteoartritis sendi tangan
1. Nyeri tangan atau kaku, dan
2. Tiga dari 4 kriteria berikut :
a.) Pembesaran jaringan keras dari 2 atau lebih dari 10 sendi tangan tertentu (DIP II dan
III ki & ka, PIP II & III ki & ka, CMC I ki & ka).
b.) Pembesaran jaringan keras dari 2 atau lebih sendi DIP
c.) Pembengkakan pada < 3 sendi MCP
d.) Deformitas pada minimal 1 dari 10 sendi tangan tertentu
Osteortritis sendi pinggul :
1. Nyeri pinggul, dan
2. Minimal 2 dari kriteria berikut :
a.) LED < 20 mm/jam
b.) Radiologi, terdapat osteofit pada ferum atau asetabulum
c.) Radiologi terdapat penyempitan celah sendi (superior, aksial dan/atau medial)
Diagnosis Banding
Artritis reumatoid, artritis gout, artritis septik, spondilitis ankilosa
Pemeriksaan Penunjang
LED. Pada OA inflamatif, LED akan meningkat
Analisis cairan sendi. Umumnya tidak terdapat ciri khusus, kecuali peningkatan sel
leukosit yang tidak melebihi 1.000/mm
Radiologi sendi yang terserang. Terbanyak digunakan kriteria dari Kellgren dan
Lawrence. Gambaran radiologik dapat berupa osteofit, penyempitan celah sendi, sklerosis
tulang subkhondral (eburnasi) atau kista subkhondral
Artroskopi. Terlihat gambaran kerusakan atau menghilangkan rawan sendi
Terapi
1. Penyuluhan
2. Proteksi sendi, terutama pada stadium akut
3. Obat anti inflamasi non steroid. Dapat digunakan seperti sodium diklofenak 50 mg t.i.d,
piroksikam 20 mg o.d, meloksikam 7.5 mg o.d dan sebagainya
4. Fisioterapi, terapi okupasi, bila perlu dapat diberikan ortosis
5. Operasi untuk memperbaiki deformitas
Penyulit
Deformitas sendi
Perawatan
Pada umumnya tidak diperlukan perawatan inap kecuali untuk tindakan koreksi bedah
58
OSTEOPOROSIS
Definisi
Osteoporosis (OP) merupakan salah satu penyakit metabolik tulang yang ditandai oleh
penurunan densitas masa tulang (osteopenis) dan rawan untuk terjadinya fraktur sekalipun
akibat trauma ringan.
Kriteria Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan densitas massa tulang (BMD).
Kriteria WHO:
1. Normal, bila T-scope pada BMD > - 1
2. Osteopenia, bila T-scope pada BMD 1 s/d 2,5
3. Osteoporosis, bila T-scope pada BMD < - 2,5
4. Osteoporosis berat, bila T-scope pada BMD < - 2,5 dan didapatkan fraktur
Diagnosis Banding
Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Biokimia tulang ( Ca serum, Ca ion serum, Ca urin, Fosfat serum, fosfat urin, fosfatase
alkali, osteokalsin serum, deoksipiridinolin urin)
PTH dan 25 OH vit D (atas indikasi)
Densitas massa tulang (lumbal, pinggul dan lengan bawah distal)
Radiologi vertebra torakalis dan lumbal, pinggul dan lengan bawah bila dicurigai ada
fraktur
Mamografi, sediakan apus serviks, biopi endometrium ( untuk persiapan pemberian terapi
pengganti hormonal )
Terapi
Penyuluhan
Proteksi sendi, terutama pada stadium akut
Asupan kalsium yang adekuat, bila perlu berikan suplementasi kalsium
Vitamin D, bila ada tanda tanda defisiensi vitamin D
Hindari faktor risiko, misalnya glukokortikoid, antikonvulsan, siklosporin A dsb
Analgenik atau obat anti inflamasi non steroid untuk mengatsi nyeri
Terapi pengganti hormonal. Biasanya diberikan estrogen terkonyugasi 0,625 1,25
mg/hari dikombinasi dengan progesteron 2,5 10 mg/hari. Pada wanita pasca menopause
diberikan secara kontinyu, sedangkan pada wanita pra menopause diberikan secara
siklik
Bifosfonat, bila didapatkan kontra indikasi estrogen atau untuk pasien laki laki
Kalsitonin, terutama bila terdapat nyeri yang hebat
Fisioterapi, terapi okupasi, bila perlu dapat diberikan ortosis
Operasi
Penyulit
Fraktur
Perawatan
59
60
2.
3.
4.
5.
6.
61
SPONDILITIS ANKILOSA
Definisi
Spondilitis Ankilosa (SA) merupakan penyakit inflamasi sistematik kronik yang terutama
mengenai tulang aksial. Dikenal 2 bentuk yaitu Spondilitis ankilosa primer (idiopatik) dan
sekunder yang berkaitan dengan artritis reaktif, psoriasis atau penyakit kolon inflamasi
Kriteria Diagnosis
Kriteria New York :
1. Nyeri pada vertebra lumbal atau dorsolumbal
2. Keterbatasan gerak fleksi anterior, fleksi lateral dan ekstensi lumbal
3. Keterbatasn ekspansi dada sebesar 2,5 cm pada sela iga IV
Diagnosis definitif ditegakkan berdasarkan :
1. Gambaran radiografi sakroilitis bilateral derajat 3 4 ditambah 1 atau lebih kriteria
diatas, atau
2. Gambaran radiografi sakroilitis unilateral derajat 3 4 atau sakroilitis bilateral derajat
2, ditambah kriteria 2 + 3
Diagnosis kemungkinan SA (probable) ditegakkan berdasarkan :
Gambaran radiografi sakroilitis derajat 3 4, tanpa disertai kriteria tersebut diatas.
Diagnosis Banding
Penyakit Reiter, spondiloartropati juvenil, artritis psoriatik, artropati enteropatik
Pemeriksaan Penunjang
LED, CRP. Seperti halnya AR, LED dan CRP diharapkan meningkat dimana hal ini
menunjukkan adanya serum proses inflamasi
Faktor reumatoid serum, biasanya negatif
Analisis cairan sendi. Tidak ada parameter spesifik untuk menyingkirkan kelainan lain
Radiografi sendi sakroiliakal, vertebra lumbal dan vertebra torakal. Pada vertebra torakalis
akan tampak osteofit yang khas membentuk gambaran batang bambu (Bamboo spine),
berkurangnya lordosis lumbal dan cervical (straight back) dan lebih kiposis. Adanya
sacroileitis
HLA B27. Hasil positif sangat mendukung kejadian SA. Faktor risiko berkaitan dengan
subtipe dari HLA B27
Terapi
Penyuluhan
Proteksi sendi, terutama pada stadium akut
Obat anti inflamasi non steroid
Obat remitif (DMARD), biasanya salazopirin dengan dosis 2 x 1 gram/hari
Fisioterapi yang intensif, terapi okupasi, bila perlu dapat diberikan ortosis
Operasi untuk memperbaiki deformitas
Penyulit
Bamboo spine, fraktur dislokasi
62
Perawatan
Tidak diperlukan, kecuali untuk memperbaiki penyulit
63
65
SKLEROSIS SISTEMIK
Definisi
Sklerosis sistemik merupakan penyakit kronik yang mengenai berbagai sistem organ dan
terutama ditandai dengan penebalan kulit. Penyakit ini dapat difus, terbatas atau berupa
sindroma tumpang tindih, penyakit jaringan ikat yang sulit ditetapkan atau terlokalisir.
Kriteria diagnosis
Kriteria ACR (1980)
A. Kriteria mayor
Skleroderma proksimal
B. Kriteria minor
1. Sklerodaktili
2. Pencekungan jari atau hilangnya substansi jari
3. Fibrosis basal di kedua paru
Diagnosis ditegakkan bila didapatkan 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor atau lebih.
Diagnosis Banding
Mixed Connective Tissue Disease
Pemeriksaan Penunjang
LED, CRP. Peningkatan hasil menunjukkan proses inflamasi aktif
ANA, Anti Topo 1 (Scl 70 ), Antibodi anti sentromer, Anti SS-A, Anti SS-B, Anti
RNP. Diharapkan hasil tersebut positif, terutama antitopoisomerase 1, RNA polymerase I,
III dan U3 RNP
Radiologi tangan, toraks. Radiologi pada tangan menunjukkan gambaran kelainan
artikular atau periartikular seperti terlihatnya gambaran osteopenia, erosi atau osteolisis.
Radiologi pada toraks terlihat gambaran linear atau nodular fibrosis interstisial basal.
Kelainan ini sulit dilihat pada stadium awal penyakit kecuali menggunakan CT scan
paru atau MRI
Uji fungsi paru. Pada umumnya berupa restriksi paru
Ureum dan kreatinin
Biopsi kulit. Dijumpai gambaran penipisan epidermis dengan menghilangkan rete pegs
dan peningkatan nyata dari ketebalan dermis akibat peningkatan matriks ekstraselular
Terapi
Penyuluhan dan dukungan psikososial
Proteksi terhadap suhu dingin untuk mengatasi fenomena Raynaud. Bila diperlukan dapat
diberikan vasodilator seperti prazosin atau nifedipin. Dapat juga diberikan analog
prostasiklin
Bila terdapat ulkus atau gangren, harus dirawat dengan baik dan diberikan antibiotika
yang adekuat
Dapat dicoba D-penisilamin 3 x 250 mg. Bila gagal dapat dicoba dengan pemberian
DMARDs lain seperti metotrexate
Bila didapatkan gangguan gastrointestinal dapat diberikan H2-antagonist, omeprazol dan
obat obat prokinetik
Pada keadaan krisis renal, dapat diberikan kaptopril. Bila fungsi ginjal makin memburuk,
dapat dilakukan analisis
Pada pneumonitis dapat diberikan glukokortikoid atau siklofosfamid
Penyulit
Hipertensi yang tidak terkontrol, krisis renal, pneumonitis, refluks esofagitis divertikulosis
Perawatan
Pada umumnya tidak diperlukan kecuali dijumpai penyulit seperti infeksi paru
66
67
SINDROM REITER
Definisi
Artritis reaktif atau reiter merupakan penyakit inflamasi sendi steril yang didahuluioleh
infeksi yang terjadi jauh hari sebelumnya. Penyakit ini bersifat sistemik dan tidak terbataa
hanya pada persendian. Infeksi pencetus biasanya dari saluran nafas atas, organ urogenital
dan traktus gastrointestinal.
Kriteria diagnosis
Oligoartritis asimetrik, seronegatif dan stelir
Uretritia atau servisitis non gonokokal
Uveitis
Diagnosis banding
Spondilitis ankilosa, artritis enteropatik, artritis psoriatik, artritis reumatoid seronegatif.
Pemeriksaan penunjang
LED, CRP
Faktor reumatoid serum
Analisis cairan sendi. Kultur terhadap bakteri dan menyingkirkan artropati kristal
Radiologi sendi yang diserang dan sendi sakroiliakal. Dapat terlihat adanya
pembengkakan jaringan lunak, erosi dan osteoporosis yang non difus, reaksi dan
proliferasi periosteal ( spur ). Pada keadaan lanjut terjadi sakroilitis dan spondilitis
HLA B27. hasil positif lebih mendukung diagnosis
Bila ada indikasi, periksa kemungkinan infeksi Klamidia dan HIV atau kultur bakteri dari
feses, urin, dan tenggorokan.
Terapi
Penyuluhan
Proteksi sendi, terutama pada stadium akut
Obat anti inflamasi non steroid
Obat remitif (DMARD), biasanya salazopirin
Antibiotika, bila didapatkan tanda tanda infeksi klamidial
Bila terjadi peradangan yang terbatas hanya pada 1 2 sendi, dapat diberikan injeksi
steroid intraartikular
Fisioterapi
Penyulit
Spondilitis ankilosa
Perawatan
Pada umumnya tidak diperlukan, kecuali terdapat keluhan konstitusional berat seperti demam
tinggi, kelelahan yang sangat atau malaise.
68
TUBERKULOSIS OSTEARTIKULAR
Definisi
Termasuk kelompok penyakit infeksi tuberkulosis ekstra artikular dengan manifestasi pada
sendi. Manifestasi klinik berupa sindroma yang dapat mengenai tulang belakang
( spondilitis ), artritis perifer, osteomielitis, daktilitis, tenosinovitis, bursitis atau penyakit
Poncet.
Kriteria Diagnosis
1. Umumnya monoartritis, terutama sendi aksial
2. Ditemukan Basil Tahan Asam ( BTA ) pada cairan sendi atau biopsi sinovium atau
kulturnya
Diagnosis Banding
Artritis gonokokal, bursitis septik
Pemeriksaan Penunjang
Analisis cairan sendi
Pewarnaan Gram, BTA dan kultur cairan sendi
Radiografi sendi yang terserang
LED, CRP, Leukosit darah
Foto toraks, Mantoux test
Kultur darah, bila ada tanda tanda sepsis
Terapi
1. Aspirasi cairan sendi
2. Obat anti tuberkulosis, sesuai protokol pengobatan tuberkulosis ekstra pulmonal
3. Antibiotika aspesifik bila ada tanda tanda infeksi sekunder
4. Drainase sendi yang terinfeksi
5. Indikasi tindakan bedah :
a. Infeksi koksa pada anak anak
b. Infeksi mengenai sendi yang sulit dilakukan drainase secara adekuat
c. Terdapat bukti osteomielitis
d. Infeksi berkembang ke jaringan lunak sekitarnya
Penyulit
Osteomielitis, sepsis
Perawatan
Pada umumnya tidak diperlukan perawatan inap, kecuali untuk tindakan biopsi sendi atau
tindakan bedah ortopedik
69
70
Respons
antibodi
4x
4x
4x
tidak
berubah
tidak
berubah
tidak
berubah
tidak
berubah
IgM
+
+
-
Terapi
Non Farmakologis : tirah baring, makanan lunak
Farmakologis :
Simtomatis
Cairan intra vena : Ringer Laktat 4 6 jam/kolf
Koloid / plasma ekspander (DSS)
Transfusi trombosit bila perdarahan masif ( 4 5 cc/kgBB/jam) dengan jumlah
trombosit 100.000/mm
Heparinisasi : KID dengan perdarahan masif ( 4 5 cc/kgBB/jam)
Penyulit
Renjatan, perdarahan, KID (Koagulasi Intravaskular Diseminata)
71
72
73
LEPTOSPIROSIS
Definisi
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh salah satu jenis spiroketa
patogen dari famili.
Kriteria Diagnosis
Demam tinggi, menggigil, sakit kepala, nyeri otot
Gejala abdominal : mual, muntah, mencret
Injeksi konjungtiva, fotofobia, ikterik
Hepatomegali / splenomegali
Penurunan kesadaran
Lekositosis
Terdapat peningkatan ureum, kreatinin
Diagnosis Banding
Hepatitis tifosa, hepatitis fulminan, ikterus obstruktif
Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer lengkap : dapat ditemukan lekositosis dengan hitung jenis terdapat
pergeseran ke kiri
Serologi leptospira : pemeriksaan serologi yang sering dilakukan adalah mikroscopic
agglutination test (MAT) dan disebut positif bila titer 1 > 100
Fungsi ginjal : ureum, kreatinin
Fungsi hati : SGOT, SGPT
Terapi
Non farmakologis : tirah baring, makanan / cairan tergantung pada komplikasi organ yang
terlibat. Bila terjadi ganguan fungsi hati maka diberikan diet hati. Bila terjadi gangguan
fungsi ginjal, maka harus diperhatikan keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa, asupan
protein seperti penanganan gagal ginjal secara umum. Bila terjadi pankreatitis maka
pasien dipuasakan dan diberikan nutrisi parenteral total
Farmakologis : drug of choice adalah penisilin G 1,5 juta unit tiap 6 jam selama 5 7 hari
dengan alternatif tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin, sefalosforin generasi ke-3,
fluorokuinolon
Penyulit
Gagal ginjal, pankreatitis, miokarditis, perdarahan masif, meningitis asseptik
74
RENJATAN SEPTIK
Definisi
Sepsis adalah sindrom respons inflamasi sistemik yang disebabkan oleh karena infeksi.
Sedangkan renjatan septik adalah sepsis dengan hipotensi ditandai penurunan tekanan darah
sistolik < 90 mmHg atau penurunan > 40 mmHg dari tekanan darah awal, tanpa adanya obat
obatan yang dapat menurunkan tekanan darah.
Kriteria Diagnosis
Sindroma respons inflamasi sistemik ditandai dengan dua gejala atau lebih
Suhu badan > 38 C atau < 36 C
Frekuensi denyut jantung > 90 kali permenit
Ferkuensi pernafasan > 20 kali permenit atau PaCO2 < 32 tor
Hitung leukosit > 12.000/mm, < 4000/mm atau adanya > 10 % sel darah putih muda
( batang )
Disebut sepsis bila sondrom respons inflamasi sistemik disebabkan oleh infeksi
Adanya renjatan ditandai dengan turunnya tekanan darah sistolik < 90 mmHg atau
turunnya tekanan darah > 40 mmHg dari tekanan darah awal
Diagnosis Banding
Renjatan kardiogenik, renjatan hipovolemik
Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer lengkap : leukosit > 12.000/mm atau leukosit < 4000/mm atau adanya > 10
% sel darah putih muda
Pemeriksaan fungsi hati : SGOT, SGPT, Bilirubin D/I
Pemeriksaan fungsi ginjal : Ureum / kreatinin
Analisis gas darah : pada awalnya sepsis dapat ditemukan alkalosis respiratorik dan dalam
perjalanannya dapat terjadi asidosis metabolik
Kultur darah dan infeksi fokal : dapat ditemukan kuman penyebab
Foto dada : dapat ditemukan sumber infeksi
Terapi
Non farmakologis : istirahat atau tirah baring, makanan cair melalui NGT bila pasien tidak
sadar
Farmakologis : oksigen nasal. Rehidrasi dengan cairan kristaloid pada pasien renjatan dan
dapat dilanjutkan dengan cairan koloid dengan mempertimbangkan kebutuhan kalori
perhari. Sebaiknya pemberian cairan dievaluasi dengan CVP. Bila pidrasi cukup pasien
tetap hipotensi diberikan Dopamin dengan dosis 5 15 ug/kgBB/menit. Antibiotik dipilih
yang mempunyai spektrum luas antara lain : Sefalosporin generasi ke-1 atau ke-2 dengan
golongan aminoglikosida (apabila tidak ada gangguan fungsi ginjal) atau Sefalosporin
generasi ke-3 atau ke-4. bila ada kecurigaan kuman anaerob diberikan metronidazol. Bila
hasil kultur mikroorganisme telah diketahui, antibiotika diberikan berdasarkan uji
kepekaannya. Kortikosteroid hanya diberikan bila ada insufisiensi adrenal.
Penyulit
Gagal nafas, gagal ginjal, gagal hati, koagulasi intravaskular diseminata, renjatan septik
ireversibel.
75
76