Desain Jaringan Irigasi PDF
Desain Jaringan Irigasi PDF
PERENCANAAN IRIGASI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Irigasi dan Bangunan Air I
Dosen : Drs. Odih Supratman, MT
Oleh :
Adi Hamdani
1203220
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya pada kami, salawat beserta salam semoga Allah
limpah curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan
umatnya sampai akhir zaman.
Upaya maksimal telah saya lakukan untuk menyelesaikan laporan tugas ini dengan
harapan dapat mencapai hasil sebaik mungkin. Saya menyadari bahwa penyusunan
laporan ini masih kurang dari harapan mengingat kemampuan yang dimiliki terbatas.
Sehingga, kritik dan saran kami harapkan untuk kemajuan pengetahuan serta
kemampuan kami untuk kedepannya. Laporan ini juga tidak akan berhasil tanpa berbagai
pihak yang telah rela membantu pembuatannya. Maka saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu.
Akhirnya, saya berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan
pemikiran bagi saya khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
1.2.
1.3.
1.4.
Sistematika Laporan...................................................................................................................................... 3
BAB II
LANDASAN TEORI .......................................................................................................................................................... 4
2.1.
Pengertian Irigasi............................................................................................................................................ 4
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
Bangunan ............................................................................................................................................................. 7
2.6.
BAB III
PERENCANAAN SISTEM JARINGAN IRIGASI .................................................................................................. 12
3.1.
3.2.
BAB IV................................................................................................................................................................................ 26
PENUTUP ......................................................................................................................................................................... 26
4.1.
Kesimpulan ...................................................................................................................................................... 26
4.2.
Saran .................................................................................................................................................................... 26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari hari manusia tidak dapat dipisahkan dengan air.
Banyak pekerjaan yang dilakukan manusia berhubungan dengan air. Salah satu
bidang pekerjaan yang memerlukan air sebagai komponen utama adalah
pertanian. Dalam perencanaan pertanian para ahli harus memikirakan factor air
yang menjadi penunjang. Kebutuhan air untuk tanaman harus selalu dikontrol
secara berkala. Tanaman harus mendapatkan suplai air yang sesuai dengan
kebutuhan untuk dapat tumbuh dengan baik sehingga air tidak boleh melampaui
batas kebutuhan atau malah kurang dari kebutuhan.
Kebutuhan akan air yang sesuai membuat para ahli berfikir untuk membentuk
suatu sistem pengairan yang dapat mengatur kebutuhan tanaman terutama untuk
areal pertanian yang cukup luas. Sistem yang dibuat itu dimaksudkan agar seluruh
areal pertanian mendapatkan suplai air yang cukup sehingga tidak ada areal
pertanian yang tidak mendapatkan air. Selain itu juga sistem yang dibentuk itu
dimaksudkan untuk dapat menyalurkan jumlah air yang tersedia untuk
selanjutnya dibagikan secara merata ke seluruh areal pertanian.
Bab II landasan teori memuat teori teori yang menjadi dasar pemikiran
penulis dalam menganalis masalah yang terjadi dan mencari cara
pemecahannya.
Bab III perencanaan memuat mengenai tata cara yang dilakukan dalam
merencanakan suatu jaringan irigasi yang hendak dilaksanakan.
Bab IV penutup memuat simpulan akhir dari laporan dan sedikit saran bagi
para pembaca.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi
kebutuhan pertanian dan disamping itu air irigasi bisa juga digunakan untuk
keperluan lain seperti untuk air baku, penyediaan air minum, pembangkit tenaga
listrik, keperluan industri, perikanan, untuk pengegelontoran roil roil di dalam
kota (Teknik Penyehatan) dan lain lain.
Sumber air yang digunakan untuk irigasi adalah :
Air yang dipermukaan tanah : sungai, danau, waduk, dan mata air.
Air hujan yang ditampung dengan waduk lapangan (Embung)
Air tanah (Ground Water)
g. Penggambaran trase.
h. Perencanaan trase saluran dan bangunan.
i. Penggambaran saluran dan bangunan.
j. Sosialisai dengan masyarakat serta pejabat setampat.
3. Pembuatan
Bill of quantities dan rencana anggaran biaya (RAB).
Dokumen tender.
Dokumen pra qualifikasi.
4. Pelaksanaan Fisik
Pelaksanaan fisik maksudnya adalah melaksanakan pembangunan sistem
jaringan irigasi pada lahan yang telah ditentukan.
secara bertahap menjadi sistem irigasi teknis. Pada sistem ini pembangunannya
dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum.
3. Sistem irigasi teknis
Sistem irigasi ini seluruh bangunan yang ada dalam jaringan irigasi teknis
semua, kontstruksinya permanent dan juga dilengkapi dengan pintu pintu air
dan alat ukur debit. Pembagian airnya bisa diatur dan diukur disesuaikan dengan
kebutuhan, sehingga pembagian atau pemberian air ke sawah sawah dilakukan
dengan tertib dan merata.
Saluran sistem ini menjamin tidak terjadinya banjir dengan cara dibuatkan
jaringan pembuang tersier, sekunder dan induk, yang nantinya mengalirkan air
langsung ke sungai. Saluran ini juga berfungsi untuk membuang air sisa
pemakaian dari sawah.
Pekerjaan teknis irigasi pada umumnya terdiri dari :
a) Pembuatan bangunan penyadap yang berupa bendung atau penyadap
bebas.
b) Pembuatan saluran primer (induk) termasuk bangunan bangunan di
dalamnya seperti : bangunan bagi, bangunan bagi sadap, dan bangunan
sadap. Bangunan air ini dikelompokkan sebagai bangunan air
pengatur, disamping itu ada kelompok bangunan air pelengkap
diantaranya bangunan terjun, got miring, gorong gorong, pelimpah,
talang, jembatan dan lain lain.
c) Pembuatan saluran sekunder, termasuk bangunan bangunan di
dalamnya seperti : bangunan bagi-sadap, sadap dan bangunan
pelengkap seperti yang ada pada saluran induk.
d) Pembuatan saluran tersier termasuk bangunan bangunan di
dalamnya seperti : boks tersier, boks kuarter, dan lain- lain.
e) Pembuatan saluran pembuang sekunder dan tersier termasuk
bangunan gorong pembuang.
2.5. Bangunan
a. Bangunan Utama
Bangunan utama adalah kompleks bangunan yang direncanakan di
sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokan air kedalam jaringan saluran
agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi. Biasanay bangunan ini dipakai untuk
mengurangai kandungan sedimen yang berlebih, serta mengukur banyaknya air
yang masuk. Bangunan utama dibagi menjadi beberapa kategori :
1. Bendung
2. Pengambilan bebas
3. Pengambilan dari waduk
4. Stasiun Pompa
Adi Hamdani Teknik Sipil S1
Mengukur dengan
Mengatur
Aliran atas
Tidak
Aliran atas
Tidak
Aliran atas
Tidak
Aliran atas
Ya
Aliran bawah
Ya
Aliran bawah
Ya
Aliran bawah
Ya
2.
3.
2.
f. Bangunan Lindung
Bangunan ini diperlukan untuk melindungi saluran baik dari luar maupun
dari dalam. Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan
air buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang
berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat akibat masuknya air dari
ruas saluran.
1. Bangunan pembuang silang
2. Pelimpah (spillway)
3. Bangunan penguras (wasteway)
4. Saluran pembuang samping
inspeksi
diperlukan
untuk
inspeksi,
eksploitasi
dan
10
d. Jaringan Pembuang
Pada umunya pembuang primer berupa sungai-sungai alamiah yang
kesenuanya akan diberi nama. Apabila ada saluran-saluran pembuang primer
baru yang akan dibuat maka saluran-saluran itu harus diberi nama tersendiri.
Pembuang sekunder pada umunya berup[a sungai atau anak sungai yang
lebih kecil. Beberapa diantaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa
dipakai, jika tidak sungai atau anak sungai tersebut akan ditunjukan dengan
sebuah huruf bersama-sama dengan nomor seri. Nama-nama ini akan diawali
dengan huruf d (drainase).
11
BAB III
PERENCANAAN SISTEM JARINGAN IRIGASI
12
2.
Tentukan letak bendung di sungai, berikan nama bendung sesuai dengan nama
sungai pada jaringan irigasi dengan sungai utama atau inisial nama kampung
yaitu malangbong. Misal Malangbong maka digunakan nama BM0 untuk
bendung.
3.
13
4.
Tarik saluran induk dengan warna biru, garis titik garis. Sejajar garis kontur,
Usahakan turun elevasi, nama saluran induk disesuaikan dengan nama sungai
yaitu saluran induk BM.
5.
Tentukan tempat untuk bangunan bagi atau sadap di saluran induk tadi.
Berikan nama bangunan itu sesuai dengan urutan bangunan sejak bangunan
pertama yaitu : BM1, BM2, BM3, dan BM4. Ruas antara bendung dan bangunan
pertama (BM0 BM1) merupakan saluran induk dan seterusnya.
6.
Beri nama bangunan bangunan yang ada pada saluran sekunder dengan
inisial nama kampung yang terlewati maupun yang dekat dengan saluran atau
bila tidak kampung maka dapat diberi nama yang sesuai dengan keinginan tapi
dalam jaringan irigasi tidak boleh ada nama yang sama .
14
7.
Tentukan luas petak tersier maksimum 60 ha. Beri nama petak tersier sesuai
dengan nama saluran sekunder. Contoh BM2 kiri untuk sebelah kiri dan BM2
kanan untuk sebelah kanan.
8.
15
9.
16
Selain itu, kita juga harus menentukan luas area saluran yang didapatkan
dengan cara menjumlahkan luas area petak petak yang diairi oleh saluran
sekunder yang dimaksud. Misalnya : untuk saluran sekunder bangunan BB1
yang mengairi B1 kr dan B1 kn masing masing 34,47 ha dan 52 ha, maka luas
BB1 sebesar 86,47 ha.
c. Mencari Panjang Saluran (L)
Panjang saluran induk dapat dicari dengan bantuan autoCAD yaitu
dengan menggunakan perintah LIST. Setelah mendapatkan panjang saluran
yang dimaksud kemudian dikonversikan ke dalam satuan yang digunakan
dalam pengolahan data juga mengacu pada skala peta yang kita gunakan karena
satuan pada autoCAD akan berbeda dengan satuan yang digunakan pada
pengolahan data.
Contoh :
Pada Saluran M ruas 1 di autoCAD kita mendapat nilai panjang 2,8937 hm
menjadi (2,8937 x 100) = 289,370 m
17
No
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
= H/L
= H/L
= 0,2 / 289,370 = 0,000691
18
-4
0,7 IV R = 4,0 x 10
IV R = 3,5 x 10
0,7
-4
0,6
0,6
IV R = 3,0 x 10
-4
0,7
0,6
0,5
0,8
0,9
4 5 67
10
1,0
0,5
IV R = 2,5 x 10-4
0,4
0,4
IV R = 2,0 x 10-4
0,3
0,3
IV R = 1,5 x 10-4
0,2
0,2
0,1
0,1
0,0
0,1
0
0,2
0,4 0,5
20
30 40 50
100
19
M
1
1
1
1
1
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
2
2
2
2
N
1
1.0 - 1.2
1.2 - 1.3
1.3 - 1.5
1.5 - 1.8
1.8 - 2.3
2.3 - 2.7
2.7 - 2.9
2.9 - 3.1
3.1 - 3.5
3.5 - 3.7
3.7 - 3.9
3.9 - 4.2
4.2 - 4.9
4.9 - 6.5
6.5 - 9.0
k
35
35
35
35
40
40
40
40
42.5
42.5
42.5
42.5
45
45
45
45
20
j.
Q (m3/det)
n = b/h
0.00 - 0.15
0.15 - 0.30
0.30 - 0.40
0.40 - 0.50
0.50 - 0.75
0.75 - 1.50
1.50 - 3.00
3.00 - 4.50
4.50 - 6.00
6.00 - 7.50
7.50 - 9.00
9.00 - 11.00
11.00 - 15.00
15.00 - 25.00
25.00 - 40.00
40.00 - 80.00
1
1
1
1
1
1
1
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
2
2
2
1
1
1.5
1.5
2
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
6
8
10
12
0.25 - 0.30
0.30 - 0.35
0.35 - 0.40
0.40 - 0.45
0.50 - 0.55
0.55 - 0.60
0.60 - 0.65
0.65 - 0.70
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.75
0.8
35
35
35
35
35
35
40
40
40
42.5
42.5
42.5
45
45
45
45
(+)
(+21+2 )
2/3
1/2
21
c) bandingkan h1 dengan ho
jika : h1 ho 0.005 maka memenuhi syarat , sehingga h1 = h
rencana
jika : h1 ho > 0.005 maka tidak memenuhi syarat , sehingga harus
dicari h1 yang baru sampai memenuhi syarat.
d) Masukkan harga harga b, h, k, m, n kedalam rumus strickler hingga
didapat V dan I.
e) Jika saluran belum ada (khusus saluran induk)
Untuk mendesain saluran yang belum ada, harus melalui langkah langkah
perencanaan sebagai berikut :
Tentukan Qd dan I. hal ini menghasilkan titik titik dengan harga khusus
Qd dan I.
Tentukan V dasar yang diizinkan untuk setiap ruas saluran atau < 0,70
m/det atau 0,60 m /det.
22
Mencari nilai h
F = (b + mh) h . karena nilai F, b dan m telah diketahui maka nilai h akan
diperoleh.
Mencari nilai b
b=nxh
Mencari F baru dan V baru
F baru = (b + mh)h
V baru = Q/Fbaru
Mencari Keliling Basah (P) dan Jari Jari (R)
P = (b + 2h(1 + m2))
R = F/P
Mencari V dan I
V = k x R2/3 x I1/2
I = (V/ (k x R2/3))2
Mencari DWL dan UWL
DWL = elevasi saluran tersier + 0,18h
UWL = DWL + (I x L)
23
k = 40
Hitung b , h , dan v ?
Dicoba h0 = 1,159 m
A
Kontrol :
|h0 h| = |1,159 1,159|
= 0,00 < 0,005 ...OK
b. Saluran Sekunder
Perhitungan Dimensi Saluran
Untuk Saluran Sekunder yang dicari adalah b,h,v, dan I saluran. Data yang
ada sebagai berikut :
Dimensi saluran sekunder Ma ruas 1
A = 450,317 ha ; Q = 0,844 m3/det ; m = 1 ; n = 2 ; k = 35
Dicoba V0 = 0,506 m/det
24
c. Saluran Tersier
Perhitungan Dimensi Saluran
Untuk Saluran Sekunder yang dicari adalah b,h,v, dan I saluran. Data yang
ada sebagai berikut :
Dimensi saluran sekunder M1 Kr1 :
A = 27,18 ha ; Q = 0,046 m3/det ; m = 1 ; n = 1 ; k = 35
Dicoba V0 = 0,453 m/det
25
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
= 1,35 lt/Ha/det
= 1622,13 Ha
Debit Terbesar
= 3,379 M3/det
Elevasi Mercu
= + 39,35
26
DAFTAR PUSTAKA
27