Anda di halaman 1dari 3

1.

Cara Mendiagnosis Intoksikasi Alkohol pada Korban Post Mortem


Mekanisme kematian pada alkoholisme kronik terutama akibat gagal hati dan ruptur varises
esofagus akibat hipertensi portal.Selain itu dapat disebabkan secara sekunder oleh pneumonia
dan TBC.Peminum alkohol sering terjatuh dalam keadaan mabuk dan meninggal. Pada autopsi
dapat ditemukan memar pada korteks serebri, hematoma subdural akut atau kronik.1
Depresi pusat pernafasan terjadi pada kadar alkohol otak >450 mg% . Pada kadar 500-600
mg% dalam darah, penderita biasanya meninggal dalam 1-4 jam setelah koma selama 10-16
jam.1
Kelainan yang ditemukan pada korban mati tidak khas, Mungkin ditemukan gejala-gejala
yang sesuai dengan asifiksia, Seluruh organ menunjukkan tanda perbendungan, darah lebih
encer, berwarna gelap.Mukosa lambung menunjukkan tanda perbendungan, kemerahan dan tanda
inflamasi tapi kadang-kadang tidak ada kelainan.Organ-organ termasuk otak dan darah berbau
alkohol. Pada pemeriksaan histopatologik dapat dijumpai edema dan pelebaran pembuluh darah
otak dan selaput otak, degenerasi bengkak keruh pada bagian parenkim organ dan inflamasi
mukosa saluran cerna..1
Dari pemeriksaan pada kasus keracunan kronik yang meninggal, jantung dapat
memperlihatkan fibrosis interstitial, hipertrofi serabut otot jantung, sel-sel radang kronik pada
beberapa tempat, gambaran serat lintang otot jantung menghilang, hialinisasi, edema dan
vaskuolisasi serabut otot jantung. Schneider melaporkan miopati alkoholik

akut dengan

miohemoglobinuri yang disebabkan oleh nekrosis tubuli ginjal dan kerusakan miokardium. Pada
hati didapatkan adanya pembesaran hati dengan metamorfosis lemak yang hebat.11
Penentuan kualitatif dan kuantitatif etanol dalam spesimen postmortem telah menjadi
prosedur analitis yang relatif sederhana dengan hasil yang mungkin akurat, tepat, dan spesifik.
Namun, dengan menafsirkan hasil postmortem BAC (Blood alcoholic Content, Kadar Alkohol
dalam Darah) dan menarik kesimpulan yang benar mengenai tingkat antemortem dan keadaan
seseorang saat mabuk dan derajat kerusakan perilaku pada saat saat kematian. 2
Kondisi tubuh, waktu antara kematian dan otopsi, kondisi lingkungan (suhu dan
kelembaban), dan sifat spesimen dikumpulkan untuk analisis adalah faktor yang penting untuk
dipertimbangkan.Dalam beberapa kondisi alkohol mungkin dihasilkan setelah kematian oleh
aktivitas mikroba dan fermentasi glukosa, yang merupakan masalah yang nyata jika mayat telah
mengalami dekomposisi. Difusi alkohol postmortem dari perut ke tempat pusat pengambilan

sampel darah merupakan faktor rumit lain jika seseorang meninggal tak lama setelah periode
minum berat. Perawatan diperlukan untuk memastikan bahwa spesimen biologi tidak
terkontaminasi dengan etanol atau pelarut asing lainnya selama perawatan untuk menyelamatkan
jiwa atau sehubungan dengan pemeriksaan luar tubuh atau jika sampel darah untuk analisis
alkohol diambil sebelum melakukan otopsi lengkap.5
Beberapa praktisi forensik menganggap bahwa darah dari bilik jantung utuh sesuai untuk
analisis toksikologi etanol, sedangkan yang lain menyarankan menggunakan vena perifer untuk
pengambilan sampel, sebaiknya vena femoralis setelah visualisasi dan lintas-klem proksimal. 5
BAC yang diperlukan untuk menyebabkan kematian sering menimbulkan pertanyaan
terbuka dan banyak tergantung pada usia seseorang, pengalaman minum dan derajat
perkembangan toleransi. Kecepatan minum berperan dalam toksisitas alkohol seperti halnya
jenis minuman yang dikonsumsi, apakah bir (5% v/v) atau liquor (40% v/v) dan khususnya
setiap masking dari rasa alkohol dengan menambahkan gula atau perasa buah. Banyak
pengemudi mabuk telah ditangkap dengan konsentrasi darah-etanol lebih dari 400 mg/100 ml
dan beberapa telah melebihi 500 mg / 100 ml. 5
Tampaknya masuk akal untuk mengasumsikan bahwa BAC saat autopsi akan hampir selalu
lebih rendah dari BAC maksimum yang dicapai selama pesta minum, karena metabolisme etanol
berlangsung sampai saat kematian. Selama setelah penghentian minum sampai mati, BAC dapat
menurun tergantung pada kecepatan eliminasi alkohol dari darah, yang pada peminum berat bisa
melebihi 20 atau 30 mg /100 ml per jam (0.02 atau 0.03 g% per h) dalam toksikologi
postmortem, BAC kurang dari 10 mg / 100 ml (0,1 mg / mL) harus dilaporkan sebagai negatif.5
Hubungan kuantitatif antara konsentrasi urine dan alkohol (UAC) dan BAC telah dipelajari
secara ekstensif.Selain konten air yang lebih tinggi dalam urin (99-100%) dibandingkan
dengan darah (80%), kurva konsentrasi-waktu bergeser dalam waktu.Jadi dengan menghitung
rasio UAC / BAC melengkapi informasi yang berguna tentang status penyerapan alkohol pada
saat kematian. Menemukan rasio kurang dari atau mendekati satu menunjukkan penyerapan
alkohol yang belum komplit pada semua cairan tubuh pada saat kematian, yang menunjukkan
baru saja mengkonsumsi minuman beralkohol dan beberapa alkohol tertelan mungkin tetap tidak
terserap di perut, sedangkan menemukan rasio 1,25 atau lebih menunjukkan penyerapan dan
distribusi etanol telah komplit pada saat kematian.5
Urine adalah spesimen yang berguna untuk analisis etanol karena terutama terdiri atas air

dan risiko mikroba atau ragi menyerang kandung kemih setelah kematian tampaknya kurang
dibandingkan dengan risiko terkontaminasinya spesimen darah. Selain itu, urine yang dihasilkan
oleh orang yang sehat tidak mengandung sejumlah besar glukosa meskipun ini adalah
keterbatasan utama jika almarhum menderita diabetes dan glikosuria.5
Glukosa merupakan substrat untuk sintesis etanol post mortem dalam darah dan
urin.Menemukan UAC tinggi dalam spesimen dari diabetes dan konsentrasi negatif dalam darah
biasanya berarti bahwa etanol diproduksi dalam urin setelah kematian, misalnya dengan
fermentasi ragi glukosa.

Anda mungkin juga menyukai