PENDAHULUAN
757
758
GERI'TIRI
l.
2.
3.
meninggal
dari
759
di
bidang
menyebutkan bahwa
proses
lainnya.
DNA.
Bukti-bukti terbaru yang memrnjukkan tikus-tikus yang
dibatasi kalorinya mempunyai gula darah yang rendah
dan menyebabkan perlambatan penumpukan produk
glikosilasi (AGEs), merupakan hal yang mendukung
hipotesis glikosilasi ini.
760
FISIOLOGIPROSES MENUA
Seiring dengan bertambahnya usia, terjadi berbagai
perubahan fisiologis yang tidak hanya berpengaruh
terhadap penampilan fisik, namun juga terhadap fungsi
dan responsnya pada kehidupan sehari-hari. Namun harus
dicermati, bahwa setiap individu mengalami perubahanperubahan tersebut secara berbeda pada beberapa
individu, laju penurunannya mungkin cepat dan dramatis;
sementara untuk lainnya, perubahannya lebih tidak
bermakna.
GERIITTRI
Homeostasis
Gambarl.
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa seiring
bertambahnya usia jumlah cadangan fisiologis untuk
menghadapi berbagai perubahan yang mengganggu
homeostasis (challenge) berkurang. Setiap " challenge "
terhadap homeostasis merupakan pergerakan menjauhi
761
---_____
Precipice
Paru-paru
erbagai
Sistem endokrin
Toleransi glukosa terganggu (gula darah puasa meningkat
1 mg/dl/dekade; gula darah postprandial meningkat 10
mg/dl/dekade
lnsulin serum meningkat, HbAIC meningkat, IGF-1
berkurang
Penurunan yang bermakna pada dehidroepiandrosteron
(DHEA)
Penurunan testosteron bebas maupun yang bioavailable
Penurunan horman T3
Peningkatan hormon paratiroid (PTH)
Penurunan produksi vitamin D oleh kulit
'Ovaian failure' diserlai menurunnya hormon ovarium
Peninqkatan kadar homosistein serum
Kardiovaskular
Tidak ada perubahan frekuensi jantung saat istirahat,
penurunan frekuensi jantung maksimum
Berkurangnya pengisian ventrikel kiri
Berkurangnya sel pacu jantung (pacemaker) di nodus SA
Hipertrofi atrium kiri
Kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri bertambah lama
Menurunnya respons inotropik, kronotropik, lusitropik
terhadap stimulasi beta adrenergik
Menurunnya curah jantung maksimal
Menurunnya hipertrofi sebagai respons terhadap
peningkatan volume dan tekanan
Peningkatan atrial natriuretic peptide (ANP) serum
Lapisan subendotel menebal dengan jaringan ikat
Ukuran dan bentuk yang iregular pada sel-sel endotel
Fragmentasi elastin pada lapisan media dinding arteri
Peninokatan resistensi vaskular oerifer
Tekanan Darah
Peningkatan tekanan darah sistolik, tekanan darah
diastolik tidak berubah
Hematologi
Berkurangnya cadangan sumsum tulang akibat kebutuhan
yang meningkat
aftenuated retikulosis terhadao oemberian eritroooietin
Ginjal
Menurunnya bersihan kreatinin (creatinin clearance) dan
laju filtrasi glomerulus (GFR) 10 ml/dekade
Penurunan massa ginjal sebanyak 25%, terutama dari
korteks dengan peningkatan relatif perfusi nefron
yukstamedular
Menurunnya ekskresi dan konservasi natrium
Menurunnya ekskresi dan konservasi kalium
Menurunnya kapasitas konsentrasi dan dilusi
Berkurangnya sekresi akibat pembebanan asam
Aksentuasi pelepasan ADH sebagai respons terhadap
dehidrasi
Berkurangnya produksi nitrit oksida
Meningkatnya ketergantungan prostaglandin ginjal untuk
mempertahankan perfusi
Menurunnya aktivasi vitamin D
Otot
Massa otot berkurang secara bermakna (sarkopenia)
karena berkurangnya serat otot
Efek penuaan paling kecil pada otot diafragma, lebih pada
otot tungkai dibandingkan lengan
Berkurangnya sintesis rantai berat miosin
Berkurangnya inervasi, meningkatnya jumlah miofibril per
unit otot
lnfiltrasi lemak ke berkas otot
Peningkatan fatigabilitas
Berkurangnya laju metabolisme basal (berkurang 4o/o
/dekade setelah usia 50)
Tulang
Melambatnya penyembuhan fraktur
Berkurangnya massa tulang pada pria dan perempuan,
baik pada tulang trabekular maupun kortikal
Berkurangnya formasi osteoblas tulang
762
GERIATRI
Gastrointestinal
Berkurangnya ukuran dan aliran darah hati
Terganggunya clearance obat oleh hati sehingga
membutuhkan metabolisme fase I yang lebih ekstensif
Terganggunya responb terhadap cedera pada mukosa lambung
di atas.
Penglihatan
Terganggunya adaptasi gelap
Pengeruhan pada lensa
Ketidakmampuan untuk fokus pada benda-benda jarak dekat
(presbiopia)
Berkurangnya sensitivitas terhadap kontras
Berkurangnya lakrimasi
Penghidu
Deteksi penghidu berkurang 50%
Haus
Berkurangnya rasa haus
Terganggunya kontrol haus oleh endorfin
Keseimbangan
Meningkatnya respons ambang vestibuler
Berkurangnya jumlah sel rambut pada organ Corti
Pendengaran
Hilangnya nada berfrekuensi tinggi secara bilateral
Defisit pada proses sentral
Kesulitan untuk membedakan sumber bunyi
Terganggunya kemampuan membedakan target dari noise
Jaringan Adiposa
Meningkatnya aktivitas aromatase
Peningkatan kemungkinan lipolisis
Sistem lmun
Berkurangnya imunitas yang dimediasi sel
Rendahnya afi nitas produksi antibodi
Meningkatnya autoantibodi
Banyaknya nonresponder terhadap vaksinasi
Berkurangnya hipersensitivitas tipe lambat
Terganggunya fungsi makrofag
Atrofi timus dan hilangnya hormon timus
Meningkatnya lL-6 dalam sirkulasi
Berkurangnya produksi sel B oleh sumsum tulang
Fungsi Kognitif
Kemampuan meningkatkan fungsi intelektual berkurang
Berkurangnya efisiensi transmisi saraf di otak, menyebabkan
proses informasi melambat dan banyak informasi hilang
selama transmisi
RESTRIKSIKALORI
Sudah sekitar 70 tahun yang lalu, McKay menunjukkan
bahwa restriksi kalori yang dilakukan seumur hidup pada
Saat
763
tidak berbeda.
Tikus mutan yang rendah jumlah reseptor IGF-lnya
Pemanjangan Telomer
Setiap sel mempunyai kemampuan untuk membelah diri
untuk mempertahankan fungsinya dan memperlambat
buktiilmiah.
764
GERIATRI
usia 70-an.
765
AGTNG)
timbulnya
'Perhitungan
penting.
766
GERI'TIRI
7.
il."
Tingkatkan kesejahteraan material. Walaupun
kekayaan dan kesejahteraan material bukan merupakan
PENUTUP
Proses menua hingga saat ini masih merupakan misteri
yang belum banyak terj awab. Perubahan-perubahan
tidak sedikit.
Pemahaman mengenai proses menua serta perubahanperubahan yang terjadi akan sangat mempengaruhi cara
pandang kita bila menghadapi seorang usia lanjut yang
sakit, dan pada akhirnya mempengaruhi penatalaksanaannya. Implikasi klinis akibat proses menua yang tef adi harus
diwaspadai, baik oleh dokter dan tenaga kesehatan, maupun
oleh keluarga dan care giver yang merawat pasien usia lanjut
sehari-hari. Sehingga diharapkan seorang usia lanjut tidak
mengalami pengabaian masalah kesehatan yang dialaminya,
sementara
dan
767
KLINIKI{YA
6.
7.
8.
dan
M. The GH/IGF-I axis and longevity. Eur J Endocrinology. 2004 ;1 5 1 :523 -27 .
Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB, Resnick B. Clinical implications of the aging process. Dalam: Essential of Clinical Geritrics.
6'h Edition. USA: McGraw-Hill Companies, 2009.
Mobbs C. Molecular and biologic factors in aging. In: Cassel AK,
Leipzig RM, et al. Geriatric Medicine: An Evidence-Based Approach. Fourth edition. New York: Springer-Verlag New York,
Holzenberger
9.
Martell RE, Cohen HJ. The science of neoplasia and its relationship to aging. In: Cassel AK, Leipzig RM, et al. Geriatric
REFERENSI
1.
2.
3.
4.
5.
Halliwell B, Gutteridge JMC. Free radicals in biology and medicine. Oxford: University Press, 1999. p. 784-859.
Harman D. The aging process: major risk factor for disease and
death. Proc Natl Acad Sci USA. 1991;88:5360-3.
t23
PENGIG"IIAN PARIPURNA
PADA PASIEN GERIATRI
Czeresna H Soejono
PENDAHULUAN
tahun 1980, 25
Persentase Usia
lanjut
5,8
0/o
7,4
Yo
adalah6,0Yodar23,0%(dataSKRIl995untukJawa-Bali).
Faktor yang turut berperan pada transisi epidemiologi ini
adalah keberhasilan mengatasi infeksi dengan penggunaan
antibiotika serta majunya sistem penanggulangan dan
pencegahan penyakit infeksi di bawah pengarahan WHO.
Konsekuensi lain dari peningkatan jumlah warga usia
lanjut adalah meningkatnya jumlah pasien geriatri. Pasien
geriatri pada hakikatnya adalah warga usia lanjut juga
namun karena karakteristiknya maka perlu dibedakan dari
mereka yang sekadar berusia lanjut namun sehat.
Karakteristik pasien geriatri yang pertama adalah
multipatologi, yaitu pada satu pasien terdapat lebih dari
satu penyakit yang umumnya penyakit bersifat kronik
degeneratif. Kedua adalah menurunnya daya cadangan
faali; yang menyebabkan pasien geriatri amat mudah jatuh
dalam kondisi gagal pulih (failure to thrive). Ketiga, yaitu
berubahnya gejala dan tanda penyakit dari yang klasik.
Keempat adalah terganggunya status fungsional pasien
geriatri; status fungsional adalah kemampuan seseorang
untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Keadaan
status fungsional ini menggambarkan kemampuan umum
8,O %
Parameter
Demografi
TFR
IMR
'1971
5,6
142
1997
2,6
50
Catatan : TFR = total fertility rate (angka kelahiran total) ; IMR = infant
mortality rate (angka kematian bayi / 1000 kelahiran) Sumber: Biro
Pusat Statistik, 1 998
768
769
770
GERIAIRI
Model Unidisiplin
ini setiap disiplin (ilmu) membuat rencana,
bekerja (praktik) dan mendapatkan pengalaman secara
Pada model
Model Paradisiplin
Di sini, setiap disiplin atau bidang membuat
Model lnterdisiplin
ini, perencanaan, pengembangan pengalaman
dan pelaksanaan pelayanan dikerjakan dengan penuh
pemahaman bahwa terdapat tumpang tindih dalam hal
Pada model
teflcan:a,
masmg.
profesional.
Model ini lazim terdapat pada fasilitas kesehatan yang
multispesialistik dimana pasien bisa saja dirujuk ke
berbagai departemen hanya dengan surat rujukan dan
catatanmedik.
Model Pandisiplin
Sebagian geriatrisien melihat geriatri/gerontologi sebagai
sebuah ilmu yang terpisah dari ilmu lain (sebagai satu
Mode! Multidisiplin
Model ini paling sering keliru diinterpretasikan sebagai
model interdisiplin. Berbagai disiplin atau bidang ilmu
berupaya untuk mengintegrasikan pelayanan demi
IMPLIKASI KLINIS
771
sebab
772
GERIAIRI
di
atas
773
MANFAAT P3G
Selama sekitar satu dekade terakhir ini telah dilakukan
berbagai telaah untuk mengkaji manfaat P3G di berbagai
ini
774
GERIITITI
tef amin
karena terbatasnya keberadaan sarana dan sumber daya
REFERENSI
KESIMPULAN
Transisi demografi yang sedang terjadi saat ini membawa
ft:
ing.2000;29:401-07
ft:
N Engl J Med,2002;346(12):905-91
1.
(t0r7) :72-73
2003
775
Williams TF, Beattie BL, Michel J-P, Wilcock GK, eds. Oxford
Textbook of Geriatric Medicine. New York:Oxford University
Press;2000.p.
147
-52.
Luk JK, Or KH, Woo J Using the Comprehensive Geriatric Assessment Technique to assess Elderly Patients. Hong Kong Med J.
2000 Mar; 6 (1) : 93-98.
Makmun LH, Soejono CZH, Setiati S, Sari NK, Govinda A. Laporan
Tahunan Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam
RSUPN CM / FKUI Tahun 2000. Jakarta: tidak diterbitkan.
Nasrun MWS. Diagnosis dan Tatalaksana Demensia Alzheimer dalam
Praktik. Dalam: Prosiding Temu Ilmiah Geria.;.i 2002. Jakafia:
Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian I.Penyakit Dalam FKUI;
2002.p. 5l-6.
National Institutes of Health Consensus Development Conference
Statement. Geriatric Assessment Methods for Clinical Decision
Making. 1998. New York: NIH: 1-7.
Naylor MD, e/ al. Comprehensive Discharge Planning and Home
Follow-up of Hospitalized Elders. JAMA. 1999 ;281' : 613-620
Nikolaus ! Specht-leible N, Bach M, Oster P, Schlierf G A Randomized Trial of Comprehensive Geriatric Assessment and Home
Intervention in the Care of Hospitalized Patients. Age and Ageing 1999;28:543-550.
Nuhonni SA. Jenis dan Penyebab Mengompol dan Beser. Makalah:
Masalah Mengompol dan Beser. Iakarta, Simposium Sehari
Inkontinensia pada Usia Lanjut, 2001.
Osterweil D, Brummel-Smith K, Beck JC. Preface. 1n: Comprehensive Geriatric Assessment. New York: McGraw-Hi11,2000:xiii:
xv1.
Reuben DB. Principles of Geriatric Care. In: Hazzard WR, Blass JP,
Ettinger WH, Halter JF, Ouslander JG, Tinetti ME, eds. Prin-
A Useful Tool
for
2003.p.129-32.
Stuck AE. Multidimensional Geriatric Assessment in the Acute
Hospital and Ambulatory Practice Schweiz Med Wochenschr.
1997:127
(4j):
I 78 I -8 8.
t24
PEDOMAN MEMBERI OBAT PADA PASIEN
GERIATRI SERTA MENGATASI MASALAH
POLIEARMASI
Supaftondo, Arya Govinda Roosheroe
FARMAKOK!NES!S
dan
ekskresi obat. Sesudah diabsorpsi, obat melewati hati dan
mengalami metabolisme pintas awal. Bila tahap ini turun,
sisa dosis obat yang masuk dalam darah dapat melebihi
FARMAKODINAMIK
linggi
ada
(tinggi).
Makanan dan obat lain dapat memengaruhi absorpsi
obatyangdiberikan oral (lihat pembahasan segi interaksi).
Distribusi obat dipengaruhi oleh berat dan komposisi
tubuh, yaitu cairan tubuh, massa otot, fungsi dan peredaran
obat.
776
777
PEI,OMAN PEMBERIAN OBAT PAI,A PASIEN GERIITIRI SERTA MENGITf,ASI MASALAH P'OLIFARMASI
memudahkantugas ini.
Faktor lain yang berperan pada pemberian obat ialah
multipatologi (adanya lebih dari satu penyakit) pada pasien
geriatri.
B
MU
banyak.
POLIFARMASI
Ada beberapa definisi untuk istilah ini :
.
.
.
.
.
.
l).
Meresepken
dari
toko
jika
manfaat
pengobatan meragukan.
Mulai dengan
dosis rendah
oh
778
GERIISTI
KESIMPULAN
Pengalaman
Dalam FKUI
REFERENSI
Setiati S, Roosheroe, AG, Proses menua dan implikasi klinis, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed. 4, sedang dicetak.
Edelberg, HK and Leipzig RM, Pharmacology, in Eskin BA, Troen
BR (eds) The Geripause, London, Parthenon Publ., 2003 : 31-50.
Swonger AK and Burbank FM. Altered Pharmacokinetics and Pharmacodynamics in the Elderly 1995, p.46. Jones and Bartlett
Pub1.
r25
PELAYANAN KESEHATAN, SOSIAL DAN
KESEJAHTERAAN PADA USIA LANJUT
Hadi Martono,I Dewa Putu Pramantara S.
PENDAHULUAN
.
.
kematian.
sering terdapat polifarmasi dan iatrogenesis.
biasanya juga mengandung komponen psikologis dan
sosial.
779
780
GERIAIRI
hari (Dasar)
(lnstrumental)
Makan
Berpakaian
Berjalan (ambulasi)
Buang air besar/kecil
("toileting")
Mandi
Menulis
Membaca
Memasak
Membersihkan peralatan rumah
Berbelanja
Membersihkan pakaian (cuci-
.
.
Pada usia lain hal ini tidak terjadi, dan keadaan fisik,
Pada lansia:
Incontinence
Dari Solomon
et al,
ImmobiliQ Isolation
Instability Impotence
Intelectual Impairment
Incontinencelnfection
Inanition
13
I"
Imuno-dfficiencylnsomiia
Imapirmentofvision.smell
hearing etc
Falls
setrika)
Naik tangga di rumah bertingkat
Pakai telepon
Menangani keuangan
Instability/Immobility
Holistik
Tim.
.
Sindrom geriatri. Sindrom geriatri adalah kumpulan gejala
(:sindrom) yang sering dikeluhkan oleh para usia lanjut
. Fall
. Incontinence
. Irnpairedhomeostasis
.
.
Coffision
Iatrogenic disorders
Intelectual Failure
781
dilihatpada Gambar 1.
Tim multi
disiplin
Awitan gejala
Perjalanan
penyakit
Variasi gejala
Endogen
Tersembunyi (occulf)
Kumulatif/multipel
Telah lama terjadi
/nsidious/kronik
Kronis/menahun,
progresif
menyebabkan cacat
lama
sebelum terjadinya
kematian
Justru membuat lebih
rentan terhadap
penyakit lain
Besar, aneka ragam
bentuk
Eksogen
Jelas, nyata
Spesifik, tunggal
Recent (baru
terjadi)
F/orid (ielas sekali)
-self limitting
atas
Memberi
kekebalan
Kecil
berikut.
782
GERIATRI
Pada layanan
Pembagian
Tugas
Pada Gambar
P0LIKLINIK/Bangsal/
- Pengkajianikonsultasi
- Kuratit (sederhana)
BANGSAL AKI,IT:
- Pengkajian/konsultasi
- Kuratit (akut)
- Rehab "jlr cepat'
ay-hospital dll
Berbagai penyakit psikis
- Depresi berat
- Demensia (SDAT)
- Paraphrenia,dil
DAY HOSPITAL:
-Terapi terencan aiterpad u
- Ambulat lnon ambulatory
BANGSAL KRONIS
- Pengkajian/konsultasi
- kuratif (kronis)
- Konsultatif
- Rehabil
REHAB'JALUR LAMBAT'
lcare>cure)
P E N D ID
PENELITIAN
Mental Flsik
Dinas sosial
Sosial
Di lain piha(
783
Keterangan:
Placement: adalah jenis pelayanan, di mana unit geriatri di
suatu rumah sakit setelah mengadakan pengkajian pada
seorang pasien, memberikan rekomendasi pada pasien
tersebut untuk dapat diterima di suatu institusi usia lanjut,
.
.
.
rekreasi.
Fisioterapis
Dokter umum * pelatihan rehabilitasi medik
Speechteraprsl (terapi wicara)
Internis + pelatihan pelayanan geriatri
Okupasi terapis
Terapis ortotis
Dokterahlirehabilitasimedik
Psikolog/Psikiater
Geriatris
Farmasis/asisten farmasis
Sumber
daya
Keterangan
a. Tenaga tim
geriatri
1-2.)
1-7.)
++
b. Konsultan
dengan
ahli hukum
dalam
pelayanan
geriatri
Fasilitas
pelayanan
RJ
RJ
RM
DaY H
RJ
RJ
RI
RI
RM
RM
Day Hos. Day Hos.
Diklat Diklat
Peneliti Peneliti
Berbeda
dalam
jumlah
Tergantung
tenaga
spesialis
yang ada
RI:Rawatinap
RM: PelayananRehabilitasiMedik
Diklat:Pendidikandanlatihan
Keterangan:
. RI: Rawatjalan
.
.
.
'
784
GERIATRI
POLISPESIALIS
(+
Dr Praktek Swasta
PUSKESMAS
dan masyarakat
di tempat
TATAKE RJA
PE
LAYANAN
GE
RIATRI
PELAYANAN SOSIAL.KESEJAHTERAAN
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi populasi
usia lanjut, sebagai berikut:
Populasi usia lanjut merupakan populasi yang heterogen.
78s
ini
kegiatan fisik/rohani-kejiwaan/sosial-ekonomi
secara
786
GERIAIRI
UPAYAPEMERINTAH
di samping upaya
di bawah
batas
for
the elderly.
787
Layanan di Komunitas
Sasaran
Dukungan Sosial
Puskesmas / Dokter
Praktek Swasta
Bangsal geriatri akut
Undang-Undang Jaminan
Kesehatan usia lanjut
perawatan/Klinik rawat
siang/bantuan makan/
--
sda
--
. Kunjungan rutin
perawat petugas
kesehatan
Bantuan makan/upaya
kesejahteraan lain
. Puskesmas/Dr. Praktek
swasta
. Psikogeriatri
Modifikasi rumah
(bila perlu)
--
sda
--
--
sda
--
--
sda
--
--
sda
--
--
sda
--
Kunjungan
kerja di rumah
Kunjungan perawatan/
petugas
rehabilitasi/Klinik rawat
srang
Dukungan Hunian
Jangka Panjang
Jangka Sedang
Perluasan UU Jaminan
Kesejahteraan Sosial
Modifikasi rumah /
peralatan
--
sda
--
UU Jaminan
UU Jaminan Kesehatan &
.
r
Kesejahteraan Sosial
(untuk semua usia
lanjut), Berbagai konsesi
lnstalasi Psikogeriatri
RSJ
Badan Perlindungan
usia lanjut
Sosial
wredha
(Guardianshipboardl
Disorientasi berat,
ambulatorik tapi perlu
pengawasan
usia lanjut dengan
sakit kronis tak bisa
hidup sendiri
usia lanjut dengan
sakit terminal
Bangsal psikogeriatri di
RS Jiwa
Bangsal geriatri
kronis/Panti Rawat
Wredha
Perawatan hospis di
rumah/RS,Kon-sultasi
keluarga
--
--
sda
UU Jaminan Kesejahteraan
UU narkotika
Tim Hospis di RS
ketenagaan
pelayanan geriatri hanyalah merupakan sebagian dari
geiatri
sda
sda
sda
--- sda
--
--- sda
--
secara terpadu.
KESIMPULAN
Di bidang peningkatan kesehatan dan kesejahteraan sosial
usaha pelayar.ar,
788
GERIAIRI
Halter, editors.l994.
Kane RL, Ouslander Jr, Abrass IT. The geriatric department in
essentials of clinical geriatrics. New York: McGraw-Hill Inform.
Di samping itu
hunian perlu
Ser.Coy;1989.
Martono H. Department of geriatric and rehabilitation medicine, a
comparative study from Royal Adelaide hospital and its posible
application in Indonesia, paper presented at Royal Adelaide
Hospital, 1987.
Martono H. Aspek fisiologik dan patologik usia lanjut. Lokakarya
Geriatri BagiaruiUPF Ilmu Penyakit Dalam FK UNDIP/ RS Dr.
Kariadi Semarang. t993.
Martono H. Geriatri pencegahan dalam simposium awam tentang
kesehatan usia lanjut dalam rangka HUT PMI Semarang, 1993.
7.
3;2003.
REFERENSI
Burvill PB. Psychiatric assesment of the elderly. In: Wame RW,
Prinsley DM, editors. A manual of geriatric care. Sidney:
Williams&Wilkins Assc; 1988. p. 53-65.
Coni N, Davidson W, Webster S. The geriatric department in lecture
notes in geriatric medicine. 2nd edition. Oxford: Blackwell Sc.Publ;
1980. p. 60-78.
Editor(s). The role of consultant physician in geriatric medicine The
Newsletter, The Australian Society of Geriatric Medicine,
September, 1996,1.
Maguire GH, et al. The team approach in action. In: Maguire GH,
editor. Care of the elderly: a health team approach. Boston:
Little Brown and Coy; 1985. p. 221-69.
Mykyta L. Aged care, the South Australia experience. Simposium
Usia lanjut menjelang tahun 2000, Jakarta 1992.
Stieglitz EJ. Geriatric medicine. 3'd edition. Philadelphia, London
tzB
REGULASI SUHU PAT'A USIA LANJUT
Siti Setiati, Nina Kemala Sari
PENDAHULUAN
obatan.
irama sirkadian.
Sistem termoregulasi dapat dikonsep mengandung 3
mencakup perubahan
kardiovaskular (infark miokard dan strok) dan penyakitpenyakit infeksi (pneumonia) selama masa suhu ekstrim.
HIPOTERMIA
Definisi
Hipotermia didefinisikan sebagai temperatur tubuh inti
(rektal, esofageal, timpani) kurang dari 35"C.
789
790
GERI'TIRI
Patofisiologi
Kerentanan seorang usia lanjut terhadap hipotermia
berhubungan dengan adanya penyakit dan perubahan
fisiologis. Pusat termoregulasi menjaga suhu tubuh melalui
vasodilatasi,
Gangguan termoregulasi
Kegagalan vasokonstriksi segera pada pajanan dingin
Kegagalan merasakan dingin
791
Klinis
Karena gejala awal sangat tidak spesifik dan samar-samar,
perlu kewaspadaan yang tinggi untuk deteksi dini. Riwayat
adanya pajandn akan sangat membantu tetapi pasien usia
lanjut dapat mengalami hipotermia bahkan pada suhu
sedang. Tanda-tanda awal yang terjadi pada suhu inti 3235'C adalah kelelahan, kelemahan, melambatnya gerakan,
QRS. Kelainan ini kembali hilang bila suhu kembali normal. Kelainan lain yang sering adalah bradikardia dan
pemanjangan interval P-R, QRS kompleks, segmen Ql
selain fibrilasi atrial, kontraksi ventrikel prematur, dan
fibrilasi ventrikel. Perubahan-perubahan EKG bisa
menyerupai iskemi atau infark miokard akut.
Seringkali, diagnosis banding tersulit pada hipotermia
Terapi
Perawatan gawat darurat. Di lapangan, pasien dengan
hipotermia harus segera dipindahkan dari lingkungan
dingin, daerah berangin, dan kontak dengan objek yang
dingin, Pakaian basah harus disingkirkan untuk mencegah
kehilangan panas lebih jauh. Harus digunakan beberapa
lapis selimut. Pasien harus dipindahkan dengan hati-hati,
karena dingin, jantung dengan bradikardia sangat sensitif
sehingga stimulus ringan pun dapat mencetuskan fibrilasi
digunakan.
Abnormalitas EKG sering terjadi. Temuan EKG yang paling spesifik adalah gelombang Osborne setelah kompleks
Tanda Awal
Suhu 32-35'C
Kelelahan
Kelemahan
Berjalan lambat
Apatis
Bicara tak jelas
Kebingungan/konfus
Menggigil (t)
Kulit dingin
Sensasi dingin (t)
Tanda-tanda Lanjut
Suhu 28-30'C
Kulit dingin
Hipo.pnea
Sianosis
Bradikardia
Aritmia atrial dan ventrikular
Hipotensi
Semikoma dan koma
Otot kaku
Edema umum
Refleks melambat
Reaksi pupil lambat
Poliuria atau oliguria
792
G,ERIITIXI
.Karena
ini berkaitan
dengan
HIPERTERMIA
Definisi
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik
pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran
panas terganggu (oleh obat atau penyakit) atau
dipengaruhi oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal(metabolik).
Sengatan patas (heat stroke) per defrnisi adalah
penyakit berat dengan ciri ternperatur inti > 40"C disertai
kulit panas dan kering serta abnormalitas sistern sarafpusat
seperti delirium, kejang, ataukomayang disebabkan oleh
pajanan panas lingkungan (sengatan panas klasik) atau
kegiatan fisis yang berat (sengatan panas terkait aktivitas).
Patofisiologi
Sengatan panas didefinisikan sebagai kegagalan akut
pemeliharaan suhu tubuh normal dalam mengatasi
lingkungan yang panas. Orang tua biasanya mengalami
793
Heat wavel
gelombang panas
Heaf stress/ stres
panas
Hipertermia
tidak
nyaman dan
ketegangan fi siologis berhubungan
dengan pajanan lingkungan
panas, terutama saat kerja fisis.
Peningkatan suhu tubuh di atas titik
pengaturan hipotalamus bila
mekanisme pengeluaran panas
atau
terganggu (oleh
penyakit) atau jenuh oleh panas
eksternal (lingkungan atau
induksi) atau internal (metabolik).
Penyakit ringan sampai sedang
karena kehilangan air dan garam
akibat pajanan dengan lingkungan
panas atau latihan fisis yang
berat; tanda dan gejala mencakup
rasa sangat haus, kelemahan,
tidak nyaman, cemas, pusing,
pingsan, dan sakit kepala; suhu
bawah
inti dapat normal,
normal, atau sedikit meningkat
(>37"C tetapi <40'C).
Penyakit berat dengan ciri suhu
tubuh inti >40'C dan abnormalitas
sistem saraf pusat seperti
delirium, kejang, atau koma
pajanan terhadap
lingkungan panas (sengatan
panas klasik) atau latihan fisis
yang berat (sengatan panas
terkait aktivitas).
Kelanjutan perubahan-perubahan
yang terjadi pada lebih dari satu
sistem organ setelah adanya
gangguan seperti trauma, sepsis
atau senqatan panas.
Perasaan
obat
Heat exhaustion
/kelelahan panas
di
Heat
sfroke/sengatan
panas
karena
Sindrom disfungsi
multiorgan
diri, hidrasi,
Gurah Jantung
Adaptasi kardiovaskular normal terhadap stres panas berat
adalah dengan meningkatkan curah jantung hingga 20
garam, penyakit kardiovaskular, atau pengaruh obatobatan yang menganggu fungsi jantung dapat
menghambat toleransi panas yang mengakibatkan
kerentanan terhadap sengatan panas. Berkurangnya cqrah
jantung pada usia lanjut terutama merupakan akibat dari
berkurangnya isi sekuncup karena orang tua dapat
meningkatkan denyut jantungnya seperti pada dewasa
muda. Bagaimanapun, untuk mencapai peningkatan denyut
794
GERIITTRI
pada
berkurangnya aliran darah perifer dibandingkan dewasa
muda. Karena itu, tampaknya penuaan berhubungan
dengan berkurangnya respons aliran darah kulit baik
fisiologis.
Ketidakmampuan melakukan tindakan-tindakan yang
diperlukan seperti mengganti pakaian tebal, pindah ke
lingkungan sejuk, dan meningkatkan asupan cairan, akan
meningkatkan sengatan panas pada usia lanjut dengan
mobilitas yang terbatas. Tinggal sendiri dan kebingungan/
delirium juga akan meningkatkan risiko ini. Usia lanjut
dengan penyakit kardiovaskular mungkin tak dapat
beberapa
KIinis
Sengatan panas memiliki ciri khas dimana suhu tubuh inti
lebih dari 40,6'C disertai disfungsi sistem sarafpusatyang
berat (psikosis, delirium, koma), dan anhidrosis ftulityang
panas dan kering). Manifestasi dini, disebut heat exhaustionkelelahanpanas, tidak khas dan terdiri dari rasa pusing,
kelemahan, sensasi panas, anoreksia, mual, muntah, sakit
kepala, dan sesak napas.
Komplikasi sengatan panas mencakup gagal jantung
kongestif dan aritmia jantung, edema serebral dengan
kejang dan defisit neurologis difus dan fokal, nekrosis
hepatoselular dengan ikterik dan gagal hati, hipokalemia,
Terapi
Kunci mengatasi hipertermia adalah pendinginan cepat.
Hal ini harus dimulai segera di lapangan dan suhu tubuh
inti harus diturunkan mencapai 39"C dalam jam pertama.
Lamanya hipertermia merupakan penentu utama hasil akhir.
Berendam dalam air es lebih baik dari pada pendinginan
dengan alkohol atau fan listrik. Komplikasi membutuhkan
perawatan di ruang intensif.
Pendinginan
Kehilangan panas efektif tergantung pada transfer cepat
dari inti ke kulit dan dari kulit ke lingkungan luar. Pada
orang-orang dengan hipertermia, transfer panas dari inti
ke kulit difasilitasi oleh vasodilatasi kulit aktif. Tujuan
teknik pendinginan terapi adalah meningkatkan transfer
panas dari kulit ke lingkungan. Hal ini dicapai dengan
meningkatkan gradien suhu antara kulit dan lingkungan
(untuk pendinginan dengan induksi) atau dengan
meningkatkan gradien tekanan air-uap air antara kulit dan
795
.
.
lnternal*.
o
o
.
.
Tujuan
lntervensi
Di luar rumah sakit
Ukur suhu inti pasien, jika >40'C, pindahkan pasien
ke tempat sejuk, lepaskan pakaiannya, mulai
pendinginan eksternal: kompres es batu di leher,
aksila, lipat paha; kipas angin terus menerus (atau
buka jendela ambulans); dan semprot kulit dengan
air bersuhu 25'C hingga 30'C.
Posisikan pasien tak sadar menyamping dan
bebaskan jalan napas.
Berikan oksigen 4 l/menit.
Berikan kristaloid isotonik/garam fisiologis.
Segera bawa pasien ke ruang gawat darurat.
a
a
a
a
Di rumah sakit
Periode pendinginan
Hipertermia
.
a
Kejang
Gagal
napas
Hipotensi
Rabdomiolisis
Terapi suportif
Kontrol kejang.
Lindungi jalan napas dan
tingkatkan oksigenasi (saturasi
oksigen arteri >90%)
TX
GE8IANX
xilffilg-Ail
REEAEilg
@tmry*esuaikandiri
sufuulingkroganyang
ekstrim. Kondisi hipo da{, hipertermia menrpakan
prymkit
Pacegabn
yangpalingsesuai
padaMdisibrs&{rf,dar1
usia *aajut
ymgpalagrentm
kus
hagiindividn
rrampr mengurangi
ktaf
Hill;2O03:
1587-91.
lrc;2001: 469-72.
Florez-Duquat 14 McDomld RB. Cold-induced thermoregulation
and biologieal agng. Physiol Rev. 1998; 78: 339-58.
Kane RL, Ouslaader JG, Abrass IB. Disorder of temperature
regulation. In: Essentials ofclinical geriatrics, 56 ed New York:
McGraw-Ifill; 2O04l. 328-34.
Kpnney WL, lvlunce TA. Physiology of aging. Invited review: Aging aad human temperature regulation. J Appl Physiol. 2003;
95: 2598-6$3.
t27
DEHIDRASI DAN GANGGUAN ELEKTROLIT
R,A. Tuty Kuswardhani, Nina Kemala Sari
PENDAHULUAN
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sangat sering
terjadi pada usia lanjut (usila). Gangguan tersebut meliputi
rerata lama rawat 14 hari dan terjadi pada 82% pasien febris
yang dirawat di rumah. Dehidrasi merupakan salah satu
tensin
DEH!DRASI
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat
berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi
hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah
yang sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium
yang lebih banyak daripada air (dehidrasi hipotonik).
Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar
natrium serum (lebih dari 145 mEq/L) dan peningkatan
osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmoVliter).
Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya kadar
natrium serum (135-145 mEq/L) dan osmolalitas efektif serum (27 0-285 mosmoVliter). Dehidrasi hipotonik ditandai
dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135
mEq/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dan 270
bahwa pada
II
5%o
mosmoVliter).
797
798
GERIAIRI
799
['I I'KTROLIT
Restriksi cairan
Persiapan tindakan operasi
Menghindari mengompol atau tersedak
Terapi edema atau hiponatremia
Perubahan sensoris
Berkurangnya tingkat kesadaran
Sedatif, neuroleptik, narkotik
Gangguan gastrointestinal
Gangguan menelan
Obstruksi usus
Mekanik
Metabolik
lskemik
Obat-obat antikolinergik
saat
ini
140
(pria) :
BBT saat ini (wanita) :
BBT saat ini
HIPERNATREMIA
Hipernatremia dan hiponatremia sering terjadi pada usia
lanjut. Hipernatremia pada usia lanjut paling sering
disebabkan oleh kombinasi dari asupan cairan yang tidak
adekuat dan bertambahnya kehilangan cairan. Gangguan
mekanisme rasa haus dan hambatan akses terhadap cairan
(sekunder dari gangguan mobilitas atau menelan) turut
berkontribusi dalam timbulnya hipernatremia pada usia
Gejala Klinis
Manifestasi klinis hipematremia pada usia lanjut sering
800
GERIAIRI
Defisit cairan =
140
Tatalaksana
Terapi hipematremia adalah mengganti kehilangan cair: an
atau hentikan pemberian natrium pada kasus dengan
pemberian natrium yang berlebihan. Karena adaptasi
susunan sarafpusat terhadap pengerutan sel dan karena
koreksi terlalu cepat dapat menyebabkan edema serebral
HIPONATREMIA
Hiponatremia sering ditemukan pada usia lanjut. Pada usia
lanjut sehat, terdapat penurunan sekitar I mEq/L per
dekade dai nilai rata-ra|a I 4l + 4 rnBqlLpada usia dewasa
muda. Pada usia lanjut, hiponatremia dilusional merupakan
Tatalaksana
Dalam memeriksa pasien usia lanjut dengan hiponatremia,
faktor penyebab lainnya harus disingkirkan. Pendekatan
awal pada hiponatremia adalah pengukuran osmolaritas
enteral.
diet tersebut.
Gejila Klinis
801
EIIKTROIJT
fi
Defisitnatrium(wanita)
(kg)l * [120
- kadar natrium
kemampuan homeostasis
x ll20
kadar natrium
plasma],
KESIMPULAN
Proses menua normal disertai dengan perubahan berikut
yang berpengaruh pada regulasi cairan dan natrium: 1).
perubahan
REFERENSI
Gross Cr, Lindquist Rd, Wooley Ac, Granieri R, Allard K, Webster B.
Clinical indicators of dehydration severity in elderly patients.
2004.
128
GANGGUAN TIDUR PADA USIA LANJUT
Rejeki Andayani Rahayu
PENDAHULUAN
dengan kebutuhan makan, minum, tempat tinggal dan lainlain. Gangguan terhadap tidur pada malam hari (insomnia)
obatan).
Gangguan tidur primer pengertiannya mirip dengan insomnia non organik pada ICD 10 yaitu gangguan tidur
802
803
1: saat
(EEG)
Stadium 2 : Juga ditandai dengan gelombang otak low voltage padaEEG. Perbedaan dengan stadium 1 adalah
adanya gelombang high voltage yang disebut "sleep
spindles" dan K complexes.
Stadium 3 & 4: sering disebut tidur yang dalam atau
"deha sleep". EEG menunjukkan gelombang yang
gelap, melatonin
memengaruhi
dan
akan
dikeluarkan dalam darah
di otak tengah).
tidur teriadi.
12 iam
I malam
ll.
a
b.
c.
d.
S/eep)
9 pagi
PREVALENSINYA
Orang usia lanjut membutuhkan waktu lebih lama untuk
masuk tidur (berbaring lama di tempat tidur sebelum tertidur)
terbangun. Pada
terdapat
n o g r ap
yang bermakn a dalam s I ow w at e s I e ep dar' r apid ey e mov e ment (REfuI). Orang usia lanjut juga lebih sering terbangun
804
GERI'IiTRI
Umur
(tahun)
Florida, USA
60-69
>70
Los Angeles,
USA
Sampel
Nasional, USA
Nottingham,
UK
NIMH
Catchment
London, UK
51
-80
65-79
>65
Prevalensi (%)
Jumlah
Responden
Total Perempuan
Subyektif
Pria
DL
TDL
336
798
25 0
TDL
TDL
1023
225
27,7
160
'19,0
209
259
39 8
22,6
29,4
TDL
Menghabiskan terlalu
banyak waktu di tempat
'18,3
tidur
20,o
TDL
Paris, Perancis
Mannheim,
German
Boston Timur,
USA
New Haven,
USA
lowa, USA
Sampel
Nasional,
Perancis
4 propinsi USA
4 propinsi USA
>65
1801
120
TDL
14,6
11,6
TDL
>60 (w)
705
335
TDL
TDL
1070
350
40,7
25,3
758
330
31 0
42,5
22,5
230
170
29,1
7,9
16,9
29,4
Veneto, ltaly
Montreal,
Canada
Lund, Swedia
Sampel
nasional,
Jepang
>65
>55
66-92
>65
3537
337
17,5
36,4
>65
27 17
)7^
31 ,1
)4 )
>65
>65
3028
23,2
TDL
TDL
25,4
37,3
19,5
28,7
>65
>65
>65
>65
5201
5201
TDL
TDL
TDL
30.0
65,0
54,0
9,8
14,0
65,0
35,6
TDL
TDL
TDL
>80
>60
2398
>65 (L)
Liverpool, UK
Obyektif
Penurunan tidur stadium
3 dan 4 (delta sleep).
227
212
766
19,0
29,5
5,1
18,7
TDL
Keterangan:
TDL= tidak dilaporkan
Empat propinsi USA= Carolina utara, California, l\.4aryland, dan Pensytvania
lnsomnia dinyatakan sebagai "gangguan tidur" (Sumber: Morgan K,2003\
Peningkatan nyata
dalam jumlah
terbangun.
Frekuensi gangguan
tidur meningkat.
Efisiensi tidur menurun.
Rasa mengantuk di
siang hari secara nyata
meningkat.
Jumlah istirahat
meningkat.
$age 2
sbse 3
Sage 4
12315678
Jar
lidur
Awake
REM
Slage
Slags 2
Sl6ge 3
Stag 4
Gambar 2. Hipnogram
.
.
.
.
.
.
.
805
hyp
mengantuk
mal.
pada pasien
campuran keduanya.
pada
ketidakseimbangan vasodilator dan vasokonstriktor
akibat terjadinya stres oksidatif karena terjadinya
katabolisme nitric oxide (NO), peningkatan aktivitas
saraf simpatik, peningkatan aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAA) dan sintesis endotelin.
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi disfungsi endotel
dan fisiologi pembuluh darah sehingga kejadian strok
dan serangan jantung meningkat.
laki-laki
806
GERI'TIRI
tidur ini juga diperlukan untuk menghitung apneuhipopnea index (AIID, yaitu menghitung jumlah total episode apnea dan hipopnea dibagi lama tidur. Jika AHI >5
kali episode per jam maka diagnosis OSA bisa ditegakkan.
massa tumor
berdasarkan indikasi individual untuk menunjang diagnosis. Pemeriksaan blood gas analyzes ( BGA) dibutuhkan
apabila terdapat tanda-tanda hipoksia yang jelas, terutama
pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronik.
di hidung
Uvula
Class
lass ll
Class lll
Class
lV
Apnu obstuktif
Aliran udara
Dinding dada
Pemeriksaan ini
Aliran
udara
nasofaringoskop.
Dinding dada
Abdomen
Abdomen
menggunakan
maupun nasofaring,
pembengkakan mukosa hidung dan nasofaring.
biasanya
Hard palate
APnu senrral
.
.
pri-o
807
uji dilakukan
dan pasien
ini
hanya
dilakukan dalam penelitian atau untuk persiapan terapi
pembedahan. Pemeriksaan ini meliputi: refleksi akustik
yang digunakan untuk melihat dinamika jalan napas atas,
00
saturas
okstoen
\rcI
9o
8o
60
50
\t
\itiY
l\rengorok
pada posisi
terle
tan g
Menit
S!mber I Flemons WW Obstructve sleep apnea,N Engl J iled 2002;347:498-505
splint"
hewan
kecil.
Perasaan
ini
menyebabkan pasien
808
GERIAIR
dengan
sampai saat
Rabu
Jam masuk tidur
Waktu untuk jatuh tidur (setelah berbaring)
Jumlah terbangun malam hari
Jam bangun
Jam keluar dari tempat tidur
Jumlah waktu total tidur malam hari
Jumlah waktu total bangun malam hari
Waktu istirahat
Obat yang diminum (dosis dan jam minum)
Keterangan : nilai
Minggu
809
PENATALAKSANAAN
.
.
.
.
.
.
.
.
ke tempat tidur.
Bila
810
GE,RIITIRI
Pertanyaan-pertanyaan Saringan:
1 Apakah anda puas dengan tidur anda?
2. Apakah tidur atau kelelahan mengganggu aktivitas harian?
3. Apakah teman tidur anda atau yang lainnya mengeluhkan
sikap yang tidak biasa selama tidur, seperti mendengkur,
gangguan napas, atau gerakan tangan?
Jika 1 tidak atau ya untuk 2 atau 3:
l,Apakah ini sudah menjadi masalah selama lebih dari 2-3 minggu?
Jika tidak:
'1 Apakah ada alasan stres yang lain
(m is.alasan menderita kerugian/kekalahan,
kehilangan, perawatan rumah sakit yang akut)?
Atau kondisi kesehatan yang mengganggu tidur?
Gambar
6.
ike ya:
1. Fokus pada latar belakang dan pengobatan fisik,
Jika ya:
'1 Apakah ada kejadian sleep apnea?
Rx: turunkan bb, hilangkan sedatif,
rujuk ke spesialis tidur
2 Apakah ada kejadian gerakan-gerakan
periodik dari badan selama tidur?
Rx: coba levodopa/karbidopa, rujuk ke
spesialis tidur
3 Apakah ada kejadian abnormaiitas
irama sirkadian?
Rx: tingkatkan kebersihan tidur,
terapi sinar terang
Jika tidak:
1 Apakeh ada penyebab medis potensial
(seperti nyeri karena artritis, refluks, dll)?
Jika ya, terapi kondisi-kondisi tersebut,
2, Apakah ada penyebab obat-obatan yang potensial?
Jika ya, hilangkan/ turunkan dosis obat tersebut.
3, Apakah ada depresi? Jika ya, obati depresi
4, Apakah ada tanda-tanda demensia?
Jika ya, tingkatkan higiene tidur,
terapi semua kondisi yang menyertai,
pastikan lingkungan rumah aman
(jika ada mesalah sering pergi malam hari)l
pertimbangkan pemberian obat sedatif malam hari,
5. Apakah pasien pemakai kronik benzodiazepin/hipnotik?
Jika ya, coba turunkan dosis obat untuk menghentikan
atau turunkan penggunaan hanya 2-3 malam tiap minggu.
Jika tidak berhasil, rujuk ke spesialis tidur,
6 Apakah ada indikasi masalah dengan pemakaian alkohol?
Jika ya, rekomendasikan untuk mengurangi
atau menghilangkan pemakaian alkohol,
atau rujuk ke pusat rehabilitasi pemakai alkohol
Algoritme untuk penapisan gangguan tidur dan pendekatan untuk diagnosis dan perawatan
811
REFERENSI
Bliwise D. Sleep in normal aging and dementia . Sleep, 1993; 16
40-8 1.
Cohen-Zion M, Ancoli-Israel S. Sleep disorders. In: Hazzard WR,
Blass JP, Halter JB, et al, editors. Principles of geriatric medicine and gerontology. 5m edition. New York: Mc Graw-Hill Companies, Inc; 2003. p. 1531- 41.
Coll PP. Sleep disorders. In: Adelman AM, Daly MB Weiss BD,
editors. 20 commoo problems in geriatrics. Boston: Mc GrawHill Companies, Inc; 2001. p. 187-203.
Drazen JM. Sleep apnea sydrome. N Engl J Med. 2002;346:390-1.
eMedicine. Breathing-related sleep disorder. www.emedicine.com.
Feldman S, Abernathy J. Management of sleep disorders in the eld-
15
2):l-13.
Flemons WW. Obstructive sleep apnea. N Engl J Med.
(supplement
2O02;347:498-505.
Jao DV, Alessi CA. Sleep disorders. In: Landefeld CS, Palmer RM,
Johnson MAG et al, editors. Current geriatric diagnosis & treat-
p. ll4-21.
Kribbs NB, Pack AI, Kline LR, et al. Effect of one night without
nassal CPAP treatment on sleep and sleepines in patients with
obstuctive sleep apnea. Am Rev Respire Dis. 1993;147:1162-8.
Lam J, Lam B. Seep apnoea/ hypopnoea syndrome. Medical
Progress, 2004; 3 1 :543 -8.
Morgan
Physician,1999.
I Palta M, et al. Longitudinal study of moderate weight change and sleep disordered breathing. JAMA.
2000;284:3015-21.
Shimidt-Nowara W, Lowe A, Wiegand L, et al. Oral appliances for
1996;9:164-70.
Smith JF. Sleep disorders. wrilw.chclibrary.org.
Van Cauter E, Plat L, Leproult M, et al. Alterations of circadian
rhytmicity and sleep and aging: endocrine consequences. Horm
Res. 1998;49:147-52.
Wei WI, Ho WK. Surgery for snoring. Medical Progress.
2004;31:538-42.
t29
GANGGUAN KESEIMBANGAN,
JATUH, DAN FRAKTUR
Siti Setiati, Punarita W. Laksmi
PENDAHULUAN
EPIDEMIOLOGI
tulang.
Bersamaan dengan masalah jatuh, kejadian patah
tulang panggul, vertebra, lengan bawah, pelvis, dan
persendian kaki juga meningkat, dengan peningkatan
Beberapa
di
di
Keseimbangan
Keseimbangan merupakan proses kompleks yang
812
DAITI
813
FRAKTI,R
r-\
^
)9-',
Y-/ )
// /\
q\,)
\ t/
\r
Kontrol Postural
Kontrol postural meliputi kontrol posisi tubuh untuk
kontrol postural.
Yang termasuk dalam komponen saraf adalah proses
814
GERIATRI
r{f[il]ttt
t
kanan
Tlm
Jari
k
kaki
Tlmlt
kanan
Jari kaki
kr
SIKLUS BERJALAN
Dalam berjalan dikenal istilah gait yaitu cara atav gaya
berjalan yang umumnya meliputi pula kecepatan bergerak
(meter per detik) dan jumlah langkah per unit waktu
(langkahpermenit: cadence). Durasi satu siklus berjalan
dimulai ketika tumit salah satu kaki menyentuh prjakan
(heel-strike/heel-on) sampai dengan tumit yang sama
kembali menyentuh pijakan. Selama satu siklus berjalan,
MOB!LITAS FUNGSIONAL
Kemandirian fungsional merupakan kemampuan untuk
melaksanakan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan,
termasuk dalam hal mobilitas. Mobilitas fungsional
didehnisikan sebagai kemampuan untuk bergerak dari satu
815
Fakor yang
Perubahan kontrol
postural
langkah pendek-pendek
goyang
Peningkatan prevalensi
kondisi patologis yang
terkait dengan stabilitas
Menurunnya proprioseptif
Melambatnya refleks
Menurunnya tonus otot
Meningkatnya ayunan postural
Hipotensi ortostatik
Kaki tidak terangkat cukup tinggi
Laki-laki: postur tubuh membungkuk,
Perubahan
Berkontribusi
Peningkatan prevalensi
kondisi yang
menyebabkan nokturia
Peningkatan prevalensi
demensia
otot
Kelemahan
akibat tidak
digunakan dan decondition i ng
Neuropati perifer
Penyakit atau deformitas kaki
Gangguan penglihatan
Gangguan pendengaran
Pelupa dan demensia
Proses penyakit lain (penyakit
kardiovaskular, parkinsonisme, dll)
Penyakit jantung kongestif
lnsuflsiensi vena dll
Gangguan fungsi kognitif
lingkungan.
Proses menua mengakibatkan perubahan pada kontrol
bereaksi
816
GERII\TRI
cenderung mudah terantuk (trip). Orang usia lanjut lakilaki cenderung memiliki gayaberjalan dengan kedua kaki
melebar dan langkah pendek-pendek (wide-based, short
stepped gaits); sedangkan perempuan usia lanjut seringkali
berjalan dengan kedua kaki menyempit (narrow based)
Telinga
melalu bagian
lengah daun lelinga
Bahu
Msalui b4ian l6ngah
DamlneElsasi lulang
di tulang be akaf,g-
prtah
tu ang)
H langnya kekuatani
(lsr!EmE
dan luluL)
PgrubaMn
saya
dabm6E/
bedslanismkdan
mnysb.btrn bfr!6ngnya
leri khakiyaN teEngkat
dsd piakEn
GANGGI,'AN IGSEIMBANGAN
JAII'H
DAN
817
FRAKII'R
badan.
818
GERIATRI
Bahaya
lingkungan
\,
n/kere n ta na
terkait usia
FAKTOR RISIKO
Sinkop
Drop attacks
Dizziness
dan/atau vertigo
Hipotensi
ortostatik
Obat-obatan
Proses penyakit
Keterangan
Kecelakaan murni (terantuk, terpleset, dll)
lnteraksi antara bahaya di lingkungan dan
faktor yang meningkatkan kerentanan
Hilangnya kesadaran mendadak
Kelemahan tungkai bawah mendadak
yang menyebabkan jatuh tanpa
kehilangan kesadaran
Penyakit vestibular
Penyakit sistem saraf pusat
Tak ada
penyebab
yang
dapat
diidentifikasi
GAIIIGGUAT{ KESEIMBANGAT{
819
TIA sirkulasi
posterior (vertebrobasiler) mungkin juga dapat
mengakibatkan vertigo, namun perlu disertai dengan satu
atau lebih gejala lain seperti disartria, ataksia, kelemahan
tungkai, dan berkurangnya lapangan paqdang. Insufisiensi
vertebrobasiler seringkali disebut sebagai peny ebab drop
attacks; kompresi mekanik arteri vertebralis oleh osteofit
spina vertebra servikal manakala kepala diputar disebutkan
pula sebagai penyebab ketidakstabilan dan jatuh.
Penyakit lain pada otak dan sistem sarafpusat dapat
Keterangan
Anamnesis
Riwayat medis umum
Tingkat mobilitas
Riwayat jatuh
sebelumnya
Obat-obatan yang
dikonsumsi
Apa yang dipikirkan
pasien sebagai
penyebab jatuh?
Lingkungan sekitar
tempat jatuh
Hilangnya kesadaran
Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital
Kulit
Mata
Kardiovaskular
Ekstremitas
Neurologis
820
GERIAMI
fungsionalnya.
cukup
dan
keseimbangan.
821
Pemeriksaan
pada
r:
0,51
(gerukanvolunter).Dlbunthkanwaktuselamal0-20menit
jatuhhampir 100%.
dengan mengukur
jarakterjauh seseorang yang berdiri mampu menggapai atau
092.
FRAI(IUR
Berbagai penelitian di Eropa, Amerika Serikat, dan
Australia menunjukkan bahwa risiko terjadinya patah
tulang tidak hanya ditentukan oleh densitas massa tulang,
822
GE,RIITTRI
823
Tatalaksana
Diagnosis
dan
Pemeriksaan kardiovaskular
menit berdiri
Keseimbangan dan gaya berjalan
Laporan pasien atau observasi adanya ketidakstabilan
Gangguan pada penilaian singkat (uji get up and go
alau peiormance-oriented assessme nt of mobility)
dan
Pemeriksaan neurologis
Gangguan proprioseptif
Gangguan kognitif
Penurunan kekuatan otot
- Sinkop
- Aritmia (ika telah diketahui adanya
dan
dan
dan
sinkop)
Evaluasi terhadap "bahaya" di rumah setelah dipulangkan
dari rumah sakit
824
Pencegahan Fraktur
Osteoporosis dengan bertambahnya usia baik pada
perempuan maupun laki-laki menyebabkan meningkatnya
risiko fraktur pada trauma minimal. Fraktur osteoporotik
sering terjadi pada lengan bawah, vertebra, dan femur
proksimal. Risiko fraktur selain berhubungan dengan
aktivitas fisik dan meningkatnya risiko jatuh juga dapat
diperhitungkan dengan densitas massa tulang (bone mineral density, BMD). Penyebab osteoporosis sekunder
harus pula digali seperti terapi kortikosteroid, hipertiroid,
hiperparatiroidisme, dan hipogonadisme.
Kendati terapi osteoporosis menurunkan resorpsi
tulang dan meningkatkan densitas tulang, penurunan
insidens fraktur sebagian berhubungan dengan mekanisme
rlonskeletal. Suplementasi 800 IU vitamin D3 dan 1,2 gram
kalsium elemental setiap hari selama 3 tahun menurunkan
risiko fraktnr panggul (ftrp) sebesar 27 %o, denganhanya
sedikit perbaikan pada densitas tulang. Penambahan
vitamin D3 berhubungan dengan berkurangnya ayunan
tubuh dan jumlah jatuh.
Selain itu, perlu dilakukan penilaian klinis dan
tatalaksana bagi orang usia lanjut yang berisiko untuk
jatuh(Tabel4).
KESIMPULAN
Gangguan keseimbangan, jatuh, dan fraktur merupakan
masalah besar pada usia lanjut. Terdapat berbagai faktor
yang menjadi faktor risiko dan penyebab instabilitas dan
jatuh tersebut yang memerlukan pengkajian secara
menyeluruh untuk mencegah jatuh dan fraktur maupun
REFERENSI
Ackermann RJ. Medical Consultation for the elderly patient with
hip fracture. J Am Board Fam Pract 19981,11:366-77. Available
from: URL: http://www.medscape.com (Access atMarch 26,
2003 )
2001. p.616-60.
GERIITIRI
Berg KO, Maki BE, Williams JI, Holliday PJ, Wood-Dauphinee SL.
Clinical and laboratory measures of postural balance in an elderly population. Arch Phys Med Rehabil. 1992;73:10'73-80.
Brauer C, Morrison RS, Silberzweig SB, Siu AL. The cause of delirium in patients with hip fracture. Arch Intern Med 2000;
160: 1856-60
Clark E. Preoperative assesment: primary care work-up to identify
surgical risk. Geriatrics. 2001; 56:36-40.
Coogler CE, Wolf SL. Falls. In: Haz:zard W& Blass JP, Ettinger WH,
Halter JB, Ouslander JQ eds. Principles of Geriatric Medicine and
Gerontology. 4b ed. New York: McGraw-Hi11 Health ProfeSsions
Division; 1999.p. 1535-46.
Chapuy, MC.Vitamin D3 and calcium to prevent hip fracture in the
elderly women. N Eng J Med 1992; 327: 1637-42
Elble RI. Changes in gait with normal aging. ln: Masdeu JC, Sudarsky
L, Wolfson L, eds. Gait disorders of aging: fa1ls and therapeutic
strategies. Philadelphia: Lippincott-Raven; 1997 .p. 93- 105.
Fuller GF. Falls in the elderly. Am Fam Physician. 2000:'61:2159'7 4.
Francis RM, Baillie SR Chuck AJ, Crook PR, Daymond T, Durur N,
et al. Management of osteoporosis in patients with hip fractures. Q J Med 2000; 93: 501-6.
Huddleston JM, Whitford KJ. Medical care of elderly patients with
hip fracture. Mayo Clin Proc. 2001;76:295-8.
Instability and falls. In: Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB. Eds.
Essentials of clinical geriatrics. 5th ed. New York: McGraw-Hill
Medical Publishing Division; 2004. p. 219-44.
Kirkendall D! Garrett WE. The effects of aging and training on
skeletal muscle. Am J Sports Med. 1998;26:598-602.
Loeser RF, Delbono O. Aging and the musculoskeletal system. In:
Hazzard WR, Blass JP, Ettinger WH, Halter JB, Ouslander JG,
eds. Principles of Geriatric Medicine and Gerontology. 4s ed.
New York: McGraw-Hill Health Professions Division; 1999.
p.1097-111.
Lichtblau S. Treatment of hip fractures in the elderly - the decision
process. Mount Sinai J Med 2002;69:250-60.
Mechanical principles: kinetics. In: Smith LK Weiss EL, Lehmkuhl
LD, eds. Brunnstrom's clinical kinesiology. 5b ed. Philadelphia:
F.A. Davis Company; 1996. p. 49-56.
Mix CM, Specht DP. Achieving functional independence. In:
Braddom RL. Physical medicine and rehabilitation. 2'd ed. Philadelphia: WB Saunders; 2000. p.517-34.
Engl
82s
body:
2000;554:M776-24.
Rubenstein LZ, Josephson KR. Interventions to reduce the multifactorial risks for fallhg. In: Masdeu JC, Sudarsky L, Wolfson
L, eds. Gait disorders of aging: falls and therapeutic strategies.
Philadelphia: Lippincott-Ravet;1997.p. 309-24.
Setiati S. Imobilisasi sebagai faktor risiko gangguan hemostasis pada
pasien geriatri, bagaimana mencegah dan mengobati. Prosiding
130
DIZZINESS PADA LANJUT USIA
Probosuseno, Niko Adhi Husni dan Wasilah Rochmah
PENDAHULUAN
aI,2004).
PEMBAHASAN
tigo
sebesar 38-44olo,
Sebanyak2o/okonsultasidipelayananprimermenyangkut
dizziness (Sloan , 1989), dan dizziness merupakan
penyebab utama nomor 13 penderita datang berobat ke
spesialis penyakit dalam (Adelman, 2001)' prevalensi
sedikit, daril622orang (>60 tahun)di masyarakat didapat
Dizziness 29,30 dan dalam I tahun prevalensinya l8,2yo.
c.
826
827
f,
defisitsensorimultiple l3 %
g.
penyakit sistemik (8 %)
Untuk menegakkan diagnosa dizziness, ada beberapa
DTZZTN
ESS
1. Vertigo
Vertigo merupakan suafu sensasi berputar, pasien merasa
bahwa dia ataupun lingkungannya berputar. Seringkali vertigo terjadi dengan seketika, kadang-kadang, dan ketika
berat umumnya dibarengi dengan mual, muntah, dan jalan
Ketidakseimbangan
Mual, muntah
Hilang pendengaran, tinnitus
Simptom neurology nonauditori
Late
Vertigo Sentral
Vertigo Perifer
Tampilan
Nistagmus
Jarang
Lebih lama (sampai 20 detik)
diagnostik provokatif
Labuguen RH. lnitial evaluation of vertigo. Am Fam Physician 2006;73;244-51
828
GERIAIRI
llr*.s
Ia 1?rt
Gambar 1.Tes Dix-Hallpike pada pasien dengan Benign Paroxysmal Positional Vertigo yang mengenai telinga kanan. Pada panel A,
pemeriksa berdiri pada sisi sebelah kanan pasien dan merotasi kepala pasien ke kanan 45 derajat untuk mensejajarkan dengan kanal
semisirkuler posterior sebelah kanan dengan bidang sagital dari tubuh. Pada panel B, pemeriksa menggerakkan pasien (posisi mata dalam
keadaan terbuka) dari posisi duduk ke posisi telentang dengan telinga kanan posisinya lebih rendah, dan perlahan mengekstensi leher
pasien sehingga posisi dagu hampir tegak lurus. Latency, durasi, dan arah nistagmus beserta latency dan durasi vertigo bila ada harus
dicatat. Panah benrrarna merah pada inset menunjukkan arah dari nistagmus pasien benign paroxysmal positional vertigo yang tipikal.
Debris yang bebas terapung pada labirin diperkirakan sebagai penyebab kelainan tersebut ditunjukkan pada gambar (Sumber : Furman JM,
Cass SP. Benign paroxysmal positional vertigo. New England Journal of Medicine 1999;21 ;1590-1596)
B. Labirintitis
Labirintitis merupakan penyebab lain dizziress karena
vestibuler perifer, kelainan ini sembuh dengan sendirinya.
Umumnya kelainan ini akan berakhir pada hitungan hari
atau beberapa minggu. Labirintitis diperkirakan terjadi
karena adanya inflamasi pada saraf vestibular (Adelman,
2001).
G. Penyakit Meniere
Sindrom ini biasanya terjadi pada usia muda dan bukan
penyebab umum dizziness pada lanjut usia. Episode
penyakit ini biasanya sembuh sendiri, tetapi seringkali
berulang. Pada akhirnyalercapai suatu fase lconik "burrred
out" yang ditandai oleh hilangnya pendengaran makin
j elas,
00 1 ).
3. Disekuilibrium
Disekuilibrium adalah suatu rasa dari tidak kukuh
PENYEBAB VERTIGO SENTRAL
gangguan sensasi
4. Vague light-headedness
2. Presinkop (Nearsinkop)
Presinkop adalah suatu sensasi dari seperti akan pingsan
atau hilangnya kesadaran, seringkali diawali pandangan
829
Riwayat Penyakit
Yang perlu diperhatikanpada riwayatpenyakit adalah : (l)
et
al,l996;Ktmtar
et
al,2003).
terdiri dari 20
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Fisik
di
bawah
l.
3. evaluasi
Meniere
830
4.
5.
6.
GERI'IIRI
vestibuler)
Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) dari
PENANGANAN
Pengobatan yang paripurna dizziness tergantung penyakit
dan atau penyakit yang mendasaritya, sebaiknya secara
multi disiplin dan inter disiplin. Langkahpenghentian obat
atau penetusnya, dan atau segera merujuk lebih lanjut ke
ahli yang lain yang kompeten dibidangnya. Pengobatan
RINGKASAN
dokumentasi dari
lebih.
REFERENSI
Adelman AM. 2001. Dizziness. In: Adelman AM, Daly MP Weiss
BD, ed. 20 common problems in geriatrics. McGraw-Hill lnter-
able at
831
Division
Drachman DA, Hart CW. 1972. An approach to the dizzy patient.
Neurologt; 22:323-34
Drachman DA. 1998. A 69-year-old man with chronic dizziness.
.JAMA 280:2ll
l-2
118
t67
Kumar NP, Thomas A, Mudd P. et aI.2003. The usefulness of
carotid sinus massage in different patient groups. Age and
Ageing; 32:666-669
Kwong E CK, Pimlott N JG. 2005. Assessment of dizziness among
older patients at a family practice clinic a chart audit study.
BMC Family Practise
6:2
pp.l-72
Rochmah W, Probosuseno. 2006. Dizziness dan sinkop. Dalam :
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al. editor. Buku ajar ilmu
penyakit dalam edisi keempat-jilid IIL Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Rochmah W 2006. Hubungan pribadi
Sloan PD. 1989. Dizziness in primary care. Results from the
National Ambulatory Care Survey. Fam Pracl ;29:33-38
Tinetti ME, Williams CS, Gill TM.2000. Dizziness among older
adults: a possible geriatric syndrome. Ann Intern Med 132:33744
Tinetti ME. 2003. Preventing falls in elderly persons. N Eng J Med
Yardley
832
GERIITIRI
LAMPIRAN
ALGORITME UNTUK MENGEVALUASI PENYEBAB DIZZINESS PADA PASIEN LANJUT USIA
lan
jut usia
iwayat
o, light
he
ad
Assess ansietas
Riwayat merokok
Rujuk spesialis
a
n (THT
TI DAK
+
Apakah sim ptom/ abnorm alitas terjadi saat
o Pergerakan kepala dan leher yang cepat
o Pengukuran tekanan darah saat berdiri dan terlen
o Berjalan m ulai dari tum it sam pai jempol
(jika abnormal periksa sistem neuromotor pada kaki)
o Tindakan hiperventilasiselama dua menit
o Manuver Hallpike
o Apakah dizziness berkaitan dengan toboh
YA)
YA)
Spondilosis servikal
Hipotensipostural
YA)
YA)
YA)
YA)
Hiperventilasi
YA)
TIDAK
Rujuk
Rujuk
ah ger a tr
ah ger atr
Algoritme untuk mengevaluasi penyebab Dizziness pada pasien lanjut usia di pelayanan primer
controlled study. BMJ 1996;
Sumber : Colledge et al. Evatuation of investigations to diagnose the cause of dizziness in elderly people: a community based
313:788-792
833
l\.,lemburuk
dalam
kegelapan
dengan
pendengaran
berku rang,
oscii/opsi a
Hilangnya
vestibu le r
bilaleral
(
lltemburuk
dalam
kegelapan
dengan
baal,
kelemahan,
disfungsi
usus alau
kandung
ke
Gangguan
sereblar
cing
con toh
obaFobatan
otoloksik)
P6ltekanan
darah > 20
_
-
Pertimbangkan
- lihat evaluasi
Pertimbangkan
penyakit saraf
penyakit kardiovaskular
sinkop
labirintin atau
pusat
Penyakit kardiovaskular
lihat evaluasi sinkop
Delisit sensorik
m ul tipel
Ke la in an
la
birintin
Sistem sarai
perifer
n terhadap panas
Audiogram
Elektronistagmografi
CT Scan/l\,4 R I
Sistem saraf
pusat
Wffi
Psikiatri
kan
834
GERIITIRI
fr{ilg
Manuver Eplay: untuk terapi dari pasien dengan Benign Paroxysmal Positional Vertigo
yang mengenai telinga kanan. Posisi dugaan dari debris yang berada dalam labirin selama manuver
ditampilkan pada tiap panel. Manuver ini merupakan prosedur tiga langkah. Pertama tes Dix-Hallpike
dilakukan dengan merotasi kepala pasien 45 derajat ke telinga kanan, dan leher agak diekstensikan
dengan posisi dagu hampir tegak lurus. Posisi ini menyebabkan kepala pasien bergantung di sebelah
kanan (Panel A). Ketika vertigo dan nistagmus tercetus oleh tes Dix-Hallpike kepala pasien dirotasi
rostral sumbu tubuh sampai telinga kiri di bawah (Panel B). Kemudian kepala dan tubuh dirotasi lebih
jauh sampai muka menghadap ke bawah (Panel C). Puncak kepala dibuat agar tetap mengarah ke
bawah selama rotasi. Manuver ini biasanya mencetuskan vertigo singkat. Pasien harus tetap dalam
posisi terakhir, muka menghadap ke bawah untuk 10 sampai 15 detik. Dengan kepala tetap dalam posisi
menoleh bahu kiri, pasien didudukkan (Panel D). Setelah pasien dalam kondisi tegak, kepala dimiringkan
sehingga posisi dagu agak ke bawah. (Sumber : Furman JM, Cass SP. Benign paroxysmal positional
vertigo. New England Journal of Medicine 1999;21 ;1590-1596)
30
&rie
*"aJ-*
3$ detih
Io dsil(
835
Analgesics
Antimicrobial Drugs
An
aI
nd
Va
Antiinflammatory Drugs
Drugs
Nitroglycerin and other organic
Butorphanol
Amithiozone
Salicylates*
Dezocine
Hydromorphone
Meperidine*
Metazimide
Morphine
Nalorphine
Pentazocine
Propoxyphene
ColistinGentamicin*
Griseofulvin'
lsoniazidKanamycin*
Minocycline*
Nalidixic Acid*
Paromomycin*
PolymyxinStreptomycin*
Phenylbutazone*
Apazone*
Perhexiline
lsoxuprine
lndomethacin*
Sulindac
Tolmetin
lbuprofen
Nylidrin
Diuretics
Treamterene
Naproxen
Ergot Alkaloids
Fenoprofen
Ketoprofen*
SulfonamidesTobramycin*
Trimethoprin*
Allopurinol*
nitras
Anasthelics
Parasific Disease
Ketamin
Methoxyflurane
Antiarrhythmic Drugs
Antiarrhytnic Drugs
Aprindine
Anticonvulsants
Diphenylhydantoin.
Ethosuximide*
Phensuximide*
Primidone*
Quinidine*
Procainamide
Antiprotozoal and
antihelminthic Drug
Lidocaine
Bretylium
Hydrochloroquine*
Omidazole
Oxamniquine
Piperazine adipate*
Thiabendazole
rugs
Hycanthone
Pyrantel pamoate
Thiabendazole
Chloroquine
*
Amodiaquine
QuininePentamidine
Metronidazole*
Quinacrine
Antimiuobial Drugs
*
Antihypertensive
Drugs
CNS Sfimulan(s
Polymyxin B
Nalidixiac acid
Oxolinic acid
Nitrofurantoin*
Aminoglycosides* any
(streptomycin, kanomycin,
tobramycin, etc)
Minocyline*
Bethanidine
Clonidine*
Methylphemidate
Antiinflammatory
Acetazolamide*
Colistin
Vancomycin
Griseofluvin*
Vidarabine
lsoniazid
Rifampin
Cycloserine*
Ethambutol
Appetite depressanfs
Antihistamines
Cimetidine
Fenfluramine*
Mazindol
Diuretics
Drugs
Aspirin*
Apazone
erythromycin
Drugs for the Treatment
of
Psyxhiatric Disorders
Diflunisal
Flurbiprofen
Benzodiazepines*
Gold
Meprobamate*
Phenothiazines*
Tricyclic Antidepressants*
lndomethacin.
Phenylbutazone
Lithium
Estrogents
Bromocriptime
Progesterone-estrogen
combinations
"The Pill"*
lnsulins
Oral hypoglycemic agents
Parasympatholylic
Drugs*
Dicvclomine.
*Vertigo specifically
Source: Medlars ll Search; reference geberated weew
from
mentioned.
'1973-1980
date
Sumber : Finestone AJJ982 Evaluation and Clinical Management of Dizzines and Vertigo
836
GERIATRI
Automic Drug
Local Anesthetrbs
Lidocaine
Cholinesterase Reactivators
Pralidoxime
Antimuscarinic Drugs
Atropine
Scopolamin
Sympathomimetics
Epinephrine
lsoproterenol
Amphetamine
Drugs lnhibiting Adrenergic Nerues or Blrcking
Adrenergic Receptors
Phenorybenzamine
Phentolamine
Tolazoline
Propranolol
Timolol
Metoprolol
Guanethidine
G anglionix Stimulants and Blockers
Nicotine
Ganglionic Blocking drug (any)
Antihistamines
HrBlockers (diphenhydramine, tripelennamine, etc)
H, Blockers (cimetidine)
Phenytoin'
Primidonet
Carbamazepine
Ethosuximide
Clonazepam
Levodopa
Amantadine
Baclofen
Dentrolene
Morphine and other opiates
LSD
Xanthenes (amonophylline, theophylline,
caffeine, etc)
Sumber : Finestone AJ.1982 Evaluation and Clinical Management of Dizzines and Vertigo
131
DEMENSIA
Wasilah Rochmah, Kuntjoro Harimurti
PENDAHULUAN
DEFINISI
837
838
GERIr'TIRI
EPIDEMIOLOGI
Insidensi demensia meningkat secara bermakna seiring
meningkatnya usia. Setelah usia 65 tahun, prevalensi
demensia meningkat dua kali lipat setiap pertambahan usia
5 tahun. Secara keseluruhan prevalensi demensia pada
5,60/o.
839
DEMENSIA
Alzheimer.
Adanya dan jumlah plak senilis adalah satu gambaran
patologis utama yang penting untuk diagnosis penyakit
Alzheimer. Sebenamya jumlah plak meningkat seiring usia,
danplak ini juga muncul di jaringan otak orang usia lanjut
yang tidak demensia. Juga dilaporkan bahwa satu dari tiga
orang berusia 85 tahun yang tidak demensia mempunyai
deposisi amyloid yang cukup di korteks serebri untuk
memenuhi kriteria diagnosis penyakit Alzheimer, namun
apakah ini mencerminkan fase preklinik dari penyakit masih
belum diketahui.
N eur ofi brill ary t angl e s merupakan struktur intraneuron
yang mengandung tau yang terhiperfosforilasi pada
pasangan filamen helix. Individu usia lanjut yang normal
perj alanan penyakit
Pem
atau hemisfer
bentukan p-amyloid
Agregasi p-amyloid
pe rfosfo rila s
rote in ta u
Abnormalitas kognitif
dan perilaku (penyakit Alzheim er)
Gambar 1. Hipotesis kaskade amyloid yang menunjukkan konsekuensi sekunder akibat pembentukan
dan deposisi amiloid.
840
GERI'TIfl
AD),
Defisit neurohansmiter utama pada penyakit Alzheimer,
juga pada demensia tipe lain, adalah sistem kolinergik.
DIAGNOSIS
ini berpengaruh
dan kognitif
Diagnosis probable penyakit Alzheimer didukung oleh:
Penurunan progresif fungsi kognitif spesifik seperti
afasia, apraksia, dan agnosia
Gangguan aktivitas hidup sehari-hari dan perubahan
pola perilaku
Riwayat keluarga dengan gangguan yang sama,
terutama bila sudah dikonfirmasi secara neuropatologi
Hasil laboratorium yang menunjukkan:
Pungsi lumbal yang normal yang dievaluasi dengan
teknik standar
Pola normal atau perubahan yang nonspesifik pada
EEG, seperti peningkatan aktivitas slow-wave
Bukti adanya atrofi otak pada pemeriksaan CT yang
progresif dan terdokumentasi oleh pemeriksaan serial
Gambaran klinis lain yang konsisten dengan diagnosis
probable penyakit Alzheimer, setelah mengeksklusi
penyebab demensia selain penyakit Alzheimer:
pada
dan
Al
dan
di
A2
atas,
dan
normal)
B.
untuk
disorder)
Kejang pada penyakit yang lanjut
Pemeriksaan CT normal untuk usianya
DEMENSIA
yang dapat disebabkan oleh anggota keluarga yang barubaru ini meninggal.
Pemeriksaan fisis dan neurologis. Pemeriksaan fisis dan
neurologis pada pasien dengan demensia dilakukan untuk
mencari keterlibatan sistem saraf dan penyakit sistemik
yang mungkin dapat dihubungkan dengan gangguan
841
842
GE,RIITITI
ini
dapat
mengidentifikasi tumor primer atau sekunder, lokasi area
infark, hematoma subdural, dan memperkirakan adanya
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Umum
Tujuan utama penatalaksanaan pada seorang pasien
dengan demensia adalah mengobati penyebab demensia
843
DEMENITIA
dan
844
GEXUAIRI
REFERENSI
sampai saat
ini tidak
t32
DEPRESI PADA PASIEN USIA LANJUT
Czeresna H. Soejono, Probosuseno, Nina Kemala Sari
PENDAHULUAN
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi terbesar gangguan psikiatri pada geriatri adalah
depresi. Prevalensi dipengaruhi oleh lokasi pengambilan
subyek penelitian dan komorbiditas. Prevalensi depresi
pada usia lanjut di pelayanan kesehatan primer adalah 5l7oh, semeniara prevalensi depresi pada usia lanjut yang
mendapat pelayanan asuhan rumah (home care) adalah
fungsi eksekusi.
Faktor-faktor psikososial juga berperan sebagai faktor
predisposisi depresi. Orang tua seringkali mengalami
periode kehilangan orang-orang yang dikasihinya. Faktor
kehilangan fisik juga meningkatkan kerentanan terhadap
depresi dengan berkurangnya kemauan merawat diri serta
hilangnya kemandirian. Berkurangnya kapasitas sensoris
daripada di masyarakat.
Data prevalensi depresi pada usia lanjut di Indonesia
diperoleh dari ruang rawat akut geriatri dengan kejadian
depresi sebanyak 76,3yo. Proporsi pasien geriatri dengan
depresi ringan adalah 44,lyo sedangkan depresi sedang
sebanyak 18%, depresi berat sebanyak 10,8% dan depresi
sangat berat s ebanyak3,2%o. Semakin berat tingkat depresi
maka semakin lama masa rawat. Studi unflrk populasi
84s
846
GERIAMI
pada52,4oh subyek.
Beberapa
depresi:
Analgetika
OAINS
Antihipertensi
Antipsikotik
Ansiolitika
Antikanker
Sedativa
Lain-lain
: kodein, morfin
: ibuprofen, naproksen, indometasin
:klonidin,propranolol,kaptopril
: haloperidol, klorpromazin
: diazepam
: vinkristin
:
:
demensia
vaskular
SLE
kemunduran kondisi
847
.
.
.
perasaan depresif.
hilangnya minat dan semangat
mudah lelah dan lenaga hilang.
Gejalalain adalah:
.
.
.
.
.
.
.
.
konsentrasi menurun.
harga dirimenurun.
perasaan bersalah.
pesimis terhadap masa depan.
gagasan membahayakan diri (self harm) atau bunuh
diri.
gangguan tidur.
gangguan nafsu makan.
memrrunnyalibido.
Tingkat
Depresi
Gejala
Utama
Ringan
Sedang
Berat
Gejala
Lain
2
4
>4
3-
Fungsi
Keterangan
Baik
Terganggu
Sangat
terganggu
Nampak
distress
Sangat dlsfress
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Perasaan depresi.
IV
848
GERIII|IRI
PROGNOSIS
Depresi pada geriatri sering berlanjut kronis dan kambuhkambuhan, ini berhubungan dengan komorbiditas medis,
pneumonia (akibat imobilitas atau berbaring terusmenerus) serta akibat sampingan dari pemberian obat
antidepresi.
Pasien yang depresi mempunyai risiko lebih tinggi
untuk bunuh diri dari populasi lain. Sepertiga pasien usia
lanjut melaporkan kesepian sebagai alasan utama untuk
bunuh diri, sepuluh persen karena masalah keuangan. Kirakira 60%o yang melakukan bunuh diri adalah laki-laki, dan
75o/oyang mencoba bunuh diri adalah perempuan.
PENATALAKSANAAN
komitmen,
849
ortostatik.
Pemberian antidepresi dimulai dengan dosis rendah,
bulan.
16
mmggu.
di RS sejauh pertimbangan-pertimbangan
medis,
8s0
GERI'TIRT
REFERENS!
l/y)
KESIMPULAN
Depresi pada pasien geriatri sulit didiagnosis antara lain
karena gejalatya tidak khas, dan keluarga pasien maupun
dokter acap kali tidak mewaspadai kondisi ini. Kondisi
multipatologi selain menyulitkan pengenalan gej ala dini,
juga merupakan faktor risiko penting selain polifarmasi,
obat-obat tertentu, rasa kehilangan dan berbagai faktor
lain. Penatalaksanaan meliputi psikoterapi suportif pada
tahap ringan dan obat antidepresi untuk depresi sedang
sampai berat. Terapi elektrokonulsi masih ada tempatnya
terutama pada depresi berat. Keluarga amat penting
perannya jika dilibatkan pada saat yang tepat. Asuhan
rumah juga dapat memberikan alternatif solusi lain yang
lebih mendekatkan pasien pada suasana 'rumah'.
123-28.
Evers M.M. Marins D.B. Mood disorder effective management of
major depressive disorder in the geriatric patient. Geriatric,
2002; 57(10): 36-40. quiz.
Gallo, J, J; Gonzales, J. 2001 Depression and other mood disorders. in:
A, M, Adelman; M, R Daly; B, D, Weiss (eds): 20 problems in
Geriatrics Laksmana (1996); Pieper (20M); Passik & Kirsh (2004);
Paulsen (2004.b).
I.
III
-'7
4.
133
PENYAKIT PARKINSON
Rejel{ Andayani Rahayu
PENDAHULUAN
di sel-sel substansia
nigra pars compacta (SNc) dan karakteristik ditandai
dengan tremor waktu istirahat, kekakuan otot dan sendi
(rigidity),kelambanan gerak dan bicara (bradikinesia), dan
instabilitas posisi tegak Qtos tural ins tability). Prevalensi
PP di Amerika Serikat berkisar l% jumlah penduduk,
meningkat dari0,6 yo pada usia 60-64 tahun menj adi3 ,5 Yo
pada umur 85-89 tahun. PP dapat mengenai semua usia,
tapi lebih sering pada usia lanjut. Dengan perawatan yang
baik penderita PP dapat bertahan hidup dengan baik lebih
sehubungan dengan proses menua
Primeratauidiopatik:
Sekunderatauakuisita:
- timbul setelah terpajan suatu penyakit/zat
SindromParkinsonPlus:
Gejala Parkinson timbul bersama gejala neurologi lain
seperti: progressive supraneural palsy, multiple systern
851
852
GERI'IIRI
Ras
Faktor Genetik
Ditemukan 3 gen yang menjadi penyebab gangguan
degradasi protein dan mengakibatkan protein beracun tak
dapat didegradasi di ubiquitin-proteasomal pathway.
Kegagalan degradasi
Cedera Kranioserebral
Prosesnya belum jelas. Trauma kepala, infeksi, dan tumor
Stres Emosional
Diduga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
PP.
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sebagai penyebab terjadinya PP sudah
diteliti sejak 40 tahun yang lalu, sebagian setuju bahanbahan beracun seperti carbon disuffide, manganese, dan
8s3
PENYAKITPARKINIiON
3.
Trauma kepala
Strok
PSP
obat
Adanya rigiditas satu sisi dengan atau
MSA
terdapat gaya
berjalan jatuh atau kaku
- Disfungsi otonom yang bukan karena
obat
- Mengeluarkan air liur terus
- Demensia awal atau halusinasi karena
memakai obat
- Distonia yang diinduksi oleh levodopa
Neuroimaging (MRl atau CT-scan)
terdapat
- lnfark lakunar
Ventrikel-ventrikelserebral melemah
Atropi serebelar
Atropi otak tengah atau bagian lain dari
brain-stem
Efek obat
Responsjelek terhadap levodopa
CBGD
CBGD, MSA
PSP
MSA
MSA
DLBD
MSA
vaskular
NPH
OPCA, MSA
PSP, MSA
PSP, MSA,
levodopa
NPH
sama seperti di
atas
palsy.
Koller,3. MenurutGelb
kehilangan
sensor kortikal
Myoclonus
OPCA, MSA
Pasca trauma
Vaskular
Ataksia serebeler
kematian sel.
Pasca ensefalitis
Toxin-induced
Drug-induced
DIAGNOSIS
SNc
.
.
Riwayat dari :
Ensefalitis
Terpapar lama dengan CO, Mn atau toksin
2.
Kemungkinan
diagnosis
Kriteria
8s4
GERIIIIT
asimetris.
.
.
.
.
.
.
Didapatt2dari 3 tandakardinal gangguanmotorik: tremor
istirahat atau gangguan refleks postural, rigiditas,
bradikinesia yang berlangsung satu tahun atau lebih.
Respons terhadap terapi levodopa yang diberikan
sampai perbaikan sedang (minimal 1 .000 mglhari selama
1 bulan), dan lama perbaikan I tahun atau lebih.
dopamin
il
untuk
PP.
m e t hy I tr an
cathecol-)-
sfer as e (COMT).
3-4 dihydroxyphenilacetic acid oleh enzim monoamine oxidas e (MAO). (Lihat Gambar 2)
TERAPIMEDIKAMENTOSA
PE,ITTYAKIT
855
PANKINSON
arur. 9l,II^=^
856
GERIITIRI
ini
samping obat
off'.
e, E nta c a po
e)
dipakai sebagai kombinasi dengan gabungan levodopacarbidopa. Selain itu obat ini bisa berfungsi sebagai
antidepresi ringan (merupakan obat pilihan pada PP dengan
ini berupa
Amantadin
Berperan sebagai pengganti dopamin, tetapi bekerja
TERAPI PEMBEDAHAN
Sebagian besar penderita PP dapat memperbaiki kualitas
hidupnya dengan terap medikamentosa seperti tersebut
di atas, tetapi ada juga yang tidak dapat dikendalikan
dengan obat, terutama efek fluktuasi motorik (fenomena
" on-off'). P ada saat " on" penderita dapat bergerak dengan
mudah, terdapat perbaikan pada gejala tremor dan
kekakuannya. Pada saat "off' penderita akan sangat sulit
857
PEIYYAKITPARKINSiON
sekitar.
dan
PENUTUP
Penyakit parkinson (PP) merupakan bagian dari Sindrom
Parkinson primer. Perlu dipahami perbedaal ar:tara
keduanya. PP merupakan penyakit yang berhubungan
dengan proses menua di otak yaifu merupakan proses
stres emosional.
PP.
TERAPI REHABILITASI
risiko.
REFERENSI
5t4.
BUPA. Parkinson's disease. www.parkinsons.org.uk/.
25
cited on March
7005
2004.p.88-99.
858
2003.p.1401-8
Elbaz A, Levegue C, Clavel J, et al. Cyp 206 polimorphism, pestiside
exposure and Parkinson's disease. Ann Neurol. 2004; 55:430-4.
Hoehn MM, Yahr MD. Parkinsonism: Onset, progression, and mor-
104-rt2.
GERIITIru
2005.
III
9.
t34
IMOBILISASI PADA USIA LANJUT
Siti Setiati, Arya Govinda Roosheroe
PENDAHULUAN
PENYEBAB IMOBILISASI
859
860
GERIITIRI
ulkus dekubitus.
KOMPLIKASI IMOBILISASI
Emboli Paru
Emboli paru dapat diakibatkan oleh banyak faktor seperti
emboli airketuban, emboli udara, dan sebagainya. Emboli
paru dapat menghambat aliran darah ke paru dan memicu
refleks tertentu yang dapat menyebabkan panas yang
mengakibatkan nafas berhenti secara tiba-tiba. Sebagian
besar emboli paru disebabkan oleh emboli karena trombosis
Trombosis
Trombosis vena dalam merupakan salah satu gangguan
vaskular perifer yang penyebabnya bersifat multifaktorial,
meliputi faktor genetik dan lingkungan. Terdapat tiga faktor
yang meningkatkan risiko kombosis vena dalam yaitu
adanya luka di vena dalam karena trauma atau pembedahan,
Kelemahan Otot
Imobilisasi lama akan mengakibatkan atrofi otot dengan
penurunan ukuran dan kekuatan otot. Penurunan kekuatan
otot diperkirakan l-2 persen sehari. Untuk mengetahui
pemrmnan kekuatan otot dapat juga dilihat dari ukuran
861
Osteoporosis
Osteoporosis timbul sebagai akibat ketidakseimbangan
antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Imobilisasi
lemyata meningkatkan resorpsi tulang, meningkatkan
kadar kalsium serum, rnenghambat sekresi PTH, dan
Ulkus Dekubitus
Pasien imobilisasi umumnya tidak bergerak pada malam
hari karena tidak adanya gerakan pasif maupun aktif. Skor
aktivitas sakral pasien pada kondisi tersebut adalah nol
gerakan perjam, yang mengakibatkan peningkatan tekanan
pada daerah kulit yang sama secara terus menerus. Tekanan
akan memberikan pengaruh pada daerah kulit sakral ketika
dalam posisi berbaring. Aliran darah akan terhambat pada
Hipotensi Postural
862
GERIITIRI
863
Non Farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis memegang peran
penting dalam mencegah terjadinya komplikasi akibat
imobilisasi. Berbagai \paya yarrg dapat dilalarkan adalah
dengan beberapa terapi fisik dan latihan jasmani secara
teratur. Pada pasien yang mengalami tirah baring total,
perubahan posisi secara teratur dan latihan di tempat tidur
dapat dilakukan sebagai upaya mencegah terjadinya
kelemahan dan kontraktur otot serta kontraktur sendi.
Selain itu, mobilisasi dini berupa turun dari tempat tidur,
berpindah dari tempat tidur ke kursi dan latihan fungsional
dapat dilakukan secara bertahap. Latihan isometris secara
teratur 10-20% dantekanan maksimal selama beberapa kali
Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis dapat diberikan sebagai
salah satu upaya pencegahan komplikasi akibat imobilisasi,
terutama pencegahan terhadap terj adinya trorrtbosis.
Pemberian antikoagulan merupakan terapi farmakologik
yang dapat diberikan untuk mencegah terj adinya trombosis
pada pasien geriatri dengan imobilisasi. Low dose hep-
REFERENSI
Anderson LC, Cutter NC. Immobility.In: Hazzard WR, Blass JP,
Ettinger WH, Halter JB, Ouslander JG. Principles of geriatric
bolytic
therapy for
ischemic stroke.
Chest
200 I ; I I 9(Suppl):300S-20S
864
GERIIIIIRI
2004;329:821-9
Geerts WH., Heit JA, Clagett GP, et al. Late deep venous
thrombosis and dilayed weightbearing after total hip arthoplasty.
Clin Orthop 1999;361:123-3O.
Geiger M, Binder BR. Pathophysiologic der immobilisation. Wiener
Medizinische Wochenscrhrift 1999 Jan;t49(2-4):33-4.
'
Hill;1999.p.933-47.
Kane RL, Ouslander JG, Abras IB. Immobility. In : Kane RL. Editors.
Essential of clinical geriatrics. New York: McGraw Hill; 2004.p.
24s-77.
Kahn RS. The clinical diagnosis of deep venous thrombosis integrating incidence, risk factors, and symptoms and signs. Arch
Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Penyakit Dalam FKUI; 2000.p. 115-22.
Samama MM, Cohen AT, Darmon J-Y, et al. A comparison of
enoxaparin with placebo for the prevention of venous thromboembolism in acute ill medical patiens. N Eng J Med
1999;341:793-800.
Tovey C, Wyatt S. Diagnosis, investigation, and management of
deep vein thrombosis. BMJ 2003;326:1180-4
Van Gorp ACM, Brandjes DPM, Cate JWT' Rational antithrombotic
therapy and prophylaxis in elderly, immobile patient' Drug &
135
INKONTINENSIA URIN DAN
K^A.NDUNG KEMIH HIPERAKTIF
Siti Setiati,
PENDAHULUAN
menunjukkan
1.
2.
3.
jika diketahui
inkontinensianya.
Overactive bladder atau kandung kemih hiperaktif (KKH)
adalah kelainan pada kandung kemih yang mengakibatkan
DEFINISI
865
866
GERI'ITRI
PREVALENSI
merupakan
inkontinensia urin tipe campuran, 26,7o/o dengan
inkontinensia urin tipe stres saja, 9o/o dengan
inkontinensia urin tipe urgensi saja, dan 8,8olo dengan
diagnosis lain.
55,5o/o
'
867
t!!-q51
Gambar
(Nervus erigenus)
Simpatetk
Simpatetik
Simpatetik
Aliran ur n
(mL/men t)
0
50
Tekanan
(cm H,0
U
teka
De[usor
0
(mL)
(d e Uk)
1-----_:t-
.,r
rusat miksi
,_'r.sakral
868
GERIATRI
Tekanan
divertikel.
lniraabdomen
stres
Kandung Kemih
Perubahan Morfologis
Trabekulasi
Fibrosis
Saraf autonom J
Pembentukan divertikula
Perubahan Fisiologis
Kapasitas J
FAKTOR RISIKO
.
.
.
.
.
.
.
.
Kontraksi lnvolunter
Volume residu pasca berkemih
Perubahan Morfologis
Komponen selular
Uretra
.
.
Deposit kolagen
Perubahan Fisiologis
Tekanan penutupan J
.
.
Prostat
Vagina
Komponen selular J
Mukosa atrofi
Dasar Panggul
Deposit kolagen
Rasio jaringan ikalotot
Otot melemah
Jlow.
dan
869
padaTabel4.
dapat
mengakibatkan obstruksi mekanik pada bagian distal
kandung kemih baik pada laki-laki maupun perempuan
yang selanjutnya menstimulasi kontraksi otot detrusor
involunter. Evaluasi terhadap pemakaian obat penting
dalam menentukan kemungkinan penyebab inkontinensia
urin baik akut maupun kronik. Beberapa golongan obat
Secara
gangguan
keluar.
Delirium
I
P
Polyuria, pharmaceuticals
Im
paction
E
R
lnfection, urinary
Atrophic vaginitis or urethitis
Pharmaceutical
.
.
.
.
.
Sedative hypnotic
Loop diuretics
Anti-cholinergic agents
Alpha-adrenergic agonist and antagonist
Calcium channel blochers
P sychologic di sorde rs : d e pre ssi on
Endocrine disorders
Restricted mobility
Stoolilmpaction
870
GERI,IITRI
Semua Pasien
Riwayat penyakit termasuk kartu catatan berkemih
Pemeriksaan fisik
Urinalisis
Pengukuran volume residu urin postmiksi
Pasien Dengan Kondisi Tertentu
Laboratorium
Kultur urin
Sitologi urin
Gula darah, Kalsium darah
Uji fungsi ginjal
USG ginjal
.
.
.
.
2.
.
.
.
.
DIAGNOSIS
Diagnosis inkontinensia urin berhrjuan untuk :
1. Menentukan kemungkinan inkontinensia urin tersebut
reversibel.
)
F
F
>
>
Pemeriksaanginekologik
Pemeriksaan urologik
Cystouretroskopi
Uji Urodinamik
Simpel :
Observasi proses pengosongan kandung
kemih
Uji batuk
Cystometri simpel
Kompleks :
Uine flowmetry
Multichannelcystometrogram
Pressure-flow study
Leak-point pressure
Urethral pressure profilometry
.
.
,
F
.
.
.
.
.
.
.
Sphincterelectromyography
Video urodynamics.
diberikan.
Berdasarkan pendekatan diagnostik yang meliputi
beberapa aspek, dapat dipahami bahwa sejak awal evaluasi
871
Evaluasi awal
- Riwayat yang terfokus
- Pemeriksaan fisis terarah
- U rinalisis
- Residu pascam iksi
I
t
I
t.
r..^r..
-lEvaluasi:
1
Tidak
|
u rologi
- Ginekologi
- Urodinamik
Terapi empiris
- 0bat dan atau behavioral
- Suportif dan behavioral
I
T dak memba
terapi non farmakologis meliputi terapi suportif nonspesif,rk (edukasi, manipulasi lingkungan, pakaian dan
pads tertentr); intervensi tingkah laku (latihan otot dasar
dapat
872
GERI'IIRI
.
.
.
.
.
.
.
.
.
'.
.
.
o
o
o
o
o
o
o
o
.
.
Artificialsphincters
Kateter
Eksternal
lnterniten
Menetap
.
.
.
Tipe
Stres
a
a
Terapi Primer
lnkontinensia
o
a
Urgensi
a
a
a
Luber (Oveilow)
a
a
a
Fungsional
a
a
o
Latihan Kegel
Agonis adrenergik o
estrogen
lnjeksi periuretral
Operasi bagian leher kandung
kemih
Relaksan kandung kemih
Estrogen
Bladder training
Operasi untuk menghilangkan
sumbatan
Bladder retraining
Kateterisasi intermiten
Kateterisasi menetap
lntervensi behavioral
Manipulasi lingkungan
Pads
Uji klinik
menunjukkan bahwa oksibutinin dan tolterodin
merupakan kompetitif bloker reseptor M3.
873
Dosis
Tipe
Efek Samping
lnkontinensia
Hyoscamin
3 x 0,125 mg
Urge atau
campuran
2x4mg
Urgensi dan
OAB
lmipramin
3 x 25-50 mg
Urgensi
Delirium,hipote
nsi ortostatik
Pseudoephedrin
3 x 30-60 mg
Stres
Sakit kepala,
takikardi,
tekanan
darah tinggi.
Doxazosin
Urgensi dan
stres
4x14mg
BPH dengan
urgensr
lritasi lokal
Hipotensi
postural
0,4{,8 mg
Tamsulosin
1x
Terazosin
4x1-5mg
Mulut kering,
mata kabur,
glaukoma,
delirium,
konstipasi
Mulut kering,
Konstipasi
Tolterodin
Topikal
estrogen
874
GERIITTRI
lU aktivitas fisik
lU dengan urgensi/
frekuensi
lU dengan nyeri,
hematuria, infeksi
berulang,
lvl assa pelvis/iradiasi/
lU dengan
gejala retensi
bedah
Pengkajian umum
Catatan berkemih
Pen gkajian kua litas hidu p/keingina n u ntu k d iterapi
Pem eriksaan fisis: abdom en rektum,neurologis
Tes batuk untuk diagnosis inkontinensia stres
Analisis urin +/- kultur urin (iika ada infeksi, diterapi)
Kaji PVR
tt
tt
++
Menduga tipe
lU
Stres
I
U
I
I
l--.-..-.
Latihan berkemih
Antimuskarinik
Biofeedback
Antagonis
alfa
Assisted toileting
Pem bedahan
Prompted voiding
v
Alat bantu
Overtlow
rgensi
v
Pads
Catheters
REFERENSI
Abrams, P. & Wein, A.J. The Oyeractive Bladder A widespread but
trealable condition Eric Sparre Medical, Stockholm, Swedien.
1 998.
Abrams P dkk. The standardisation of terminology of lower urinary
tract function: report from the Standardization Sub-committee
-17 8
3A):51-7
2000;36:83-92
Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB. Incontinence. New York: McGraw-
1991;67:569-572
Lockher, J.L., Goode, P.S. et a1.. Reability assesment of the bladder
diary for urinary incontinence. Journal of Geroniology. Medical Science 2001; 56,4'(1):14 - 18.
Minem,. Gambaran tipe inkontinensia urin pada pasien usia lanjut di
McGraw-Hill; 2000,p.5 5 5 -7 2
Ouslander JG Johnson TM. Incontinence. ln: Hazzard WR, Blass
JP, Ettinger WH, et al (eds). Principles of Geriatric Medicine
and Gerontology. 4'h ed. New York: McGraw-Hill;1999.p 1505-
614.
I. Urinary incontinence Clinical Gerialric 3'd. Ed. Philadelphia: Lippinncot Company; 199 6.p.7 0 I -7 07
Pauls, J. Urinary incontinence and impairment of the pelvic floor
in the older ad:ult. dalam A.A. Guccione : Geriatric Physical
Therapy 2n Ed. St Louis: Mosby; 2000.p. 340 - 50.
Pramantara, D.P. & Wasilah Rochmah. Sindroma Geriatrik yang
berkaitan dengan gangguan sistem muskuloskeletal. Naskah
Rossman,
875
136
KONSTIPASI DAN INKONTINENSIA ALVI
Kris Pranarka, RejekiAndayani R
PENDAHULUAN
DEFINISI KONSTIPASI
Pada umumnya konstipasi sulit didefinisikan secara tegas
876
877
Tipe
1. Konstipasi
fungsional
2.
Penundaan
pada muara
rektum
PATOFISIOLOGI KONSTIPASI
Defekasi seperti juga pada berkemih adalah suatu proses
fisiologis yang menyertakan kerja otot-otot polos dan serat
lintang, persarafan sentral dan perifer, koordinasi dari
sistem refleks, kesadaran yang baik dan kemampuan fisis
untuk mencapai tempat BAB. Kesukaran diagnosis dan
pengelolaan dari konstipasi adalah karena banyaknya
konstipasi.
Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus besar yang
menghantarkan feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses
masuk dan meregangkan ampula dari rektum diikuti relaksasi
Diskesia Rektum
Ditandai dengan penurunan tonus rektum, dilatasi rektum,
gangguan sensasi rektum, dan peningkatan ambang
kapasitas. Dibutuhkan lebih besar regangan rektum untuk
menginduksi refleks relaksasi dari sfingter eksterna dan
intema. Pada colok dubur pasien dengan diskesia rektum
sering didapatkan impaksi feses yang tidak disadari karena
dorongan untuk BAB sering sudah tumpul. Diskesia
rektum juga dapat diakibatkan kurang tanggapnya ata,u
Dis-sinergia Pelvis
Terdapat kegagalan untuk relaksasi otot pubo-rektalis dan
878
GERI'TTRI
berhubungan.
Pasien yang mengeluh konstipasi tidak selalu sesuai
dengan patokan-patokan yang obyektif. Misalnya bila
dalam24 jambelum BAB atau ada kesulitan harus mengejan
dan perasaan tidak tuntas untuk BAB sudah mengira
dirinya menderita konstipasi.
masalah
ini.
Obat-obatan
.
.
.
.
.
golongan
golongan
golongan
golongan
NSAID
antikolinergik
narkotik
analgetik
diuretik
Kondisi neurologis
.
.
strok
Penyakit Parkinson
.
.
.
.
.
.
.
kalsium antagonis
preparat kalsium
preparat besi
antasida aluminium
penyalahgunaan
pencahar
trauma medula spinalis
neuropati diabetik
hiperkalsemia
hipokalemia
hipotiroid
Kausa psikologis
.
.
.
psikosis
depresi
demensia
Penyakit-penyakit saluran
cerna
.
.
.
.
.
kanker kolon
divertikel
ileus
hernia
volvulus
Lain-lain
.
.
.
wasir
fistulaifisura ani
inersia kolon
. bepergian jauh
. pasca tindakan
feses
menggunakan obat-obatan pencahar untuk bisa BAB
Gangguan metabolik
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
perut
.
.
.
.
.
.
.
tonus rektum
tonus dan kekuatan sfingter
kekuatan otot pubo-rektalis dan otot-otot dasar pelvis
adakah timbunan massa feses
adakah massa lain (misalnyahemoroid)
adakah darah
adakah perlukaan di anus
879
PENGOBATAN
Banyaknya macam-macam obat yang dipasarkan untuk
dibatasi.
Strategi pengobatan dibagi menjadi: l).Pengobatan non
farmakologis, 2). Pengobatan farmakologis
880
GERIATRI
INKONTINENSIA ALVI
untukBAB ini.
Pendahuluan
di usus.
dapat dicegah.
otot perut.
.
.
ini bekerja
Pengobatan Farmakologis
inkontinensia alvi.
Untuk sebagian orang usia lanjut, inkontinensia alvi
refleks
kontraksi yang baik dari otot-otot polos dan serat lintang
yang terlibat
kesadaran dan kemampuan untuk mencapai tempat
buang air besar.
yang
881
yang seakan menguncup berbentuk katup, dengan otototot serta lipatan mukosa yang saling mendukung.
GAMBARAN KLINIS
Klinis inkontinensia alvi tampak dalam dua keadaan: l).
.
.
882
GERIAIRI
berkurangnya sensasi pada anus disertai menurunnya tonus anus. Hal ini dapat berakibat inkontinensia alvi pada
peningkatan tekanan intra-abdomen dan prolaps dari
pencahar.
Pengobatan dari inkontinensia alvi simtomatik adalah
gangguan
Pengelolaan inkontinensia alvi neurogenik kadangkadang dengan cara yang sederhana dan cukup baik
hasilnya, tetapi sering dilupakan. Penderita disiapkan pada
suatu komodo (commode), duduk santai dengan ditutup
ini
sebaiknya
KESIMPULAN
Konstipasi merupakan keluhan terbanyak dari saluran
cerna pada usia lanjut. Konstipasi sulit diberikan batasan
secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat variasi
yang berbeda antar individu.
Konstipasi-anamnestik sering dipakai sebagai patokan
dalam penelitian-penelitian. International Workshop on
C onstip ation memberikan rekomendasi konstipasi sebagai
berikut : l.Konstipasi fungsional, 2. Konstipasi karena
penundaan keluarnya feses pada muara rektosigmoid.
Walaupun konstipasi merupakan keluhan yang banyak
pada lanjut usia, motilitas kolon tidak terpengaruh dengan
883
REFERENSI
American Society of Colon and Rectal Surgeons ( ASCRS ) : Constipation June 3,2002 : 7-3
Azer, S A : Constipation Medicine, Nov.7, 2002 : 1-13
Brocklehurst JC, Alllen SC. Faecal incontinence. Geriatric Medicine
for Studenta, 3'd ed. Churchill-Livingstone: 1987.p. 92-97.
Brocklehurst JC, Allen SC. Urinary incontinence. Geriatric Medicine for Students, 3'd ed. Churchill-Livingstone, 1987;73-91
Cahill,M : Constipation. Mastering geriatric Care, Springhouse
Corp:.1997 .p.65-67
Cheskin LJ ; Schuster MM : Constipation. In Hazzard WR 2'd
ed.Principles of Geriatric medicine and Gerontology, Mc Graw
Hill inc: 1990.p. 1161-1167.
Cheskin L J; Schaefer, D.C : Constipation in the Elderly. American
2000
1-14.
4th ed.
t99t:'254-263.
t37
PENATALAKSAN A/TN INFEKSI PADA
USIA LANJUT SECARA MENYELURUH
Rejeki Andayani Rahayu, Asril Bahar
PENDAHULUAN
.-'
Fibrilasr
atrium
/J
setelah penyakit
-____\\_
lnfeksi
Edema Paru
nlr,,= --\
Konfusio tol(sil(
Emboli {-
I
Jatuh
dan
lm m obilitas
------..-f
---/
Fraktu r fem ur
--------r
^/t
Kontraktur
lnkontinensia
---'-'
Terika t
tem pat tidur
I
I
I
+
Dekubitus
-/
Disabilitas permanen
-------,
Mat
.
884
88s
Tabel 1.
imunitas.
Pada percobaan binatang ditemukan penurunan fungsi
netrofil dan makrofagpada usia lanjut, sedang pada
manusia masih belum jelas. Perurrunan fungsi limfosit
B dan pembentukan antibodi secara tidak bermakna
berkurang pada usia lanjut, tetapi beberapa penelitian
.'
terjadinyainfeksiantaralain:
. Faktor intrinsik penderita usia lanjut sendiri seperti yang
.
Perubahan akibat
proses menua
Fungsi limfosit
lmmunitas bawaan
KuliVmembran mukosa
Perubahan akibat
proses menua
Komplemen
Netiofil
Respon proliferasi
++ Menurun
Produksi sitokin i
sekresi
Reseptor lL2llL-2
+++ Menurun
Polimorfonuklear
Adherencelchemotaxis
lngestion
Pembunuhan
intraselular
tL-4
lL-6
Menurun
lmmunitas didapat
Hormon-hormon timus
Kumpulan limfosit
tL-1 0
IFN-y
+++ MenUrun
PGEz
H
ipersensitivitas
tipe lambat
Sel T
Natural killer cells
+++ Berubah
++
Autoimunitas
+++ Meningkat
+++ Meningkat
+++ Meningkat
++
++
Meningkat
Meningkat
+++ Menurun
++
Meningkat
Menurun
"-,
Kebanyakan imunitas bawaan berubah karena penyakit ko-morbid, bukan dari proses menua sendiri.
" Fenotip sel T berubah dari bentuk asli menjadi sel T aktif / sel T memori
oJumlah
sel NK meningkat, tapi status fungsionalnya menurun.
eAutoantibodi
sering teridentifikasi; hubungan sebagai penyebab penyakit belum diketahui.
886
GERIATRI
biasa (outbreak) gastroenteritis akut pada usila di Milwaukee AS pada tahun 1993 yang disebabkan oleh virus
Cryptosporidium, suatu virus yang biasa hidup pada air
minum dan banyak menyebabkan kematian, sedangkan bila
menyerang orang dewasa muda biasanya tidak parah dan
dapat sembuh sendiri.
DIAGNOSIS
Penurunan fisiol, organ :
tgiljal, hati, oaru-paru, ola(. jantung,
lmunitas:
Kulit,mukosa,
Nutrisi
LyT,LyB,makrofag,dll
l'idral
Proses
Dl\'4,malignancy,PPoK,
Gagal jantung dll
Pneumonia
lnfeksi saluran kemih
lnfeksi kulit dan jaringan lunak
Endokarditis infektif
Meningitis bakterialis
5-1
ot
NA
z-5
J
Tuberkulosis
1o+
Herpes zoster
NA
Sepsis
Kolesistitis
2-8
Appendiksitis
15-20
Divertikulitis
NA
887
Gambar3.
organ
Pasien dengan immunocompetent, tetapi menderita
PENATAI.AKSANAAN
seperti influenza, pneumonia, hepatitis, meningitis, enterovirus dapat dilakukan pencegahan dengan vaksinasi
Tam
Riwayat penyakit
secara detil
Kemajuan evaluasi
pasien, diagnosis
dan penatalaksanaan
infeksi pada pasien
usia lanjut
(contoh riwayat
demam repatik)
Temuan
pemeriksaan fisik
(contoh terdengar
suara 54 dan bising
anterior)
Pengkajian lab.
Dasar
888
GERIAIRI
Antibiotika
p-Laktam (golongan penisilin, sefalosporin,
karbapenem, monobaktam)
antibiotika saja, tetapi terapi terhadap penyakit komorbidnya dan perbaikan keadaan umum (nukisi, hidrasi,
oksigenasi, elektrolit, albumin,dll) sangat diperlukan juga
untuk mengeliminasi infeksi. Penyakit ko-morbid yang
berat serta keadaanumum yang jelek sering menimbulkan
sepsis. Terapi nutrisi sangat penting bagi usila, dan perlu
diingat bahwa usila yang tidak sakitpun sudah susah makan
apalagi bila sakit, karena itu evaluasi terhadap diet harus
sangat ketat. Bila penderita tidak dapat / mau makan seperti
biasa, perlu diberikan per-sonde atau kalau perlu secara
parenteral. Cairan juga harus cukup, monitor osmolaritas
plasma atau kalau perlu monitor CVP serta balans cairan,
Rute primer
pembuangan
Ginjal
lnteraksi obat
Beberapa sefalosforin dengan rantai
samping MTT (contoh sefoperazon,
sefotetan) mungkin bereaksi dengan
warfarin
(f
PT)
Hati
Tetrasiklin
Hati (?)
Ginjal
Teofi lin,
Ginjal/Hati
Digoxin,procainamide,phenytoin,
Trimetoprim-sulfametoksazol
dantasid,
"besi"
Ginjal
Hati
'Sedikit interaksi
Beberapa"
Hati
Hati
Hati
ETOH
Beberapa,"H2 b lockerlantasid
(ketokonazol, itrakonazol,
flukonazol)
Azithromycin aOitatr gotonban azalide, bukan macrolide, dan hanya mempunyai sangat sedikit interaksi obat.
Penelitian PK spesifik-mengindikasikan tidak ada perubaha pada kadar digoxin, terfenadine, warfarin atau Theophylline
dengan azithromycin.
" Suplemen Fe2** dan antasid menghalangi dan menghambat absorbsi quinolon dan tetracyclin
Penurunan asam lambung sendiri tidak penting mereka bukan asli penghambat H2.
d
Kadar Teofilin meningkat dengan beberapa fluoroquinolon,
" rifampins dan azole antijamur menghambat dan kemudian menginduksi Cyp 3 A4 di system P450
apa, interaksi (fatau J kadar beberapa obat lain).
e memerlukan asam lambung untuk absorbsinya sedangkan fluconazole tidak.
dan
rKe
889
Komentar
Didapat di masyarakat
(Community Acquited) i
Penderita rawat jalan
Sinusitis akut
Bronkitis kronik
Pneumonia
Selulitis
lnfeksi ulkus kaki
lnfeksi saluran kemih simtomatik
Diare infeksi
Antibiotik berhubungan dengan
diare
Herpes zoster
Amoksisilin
Amoksisilin
Amox-clav/ azitromisi n/
FQ generasi ke-2l3
Cephalexin
Amox-clav
TMP-SMZ (wanita); Fa (lakilaki)
FQ
Metronidazol
Eksaserbasi lnfeksi
Perokold PPOK sering dijumpai
Seftriakson + makrolid
Seftriakson ditambah
makrolid/Generasi ke-2l3 FQ
Meningitis Akut
Seftriakson ditambah
vankomisin
Kolesistitis Akut
Komplikasi kolesistitis akut
(perforasi, gangrene, kolesistitis
emfisematosa, cholangitis)
Appendisitis
Divertikulitis
Ampisilin-sulbaktam
ESPCN-BL + gentamisin
sulbaKam
Generasi ke-3/4 sefalosporin +
klindamisin/ESPCN-BL
Penisilin + nafsilin
Amp-sulbactam atau ESPCNBL 0ika Rx terdahulu)
Sefazolin
lmipenem/ silastatin
Kolitis lskemik
Endokarditis katup
lnfeksi ulkus kaki diabetik
Selulitis
Sindrom syok septik; tanpa
ketemu sumbemya
Pneumonia
Urosepsis
seftriakson (lV)
Siprofloksasin (PO); seft riakson
(rM/rv)
kolitis C.drfficlle
Metronidazol
Pneumonia
Metronidazol
Nosokomial/Rumah sakit
Keterangan : Amoks-klav., amoksisilin-klavulanat; Amp-sulb , ampisilin-sulbaktam; Seph., seftralosporin; ESPCN-BL, ekstendedspektrum penicillin-betalactamase combination (contoh, tikarsilin-klavulanat, piperasilin-tazobaktam); FQ, fluorokuinolon (generasi
pertama: siprofloksasin, ofloksasin, lomefloksasin; Generasi kedua: levofloksasin, trovafloksasin, grepafloksasin); Ticar-clav.,
tikarsilin-klavulanat; TMP-SMZ, trimeto-pri-sulfametoksazol.
Catatan: Pemilihan antibiotik untuk terapi empirik harus segera diganti apabila sudah ditemukan hasil kultur dan tes sensitivitas.
890
GERIAIRI
KESIMPULAN
minggu
dan tetap tidak diketahui penyebabnya setelah dilakukan
berbagai pemeriksaan selama I minggu. Penyebab FUO
pada usia lanjut relatif tidak sama dengan pada usia muda.
Faktor penyebab dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini.
3
minimal
Penyebab
lnfeksi
Abses inkaabdominal
Jumlah
35
6
Endokarditis infeksi
10
28
Temporal arteritis/
polimialgia reumatika
19
Poliarteritis nodosa
Lain-lain
Limfoma/hematologik
1:
Step
2:
Step
3:
Step
4:
Step
5:
Step
6:
Malignansi
Step
12
Tuberkulosis
Lain-lain
Kasus (%)
19
10
Solid tumor
Lain-lain (e.,9 emboli
pulmonal, drug fevef
I
I
Tidak terdiagnosis
7:
Persentase ini dihitung berdasarkan 3 penelitian FUO pada usia lanjut. TB: Tuberkulosis
891
High I(P. Infection in the elderly. In:Hr.zzmd WR, Blass JP, Ettinger
WH, Halter JB, Ouslander JG, editors. Principles of geriatric medicine and gerontology. 4s ed. New York: Mc Graw-Hill, Inc; 1999.
p. 1443-54.
Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB. Essentials of clinical geriatrics.
REFERENSI
Departement of Veterans' Affairs 13 Keltie Street, Woden ACT
2606. Pneumoccal infection and vaccination in the elderly,
2003.
Engels EA, Clark E, Aledort LM, Goedert JJ, Whitby D. Kaposi's
sarcoma- associated herpesvirus infection in elderly Jews and
City. International J
Epid.
2003;31:946-50.
HH.
Hadisaputro S, Martono
2001. p.349-65.
Strausbaugh LJ. Emerging health care-associated infections in the
geriatric population. Emerging infectious diseases. 2007;7:2:268-
71.
Williams GO, Jogerst GJ. Infectious disease problems in the elderly.
In: Reichel W, ed. Care of the elderly: Clinical aspects of aging.
4'b ed.
138
STROK DAN PENATALAKSAN LINNYA
OLEH INTERNIS
Hadi Maftono, RA Tuty Kuswardani
PENDAHULUAN
Di
populasi
Strok Hemoragik
Strok jenis ini merupakan sekitar 20o/o dari semua strok,
892
893
GEJALADAN TANDA
terjadinya strok
Jenis kelamin, pada perempuan pre menopause lebih
rendah dibanding pria. Setelah menopause faktor
dan gejalaltanda yang diakibatkan oleh komplikasinya.Gejala akibat lesi bisa sangat jelas dan mudah unhrk
.
.
diabetesmelitus,hiperlipidemia
Keadaan hiperviskositas berbagai kelainan jantung,
antara lain gangguan irama (fibrilasi-atrial), infark
Lesi di korteks
moratrium.
dll
.
.
Lesi di kapsula
. lebih luas, mengenai daerah lawan letak lesi
Arteri
Kompresi eksternal
Fokal
Subaraknoid
Ruptur anerisme
Hemoragik
Ru ptu r a
ln te
rsereb ra
rteri/intrasere bra
a rtriol
894
GERIAIRI
Kerusakan otak
sebelah kiri
Paralisis
sisi kanan
Defisit-bahasab ica ra
Tipe prilaku:
impulsif cepat
Tipe prilaku:
hati-hatilambat
Defisit ingatan
(bahasa)
Defisit ingatan
(tampilan)
Gambar 1. Perbedaan antara strok hemisfer kiri dan kanan (Harrel, 1988)
.
.
(III-IV otak
lesi
gangguan sensorik
haripertama.
Komplikasi akut yang terjadi adalah:
Kenaikan tekanan darah. Keadaan ini biasanya merupakan
.
'
.
imobilisasi lain
Rekurensi strok
Gangguansosial-ekonomt
Gangguan psikologis.
diturunkan segera.
Kadar gula darah. Pasien sfrok seringkalimerupakanpasien
DM sehingga kadar gula darah pasca strok tinggi. Akan
tetapi seringkali te{adi kenaikan gula darah pasien sebagai
reaksi kompensasi atau akibat mekanisme stres.
Penyebab
kematian
Kematian otak
pnmer
Pneumonia
Emboli paru
lnsufisiensi ginjal
lnsufisiensi jantung
lnfark jantung
Rekurensi strok
lnfark Hemoragia
iskemik serebral
9o/o
4OY"
20o/o
8o/o
13yo
<1Yo
9Yo
70Yo
13Yo
10o/o
3Yo
<1o/o
Keterangan
Kematian
akibat luasnya
lesi, tak ada
yang bisa
diperbuat
4%
<1o/o
OLEH INTERNIS
89s
antara lain:
.
.
pencitraan dengan
896
GERIATRI
.
.
I)
OLEH
agar
((H".
897
UNITSTROK
Dari pengalaman berbagai senter dapat diambil kesimpulan
REFERENSI
Brocklehurst JC,
Allen
1987.
Oddyssey,3/3: 1 996.
Rose C. Clinical diagnosis and therapy of stroke. In: Meier-Ruge,W,
editor. Vascular brain disease in old age, teaching and training
UPAYAPENCEGAHAN
Upaya pencegahan primer dan sekunder berupa perbaikan
dari berbagai faktor risiko seperti yang telah disebutkan di
muka.Salah satu yang menjadi bahan perdebatan adalah
penatalaksan aan end- art erectomy pada arteri karotis.
Kesepakatan saat
end-
AG;
1990.
p.
135-76.
it?"
(unpublished). I 993
of acute stroke"in
Stroke Octet,Lancet 1992. 33918795,21-724 ,.
Paulson,OB and Strandgaard,S:"The old brain's Blood flow.Its mechanism of cerebral infarction"in Meier Ruge,W(ed) Vascular Brain
Disease in old age, Training and teaching in Geriatric Medicine.
Karger AG Switzerland; 1990.p.1-42,
Oppenheimer,S and Hachinsky,V:"Complication
898
GERIITIRI
p.
1-8.
in Stroke Octet,Lancet,I992;
339187 94,653-6s6.
Warlow,C:"Secondary prevention
cet 1992;339
I 87 9
5,7 24-7 27
Wade,DT:"Stroke:rehabilitation and long-term care"in Stroke Octet, Lancet 1992: 33918796, pp.79l-193.
139
HIPERTENSI PADA USIA LANJUT
Suhardjono
kardiovaskular.
899
900
GERIITTRI
pada pasien.
MANFAATPENGOBATAN
Hipertensi pada uqia lanjut sama seperti hipertensi pada
usia lainnya. Bahkan risiko terjadinya komplikasi lebih
besar. Terdapat hasil 2 penelitian yang terkonhol yang
memengaruhi cara pengobatan hipertensi sistolik pada usia
lanjut, yaitu Systolic Hypertension in the Elderly Program
(SHEP) dan Systolic Hypertension in Europe (Syst-Eur).
Pada studi SIIEP yang melibatkan pasien dengan usia lebih
SELAIN KARDIOVASKULAR
lanjut, hasil pengobatan tidak hanya diukur oleh
keberhasilan penurunan tekanan daruh pada morbiditas
dan mortalitas kardiovaskular, tetapi juga oleh berbagai
Pada usia
Diabetes Melitus
Pasien DM mempunyai risiko kardiovaskular yang lebih
besar dibandingkan yang tanpa DM. Dari hasil penelitian
SHEP yang dilaporkanpertama kali tahun 1996, dan Syst-
satu
901
hipertensi.
Kemunduran kognitif ditandai dengan lupa pada hal
yang baru, akan tetapi masih dapat melakukan aktivitas
dasar sehari-hari. Hipertensi dan hiperkolesterolemia
merupakan faktor risiko utama. Pengobatan hipertensi
dapat mencegah terjadinya pemrmnan kognitif. Tekanan
darah yang optimal untuk mencegah proses ini adalah TDS
antara 1 3 5 - 1 50 mmHg dan TDD ariara 7 0 -7 9 mmHg. Tidak
ada dataperbandingan obat hipertensi yang lebih efektif,
akan tetapi dalam studi SystEUR pengobatan dengan
golongan antagonis kalsium mendapat hasil yang baik.
Penelitian yang lain mendapatkan golongan penghambat
reseptor angiotensin danACEI terutama pada yang pernah
mengalami strok, cukup efektif. Penghambat reseptor beta
tidak menunjukkan perbaikan kognitif dibanding dengan
l0tahunminimal2}Yo.
yang rendah
menunjukkan peningkatan kekakuan atleial,
yang merupakan marker independen penyakit vaskular
3. J curtte
perfusi koroner
studi trial of
902
GERIITTRI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
REFERENSI
pertimbangan umur.
HIPOTENSI ORTOSTATIK
2.
3.
4.
5.
7.
Hypertension
9.
Ada berbagai masalah khusus yang sering dijumpai pada
usia lanjut seperti di bawah ini ;
the
Excellence.
Hypertension: Management of Hypertension in Adults in
Primary Care-NICE Clinical Guideline 34 [homepage on the
Internetl. NHS; [updated 2006 June; cited 2008 Oct l6].
Available from: http:// www.nice.org.uk/
Optimal Treatment (HOT) randomized trial. HOT Study Group.
10. Hansson
let
old and new antihypertensive drugs in elderly patients: cardiovascular mortality and monality the Swedish Trial in Old Patients with Hypertension-2 study. Lancet, 1999:9192:1751-56
11. Staessen J, Fagard R, Thijs L, et al. Randomized double-blind
comparison of placebo and active treatment for older patients
with isolated systolic hlpertension. The Systolic Hypertension in
Europe (Syst-Eur) Trial Investigators. Lancet. 1997 ;3 50:7 57 -64.
12. Wong JG Staessen JA, Gong L, Liu L. Chinese trial on systolic
hypertension in the elderly. Arch Intern Med. 2000;160:211-20.
903
t40
KEGAWATDARURATAN
PADA PASIEN GERIATRI
Lukman H. Makmun
.
.
.
.
.
.
PENDAHULUAN
Pada usia lanjut (usila)
.
.
.
.
.
.
di bidang neurologis
di bidang saluran cerna; acute abdomen
di salurankemih
di bidang endokrin dan metabolik
trauma
Pada usila gejala dan tanda biasanya agak menyimpang
TRAUMA
.
.
.
.
.
di bidang pemapasan
dibidangkardiovaskular
904
malam
apakah ada simtom prodromal: dizziness, nausea.
kesadaran menurun atau menghilang
timbul nyeri dada dan berdebar karena seranganjantung
rasa sesak
riwayat pernah sakit dada.
905
.
.
.
.
.
.
strok
ataksia, Parkinson dan artritis.
obat-obatan yang diminum
pernah mengalami hipotensi postural
tibatibamenjadilemah
lingkungan mengenai c4haya,licin dan sebagainya.
fisis
Kesemuanya
yang menipis.
Di
KEGAWATAN NEUROLOGIS
Biasanya pasien dibawa ke rumah sakit dengan keadaan
gangguan kes adaran, yaitu: delirium, koma, sinkop.
.
.
.
paru
penyalahgunaan alkohol.
Pengobatan delirium dapat dicoba dengan haloperidol.
KEGAWATANAKUTABDOMEN
Pasien datang sakit perut yang hebat dimana penyebabnya
dapat berupa: obstruksi, inflamasi, katastrofal vaskular.
GI
906
GERIAMI
KEGAVI'ATAN PE RNAPASAN
terjadi penurunan compliance dinding
dada, tekanan maksimal inspirasi dan ekspirasi menurun
dan elasitisitas jaringan paru juga menumn.
Pada pengukuran terlihat FEV1, FVC menurun, PaO2
.
.
.
Pneumonia
.
.
terlihat infiltrat.
Emboli Paru
Gejala klinisnya berupa: 1). Sesak napas mendadak, nyeri
dada (pleuritik), takipnea, 2). Takikardia, hipoksemia, 3).
Subfebril, batuk, hemoptisis
Pada anamnesis didapatkan riwayat operasi terutama
ortopedik dan urologi, trauma. Selain itu sering didapat
REFERENSI
Aronow WS, Fleg JL. Cardiovascular Disease in the Elderly. New
York: Marcel Dekker, kd ed. 2004.
Lonergan. Geriatrics: a Lange clinical Manual. London :Practice
Hall International; 2000.
Ranjit. N Ratnake. Practical Guide to Geriatric Medicine. Sydney:
Mc Graw Hill;2002.
Wilson LB, Simon SP, Baxter CR. Handbook of Geriatric Emergency Care. Maryland, USA: University Park Press.1984.
Yoshikawa TT, Norman DC. Acute Emergencies and Critical Care
of the Geriatric Patient. USA : Marcel Dekker Inc; 2000.
t4t
SINDROM DELIRIUM
(ACUTE CONFUSIONAL STATE)
Czeresna H.Soejono
PENDAHULUAN
PATOFISIOLOGI
Defisiensi neurotransmiter asetilkolin sering dihubungkan
mengganggu transduksi sinyal neurotransmiter serta second messenger system. Pada gilirannya, kondisi tadi akan
misalnya).
907
908
GERIATRI
GEJALA KLINIS
sering).
DIAGNOSIS
Kondisi delirium pertama kali dilaporkan sekitar 2000 tahun
yang lalu olehAurelius; namun demikian, baru pada tahun
1987 laiteria diagnosis sindrom delirium dapat disepakati
oleh para ahli. Kriteria diagnosis ini dituangkan dalam
Diagnosis and Statistical Manual III (DSM-III) yang telah
direvisi dalam DSM-IV lima tahun kemudian.
Berdasarkan DSM-IV tersebut, telah disusun algoritme
(disebut Confusion Assessment Methode: CAM) untuk
(k:0,95).
Gambar
1.
delirium
Diagnosis Banding
Banyak gejala yang menyerupai delirium. Demensia dan
depresi sering menunjukkan gejala yang mirip delirium;
bahkan kedua penyakit i kondisi tersebut acap kali terdapat
bersamaan dengan sindrom delirium. Pada keadaan
909
Bo$t
pasien.
910
GERIITIRI
PROGNOSIS
911
TATE)
delirium.
Dari berbagai penelitian yang ada didapatkan pasienpasien dengan sindrom delirium akan mempunyai risiko
KESIMPULAN
Sindrom delirium sering tidak terdiagnosis dengan baik
PENCEGAHAN
yangfatal.
Panduan
lntervensi
Reorientasi
Memulihkan
siklus tidur
Mobilisasi
Penglihatan
Pendengaran
Rehidrasi
Tindakan
Pasang jam dinding
Kalender
Padamkan lampu
Minum susu hangat atau teh herbal
Musik yang tenang
Pemijatan (massage) punggung
Latihan lingkup gerak sendi
Mobilisasi bertahap
Batasi pengguna an re straint
Kenakan kacamata
Menyediakan bacaan dengan huruf berukuran besar
Bersihkan cerumen prop
Alat bantu dengar
Diagnosis dini dehidrasi
Tingkatkan asupan cairan oral
Kalau perlu per infus
Keluaran
Memulihkan orientasi
0,04
0,001
Pulihnya mobilitas
Meningkatkan kemampuan
0,06
penglihatan
0,27
Meningkatkankemampuanpendengaran 0,10
BUN/Cr < 18
912
faktor predisposisi dan pencetus. Penatalaksanaan nonfarmakologik sama pentingnya dengan farmakologik.
Diperlukan kerja sama dengan psikiater-geriatri terutama
dalam pengelolaan pasien yang gelisah/delirum. Sebagian
pasien sebenarnya dipulangkan masih dalam keadaan
belum sembuh total (belum 'remisi' komplit) sehingga
gejala sisa masih ada bahkan hingga 12 bulan. Munculnya
sindrom delirium berulang tidak jarang dilaporkan; oleh
sebab itu penapisan dan program pencegahan amat
penting dilaksanakan.
REFERENSI
Friedland RP, Wilcock GK. Dementia. In: Evans JG Williams TF,
Beattie BL, Michel J-R Wilcock GK, eds. Oxford Textbook of
Geriatric Medicine. 2nd ed. Oxford: Oxford University Press,
2000: 922-930.
Inouye SK, Agostini JV. Delirium. lrl'. Hazzard WR, Biass JP, Halter
JB, OuslanderJG, Tinetti ME, editor. Principles of Geriatric
Medicine and Gerontology. 5th edition. New York: McGraw-
GERI'TIRI
t42
IATROGENESIS
RA Tuty Kuswardhani, Nyoman Astika
Tindakan diagnostik
Kateterisasi jantung
Arteriografi
Tindakan pengobatan
Pengobatan intravena
Kateter urin
Selang nasogastrik
Dialisis
Transfusi
Obat-obatan
Salah pemberian obat
lnteraksi obat
Reaksi obat
Efek samping obat
Pembedahan
Anestesia
lnfeksi
Gangguan metabolik
Hipovolemia
lstirahat di tempat tidur
Hipovolemia dan hipertensi
Metabolisme kalsium
lmpaksi fekal
lnkontinensia urin
Tromboemboli
lnfeksi nosokomial
Jatuh
Overzealous labeling
Demensia
lnkontinensia
Underdiagnosis
lstirahat di tempat tidur
Polifarmasi
RUMAH SAKIT
913
914
GERI'TTRI
iatrogenik.
Orang usia lanjut menunjukkan jendela pengobatan
yang lebih sempit dibandingkan dengan mereka yang lebih
muda; respons terapinya menurun sedangkan respons
toksiknya meningkat (Gambar 1). Adanya gangguan
metabolisme obat ini akan menyebabkan kadar obat yang
tinggi di dalam darah pada pemberian dosis "normal".
dua
440%,
sedangkan prosedur diagnostik dan akibat kelalaian masingmasing mengakibatkan komplikasi sebesar 1 0oZ.
Respons Pengobatan
Respons Toksik
Gambar
sia
LABELING
EFEKSAMPING OBAT
Penyebab utama penyakit iatrogenik adalah efek samping
obat akibat polifarmasi. Banyak efek samping obat yang
915
IAIROGENESIS
(misalnya
penyekat beta untuk hipertensi dan angina pektoris)
Jika memulai obat baru, pilih obat dengan sifat
farmakokinetik yang jelas
Jika pasien memerlukan pengobatan multipel, hindari obat
penghambat atau penginduksi sitokrom P450 atau sangat
kuat mengikat albumin. Jika meragukan, konsultasi kepada
ahli farmasi, ahli farmakolog, program tarmakologi on-line,
atau sumber bacaan
Jika dosis rumatan belum berhasil, maka naikkan dosis obat
dengan prinsip "start low and go slovl'sampai efek obat
tercapai
Gunakan obat dengan dosis yang lebih rendah jika obat
diekskresikan lewat ginjal (misalnya aminoglikosida)
Memulai dengan obat kerja pendek dari suatu kelas obat,
pada saat keluar rumah sakit diganti dengan obat yang
diberikan satu atau dua kali sehari untuk meningkatkan
kepatuhan dan mengurangi beban pembantu (caregivef di
rumah
REFERENSI
Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB. Iatrogenesis in essentials of
clinical geriatrics. Singapore: McGraw-Hill; 1994. p.341 -9
Kong TK. Iatrogenesis- still a geriatric giant. J Hong Kong Geriatric
Soc.1997; 8: 3-5.
Palmer RM. Acute hospital care: future direction. In: acute emergencies and critical care of the geriatric patient. Yoshikawa T!
Norman DC, Marcel Dekker; New York, 2000. p.461-86
The Editors. The practice of medicine. In: Harrison's principles of
internal medicine. Braunwald E, Hauser SL, Fauci AS, et al.
(Editors).
15m
143
ASUHAN PADA KONDISI TERMINAL
Supaftondo
pasien.
.
.
.
.
.
.
yang tenang.
DiAS kebanyakan orang meninggal
sesudah demensia,
916
917
PanduanRS Dharmais.
dirumah.
CARAKITAMENINGGAL
keluarga
lain.
Pengobatan unfuk rasa nyeri merupakan suatu masalah
di seluruh dunia. Para ahli di luar dan dalam negeri mengikuti
REFERENS!
2.
3.
4.
5.
diteliti.
t99',7.
erminal. TI Nasional
335: 201-202.
918
GERIITTRI
6.
7.
8.
9.
II
Vlll
1969.
16. Asdie HA. Perawatan orang sakit terminal. Tinjauan Agama
Islam, Seminar / Pelatihan bagi Perawat Penanganan Pasien
menuju Kematian. Panitia Ramadhan di RSUP Dr. Sardjito, 5
Desember 2000.
17. Nuland SB. How we die.Vintage Books, Random House, Inc,
144
ELDERLY MISTREATMENTI
SALAH PERLAKUAT{ TERHADAP ORANG TUA
Supaftondo, Nina Kemala Sari
minum
obat, tiba-tiba si kakek mendapat serangan strok karena
tekanan darah yang terlalu tinggi. Strok tersebut al:trimya
membuat pasien mengalami gangguan menelan sehingga
setiap kali makan harus m6lalui selang nasogastrik. Pasien
juga mengalami inkontinensia urin sehingga memerlukan
pemasangan kateter jangka panjang. Dokter sudah
menganjurkan penggunaan kateter silikon yang hanya
diganti sekali sebulan namun karena si isteri ingin semua
yang dijamin ASKES akhimya kateter yang didap at adalah
kateter Folley yang harus diganti seminggu sekali. Pada
penggantian kateter yang kesekian, terjadi false route
sehingga timbul striktur uretra dan berujung pada
dilakukannya tindakan pembuatan sistostomi.
PENDAHULUAN
919
920
GERITI|TRI
ETIOLOGI
Para ahli sosiologi telah mengajukan sejumlah teori seperti
Pivacy,
memberikan suara) Contoh: mengambil hak milik pribadi
dari orang tua.
DEFINISI
jaringan pendukung.
Teori
lnteraksi simbolik
Teori situasional
Teori penukaran
Teori pembelajaran
sosial
Teori psikoanalitik
921
FAKTORRISIKO
dengan
pertanyaan" Apakah . . . . . . (nama pramurawat) menjagamu
dengan baik?" Hal yang penting juga adalah menilai status mental pasien untuk indikator adanya depresi atau
salah guna obat atau alkohol. Diskusi mengenai status
Masalah medis/diagnosis
Deskripsi terperinci lingkungan rumah (adekuatnya
makanan, tempat berlindung, persediaan, dst)
Deskripsi akurat kejadian yang berhubungan dengan
kecelakaan atau trauma (misalnya penanganan yang
kasar, isolasi, salah perlakuan secara verbal maupun
emosional)
Anamnesis
Mengenali adanya salah perlakuan seringkali sulit. Orang
berusia lanjut mungkin tak dapat memberikan informasi
karena adanya gangguan kognitif. Riwayat sering kali sulit
didapat dari korban, karena takut akan balas dendam
pelaku. Pembalasan tersebut dapat berupa hukuman fisik
I.ANJUT
Para
922
GERIIITRI
Pemeriksaan Fisis
Trauma dalam bentuk frakhrr, dislokasi, laserasi, abrasi,
luka bakar, atau memarbiasanyajelas terlihat. Tabel berikut
memrnjukkan tanda-tanda yang perlu dievaluasi.
kebingungan.
Selalu menerima riwayat seksual dengan hati-hati.
ia
memiliki masalah
Penganiayaan:
Fraktur atau dislokasi
Laserasi, abrasi, luka bakar
Memar
Penyakit menular seksual, nyeri, atau perdarahan di daerah
genitalia
Tandatanda penggunaan obat berlebihan, kekurangan obat,
atau salah guna obat
Higiene yang buruk
Pengabaian:
Kakeksia
Higiene buruk
Cara berpakaian yang tidak sesuai
Gangguan mobilitas
Gangguan sensoris
Tidak adanya alat bantu (kaca mata, alat bantu dengar, gigi,
tongkat atau walker)
Gangguan komunikasi (hambatan sensoris atau kognitif)
Kelemahan
Ulkus dekubitus
Kontraktur
ETIKA DOKTER
Sering terjadi dilema etika ketika berhadapan dengan kasus
PERAN DOKTER
Dokter dapat berperan dalam pencegahan salah perlakuan.
Meskipun data riset formal masih kurang, secara intuitif
jelas bahwa orang berusia lanjut yang paling rentalah yang
berisiko tinggi terhadap sikap salah perlakuan. Penilaian
geriatri secara komprehensif dari fungsi kognitif, afektif,
fungsional, dan status sosial akan sangat membantu
mengidentifikasi kasus-kasus yang potensial berisiko.
Dengan meletakkan otonomi pasien pada porsinya serta
meminimalkan stres pramurawat, secara signifikan akan
mengurangi risiko salah perlakuan pada usia lanjut. Selain
itu dari hasil studi juga diketahui bahwa pengetahuan
dokter tentang adanya salah perlakuan pada usia lanjut
adalah relatifyang paling baik sehingga diharapkan dapat
berperan serta secara aktif dalam riset-riset terkait salah
perlakuan pada usia lanjut. Faktor kunci untuk penilaian
perawatan dapat dilihat pada Tabel9.
923
REFERENSI
Fulmer I Guadagno L, Bolton Mm. Elder Mistreatment In Women.
Jognn 2004; 33:5.
Jogerst Gj, Daly Jm, Brinig Mf, Dawson Jd, Schmuch Ga, Ingram
Jg.Domestic elder abuse and the law American Joumal of Public
Health 2003;93:12.
Kruger MRM. Moon CCH. Can you spot the signs of elder
MASADEPAN
Problem salah perlakuan pada usia lanjut akan terus
meningkat di masa depan karena berbagai alasan
diantaranya adalah meningkatnyajumlah warga usia lanjut
Lachs
999/08-99ikruger.htm
145
GERONTOLOGI DAN GERIATRI
R. BoedhiDarmojo
PENS,MJLUAN
suatu penyakit.
Claudius Galenus (130-200 SM) menganjurkan untuk
berhati-hati dalam mengobati penyakit-penyakit pada
dan
struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap trauma (termasuk infeksi)
dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
IstiLah Gerontologi didapat dari bahasa Yunani
kedokteran yang menitik beratkan pada pencegahan, diagnosis, pengobatan dan pelayanan kepada para pasien
1978.
924
92s.
tidak lancar.
masyarakat Indonesia"
Kongres Persatuan
kedokteran.
Ternyata MPR
Tetap
abang-cabangnya
lanjut (POzuA-TAPJAHLANSIA)
3,960/0
is
tahw
(Tabel2).
Negara-negara maju di Eropa danAmerikamenganggap
batasan umur tua ialah 65 tahun, dengan pertimbangan
bahwa pada usia tersebut orang akan pensiun, tetapi akhir-
926
GERIr'TIXI
Life Expectancy
Life expectancy at birth
(Harapan hidup waktu lahir)
1950-
1955
World
MDR
LDR
47 0
652
424
19751980
19952000
57.5
71.9
55.1
63.9
73.7
62.5
20202025
at age 60
(Harapan hidup
pada usia 60 th)
1
975-l 980
15.3
18.5
14.9
Years
Japan
Australia
Switzerland
UK
Germany
Singapore
Argentina
U. Arab Emirates
Rep. of Korea
Mexico
Saudi Arabia
Brunei D.
Hongary
Kuwait
Sri Lanka
China
Malaysia
Russian Fed.
Thailand
74.5 (no. 1)
73.2
72.5
7',\.7
70.4
69.3
66.7
65.4
65.0
65.0
64.5
64.4
64.1
63.1
62.8
62.3
6'1.4
6't.3
Country
lndonesia
Brazil
Philippines
Vietnam
Pakistan
lraq
lndia
N Korea
Myanmar
Bangladesh
Papua NG
Laos
Cambodia
Ghana
South Africa
Kenya
Afganistan
Ethiopia
Mali
TRANSISI DEMOGRAFI
Seperti diketahui, Indonesia sekarang ada dalam transisi
70.4
75.4
69.6
in
Country
Years
59.7 (no. '103)
59
58.9
58.2
55.9
55.3
53.2
523
5't.6
49.9
470
46.1
45.7
45.5
39.82
393
2002
37.7
33.5
2025
China
134.2
China
287.5
lndia
81.0
46.9
lndia
168.5
USA
86.1
Japan
43.5
Russia
31.0
26.2
lndonesia
35.0
lndonesia
17.1
Brazil
33.4
Brazil
14.1
Russia
32.7
Pakistan
8.6
Pakistan
18.3
Mexico
7.3
Bangladesh
17.7
Bangladesh
7.2
Mexico
17.6
Nigeria
5.7
Nigeria
11.4
uN, 2001
60.2
Zambia
Sierra Leone
33.'1
30.3
25.9
(no
'19'l)
USA
Japan
242yo,Chna220o/o,Jepangl29Yo,Jerman66%danSwedia
33%.
Pada tahun 2000, dua di antara tiga lansia di seluruh
dunia yang berjumlah 600 juta, akan hidup dan bertempat
tinggal di negara-negara sedang berkembang. Sebelumnya
angka ini pada tahun 1960 adalah 50%. Kenaikan jumlah
14,106
927
60
50
40
30
20
10
0
80+
llu.
700/
600/o
50o/o
40Yo
30%
Negara
20%
Karena r.anggung
Jents
KetaminmelaKuKannya
:a.nqgup jawab
Myanmar
10o/o
0?/o
dg
-
anak
do.
Psg+'3n31
dg
Psg sendiri
lndonesia
lainnya
Sri
Lanka
Thailand
keluarga
Tanggung
jawab
masyarakat
62,0
58,3
6,0
4,2
86,1
10,4
16,4
32,1
37,5
3,5
o,z
32,8
33,2
42,1
80,4
59,5
55,7
42,2
38,4
42,1
W
P
7,6
10,9
15,7
19,6
P=pria,W=wanita
No.
Perkotaan/urban
Tidak terlantar
Rawan terlantar
Terlantar
Pedesaan/rural
Tidak terlantar
Rawan terlantar
Terlantar
Perkotaan & pedesaan
Tidak terlantar
Rawan terlantar
Terlantar
Pria
Wanita
Total
(%)
$t
63.85
25.05
56.85
29 73
11.10
50 70
33 84
15 46
(Y.l
13.42
41.40
32.18
36.61
34.06
24.54
38.72
36.48
29.10
26.91
49.85
30.67
39.38
36 82
44.36
33.89
19.49
23 80
21 .75
928
GERIAIRI
.
.
.
baik
mempunyai motivasi yang cukup positif untuk terus
bekerja
prestasi ket'a sebelumnyabaik/baik sekali, mempunyai
langka
formasi dan peraturan ketenagake{ aan memungkinkan.
lhbel
6.
PENDID!KAN
Golongan usia lanjut di Indonesia pada waktu sekarang
pernah
MasaU
Negara
Myanmar
Jents
. menuaDKan
Ketamrn
: '
maKanan
15,5
57,6
10,2
28,1
4,0
58,6
14,9
W
RRKorea
lndonesia
W
Sri Lanka
W
Thailand
66,9
22,2
49,8
Bersih-
bersih
Menjahit
rumah
Guci
piring
Cuci
pakaian
Bantu
di kebun
28,8
8,6
13,1
11,9
53,7
43,9
51,4
32,7
67,4
2,4
1,1
56,8
57,1
46,0
't,9
55,6
22,8
1,9
2,7
5,6
59,3
18,s
2,3
53,1
42,6
16,7
52,3
7,3
8,9
59,2
20,0
30,0
48,3
43,1
33,2
18,8
34,3
22,7
33,6
66,5
28,5
51,4
17,1
17,O
24,3
15,6
48,0
50,6
5,7
1,3
Sumber: Agrng rn the South-East-Asia-WHO-Region, *country Study on health of the elderly in the
community, 1993.
929
U+R
50,3
20,4
21,3
4,2
2,1
29,3
58,8
75,1
14,0
36,6
49,2
75,6
Pelupa
Kesepian
Sulit tidur
Depresi
Sepenuhnya tergantung
Sakit kronik
Masih ingin bekerja
Masih aktif di rumah
Masih kerja cari uang
Masih ikut organisasi sosial
Melihat TV
Mendengarkan radio
48,0
19,8
19,7
4,3
3,3
34,7
50,9
75,4
17,8
53,6
79,2
88,6
57,3
20,8
23,8
4,2
1,2
22,5
63,0
74,3
11,5
18,9
18,7
63,0
Di Indonesia belum
PENGARUH PROSES
IN
DUSTRIALISASI
dapat
MASALAH PENSIUN
Pensiun (purna tugas) adalah suatu sistem peraturan sejak
ada negara industri, suatu hal yang baru dimasyarakatkan
sejak pertengahan abad 20 ini. Mungkin hal ini memang
diperlukan demi kebaikan kaum usia lanjut. Tetapi peraturan
pensiun
dengan
negara agraris, para petani tak mengenal istilah pensiun.
Bila seorang petani tua masih kuat bekerja di ladang/sawah,
dia akan terus bekerja sampai suatu waktu tertentu dia
merasa takkuat lagi bekerja fisis, sebagian tugasnya akan
930
GERIATRI
tua tadi.
[mu.
sesudah pensiun.
dunia, maka tabungan yang telah disimpan oleh orangorang usia lanjut sejak masa mudanya menjadi tidak/kurang
TERHADAP USIALANJUT
A.PEMERINTAH:
- UU / Peraluran-peraturan
- Pensiun
- Subsidi, asuransi
- Panti Werda/ Rum ah Sakit/
Karang Werda , dan sebagainya
]L
C. INDUSTRIALISASI:
- Perbaikan Sosial Ekonom
- Teknologi modern
- Pencernaan Lingkungan Hidup
- Urbanisasi
- Pikiran lV ateria lisrik
dan sebagainya
\,/
PROBLEMA
ORANG-ORANG USIA LAN JUT
-lr/
h
\r-r
,/\
tt-
B. SEKTOR SWASTA:
- Organisasi/SLM
- Suka relawan-s ukarelawa n
- Pengumpulan dana
- Panti Werda /Rum ah Sakit/
Kara ng Werda
- Keluarga
- Asuransi
Gambar 3. Keadaan/Faktor penting yang mempengaruhi problema usia lanjut (Boedhi-Darmojo, KOPAPDI, 1981)
931
ada.
Di kota-kota
tertyata sekarang banyak panti yang dikelola oleh badanbadan sosial swasta. Namun berapa banyakpun panti
werda tersebut, tentu tidak cukup untuk menampung
orang-orang usia lanjut yang memerlukannya. Di negararregara majupun banyak orang yang masih harus antri
untuk mendapatkan tempat dalam panti, dan menurut
pendapat penulis, kita memang tidak usah meniru negararregara maju tersebut, dalam penanganan masalah usia
lanjut.
Sudah sewajarnya sejak sekarang ini pemerintah mulai
mengafur perundang-undangan dan perafuran-peraturan
yang mengatur hal ikhwal penanganan masalah sosial
Hospital based
- acute and chronic med care
- Health assesment facilities
- Day-hospital (day care C0
Rehabilitiation
0ccupationalth/
Physical
Speech
P
od
ia
try
Audiology
N
utritio
n a
l/m ea
Dentalcare
- Respite ca re etc.
- Hospice care/religious service
- Orthopedic etc
Home/community based
- Careers's program
Elderly sitters (Pramu Rukti Werda)
- Community nurses
- Socialworkers
- Home help service
- Nursing home
- Dementia care
- Elderly clubs (sports, recreation, etc.)
- Hostels (STW)/village/Posyandu
- Religious service
932
GE,RI'TIXI
anggotanya.
ful
sbb:
(:ADL) flsis
dan
YANGADADI INDONESIA
Panti werda (sasana tresna werda) dan karang werda(daycare centers) yang non-panti mulai bennunculan di kotakota besar di Indonesia. Pemberian paket-paket perkakaspertukangan pemah diberikan/dibagikan oleh Departemen
dapat
diorganisasi lebih baik lagi. Pemberian potongan harga,
pajak, ongkos transportasi, dan sebagainya, mulai banyak
diberikan. Untuk pelayanan dalam bidang kesehatan,
Posyandu Lansia telah mulai dipersiapkan, bahkan telah
dilaksanakan oleh beberapa daerah di Indonesia.
Unhrk para usia lanjut yang menghadapi saat-saat akhir
4
5
6
7
I
I
10
teman
GERONTOI.OGI
933
RINGKASAN
REFERENSI
Andrews G. Aging in the WHO-South-East-Asian-Region,
Report on WHO-5-Country Community Study of the Elderly.
1993
Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono. Buku Ajar Geriatri, Edisi ke-3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2004
terencana.
pause.
Terdapat stereotipe-stereotipe usia lanjut pada waktu
bertambahnya usia ini, yang kebanyakan meneruskan
2003.
Constantinides P I: General Pathology, chap 3. Connecticut:
Appletonand Longer;1994.
Kependudukan. Kepala BKKBN. Simposium Nasional Gerontologi