5d PDF
5d PDF
314
Mamun
ABSTRACT
The experiments to find out the suitable method to get simplicia
and extract of purwoceng and to evaluate the quality of simplicia
originated from production center. Raw material and simplicia were
collected from Batur district, Banjarnegara, central Jawa. Method of
drying consist of sun drying, oven drying and air flow drying. Extraction
process using maceration-percolation method by 60%, 75% and 90%
ethanol as solvent. The result showed that the quality of simplicia from
Banjarnegara must be increased especially in colour organoleptic
appearance. Drying method by air flow gave the better simplicia quality
which is indicated by colour appearance, ash content, soluble extract
and active compound content. Extraction process showed that
maceration-percolation method using 90% ethanol obtained extract
rendemend higher than 60% and 75% ethanol. These extract has
better quality which indicated in active component, soluble extract and
chemical component. On the other hand, phytochemical analysis
showed that purwoceng simplicia and extract contained active
compound such as alkaloid, glycosidas, saponin, tanin, triterpenoidsteroid, plavonoid and fenolic.
Key word: Purwoceng, drying, simplicia, extracts.
PENDAHULUAN
Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk) merupakan salah satu jenis
tanaman obat yang secara empiris telah lama digunakan sebagai
bahan baku obat berbagai penyakit. Simplisia dan ekstrak merupakan
bentuk-bentuk hasil proses sederhana herba tanaman obat yang
banyak digunakan dalam industri obat. Penggunaan simplisia dan
ekstrak memiliki keunggulan dibandingkan bahan baku segar, dimana
simplisia maupun ekstrak tahan disimpan untuk waktu yang lama
tanpa mengalami kerusakan. Khusus untuk ekstrak kandungan bahan
aktif didalamnya jauh lebih tinggi dibanding bahan baku asalnya.
Dengan demikian simplisia dan ekstrak purwoceng mempunyai nilai
tambah ekonomi yang tinggi. Pembuatan simplisia dengan cara
menjemur dibawah sinar matahari langsung, seperti banyak dilakukan
ditingkat petani mempunyai beberapa kelemahan yaitu sangat
tergantung cuaca, suhu yang tidak terkontrol dan rawan terhadap
kontaminasi. Atas dasar pertimbangan tersebut, dalam penelitian ini
dicoba pembuatan simplisia dengan cara pengeringan matahari,
pengering dengan menggunakan alat pengering (oven) dan pengering
dengan menggunakan aliran udara atau pengering angin. Mutu
315
Mamun
Simplisia perdagangan
Mamun
Pembuatan Simplisia
Karakteristik simplisia yang dibuat dengan tiga cara pengeringan
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik simplisia purwoceng dari tiga cara pengeringan.
Parameter mutu
Warna
Kadar air, %
Kadar abu, %
Kadar abu tak larut
asam, %
Kadar sari dalam air, %
Kadar sari dalam
alkohol, %
Kadar sterol, %
Kadar bergapten, %
Kadar saponin, %
Pengeringan
matahari
Kuning- abuabu
10,52
12,18
2,06
22,48
13,58
0,28
0,02
0,11
Pengeringan
oven
Kuning-abuabu
11,28
9,58
0,32
27,48
13,85
0,27
0,02
0,12
Pengeringan
angin
Hijau-abuabu
11,83
10,49
0,25
27,98
11,07
0,28
0,06
0,18
Warna
Warna simplisia yang dihasilkan dari pengeringan matahari dan
oven berbeda dengan pengeringan angin. Kedua cara pengeringan
pertama menghasilkan warna kuning abu-abu agak kusam, sama
halnya dengan warna simplisia yang dibuat ditingkat petani.
Sementara simplisia hasil pengeringan oven berwarna hijau abu-abu.
Perbedaan warna tersebut disebabkab oleh tingkat pemanasan
atau suhu yang berbeda. Suhu pemanasan matahari berkisar antara
35-45C, suhu pemanasan pada oven di set pada suhu 40C dengan
kisaran 1C. Sementara suhu pada pengeringan angin berkisar anatar
28-32C. Warna hijau pada simplisia kering angin menunjukkan masih
adanya klorofil dalam simplisia, hal ini tidak terdapat dalam simplisia
320
Mamun
321
Pembuatan Ekstrak
Rendemen Ekstrak
Tabel 3. Rendemen ekstrak purwoceng
Alkohol
60%
75%
90%
Rendemen ekstrak
11,67 b
11,78 b
12,00 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
Tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT
322
Mamun
Ekstrak alkohol
90%
1,40
1,08
1,0
alkaloid
++++
++++
glikosida
++++
++++
saponin
++
+++
tannin
++++
++++
plavonoid
+++
++++
triterpenoid
+++
++++
steroid
++
++++
fenolik
++
+++
++++
++++
+++
++++
++++
++
+++
++
KESIMPULAN
-
323
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.1985.Cara Pembuatan Simplista Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.Jakarta. 131 hal.
Diah Widowati. dan Faridah. 2005. Isolasi dan identifikasi senyawa
kimia dalam fraksi nonpolar dari tanaman purwoceng. Seminar
Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXVIII. Universitas Pancasila,
Jakarta. Hal.8.
Farouq. 2003. Ekstrak sebagai salah satu pengembangan bentuk obat
tradisional. Seminar POKJANAS TOI XXIII. Unversitas Pancasila,
Jakarta. Hal. 12.
Fatimah S dkk. 2003. Teknik perbanyakan purwoceng. Laporan Teknis
Penelitian II. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Bogor.Hal. 141-149.
Harbone. 1987. Metode Fitokimia. Penerbit ITB Bandung (Terjemahan
Kosasih Padmawinata). pp.340.
Hernani dkk. 2003. Eksplorasi koleksi dan karakterisasi cabe jawa dan
purwoceng. Laporan Teknis Penelitian. Balai Penelitian Tanaman
rempah dan Obat. Hal. 165-182.
Jams. S. Sinambela,. 2003. Standarrisasi sediaan obat herba. Seminar
Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXIII. Universitas Pancasila,
Jakarta. Hal.10
Sidik dan H. Mudahar. 2000. Ekstraksi tumbuhan obat, metode dan
faktor-faktor yang mempengaruhi mutunya. Makalah pada seminar
sehari Perhipba Komasariat jakarta. Universitas 17 Agustus 1945.
Jakarta 8 hal.
Sukrasno. 2003. Pengeringan beku sebagai metode untuk
memperoleh ekstrak kering ideal. Metode analisis parameter
kualitas obat tradisional dan ekstrak herbal. Departemen
Farmakognosi-Fitokimia, ITB. 16 hal.
Setyorini Sugiastuti dan Hindra Rahmawati. 2005. Isolasi dan
identifikasi senyawa organik fraksi semipolar herba purwoceng.
Seminar Nasional Tumbuhan Obat XXVIII. Universitas Pancasila
Jakarta. Hal.6.
Suwijiyo Pramono. 2005. Penanganan pasca panen dan pengaruhnya
terhadap efek terapi obat alam. Seminar Pokjanas TOI XXVIII.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. Hal.1-6.
324