Disusun oleh:
1. Nurul Inayati
( 22020114120058)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan karya tulis dengan judul JARSI (Jaket Aroma Terapi Atsiri)
sebagai Usaha Pencegahan ISPA di Kalangan Nelayan untuk mengikuti
Hipotalamus Competition 2016 Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan bantuan baik materi maupun
pikirannya dalam penyelesaian karya tulis ini. Oleh karena itu penulis ucapkan
terimakasih kepada:
1. Panitia Hipotalamus Competition 2016 Fakultas Kedokteran
Universitas Jember Periode 2016
2. Ibu Ns. Niken Safitri DK, S.Kep, M.Si. Med selaku pemimbing yang
telah memberikan masukan dan dukungan
3. Rekan-rekan Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedoteran
Universitas Diponeoro yang telah memberikan dukungan, motivasi dan
doa kepada penulis
4. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa
5. Semua pihak yang tidak dpat penulis sebutkan satu persatu
Demikianlah karya tulis ini dibuat, kami menyadari bahwa karya tulis ini
masih belum sempurna untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan sebagai
evaluasi dan perbaikan dalam karya tulis selanjutnya. Semoga hasil analisa dari
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang berkepentingan.
Aamiin
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI
iii
RINGKASAN
iv
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan.........................................................................................................2
C. Manfaat
2
BAB II GAGASAN
3
A. Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
3
B. Solusi yang Pernah Diterapkan
4
C. Gagasan yang Diajukan
4
D. Peran Serta dan Kontribusi Pihak Terkait
5
E. Langkah Strategis
5
BAB III KESIMPULAN
8
Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
9
iii
RINGKASAN
Indonesia merupakan negara kepulauan. Hampir 60% penduduknya
tinggal di pesisir dan pedesaan. Sebanyak 30% dari 234 juta penduduk di
Indonesia, bermata pencaharian sebagai nelayan. Nelayan berhak mendapakan
perhatian khusus di bidang keselamatan dan kesehata kerja sesuai dengan UU RI
No 13 Th 2003 pasal 86 ayat 1.
Pada kenyataannya kesehatan nelayan belum terjamin. Hal tersebut
dikarenakan berbagai faktor. Menurut Sihombing (2008) faktor resiko tersebut
meliputi kebisingan, getaran, iklim kerja, pencahayaan dan proses kerja sebelum
dan sesudah melaut. Kerja nelayan yang sering terpapar langsung cuaca yang
ekstrim berupa suhu rendah dan kelembapan udara yang tinggi di malam hari
mengakibatkan virus infeksi saluran pernapasan meningkat. Hal tersebut
mengakibatkan nelayan menderita gangguan pernapasan yaitu ISPA. Pernyataan
tersebut didukung oleh hasil Riskesdas 2015 yang mengemukakan bahwa
penyakit menular tertinggi yang diderita nelayan adalah ISPA.
Dari uraian tersebut maka dibuatlah inovasi JARSI (Jaket Aromaterapi
Atsiri) sebagai usaha pencegahan ISPA di kalangan nelayan. JARSI didesain
dengan menggunakan bahan yang dapat menjaga suhu tubuh dan dilengkapi
dengan kantong-kantong yang berisi hidrogel beraromaterapi. Aromaterapi ini
dapat menghangatkan dan memberi efek rileks.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari
17508 pulau dan panjang garis pantai lebih dari 81.000 dan luas laut
sekitar 3,1 juta km2 (Dahuri et al. 1996). Mayoritas penduduk Indonesia
bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan dan hampir 60%
penduduknya tinggal di kawasan pesisir dan pedesaan. Berdasarkan data
statistik tahun 2011 menunjukkan bahwa sebanyak 234 juta penduduk di
Indonesia, 30% bermata pencaharian sebagai nelayan yang tersebar di 8
ribu desa pesisir yang ada di Indonesia.
Sebagai komunitas maritim yang tersebar di sepanjang pantai,
nelayan berhak mendapat perhatian khusus terutama di bidang kesehatan.
Hal tersebut dikarenakan tingginya resiko pekerjaan yang mereka jalani.
Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003 mengenai ketenagakerjaan pasal 86
ayat 1 menyebutkan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral
dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat martabat manusia
serta nilai-nilai agama.
Meskipun sudah terdapat UU yang mengatur tentang keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja tetapi, kesehatan nelayan belum tentu terjamin.
Hal tersebut dikarenakan terdapat berbagai faktor yang memicu masalah
kesehatan di lingkungan tenaga kerja termasuk nelayan. Faktor-faktor
tersebut meliputi beban kerja, akibat lingkungan kerja, kapasitas kerja,
gaya hidup dan rendahnya kesadaran akan keselamatan kerja. Menurut
Sihombing (2008), potensi bahaya lingkungan kerja nelayan meliputi
kebisingan, getaran, iklim kerja, pencahayaan dan proses kerja sebelum
dan sesudah melaut. Laut yang merupakan lingkungan kerja nelayan
mempunyai suhu sekitar 12,80 C sampai 300 C pada malam hari. Dalam
iklim kerja tersebut, nelayan dapat terserang berbagai gangguan kesehatan
karena air laut mengandung sejumlah besar gas-gas udara yang terlarut.
Berdasarkan penelitian Luiz Gustavo dkk tahun 2012 menyatakan bahwa
suhu rendah dan kelembapan udara yang tinggi akan mengakibatkan virus
infeksi saluran pernapasan meningkat.
Hasil survey yang telah dilakukan Fithri (2010) di Young Panah
Hijau, Kecamatan Medan menyebutkan bahwa sebanyak 12 orang nelayan
yang baru saja pulang berlayar mengeluh adanya gangguan pernapasan
seperti batuk dan sesak napas. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Kepala Pusat Data dan Statistik, Poernomo (2009) yang menyatakan
bahwa gangguan kesehatan yang dialami nelayan yaitu ptergyum (penyakit
pada mata), kelainan fungsi pendengaran dan gangguan pernapasan bagian
atas. Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan
Martiana dan Lestari (2006) pada nelayan Lombok didapatkan hasil bahwa
80% dari responden mengalami hyperpigmentasi, 51% mengalami
gangguan mata (iritasi, ptergium), 28% mengalami gangguan
pendengaran, 59% mengalami gangguan persendian (low back pain), 38%
mengalami ISPA dan 50% mengalami gastritis. Penelitian tersebut
diperkuat oleh data Riskesdas (2013) mengenai berbagai masalah
kesehatan yang diderita oleh nelayan meliputi penyakit menular dan
penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular yang diderita nelayan
yaitu hipertensi, radang sendi, gangguan emosi, diabetes melitus serta
jantung kronik. Sedangkan penyakit menular tertinggi yang diderita
nelayan yaitu ISPA, malaria dan pneumonia. ISPA yang termasuk
gangguan pernapasan menempati posisi tertinggi penyakit menular yang
diderita nelayan.
Di sisi lain usaha yang telah dilakukan nelayan untuk
meminimalkan gangguan kesehatan yang dapat muncul karena faktor
lingkungan kerja yaitu dengan cara membawa jaket saat berlayar. Akan
tetapi jaket tersebut tidak dipakai saat bekerja dan baru dipakai saat
pekerjaan telah selesai dilakukan. Selain itu banyak nelayan yang merokok
karena mereka menganggap bahwa merokok dapat menghangatkan tubuh.
Dari uraian di atas, penulis ingin menciptakan inovasi JARSI (Jaket
aromaterapi atsiri) untuk menurunkan penyakit ISPA di kalangan nelayan.
JARSI didesain menggunakan bahan yang dapat menjaga suhu tubuh
pemakainya agar tetap normal. Selain itu JARSI dilengkapi dengan
aromaterapi atsiri untuk menghangatkan tubuh.
B. Tujuan
1. Membuat inovasi di bidang kesehatan khususnya agromedicine yaitu
JARSI
2. JARSI sebagai upaya preventif untuk menurunkan resiko ISPA di
kalangan nelayan
C. Manfaat
1. Memberikan solusi untuk mengatasi kejadian ISPA pada nelayan
2. Menurunnya angka kejadian ISPA pada nelayan
BAB II
GAGASAN
4.
BAB III
KESIMPULAN
Angka penderita ISPA di kalangan nelayan masih tergolong tinggi. Akan
tetapi dari nelayan sendiri belum ada usaha yang tepat untuk mengatasi masalah
tersebut. Oleh karena itu, penulis memiliki gagasan untuk membantu mengatasi
masalah ISPA pada nelayan. Gagasan tersebut berupa pembuatan jaket inovasi
JARSI atau Jaket Aromaterapi Atsiri yang dapat memberikan efek kehangatan
dan relaksasi saat digunakan nelayan bekerja di malam hari. Diharapkan dengan
pengaplikasian inovasi ini, JARSI dapat menurunkan resiko terjadinya ISPA pada
nelayan yang disebabkan oleh suhu rendah dan kelembapan udara yang tinggi di
laut.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, R. et al, 1996. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. PT. Pramadya Paramita, Jakarta.
Dharmawirawan, Dimas Ari & Robiana Modjo. 2012. Identifikasi Bahaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Penangkap Ikan Nelayan Muroami.
Jurnal
Kesehatan
Masyarakat
Nasional
6(4).
http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/98. Diakses pada
tanggal 07 Maret 2016.
Fitinline.(2014).Kain Despo.Jakarta. Diakses
https://fitinline.com/article/read/kain-despo
pada
Maret
2016
10